You are on page 1of 5

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN GANGGUAN MOBILISASI


Posted by sammy in KesehatanDec 12th, 2008 | 5 responses

X
Welcome Googler! If you find this page useful, you might want to subscribe to the RSS
feed for updates on this topic.
You were searching for "askep immobilisasi". See posts relating to your search »
Powered by WP Greet Box WordPress Plugin

PENDAHULUAN

Berbagai perubahan terjadi pada system musculoskeletal, meliputi tulang keropos


(osteoporosis), pembesaran sendi, pengerasan tendon, keterbatasan gerak, penipisan discus
intervertebralis, dan kelemahan otot, terjadi pada proses penuaan.

Pada lansia, struktur kolagen kurang mampu menyerap energi. Kartilago sendi mengalami
degenerasi didaerah yang menyangga tubuh dan menyembuh lebih lama. Hal tersebut
mengakibatkan terjadinya osteoarthritis. Begitu juga masa otot dan kekuatannya juga
berkurang.

DEFINISI

Imobilisasi adalah ketidak mampuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit
atau impairment (gangguan pada alat/ organ tubuh) yang bersifat fisik atau mental.

Imobilisasi merupakan ketidakmampuan seseorang untuk menggerakkan tubuhnya sendiri.


Imobilisasi dikatakan sebagai faktor resiko utama pada munculnya luka dekubitus baik di
rumah sakit maupun di komunitas. Kondisi ini dapat meningkatkan waktu penekanan pada
jaringan kulit, menurunkan sirkulasi dan selanjutnya mengakibatkan luka dekubitus.
Imobilisasi disamping mempengaruhi kulit secara langsung, juga mempengaruhi beberapa
organ tubuh. Misalnya pada system kardiovaskuler,gangguan sirkulasi darah perifer, system
respirasi, menurunkan pergerakan paru untuk mengambil oksigen dari udara (ekspansi paru)
dan berakibat pada menurunnya asupan oksigen ke tubuh. (Lindgren et al. 2004)

PENYEBAB

Berbagai kondisi dapat menyebabkan terjadinya imobilisasi, sebagai contoh:


Gangguan sendi dan tulang:
Penyakit rematik seperti pengapuran tulang atau patah tulang tentu akan menghambat
pergerakan (mobilisasi)
Penyakit saraf:
Adanya stroke, penyakit Parkinson, dan gangguan sarap
Penyakit jantung atau pernafasan
Gangguan penglihatan
Masa penyembuhan

AKIBAT IMOBILISASI

Imobilisasi dapat menimbulkan berbagai masalah sebagai berikut:


Infeksi saluran kemih
Sembelit
Infeksi paru
Gangguan aliran darah
Luka tekansendi kaku

PEMERIKSAAN FISIK

1. Mengkaji skelet tubuh

Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang.
Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis.
Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya
menandakan adanya patah tulang.

2. Mengkaji tulang belakang

Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)


Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)

3. Mengkaji system persendian

Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif,


deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya
kekakuan sendi

4. Mengkaji system otot

Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot.
Lingkar
ekstremitas untuk mementau adanya edema atau
atropfi, nyeri otot.

5. Mengkaji cara berjalan

Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak


normal. Bila salah satu ekstremitas lebih pendek dari
yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang
berhubungan dengan caraberjalan abnormal (mis.
cara berjalan spastic hemiparesis – stroke, cara berjalan
selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron,
cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
6. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer

Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang


lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya
edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji
denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian
kapiler.

7. Mengkaji fungsional klien

A.KATZ Indeks

Termasuk katagori yang mana:

Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK), menggunakan pakaian, pergi ke toilet,
berpindah,dan mandi.
Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas.
Mandiri, kecuali mandi, dan satu lagi fungsi yang lain.
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu lagi fungsi yang lain.
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain.
Ketergantungan untuk semua fungsi diatas.

Keterangan:

Mandiri: berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain. Seseorang
yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap
mampu.

B. Indeks ADL BARTHEL (BAI)

NO FUNGSI SKOR KETERANGAN


1 Mengendalikan rangsang pembuangan 0 Tak terkendali/tak teratur (perlu
tinja pencahar).
1
Kadang-kadang tak terkendali (1x
2 seminggu).

Terkendali teratur.
2 Mengendalikan rangsang berkemih 0 Tak terkendali atau pakai kateter

1 Kadang-kadang tak terkendali (hanya


1x/24 jam)
2
Mandiri
3 Membersihkan diri (seka muka, sisir 0 Butuh pertolongan orang lain
rambut, sikat gigi)
1 Mandiri
4 Penggunaan jamban, masuk dan keluar 0 Tergantung pertolongan orang lain
(melepaskan, memakai celana,
membersihkan, menyiram) Perlu pertolonganpada beberapa kegiatan
tetapi dapat mengerjakan sendiri
1 beberapa kegiatan yang lain.

2 Mandiri
5 Makan 0 Tidak mampu

1 Perlu ditolong memotong makanan

2 Mandiri
6 Berubah sikap dari berbaring ke duduk 0 Tidak mampu

1 Perlu banyak bantuan untuk bias duduk

2 Bantuan minimal 1 orang.

3 Mandiri
7 Berpindah/ berjalan 0 Tidak mampu

1 Bisa (pindah) dengan kursi roda.

2 Berjalan dengan bantuan 1 orang.

3 Mandiri
8 Memakai baju 0 Tergantung orang lain

1 Sebagian dibantu (mis: memakai baju)

2 Mandiri.
9 Naik turun tangga 0 Tidak mampu

1 Butuh pertolongan

2 Mandiri
10 Mandi 0 Tergantung orang lain

1 Mandiri

TOTAL SKOR

Skor BAI :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan hubungan tulang.
CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena
dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament atau tendon. Digunakan
untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus, noninvasive, yang
menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan computer untuk memperlihatkan
abnormalitas (mis: tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang. Dll.

Pemeriksaan Laboratorium:
Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin dan SGOT ↑ pada
kerusakan otot.

MASALAH KEPERAWATAN

Kerusakan mobilitas fisik


Gangguan rasa nyaman nyeri
Resiko terhadap kerusakan integritas kulit
Gangguan perfusi jaringan perifer
Kurang perawatan diri
Resiko terhadap cidera
Resiko terjadi infeksi
konstipasi

DAFTAR PUSTAKA
R. Boedhi-Darmojo, H. Hadi Martono, Buku Ajar geriatri(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), edisi
ke 2, Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.
Joseph J. Gallo, William Reichel, Lillian M. Andersen, Buku Saku Gerontologi, Edisi 2,
Jakarte, EGC, 1998.
Dr. Hardywinoto, SKM, Dr. Tony Setia budhi, Ph. D.Panduan Gerontologi, Jakarta,
PTGramedia Pustaka Utama, 1999.
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah Brunner &
Suddarth,Cetakan Ke satu, Jakarta, EGC, 2001

You might also like