You are on page 1of 33

Page 1 of 33 

Skema QoS dan Protokol Pendukung

BAB I
PENDAHULUAN

Quality of Service (QoS)

1.1 Definisi QoS

Di bidang jaringan komputer dan packet-switched jaringan telekomunikasi, lalu


lintas istilah Quality of Service (QoS) mengacu pada mekanisme kontrol reservasi
resource daripada kualitas pelayanan yang dicapai. QoS adalah kemampuan untuk
memberikan prioritas yang berbeda untuk berbagai aplikasi, pengguna, atau aliran data,
atau untuk menjamin tingkat kinerja tertentu ke aliran data. Sebagai contoh, laju bit
yang diperlukan, delay, jitter, probabilitas packet dropping dan / atau bit error rate (BER)
dapat dijamin.Jaminan QoS penting jika kapasitas jaringan tidak cukup, terutama untuk
aplikasi streaming multimedia secara real-time seperti voice over IP, game online dan
IP-TV, karena sering kali ini tetap memerlukan bit rate dan tidak diperbolehkan adanya
delay, dan dalam jaringan di mana kapasitas resource yang terbatas, misalnya dalam
komunikasi data selular. Dalam ketiadaan jaringan, mekanisme QoS tidak diperlukan.
Sebuah jaringan atau protokol yang mendukung QoS dapat menyepakati sebuah
kontrak traffic dengan software aplikasi dan kapasitas cadangan di node jaringan,
misalnya saat sesi fase pembentukan.
Selama sesi dapat memantau tingkat kinerja yang dicapai, misalnya data rate
dan delay, dan kontrol secara dinamis prioritas penjadwalan di simpul jaringan. Sebuah
layanan atau jaringan best effort tidak mendukung kualitas layanan. Sebuah alternatif
untuk mekanisme kontrol QoS adalah untuk menyediakan komunikasi berkualitas tinggi
melalui jaringan best effort oleh pengadaan kapasitas yang lebih sehingga cukup untuk
puncak beban trafik yang diharapkan.
Di bidang telepon, kualitas pelayanan didefinisikan dalam standar ITU X.902
sebagai "Satu set persyaratan kualitas pada perilaku kolektif dari satu atau lebih
objek". Quality of Service terdiri dari persyaratan pada semua aspek sambungan,
seperti pelayanan waktu response, loss sinyal-to-noise ratio, cross-talk, echo, interrupt,
Page 2 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

respons frekuensi, tingkat kenyaringan, dan seterusnya. Bagian dari telephony QoS
adalah persyaratan Grade of Service (GOS), yang terdiri dari sambungan aspek yang
berhubungan dengan kapasitas dan jangkauan jaringan, misalnya menjamin
probabilitas blocking maximum dan probabilitas outage. QoS kadang-kadang digunakan
sebagai ukuran kualitas, dengan banyak alternatif definisi, bukan mengacu pada
kemampuan sumber daya cadangan. QoS kadang-kadang mengacu pada tingkat
kualitas pelayanan, yaitu jaminan kualitas layanan.

1.2 Parameter-Parameter Quality of Service (QoS)

Pada jaringan packet switched, kualitas layanan dipengaruhi oleh berbagai


faktor, yang dapat dibagi menjadi faktor "manusia" dan faktor "teknis". Faktor-faktor
manusia meliputi: stabilitas layanan, ketersediaan layanan, delay, dan informasi
pengguna. Faktor-faktor teknis meliputi: realibility, scalability, effectiveness,
maintainability, Grade of Service (GOS), dll. Terdapat banyak hal bisa terjadi pada
paket ketika mereka melakukan perjalanan dari asal ke tujuan, yang mengakibatkan
masalah-masalah berikut dilihat dari sudut pandang pengirim dan penerima,atau yang
sering disebut sebagai parameter-parameter QoS:

Throughput
Karena beban yang bervariasi dari pengguna lain yang menggunakan resource yang
sama, bit-rate (throughput maksimum) yang dapat diberikan kepada aliran data tertentu
mungkin terlalu rendah untuk layanan multimedia realtime jika semua aliran data yang
mendapatkan prioritas penjadwalan yang sama.

Packet Loss

Packet Loss / Error adalah ukuran error rate dari transmisi packet data yang diukur
dalam persen. Packet hilang (bit loss) yang biasanya dikarenakan buffer yang terbatas,
Page 3 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

urutan packet yang salah termasuk dalam error rate ini. Packet Loss = Frame dari
Transmitter – Frame dari Receiver

Delay
Mungkin dibutuhkan waktu yang lama untuk sebuah paket untuk mencapai tujuan,
karena adanya antrian yang panjang, atau mengambil rute yang lain untuk menghindari
kemacetan. Dalam beberapa kasus, penundaan yang berlebihan dapat membuat
aplikasi seperti VoIP atau online game tidak dapat digunakan.

Jitter
Paket dari sumber akan mencapai tujuan dengan berbagai penundaan. Sebuah paket
delay bervariasi dengan posisinya dalam antrian dari router sepanjang jalur antara
sumber dan tujuan dan posisi ini dapat bervariasi secara tak terduga. Variasi dalam
penundaan ini dikenal sebagai jitter dan dapat mempengaruhi kualitas streaming audio
dan / atau video.

Out-of-order
Ketika sebuah paket yang disalurkan melalui internet, paket-paket yang berbeda dapat
mengambil rute yang berbeda, masing-masing mengakibatkan penundaan yang
berbeda. Dan akibatnya adalah bahwa paket-paket tiba dalam urutan yang berbeda dari
mereka dikirim. Masalah ini memerlukan protokol tambahan khusus bertanggung jawab
untuk mengatur kembali out-of-order untuk paket-paket ke sebuah isochronous state
setelah mereka mencapai tujuan mereka. Hal ini terutama penting bagi VoIP stream
video dan kualitas secara dramatis di mana dipengaruhi oleh kedua latensi dan
kurangnya isochronicity.

Error
Kadang-kadang paket yang salah arah, atau dikombinasikan bersama-sama, atau
rusak, sementara perjalanan. Penerima harus mendeteksi ini dan, sama seperti jika
paket dijatuhkan, meminta si pengirim untuk mengulang sendiri.
Page 4 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

1.3 Mekanisme Quality of Service (QoS)

Sebuah alternatif untuk mekanisme kontrol QoS adalah untuk menyediakan


komunikasi berkualitas tinggi dengan over-provisioning jaringan sehingga kapasitas
didasarkan pada perkiraan beban puncak trafik. Pendekatan ini sederhana dan
ekonomis untuk jaringan dengan beban trafik ringan dan dapat diprediksi. Kinerjanya
wajar untuk banyak aplikasi. Ini mungkin termasuk aplikasi yang dapat
mengkompensasi variasi bandwidth dan delay dengan receive buffer besar, misalnya
dalam video streaming. Komersial layanan VoIP sering kompetitif dengan layanan
telepon biasa dalam hal kualitas panggilan meskipun mekanisme QoS biasanya tidak
digunakan pada pengguna hubungan ke ISP dan penyedia VoIP sambungan ke ISP
yang berbeda. Di bawah kondisi beban tinggi, bagaimanapun, kualitas VoIP mengalami
penurunan ke kualitas telepon seluler atau lebih buruk. Jumlah over-provisioning dalam
link interior diperlukan untuk mengganti QoS tergantung pada jumlah pengguna dan
permintaan trafik. Seperti sekarang layanan Internet mendekati satu miliar pengguna,
hanya ada sedikit kemungkinan bahwa over-provisioning dapat menghilangkan
kebutuhan QoS ketika VoIP menjadi lebih umum.
Untuk jaringan narrowband, biaya bandwidth sangat besar dan over-provisioning
sulit untuk dilakukan. Dalam situasi ini, dua filosofi yang berbeda jelas dikembangkan
teknisi dalam memberikan perlakuan khusus untuk paket yang membutuhkan ini.
Kerja awal menggunakan "IntServ" yaitu melakukan pemesanan resource. Dalam
model ini, aplikasi menggunakan Resource Reservation Protocol (RSVP) untuk
meminta dan memesan resource melalui jaringan. Sementara mekanisme IntServ
melakukan kerja, disadari bahwa dalam jaringan broadband dari penyedia layanan yang
lebih besar, Core router akan diperlukan untuk menerima, mempertahankan, dan
merobohkan ribuan atau mungkin puluhan ribu pemesanan. Ini diyakini bahwa
pendekatan ini tidak akan mengimbangi dengan pertumbuhan internet, dan dalam
setiap kejadian itu bertentangan dengan konsep merancang jaringan, sehingga Core
Page 5 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

router melakukan sedikit lebih dari sekadar menyalurkan paket-paket pada tingkat yang
tertinggi.
Kedua dan saat ini pendekatan diterima adalah "DiffServ" atau Differentiated
Services. Dalam model DiffServ, paket ditandai sesuai dengan jenis layanan yang
mereka butuhkan. Sebagai tanggapan terhadap tanda-tanda tersebut, router dan switch
menggunakan berbagai strategi untuk menyesuaikan antrian kinerja untuk
persyaratan. (Pada IP layer, jasa dibedakan kode titik (DSCP) tanda-tanda
menggunakan 6 bit dalam header paket IP. Pada lapisan MAC, VLAN IEEE 802.1Q dan
IEEE 802.1p dapat digunakan untuk membawa informasi pada dasarnya sama)
Router dengan DiffServ menggunakan beberapa antrian untuk pengiriman paket yang
sedang menunggu dari interface bandwidth terbatas (misalnya, wide area). Vendor
router menyediakan kemampuan yang berbeda untuk mengkonfigurasi perilaku ini,
untuk menyertakan jumlah antrian, prioritas relatif dari antrian, dan bandwidth yang
telah disediakan untuk masing-masing antrian. Dalam prakteknya, ketika sebuah paket
harus diteruskan dari sebuah interface dengan antrian, paket-paket yang membutuhkan
jitter rendah (misalnya, VoIP atau VTC) diberikan prioritas di atas paket-paket di antrian
yang lain. Biasanya, beberapa bandwidth dialokasikan secara default untuk mengontrol
jaringan paket (misalnya, ICMP dan routing protokol), sedangkan best effort traffic
mungkin hanya akan diberikan bandwidth apapun yang tersisa.
Page 6 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

BAB II

INTEGRATED SERVICE

2.1 Dasar Integrated Service

Integrated Service Model atau disingkat IntServ merupakan sebuah model QoS
yang bekerja untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan QoS berbagai perangkat
dan berbagai aplikasi dalam sebuah jaringan. Dalam model IntServ ini, para pengguna
atau aplikasi dalam sebuah jaringan akan melakukan request terlebih dahulu mengenai
servis dan QoS jenis apa yang mereka dapatkan, sebelum mereka mengirimkan data.
Request tersebut biasanya dilakukan dengan menggunakan sinyal-sinyal yang jelas
dalam proses komunikasinya.

Dalam request tersebut, pengguna jaringan atau sebuah aplikasi akan


mengirimkan informasi mengenai profile traffic mereka ke perangkat QoS. Profile traffic
tersebut akan menentukan hak-hak apa yang akan mereka dapatkan seperti misalnya
berapa bandwidth dan delay yang akan mereka terima dan gunakan.

Setelah mendapatkan konfirmasi dari perangkat QoS dalam jaringannya, maka


pengguna dan aplikasi tersebut baru diijinkan untuk melakukan transaksi pengiriman
dan penerimaan data. Transaksi data akan dilakukan dalam batasan-batasan yang
telah diberikan oleh perangkat QoS tersebut tanpa kecuali.

Sebuah perangkat QoS biasanya akan bertindak sebagai pengontrol hak-hak


yang akan diterima oleh pengguna. Sedangkan pengguna jaringan dan aplikasi
didalamnya bertugas untuk mengirimkan profile nya untuk dapat diproses dalam
perangkat QoS. Setelah hak-hak pengguna jaringan jelas, perangkat QoS akan
memenuhi komitmen yang telah dijanjikannya dengan cara mempertahankan status
semua pengguna dan kemudian melakukan proses-proses QoS untuk memenuhinya.
Proses-proses tersebut adalah Packet Classification, Policing, Queing, dan banyak lagi
yang akan dibahas selanjutnya.
Page 7 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

Real-time QoS bukan satu-satunya isu untuk manajemen trafik untuk internet. Operator
jaringan menginginkan kemampuan yang dapat mengontrol pembagian bandwidth pada
link yang berbeda di antara kelas-kelas trafik. Integrated Service digunakan sebagai
model servis internet yang memiliki best-ffort service, real-time service, dan controlled
link sharing.

Secara abstrak, pencapaian system secara arsitektur terdiri dari dua elemen:
model servis yang extended, yang biasanya disebut model Integrated Service dan
framework referensi yang diimplementasi.

2.1.1 RSVP

Pada kebanyakan perangkat jaringan yang mampu menjalankan QoS model


IntServ, dilengkapi sebuah system sinyaling yang bertugas untuk mengirimkan profile
dan request mereka ke perangkat QoS. Sistem sinyaling tersebut sering disebut
dengan istilah Resource Reservation Protocol (RSVP).

RSVP merupakan protokol signaling khusus untuk keperluan QoS. Protokol ini
menggunakan info dari routing protocol untuk menentukan jalur terbaik menuju ke suatu
lokasi. Meskipun RSVP sangat cocok digunakan untuk keperluan pengaturan QoS pada
aplikasi real-time seperti IP Telephony, NetMeeting, IPTV streaming, dan banyak lagi,
namun penggunaan RSVP sangatlah terbatas.

RSVP dapat digunakan oleh host dan router untuk meminta atau mengirimkan
level yang spesifik dari QoS untuk aplikasi data stream atau aliran. RSVP
mendefinisikan bagaimana aplikasi penempatan reservasi dan bagaimana RSVP
menghentikan resource yang terservasi saat kebutuhan resource tersebut telah
terpenuhi. Operasi RSVP umumnya akan berpengaruh pada resource yang direservasi
pada setiap node sepanjang path.

RSVP bukan merupakan routing protocol dan telah didesain supaya dapat
beroperasi pada routing protocol yang telah ada sekarang dan yang akan datang.
Page 8 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

Penggunaan RSVP sangat terbatas dikarenakan semua perangkat yang berada


dalam jaringan yang mendukung QoS jenis ini harus mendukung system sinyaling
RSVP. Selain itu sistem sinyaling ini juga sangat haus akan proses CPU dan kapasitas
memori. Dengan demikian penggunaannya tidak terlalu meluas.

RSVP melayani resource untuk sebuah aliran. Sebuah aliran diidentifikasi


dengan alamat tujuan, pengidentifikasi protoko,ataupun port tujuan. Pada setiap aliran,
RSVP juga mengidentifikasi QoS secara khusus yang dibutuhkan oleh aliran walaupun
itu tidak mengetahui informasi spesifik dari QoS. Informasi spesifik QoS ini disebut
flowspec dan RSVP mengetahui flowspec dari aplikasi ke host dan router sepanjang
path. Sistem tersebut kemudian menganalisa flowspec untuk menerima da melayani
resource. Sebuah flow spec terdiri dari:

1. Service class
2. Spec reservasi (mendefinisikan QoS)
3. Spec Traffik (mendeskripsikan aliran data)

Sebuah permintaa reservasi memiliki sabuah set option yang disebut “style”
reservasi. Sebuah option reservasi mengkhususkan pada perlakuan reservasi pada
pengirim yang berbeda dalam session yang sama, menimbulkan perbedaan reservasi
untuk setiap pengirim upstream, atau menyebabkan sebuah reservasi yang dibagi dia
antara semua paket yang diseleksi pengirim.

Aturan RSVP tidak mengijinkan penggabungan antara reservasi yang terbagi


dengan reservasi yang berbeda, karena secara fundamental akan tidak compatible .
Juga tidak diizinkan penggabungan seleksi pengirim eksplisit dengan seleksi pengirim
wildcard, karena akan menimbulkan servis yang tidak diinginkan untuk penerima yang
menspesifikasikan seleksi eksplisit.

Sender || Reservations:
Selection || Distinct | Shared
_________||__________________|____________________
Page 9 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

|| | |
Explicit || Fixed-Filter | Shared-Explicit |
|| (FF) style | (SE) Style |
__________||__________________|____________________|
|| | |
Wildcard || (None defined) | Wildcard-Filter |
|| | (WF) Style |
__________||__________________|____________________|

Atribut Reservasi dan “Style”

Filterspec mendefinisikan suatu set paket ayng telah dipengruhi oleh flowspec.
Filterspec menyeleksi sebuah subset dari semua paket yang diproses oleh sebuah
node. Selesi ini dapat berantung pada atribut paket (alamat IP pengirim dan port).
Style reservasi RSVP yang ada yaitu:
1. Fixed filter-melayani resource untuk aliran spesifik
2. Shared Explisit-melayani resource untuk beberapa aliran dan semua shared
resource
3. Wildcard filter-melayani resource untuk aliran tipe umum tanpa spesifikasi aliran ,
semua aliran membagi resource
Sebuah permintaan reservasi RSVP terdiri dari sebuah flowspec dan sebuah filterspec
dan keselruhannya disebut flowdescriptor. Efek pada setiap node dari setiap spec
adalah ketika flowspec men-set parameter dari scheduler paket pada setiap node,
filterspec men-set parameter pada paket classifier.
Ketika router tujuan menerima message path, maka router akan:
1. Membuat sebuah reservasi berdasarkan parameter permintaan. Untuk itu,
admission control dan policy control memproses parameter permintaan dan
menginstruksikan paket classifier untuk menangani pakat data yang telah
diseleksi atau menegosiasikan dengan upper layer bagaimana penanganan
paket tersebut.
Page 10 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

2. Meneruskan request upstream. Pada setiap node, flowspec pesan reservasi


akan dimodifikasi oleh node selanjutnya.
Reservasi message jugamemiliki filterspec object, yang mendefinisikan paket yang
akan menerima permintaan QoS terdefinisi pada flowspec. Sebuah filterspec sederhana
dapat menjadi alamat IP pengirimdan secara optional UDP atau TCP port. Setiap node
pada path dan menerima atau menolak permintaan.

Contoh aplikasi yang berpartisipasi dalam bentuk sesi RSVP sebagai pengirim data
register dengan RSVP. Sepotong informasi yang diberikan oleh aplikasi contoh adalah
TSpec Sender yang menggambarkan aplikasi lalu lintas. Informasi ini digunakan untuk
membangun sebuah SENDER_TSPEC RSVP objek, yang disertakan dalam pesan
PATH RSVP dihasilkan untuk aplikasi. Aplikasi ini juga yang mengirimkan konstruksi
awal objek ADSPEC RSVP. Adspec ini membawa informasi tentang kontrol QoS
kemampuan dan persyaratan aplikasi pengiriman sendiri, dan membentuk titik awal
untuk mengumpulkan jalan property. ADSPEC akan ditambahkan ke pesan PATH
RSVP diciptakan pada pengirim.

2.2 Model Layanan Integrated Service


Dengan adanya sebuah router berkemampuan QoS dan disatukan dengan
perangkat jaringan yang mendukung RSVP, maka biasanya para penjual jasa jaringan
dan internet dapat menciptakan dua jenis servis untuk dijual:

• Guaranteed Rate Service

Jika diterjemahkan arti dari servis ini adalah data rate yang digaransi. Maksud dari
servis ini adalah pihak penyedia jasa akan menjamin bandwidth dan kualitas yang akan
digunakan oleh pengguna atau sebuah aplikasi. Alokasi bandwidth sengaja
dicadangkan oleh perangkat QoS untuk pengguna tersebut. Dengan demikian
pengguna tidak akan berbagi bandwidth dengan pengguna lain. Servis jenis ini sangat
cocok untuk memberikan kualitas yang baik pada aplikasi-aplikasi real-time seperti
video converence.
Page 11 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

Guaranteed Service dipanggil dengan menentukan lalu lintas (TSpec) dan


layanan yang dikehendaki (RSpec) ke elemen jaringan. Sebuah permintaan layanan
untuk aliran yang sudah ada yang memiliki TSpec baru dan / atau RSpec HARUS
diperlakukan sebagai permintaan baru, dalam arti bahwa kontrol penerimaan
SEHARUSNYA diterapkan kembali kepada aliran.

• Controlled Load Service

Dalam servis jenis ini, besarnya bandwidth tidak dijamin akan dicadangkan untuk
para pengguna jaringan tersebut. Servis ini bekerja dengan cara menjaga agar
pengguna dan aplikasi didalamnya dapat selalu mendapatkan kualitas jaringan dengan
delay yang rendah dan throughput yang tinggi meskipun jaringan dalam kondisi sibuk
dan padat. Dengan demikian bandwidth dapat digunakan dengan efisien karena tidak
terbuang percuma, namun penggunanya masih bisa mendapatkan kualitas yang
terjaga.

Controlled Load Service dipanggil dengan menentukan aliran data parameter lalu
lintas yang diinginkan (TSpec) ke elemen jaringan. Permintaan dipasang untuk aliran
baru akan diterima jika elemen jaringan memiliki kemampuan untuk meneruskan paket-
paket aliran itu. Permintaan untuk mengubah TSpec untuk aliran yang sudah ada harus
diperlakukan sebagai permintaan baru, dalam arti bahwa pengakuan kontrol harus
diterapkan kembali kepada aliran. Permintaan yang TSpec untuk mengurangi aliran
yang sudah ada (dalam arti bahwa TSpec baru benar-benar lebih kecil daripada TSpec
lama sesuai dengan aturan) tidak boleh ditolak layanan.
Page 12 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

BAB III

Differentiated Services (DiffServ)

Sekilas mengenai DiffServ

• Ada kebutuhan yang jelas relatif sederhana dan metode kasar untuk
menyediakan pelayanan kelas yang dibedakan untuk taffic internet dalam hal
mendukung berbagai jenis aplikasi dan bisnis yang spesifik .
• Kerangka kerja yang memungkinkan pelayanan berbeda kualitas dari layanan-
ketentuan dalam jaringan domain dengan menerapkan aturan-aturan dengan
tujuan untuk membuat agregat traffic dan kopling masing-masing dengan jalan
forwarding khusus dalam domain melalui penggunaan codepoint dalam header
IP.

DiffServ memungkinkan pendekatan ke IP QoS yang adalah;


a. Modulator
b. increamentally deployable
c. scalable
d. memperkenalkan minimal per-node kompleksitas

3.1 Diffserv terminology

a. Per Hop Behavior (PHB)


Mendefinisikan perilaku sebuah switch ketika forwarding paket tertentu,
pelayanan apa yang mereka terima.
b. Behavior Aggregate (BA)
Sekelompok paket yang melewati suatu titik jaringan umum yang memiliki
label yang Common (DSCP) sehingga mereka mengalami PHB yang
sama pada titik tersebut.
c. Differentiated Services Code Point (DSCP)
Merupakan Header IP lapangan.

IP headers carry diffserv labels


Page 13 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

Informasi Diffserv dilakukan dalam sebuah header IP 8b bidang:


• IPv4: “Type of Service”
• IPv6: “Traffic Class”

0 1 2 3 4 5 6 7
+---+---+---+---+---+---+---+---+
| DSCP | ECN |
+---+---+---+---+---+---+---+---+

Router dapat ditandai di bidang DSCP:

• Secara khusus, pertama-hop router ditandai ketika sumber yang mengaturnya


menunjukkan
Jenis Layanan tradisional
• Interpretasi DSCP dapat disesuaikan untuk domain tertentu tertanda di
domain batas.

3.2 Diffserv entities

• Domains: Jaringan antar daerah dengan administrasi umum


kepemilikan,dengan serangkaian kebijakan penyediaan layanan dan
definisi PHB
• Boundary node: Titik masuk (ingress) atau keluar (jalan keluar) dari
domain. Kondisi lalu lintas & set DSCP label (seperti MPLS LER).
• Interior nodes: Dalam sebuah domain, tapi bukan batas simpu ,transit
ltraffic maju, dengan pelayanan ditentukan oleh label (seperti MPLS
LSRs)

Mungkin tanda lalu lintas yang dihasilkan secara lokal (mungkin juga
dilakukan oleh sumber).
Page 14 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

3.3 Service Level Agreements

Setiap sumber membuat kesepakatan dengan domain local.Domain membuat


kesepakatan dengan satu sama lain untuk memenuhi komitmen mereka untuk menjadi
sumber. Perjanjian sering statis dan dibuat secara manual. Juga dapat dilakukan
secara dinamis melalui sinyal protokol, contohnya; RSVP.
Page 15 of 33 
Skema QoS
Q dan Pro
otokol Pendu
ukung

3.4 Arsiitektur DifffServ

„ The
T letters X and Y rep
present the DS bounda
ary routers

„ DS
D bounda
ary routerss contain traffic
t conditioners tthat ensure
e and enfforce
perfomance (e.g., shap
pers and po
olicers)
Page 16 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

3.5 DiffServ Traffic Conditioner Block

Classifier: Memilih paket dalam arus traffic berdasarkan isi dari beberapa bagian dari
header paket

Meter : Memeriksa kepatuhan parameter traffic (misalnya, Token Bucket) dan


melewati hasil untuk marker dan pembentuk / penetes untuk memicu aksi untuk in / out-
of-profil paket.

Marker: mencatat/ menulis ulang nilai DSCP.

Shaper : menunda beberapa paket untuk menjadi sesuai dengan profil.

3.5.1 DiffServ vs MPLS

• Diffserv, sebagaimana disebutkan sebelumnya, mengambil IP KL (jenis


layanan) lapangan, mengganti nama itu DS byte, dan menggunakannya
untuk membawa informasi tentang persyaratan layanan paket IP.
• Bekerja pada Layer 3 saja dan tidak berurusan dengan lapisan yang lebih
rendah.

Sedangkan,

• Di sisi lain, MPLS menentukan cara-cara yang ada di Layer 3 .Traffic


dapat dipetakan atau berorientasi koneksi ke Layer 2 transport seperti
ATM dan Frame Relay.
Page 17 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

• MPLS menambahkan label yang berisi informasi routing spesifik untuk


setiap paket IP dan memungkinkan router untuk secara eksplisit
menetapkan jalan untuk berbagai kelas taffic

• MPLS juga menawarkan rekayasa traffic dan teknik yang dapat


meningkatkan efisiensi routing IP.

3.6 DiffServ Issues/Problems


• Provisioning
Tidak seperti RSVP / IntServ, DiffServ perlu diatur Menyiapkan
berbagai kelas di seluruh jaringan memerlukan pengetahuan
tentang aplikasi dan lalu lintas statistik untuk agregat lalu lintas di
dalam jaringan.
• Billing and Monitoring
Manajemen masih merupakan masalah besar. Meskipun paket /
detik, byte / detik dan banyak counter lain yang tersedia melalui
kelas Informasi Manajemen berbasis Base (MIB), penagihan dan
pemantauan isu masih sulit.
• QoS and Routing
Salah satu kelemahan terbesar berasal dari DiffServ fakta bahwa
isyarat / provisioning terjadi terpisah dari proses routing.Dengan
demikian, mungkin ada jalur (misalnya OSPF, ISIS, EIGRP) di
jaringan yang memiliki sumber daya yang dibutuhkan, bahkan
ketika gagal DiffServ menemukan sumber daya.
Page 18 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

3.7 Bandwidth Brokers

Diagram yo

• 1 Request: A wants to transfer data to B.


• 2 Request requires negotiation between Bba and BBb.
• 3, 4. Brokers configure routers within the domains.
• 5, 6, 7. Transfer of data

Resource Management: Bandwidth Brokers;


• Melacak bandwidth yang dialokasikan dalam jaringan domain
• Proses permintaan alokasi bandwidth baru
• Dikonfigurasi dengan kebijakan organisasi - menjalin hubungan
dengan broker di wilayah yang berdekatan
• Broker mengkonfigurasi router di dalam domain tertentu untuk
memberikan layanan kepada aliran
• Proses ini ditunjukkan dalam diagram di atas (diagram yo)
Page 19 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

BAB IV

MPLS (Multi-Protocol Label Switching)

4.1 Pengertian MPLS

MPLS adalah teknologi penyampaian paket pada jaringan backbone


berkecepatan tinggi. Asas kerjanya menggabungkan beberapa kelebihan dari sistem
komunikasi circuit-switched dan packet-switched yang melahirkan teknologi yang lebih
baik dari keduanya. Sebelumnya, paket-paket diteruskan dengan protokol routing
seperti OSPF, IS-IS, BGP, atau EGP. Protokol routing berada pada lapisan network
(ketiga) dalam sistem OSI, sedangkan MPLS berada di antara lapisan kedua dan
ketiga. Secara teknis Multi-Protocol Label Switching (MPLS) dapat dikatakan sebagai
suatu metode forwarding (meneruskan data melalui suatu jaringan dengan
menggunakan informasi dalam label yang dilekatkan pada paket IP. MPLS
menggabungkan teknologi switching layer-2 dengan teknologi routing layer-3 serta
menyederhanakan routing paket dan mengoptimalkan pemilihan jalur (path) yang
melalui core network.

Teknologi ATM dan frame relay bersifat connection-oriented yaitu setiap virtual
circuit harus disetup dengan protokol persinyalan sebelum transmisi. IP bersifat
connectionless yaitu protocol routing menentukan arah pengiriman paket dengan
bertukar info routing. MPLS mewakili konvergensi kedua pendekatan ini. Berikut
merupakan arsitektur MPLS.

Gambar 4.1 Arsitektur MPLS


Page 20 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

Network MPLS terdiri atas sirkit yang disebut Label-Switched Path (LSP), yang
menghubungkan titik-titik yang disebut Label-Switched Router (LSR). LSR pertama dan
terakhir disebut ingress dan egress. Setiap LSP dikaitkan dengan sebuah Forwarding
Equivalence Class (FEC), yang merupakan kumpulan paket yang menerima perlakukan
forwarding yang sama di sebuah LSR. FEC diidentifikasikan dengan pemasangan label.
Untuk membentuk LSP, diperlukan suatu protokol persinyalan. Protokol ini menentukan
forwarding berdasarkan label pada paket. Label yang pendek dan berukuran tetap
mempercepat proses forwarding dan mempertinggi fleksibilitas pemilihan path. Hasilnya
adalah network datagram yang bersifat lebih connection-oriented.

4.2 Struktur Header MPLS

Gambar 4.2 Format Header MPLS

Tidak seperti ATM yang memecah paket-paket IP, MPLS hanya melakukan
enkapsulasi paket IP, dengan memasang header MPLS. Header MPLS terdiri atas 32
bit data, termasuk 20 bit label, 3 bit eksperimen, dan 1 bit identifikasi stack, serta 8 bit
TTL. Label adalah bagian dari header, memiliki panjang yang bersifat tetap, dan
merupakan satu-satunya tanda identifikasi paket. Label digunakan untuk proses
forwarding, termasuk proses traffic engineering.
Setiap LSR memiliki tabel yang disebut label-swiching table. Tabel itu berisi
pemetaan label masuk, label keluar, dan link ke LSR berikutnya. Saat LSR menerima
paket, label paket akan dibaca, kemudian diganti dengan label keluar, lalu paket
dikirimkan ke LSR berikutnya. Selain paket IP, paket MPLS juga bisa dienkapsulasikan
kembali dalam paket MPLS. Maka sebuah paket bisa memiliki beberapa header. Dan
Page 21 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

bit stack pada header menunjukkan apakah suatu header sudah terletak di 'dasar'
tumpukan header MPLS itu.
Adapun elemen-elemen penyusun MPLS ialah :

1a. Existing routing protocols (e.g. OSPF, ISIS) 4. Label Edge Router at
establish reachability to destination networks egress removes label
and delivers packet
1b. Label Distribution Protocol (LDP)
establishes label to destination
network mappings.

2. Ingress Label Edge Router


receives packet, performs Layer 3. Label Switches
3 value- added services, and switch label packets
“label” packets using label swapping

Gambar 4.3 Komponen MPLS


Komponen MPLS
A. Label Switched Path (LSP)
Merupakan jalur yang melalui satu atau serangkaian LSR dimana paket
diteruskan oleh label swapping dari satu MPLS node ke MPLS node yang lain.
b. Label Switching Router
MPLS node yang mampu meneruskan paket-paket layer 3.
c. MPLS Edge Node atau Label Edge Router (LER)
MPLS node yang menghubungkan sebuah MPLS domain dengan node yang
berada di luar MPLS domain.
d. MPLS Egress Node
MPLS node yang mengatur trafik saat meninggalkan MPLS domain.
e. MPLS Ingress Node
MPLS node yang mengatur trafik saat akan memasuki MPLS domain.
f. MPLS Label
Merupakan label yang ditempatkan sebagai MPLS header.
Page 22 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

g. MPLS NodeNode yang menjalankan MPLS.


MPLS node ini sebagai control protocol yang akan meneruskan paket berdasarkan
label. Dalam hal ini MPLS node merupakan sebuah router

4.3 Prinsip Kerja dan Pengukuran QoS pada MPLS


Konsep utama MPLS ialah teknik peletakan “label” dalam setiap paket yang
dikirim melalui jaringan ini. MPLS bekerja dengan cara melabeli paket-paket data
dengan label, untuk menentukan rute dan prioritas pengiriman paket tersebut. Label
tersebut akan memuat informasi penting yang berhubungan dengan informasi routing
suatu paket, diantaranya berisi tujuan paket serta prioritas paket mana yang harus
dikirimkan terlebih dahulu. Teknik ini biasa disebut dengan label switching. Dengan
informasi label switching yang didapat dari routing network layer, setiap paket hanya
dianalisa sekali di dalam router di mana paket tersebut masuk ke dalam jaringan untuk
pertama kali. Router tersebut berada di tepi dan dalam jaringan MPLS yang biasa
disebut dengan Label Switching Router (LSR). Ide dasar teknik MPLS ini ialah
mengurangi teknik pencarian rute dalam setiap router yang dilewati setiap paket,
sehingga sebuah jaringan dapat dioperasikan dengan efisien dan jalannya pengiriman
paket menjadi lebih cepat.
Kunci pengambilan keputusan pengiriman suatu paket oleh router ditentukan
oleh semua sumber informasi yang dapat dikerjakan oleh sebuah label switching
dengan melihat nilai suatu label yang panjangnya tertentu. Tabel ini biasa disebut Label
Forwarding Information Base (LFIB). Sebuah label akan digunakan sebagai sebuah
indeks suatu node dan akan digunakan untuk memutuskan tujuan selanjutnya, dengan
pergantian label di dalam node tersebut. Label lama digantikan oleh label baru, dan
paket akan dikirimkan ke tujuan selanjutnya. Karenanya sebuah label switching akan
membuat pekerjaan router dan switch menjadi lebih mudah dalam menentukan
pengiriman suatu paket. MPLS ini akan memperlakukan switch-switch sebagai suatu
peer-peer, dan mengontrol feature yang secara normal hanya dapat berjalan di jaringan
ATM. Dalam jaringan MPLS sekali suatu paket telah dibubuhi “label”, maka tidak perlu
lagi terdapat analisa header yang dilakukan oleh router, karena semua pengiriman
paket telah dikendalikan oleh label yang ditambahkan tersebut.
Page 23 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

Pengukuran QoS dalam jaringan MPLS akan sangat sulit apabila data jaringan
MPLS tidak diketahui. Hal ini dikarenakan jaringan akses dalam MPLS merupakan
jaringan IP dengan system connectionless, sedang QoS merupakan bagian dari sistem
connection oriented. Pengukuran QoS dalam jaringan MPLS dilakukan dengan cara
menjaga agar
setiap paket yang dikirim dalam jaringan selalu berada dalam jalur rute atau LSPnya.
Ada tiga parameter utama QoS yang dapat diukur dalam jaringan MPLS. Ketiga
parameter tersebut ialah bandwidth,service rate, dan waktu delay. Pengukuran
parameter QoS tersebut dapat ditentukan sebelum sebuah paket dikirim dalam jaringan
MPLS. Pengukuran ketiga komponen QoS MPLS tersebut bertujuan agar sebuah
service provider itu bisa mendistribusikan kemampuan yang dimiliki oleh jaringannya
dengan jumlah rute yang ingin dibangunnya. Adapun tiga parameter utama QoS dalam
jaringan MPLS ialah sebagai berikut.

1.Bandwidth
Dalam jaringan MPLS penentuan besarnya bandwidth untuk setiap rute bagi
sebuah paket sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan dalam MPLS setiap jaringan akses
harus memiliki akses bandwidth yang pasti untuk setiap trafik yang akan dijalankannya.
Dalam MPLS akses bandwidth ini akan ditentukan oleh feature CAR yang akan
menandai setiap paket yang datang ke jaringan MPLS dengan label yang disesuaikan
dengan feature IP Precedence yang akan menentukan prioritas paket tersebut
dikirimkan ke dalam jaringan. Hal ini akan sangat berhubungan dengan alokasi
bandwidth bagi setiap rute MPLS atau LSP. Jika sebuah LSP memiliki bandwidth yang
kecil, maka LSP akan memiliki prioritas pertama untuk mengirimkan paket yang ada
dalam LSPnya, disesuaikan dengan nilai IP Precedencenya.
Pengukuran bandwidth dalam setiap LSP MPLS akan sangat memperhatikan
besarnya bandwidth yang ada dalam jaringan akses yang mengirimkan sebuah paket,
dengan jaringan akses yang menerima paket tersebut. Pengukuran bandwidth
dilakukan dalam edge LSR di mana paket tersebut masuk ke dalam jaringan. Untuk
mengukur bandwidth proporsional dalam jaringan MPLS, harus diketahui dahulu
bandwidth jaringan akses yang merupakan sumber dari paket yang akan dikirimkan
Page 24 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

dalam jaringan MPLS dan dimasukkan sebagai bandwidth ingress edge LSR, dan harus
diketahui pula bandwidth jaringan akses yang merupakan tujuan dari paket tersebut
setelah dilewatkan dalam jaringan MPLS sebagai sebuah bandwidth egress edge LSR.

2. Service Rate
Service rate merupakan rate atau kecepatan pengiriman paket yang masuk ke
dalam jaringan. Service rate juga diukur dalam edge LSR sebuah LSP jaringan MPLS
dan dipergunakan untuk mengetahui berapa kecepatan pengiriman paket dalam
sebuah LSP MPLS. Tujuan pengukuran service rate ialah untuk mendukung feature
WRED sehingga apabila kongesti terjadi dalam jaringan MPLS service rate dapat
diturunkan, sampai semua paket yang dikirimkan sampai di alamat tujuannya. Proses
pengukuran service rate memperhatikan nilai feature IP Precedence.

3. Waktu Delay
Waktu delay merupakan waktu yang diperlukan sebuah paket yang
ditransmisikan melalui jaringan MPLS dari sebuah ingress edge LSR ke egress edge
LSR. Waktu delay merupakan bagian dari feature WFQ untuk menentukan waktu
pengiriman paket dalam sebuah LSP. Dengan adanya waktu delay maka sebuah paket
yang masuk ke dalam sebuah LSP dapat diperkirakan waktu tiba ditujuannya.
Pengukuran waktu delay sangat diperlukan agar sebuah service provider dapat
mengatur pengiriman paket disesuaikan dengan delay paket tersebut untuk sampai ke
alamat tujuannya, sehingga paket yang dikirimkan dapat disesuaikan dengan
kemampuan service rate yang dimiliki setiap LSP jaringan MPLS.
Untuk mengukur waktu delay pengiriman sebuah paket, besarya nilai IP
Precedence paket yang dikirimkan sangat diperlukan. Karena dengan mengetahui nilai
IP Precedence akan diketahui pula nilai minimum discard threshold paket yang
dikirimkan tersebut. Pengukuran waktu delay pengiriman paket dalam sebuah LSP
sangat ditentukan oleh nilai minimum discard threshold paket dan maksimum discard
threshold serta service rate LSP itu sendiri. Nilai minimum discard threshold paket
ditentukan oleh nilai IP Precedence setiap paket yang dikirimkan disesuaikan dengan
standar WRED yang digunakan. Dengan mengetahui besarnya bandwidth, service rate,
Page 25 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

dan waktu delay pengiriman paket dalam LSP maka kemampuan QoS jaringan MPLS
dalam mengirimkan suatu paket dapat dianalisa sehingga proses pengiriman paket
dapat diperkirakan terlebih dahulu. Pengukuran parameter QoS dalam jaringan MPLS
diperlukan sehingga paket yang dikirimkan dalam setiap LSP dapat ditentukan
disesuaikan dengan besarnya nilai bandwidth dan service rate setiap LSP yang sangat
menentukan waktu delay pengiriman sebuah paket dalam LSP.
Page 26 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

BAB V

SCHEDULING

5.1. Konsep Dasar


Scheduling atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah penjadwalan
dalam kaitannya dengan jaringan berbasis paket adalah sebuah metode untuk
mengatur lalu lintas paket yang keluar masuk sebuah node. Pengaturan lalu lintas
paket data yang lewat dilakukan dengan mengatur paket mana yang terlebih dahulu
dapat masuk atau keluar dari sebuah node. Dalam scheduling sendiri terdapat
beberapa algoritma untuk mengatur lalu lintas paket tersebut, dimana algoritma-
algoritma tersebut biasanya ditujukan untuk kebutuhan-kebutuhan dari layanan spesifik.

Pada jaringan berbasis paket, tiap node memiliki buffer/tempat untuk


menyimpan sementara paket-paket yang datang sebelum diproses lebih lanjut
(diteruskan, diolah, atau ditolak) oleh node tersebut. Scheduling memanfaatkan buffer
dan “waktu tunggu” untuk mengatur lalu lintas paket dengan memperhatikan parameter-
parameter yang ditentukan sebelumnya sehingga dapat diketahui paket-paket mana
yang harus diprioritaskan.

5.2. Klasifikasi Packet Scheduler


Sebuah penjadwal paket (packet scheduler) dapat dapat diklasifikasi menjadi
dua kelompok besar yaitu klasifikasi secara umum dan klasifikasi berdasarkan struktur
internal. Untuk sifat berdasarkan struktur internal, penjadwal paket dibedakan lagi
menjadi sorted-priority dan frame-based.

5.2.1. Klasifikasi umum packet scheduler


Klasifikasi umum sebuah packet scheduler adalah jenis klasifikasi yang
didasarkan pada kondisi server saat mengolah paket. Klasifikasi umum packet
scheduler dibedakan menjadi dua yakni sebagai berikut:
Page 27 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

5.2.1.1. Work conserving scheduler


Server/node yang mengatur penjadwalan paket tidak akan membiarkan link
idle selama masih terdapat paket dalam buffer.

5.2.1.2. Non-work conserving scheduler


Server/node yang mengatur penjadwalan paket dapat membiarkan link idle
sekalipun masih terdapat paket dalam buffer. Model non-work conserving scheduler
biasanya dipakai untuk menyediakan waktu jeda antara differentiated service dan best
effort service, sekalipun terkesan membuang bandwidth karena membiarkan link
kosong.

5.2.2. Klasifikasi berdasarkan arsitektur internal


Klasifikasi berdasarkan arsitektur internal adalah klasifikasi yang
menggunakan sifat dari packet scheduler sebagai dasar dari klasifikasi. Berdasarkan
aristektur internal sebuah Packet Scheduler dapat kita bedakan menjadi dua yaitu:

5.2.2.1. Priority-based
Pada model ini, packet scheduler akan mengurutkan ulang paket yang
datang berdasarkan prioritas yang terdapat pada sebuah paket. Paket yang datang
dengan prioritas lebih tinggi akan dilewatkan terlebih dahulu, dan paket dengan prioritas
lebih rendah akan menunggu dalam waktu tertentu.

5.2.2.2. Frame-based
Pada model ini, packet scheduler membagi waktu kedalam beberapa frame
dimana tiap frame terdiri dari beberapa slot untuk paket-paket data. Keuntungan dari
model ini adalah ketersediaan bandwidth yang relatif tetap akibat paket-paket tersebut
dimasukan kedalam frame.

5.3. Algoritma Scheduling


Algoritma scheduling adalah algoritma yang mengatur lalu lintas trafik dalam
sebuah node. Tiap alogritma memiliki keunggulan yang kemudian disesuaikan dengan
kebutuhan. Pada tulisan kali ini akan dibahas beberapa algoritma scheduling yang
Page 28 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

sering digunakan dan terdapat secara dalam pada vanilla kernel linux dan umumnya
digunakan pada differentiated service.

5.3.1. Round-Robin
Round robin adalah algoritma penjadwalan yang paling sederhana. Algoritma
ini juga dikenal dengan nama FIFO (First In First Out) atau FCFS (First Come First
Serve). Semua paket pada algoritma ini diperlakukan secara sama, yaitu menempatkan
paket-paket tersebut dalam sebuah antrian. Algoritma ini digunakan di hampir semua
node yang digunakan untuk menangani trafik data.

Beberapa keuntungan dari algoritma FIFO antara lain adalah:

• Tidak membutuhkan komputasi yang rumit dibandingkan dengan


algoritma lain.
• Sifat antrian FIFO jelas, paket tidak diurutkan ulang berdasarkan
parameter tertentu, dan waktu jeda ditentukan banyaknya antrian.
• Selama antrian pendek, maka aliran paket akan relatif konstan dan
delay tidak akan terlalu signifikan.
Sedangkan untuk kerugian algoritma ini adalah:

• Sebuah antrian dengan algoritma FIFO tidak memungkinkan node


untuk mengatur paket-paket yang berada didalam buffer, sehingga
tidak dapat dilakukan pembedaan trafik.
• Sebuah delay atau congestion pada suatu paket dapat mempengaruhi
paket lain, sehingga akan mempengaruhi seluruh antrian yang ada.
Page 29 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

Gambar 1: Algoritma Round-Robin/FIFO/FCFS

5.3.2. Priority Queuing


Priority Queuing (PQ) adalah algoritma dasar dan sederhana dari
penjadwalan berbasis kelas (Class-based scheduling). Algortima ini didesain untuk
mampu melayani differentiated Service sederhana. Prinsip dari algortima ini adalah
sebuah paket yang telah diberi tanda prioritas, masuk ke classifier yang berfungsi untuk
membagi paket-paket kedalam kelas antrian berdasarkan prioritas. Didalam masing-
masing kelas antrian, paket dikirimkan dengan menggunakan algoritma Round-Robin.
Paket yang keluar dari node pertama kali adalah paket yang menempati antrian dengan
prioritas pertama, hingga selesai, kemudian disusul dengan antrian dengan prioritas
yang lebih rendah.

Beberapa keuntungan algoritma PQ:

• Tidak membutuhkan komputasi yang rumit;


• Dengan menggunakan algoritma PQ, dimungkinkan untuk sebuah
node mengatur paket yang ada didalam buffer, kemudian memberikan
prioritas layanan;
namun disamping keunggulan diatas, PQ masih memiliki kekurangan, antara lain:

• Jika trafik dengan prioritas tinggi tidak diatur ada ujung/akhir network,
maka trafik dengan prioritas lebih rendah akan mengalami delay yang
cukup lama, karena menunggu hingga antrian pada prioritas yang
lebih tinggi selesai.
Page 30 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

• Jika trafik dengan prioritas yang lebih tinggi meningkat, maka trafik
dengan prioritas rendah dapat di-drop, karena buffer pada node
tersebut telah penuh, sedangkan trafik dengan prioritas tinggi tersebut
belum selesai.

Gambar 2: Algoritma Priority Queue

5.3.3. Stochastic Fair Queuing (SFQ)


Stochastic Fair Queuing adalah algoritma didasarkan pada algoritma Fair
Queuing (FQ) yang diajukan oleh John Nagle tahun 1987. FQ pada dasarnya didesain
untuk menjamin seluruh aliran (flow) yang masuk kedalam sebuah node memiliki akses
ke sumber daya jaringan secara adil(fair). Dalam FQ, paket-paket yang datang
diklasifikasikan kedalam beberapa buah aliran kemudian dimasukan dalam antrian
sesuai dengan karakteristik aliran. Antrian-antrian tersebut kemudian diproses dengan
algoritma Round-Robin. Jika terdapat antrian yang kosong, maka antrian tersebut akan
dilewatkan, dan dilanjutkan ke antrian berikutnya.
Page 31 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

Gambar 3: Prinsip Algoritma Fair Queuing

SFQ sendiri adalah implementasi paling sederhana dari algoritma FQ. SFQ
membuat secara otomatis antrian FIFO dalam jumlah yang banyak, kemudian dengan
algoritma Round-Robin mengatur trafik yang keluar. Namun, bila aliran yang masuk
tidak ada atau hanya sedikit, sangat mungkin SFQ hanya membuat sebuah antrian
FIFO. SFQ baik digunakan bila terdapat banyak paket yang akan keluar. Namun, bila
tidak, maka SFQ tidak akan terlalu bermanfaat.

5.3.4. Random Early Detection (RED)


Algoritma Random Early Detection (RED) diawali oleh pemikiran bahwa akan
terjadi overflow pada antrian bila terdapat burst packets. Saat hal ini terjadi, maka
paket yang terakhir masuk akan di-drop, karena node sudah tidak mampu lagi
menampung paket. Ide dasar RED adalah menyediakan umpan balik sesegera
mungkin kepada aliran yang responsif (seperti TCP) sebelum terjadi overflow pada
node. Dengan teknik ini diharapkan drop paket bila buffer penuh, lebih merata.

Dengan algoritma RED, QoS dengan metode diffServ tidak memungkinkan


untuk dilakukan.
Page 32 of 33 
Skema QoS
Q dan Pro
otokol Pendu
ukung

Gambar 4: Diagram Allir Random Early


E Detecttion

5.3.5. Hierarchia
al Token Bucket (HTB
B)
Hiearchiial Token Bucket
B adalah algoritm
ma scheduling dimana pada algorritma
an bandwidth yang diijinkan untuk
ini, telah ditentuka u masing-masing layanan. HTB
memasttikan bahwa
a jumlah layyanan yang
g diberikan kepada ma
asing-masin
ng kelas ad
dalah
setidakn
nya minimu
um dari jum
mlah itu permintaan
p dan jumla
ah yang ditetapkan untuk
u
itu. Ketikka perminttaan kelas kurang dari
d jumlah yang dite
etapkan, sisa (kelebiihan)
bandwid
dth dibagika
an kepada kelas-kelas
k s lain yang meminta
m la
ayanan.

Gambar
G 5: Coontoh Alokassi bandwidthh Hierarchiaal
To
oken Bucket
Page 33 of 33 
Skema QoS dan Protokol Pendukung

REFERENSI

Cottet, Francis, Zoubir Mammeri. 2002. Scheduling in real­time systems. John Wiley & Sons, 
Ltd: England 

www.opalsoft.net/qos/DS.htm

http://en.wikipedia.org/wiki/Random_early_detection

id.wikipedia.org/wiki/MPLS

www.batan.go.id/ppin/admin/UserFiles/upload/mpls-overview.pdf

http://en.wikipedia.org/wiki/Quality_of_service

You might also like