You are on page 1of 7

ANALISA SURAT TILANG

Hukum Acara Pidana

Nama : Riyan Q. Putra

NPM : 110110090159

Dosen
Agus Takariawan S.H., M.H.

Tajuddin S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJAJARAN BANDUNG
2011
WEWENANG PENGADILAN NEGERI DALAM PERKARA PELANGGARAN LALU LINTAS

  Termasuk wewenang peradilan dengan acara pemeriksaan lalu lintas adalah


perkara-perkara lalu lintas yang diatur dalam UU No 14 Tahun 1992 yang sesuai dengan
Penjelasan Umum KUHAP Pasal 211 dari huruf a s/d h, yaitu:
a.          Mempergunakan jalan dengan cara yang dapat merintangi,
membahayakan ketertiban atau keamanan lalu lintas atau yang mungkin menimbulkan
kerusakan pada jalan
b.          Mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak dapat memperlihatkan
Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Surat Tanda Uji
Kendaraan yang sah atau tanda bukti yang diwajibkan menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan lalu lintas jalan atau ia dapat memperlihatkannya tetapi masa
berlakunya sudah daluwarsa;
c.           Membiarkan atau memperkenankan kendaraan bermotor dikemudikan
oleh orang yang tidak memiliki SIM;
d.          Tidak memenuhi ketentuan perundang-undangan lalu lintas jalan tentang
penomoran, penerangan, peralatan, perlengkapan, pemuatan kendaraan, dan syarat
penggandengan dengan kendaraan lain;
e.          Membiarkan kendaraan bermotor yang ada di jalan tan-pa dilengkapi plat
tanda nomor kendaraan yang sah, sesuai dengan STNK ybs;
f.            Pelanggaran terhadap perintah yang diberikan oleh petugas pengatur lalu
lintas jalan dan/atau isyarat alat pengatur lalu lintas jalan, rambu-rambu atau tanda
yang ada dipermukaan jalan;
g.          Pelanggaran terhadap ketentuan tentang ukuran dan muatan yang
diizinkan, cara menaikkan dan menurunkan penumpang, dan atau cara memuat dan
membongkar barang;

h.          Pelanggaran terhadap izin trayek, jenis kendaraan yang diperbolehkan


beroperasi di jalan yang ditentukan;

 PROSEDUR ACARA PEMERIKSAAN PERKARA PELANGGARAN LALU LINTAS

 Penyidik/Polisi tidak perlu membuat berita acara pemeriksaan (BAP), pelanggaran


hanya dicatat sebagaimana dimaksud dalam pasal 207 Ayat (1) huruf a KUHAP dalam
lembar kertas bukti pelanggaran/TILANG dan harus segera dilimpahkan kepada
pengadilan negeri setempat selambat-lambatnya pada kesempatan hari sidang pertama
berikutnya. Biasanya satu minggu setelah penangkapan tilang.

 Pelanggar/Terdakwa dapat hadir sendiri di persidangan atau dapat menunjuk


seorang dengan surat kuasa untuk mewakilinya (Pasal 213 KUHAP)

 Jika pelanggar/terdakwa atau wakilnya tidak hadir di siding yang telah


ditentukan, maka perkaranya tetap diperiksa dan diputuskan tanpa hadirnya pelanggar
(VERSTEK) (Pasal 214 Ayat (1)KUHAP)

 Dalam hal dijatuhkan putusan tanpa hadirnya terdakwa (verstek), surat amar
putusan segera disampaikan oleh penyidik kepada terpidana (Pasal 214 Ayat (2) KUHAP,
dan bukti surat amar putusan telah disampaikan oleh penyidik kepada terpidana,
diserahkan kepada panitera untuk dicatat dalam buku register (Ps.214 Ay. (3)KUHAP)
 Dalam hal putusan verstek berupa pidana penjara atau kurungan, terdakwa
dapat mengajukan perlawanan terhadap verstek (verzet), yang diajukan kepada
pengadilan yang menjatuhkan putusan tersebut, dalam waktu 7 (tujuh) hari sesudah
putusan diberitahukan secara sah kepada terdakwa (Pasal 214 Ayat (4) (5) KUHAP)

 Setelah panitera memberitahukan kepada penyidik adanya perlawanan/verzet,


hakim menetapkan hari sidang untuk memeriksa kembali perkara itu, jika putusan
setelah verzet tetap berupa pidana penjara/kurungan, terhadap putusan itu dapat
diajukan banding (Pasal 214 Ayat (8) KUHAP)

TEKNIK PEMERIKSAAN DI PERSIDANGAN TILANG

1.    Sidang dipimpin oleh hakim tunggal dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum
tanpa dihadiri Jaksa
2.    Terdakwa dipanggil masuk satu persatu, lalu diperiksa identitasnya
3.    Beritahukan / Jelaskan perbuatan pidana yang didakwakan kepada terdakwa  dan
pasal undang- undang yang dilanggarnya (dapat dilihat dari bunyi surat pengantar
pelimpahan perkara Penyidik maupun dalam lembar surat tilang)
4.    Hakim setelah menanyakan pelanggaran apa yang dilakukan terdakwa lalu
mencocokkan dan memperlihatkan barang bukti ( berupa SIM, STNK atau ranmor)
kepada pelanggar
5.    Sesudah selesai, hakim memberitahukan ancaman pidana atas tindak pidana yang
didakwakan kepada terdakwa ( hal ini dilakukan karena tidak ada acara
tuntutan/Requisitoir dari jaksa Penuntut Umum)
6.    Hakim harus memberi kesempatan bagi terdakwa untuk mengajukan pembelaan
(atau permohonan) sebelum menjatuhkan putusan;
7.    Selanjutnya hakim  menjatuhkan putusannya berupa  pidana denda atau kurungan
yang besarnya ditetapkan pada hari sidang  hari itu juga.
Jika dihukum denda , maka harus dibayar seketika itu juga disertai pembayaran biaya
perkara yang langsung dapat diterima oleh petugas yang mewakili kejaksaan sebagai
eksekutor. Karena sesuai dengan Pasal 1 butir 6, Pasal 215, dan 270 KUHAP,
pelaksanaan putusan dilaksanakan oleh Jaksa

 Pengembalian barang bukti dalam sidang acara cepat dapat dilakukan dalam
sidang oleh hakim seketika setelah diucapkan putusan setelah pidana denda dan
ongkos perkara dilunasi/dibayar.

 Semua denda maupun ongkos perkara yang telah diputuskan oleh Hakim
seluruhnya wajib segera disetorkan ke kas Negara oleh Kejaksaan selaku
eksekutor.

Identitas Terdakwa
Dalam Surat Tilang yang bernomor registrasi 2717020 A, disebutkan bahwa
identitas tersangka :

Nama : Soni

Alamat : Babakan Teureup Rt.04/10 Ujung Berung Bandung

Pekerjaan : Swasta

Umur : 30 tahun

SIM Golongan :C

Kendaraan No. Register : D 3291 HX


Telah melanggar peraturan lalu lintas pada hari senin tanggal 7 Maret 2011 pada
jam 10. Selanjutnya pihak yang berwenang meminta terdakwa untuk menghadiri sidang
Pengadilan Negeri di Jln. L.L.R.E Martadinata pada hari Jumat tanggal 18 Maret 2011.

Pasal yang dikenakan pada terdakwa:

Terdakwa Hayun Nurdiana melanggar pasal 281 Undang – Undang No. 22 tahun

2009 tentang LLAJ. Undang – Undang No. 22 tahun 2009 adalah UU mengenai Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan.

Pasal 281 UU No. 22 tahun 2009 menyebutkan bahwa:


“Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak
memiliki Surat Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).”
Dan yang disebutkan dalam pasal 77 ayat (1) itu adalah:
“(1) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib
memiliki Surat Izin Mengemudi sesuai dengan jenis Kendaraan Bermotor yang
dikemudikan.”
Jumlah denda yang tertera untuk pelanggaran tersebut adalah Rp.100.000,
Rp.250.000, Rp.500.000, Rp.750.000 dan Rp.1.000.000. penjatuhan hukuman denda ini
diputus oleh hakim pada saat persidangan tilang.
Proses Persidangan

Sidang tilang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit.


Daftarkan diri sebagai peserta sidang dengan menyerahkan kartu tilang ke loket panitia
tilang. Setelah memberikan surat tilang ke loket dan memilih untuk ikut sidang, maka
setelah itu akan mendapat kartu nomor urut. Ketika persidangan dimulai, setiap surat
tilang yang dikumpulkan petugas dipanggil satu per satu. Kemudian didudukkan di
bangku terdakwa, dibacakan jumlah denda oleh hakim dan persidangan pun selesai. Di
luar ruang sidang hanya tinggal membayar denda di loket pembayaran.

You might also like