You are on page 1of 6

Apicoectomy

Pendahuluan

Penyakit pulpa, jaringan periapikal, dan tindakannya disebut endodontik. Treatment dari
saluran akar yang terinfeksi melibatkan penghilangan jaringan yang terinfeksi dan mati baik
secara mekanis dengan irigasi dan meninggalkan saluran akar dalam keadaan steril.
Tindakan pembedahan endodontik memiliki banyak metode pada pembedahan jaringan
lunak dalam gigi (pulpa) dan apeks gigi beserta jaringan di sekelilingnya. Inflamasi dan
nekrosis septik serta gangren akibat karies dan trauma yang mencapai jaringan periapikal
membentuk jaringan patologis. Oleh karena itu tindakan pembedahan untuk menghilangkan
jaringan patologis diperlukan (Ghosh, 2006).

Definisi

Apikoektomi merupakan pemotongan ujung akar gigi dan penghilangan jaringan periapikal
yang patologis. Saluran akar aksesori dan foramen tambahan juga dihilangkan dari area
periapikal karena dapat mennyebabkan kegagalan pada terapi endodontik (Fragiskos,
2007). Menurut Ghosh (2006), apikoektomi merupakan penghilangan jaringan patologis
periapikal dan sepertiga akar gigi dari apeks.

Indikasi

Indikasi untuk apikoektomi adalah:

1. Gigi dengan inflamasi periapikal, meskipun telah dilakukan terapi endodontik.

2. Gigi dengan inflamasi periapikal dengan kegagalan endodontik yang tidak bisa
dipreparasi lagi karena saluran akar yang telah terkalsifikasi seluruhnya, saluran akar
yang membelok, adanya potongan instrumen yang kecil dalam saluran akar atau
adanya bahan isi yang tidak dapat direstorasi lagi.

3. Gigi dengan jaringan periapikal yang inflamasi, di mana perawatan endodontik sudah
tidak memungkinkan untuk dilakukan karena adanya benda asing di dalam jaringan
periapikal, perforasi dinding inferior kamar pulpa, perforasi akar, fraktur sepertiga
apikal gigi, anomali gigi (dens in dente).

Pada kasus di atas, jika setelah apikoektomi apeks belum tertutup seluruhnya, retrograde
filling dibutuhkan untuk mengobstruksi jalan keluar bakteri dan produknya dari pulpa nonvital
yang tersisa di dalam saluran akar (Fragiskos, 2007).

Kontraindikasi
Kontraindikasi dari apikoektomi adalah sebagai berikut:

1. Kondisi yang memerlukan pertimbangan sebagaimana kontraindikasi pada tindakan


pembedahan pada rongga mulut terkait umur pasien dan kesehatan umum, seperti
penyakit kariovaskuler, leukemia, tuberculosis, dll.

2. Gigi dengan resorpsi jaringan periodontal yang parah, seperti poket periodontal yang
dalam dan dekstruksi tulang.

3. Gigi dengan panjang akar yang pendek.

4. Gigi yang apeksnya memiliki hubungan dengan struktur anatomi sekitar, seperti
sinus maksila, kanal mandibula, foramen mental, foramen insisiva dan palatina
mayor. Daerah ini memungkinkan terjadinya cedera selama prosedur pembedahan.

Persiapan

Ronsen intraoral periapikal dibutuhkan untuk menentukan perluasan fraktur atau cedera dan
patologi periapikal dan kondisi ligamen periodontal, lamina dura dan tulang alveolar yang
perlu dipertimbangkan selama rencana perawatan (Ghosh, 2006). Menurut Fragiskos
(2007), armamentarium yang digunakan adalah:

1. Microhead handpiece (straight dan contra-angle) dan microbur. Mata bur yang
digunakan adalah bulat, fisur, dan inverted cone

2. Curette tips yang kecil untuk preparasi kavitas periapikal

3. Apical retrograde micro-mirror dan micro-explolers

4. Syringe dan cartridges anestesi lokal

5. Scalpel handle dan blade (No. 15)

6. Mirror

7. Elevator periosteal

8. Hemostat

9. Needle holder

10. Cotton pliers

11. Retraktor
12. Larutan Saline

13. Kuret periodontal dan periapikal

14. Amalgam aplikator untuk retrograde fillings dan amalgam kondenser

15. Gunting, jarum, dan sutures no. 3-0 dan 4-0

Gambar Alat Keterangan


Microhe ad handpiece dibandingkan
dengan konvensional. Preparasi
terfasilitasi dengan baik pada area
yang aksesnya terbatas

Periapical curette tips yang


dipasangkan pada ultrasonic device.
Digunakan untuk preparasi kavitas
periapikal dalam area yang aksesnya
terbatas

Apical retrograde micro-mirror dan


micro-exploler untuk menentukan
dimensi kavitas periapikal yang dibuat
Amalgam aplicator untuk retrograde
fillings, dengan pegangan dan knob
untuk mengatur penambahan
amalgam

Instrumen dan material untuk


retrograde filling. Kapsul amalgam
(kiri atas), aplikator amalgam (kanan
atas), kondenser amalgam dengan
ujung yang dirancang agar dapat
masuk ke area yang sempit dengan
mudah

Pelaksanaan

Menurut Fragiskos (2007), teknik pembedahan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Desain flap

Desain flap tergantung beberapa faktor, yang terutama posisi gigi, keberadaan poket
periodontal, restorasi prostetik, dan perluasan lesi periapikal. Ada tiga tipe flap yang
digunakan dalam apikoektomi, yaitu:

a. Flap semilunar

Diindikasikan untuk prosedur dengan perluasan terbatas, misalnya di regio


anterior maxilla, di mana apikoektomi sering dilakukan. Untuk memastikan
penyembuhan yang optimal, insisi dibuat menjauhi batas yang dianggap
terdapat penonjolan atau kerusakan sehingga flap terdapat pada jaringan yang
sehat.

b. Flap triangular

Dilakukan jika terdapat kerusakan dan perluasan pada puncak alveolar.

c. Flap trapezoidal

Indikasi sama dengan flap triangular, biasanya di regio anterior (incisivus lateral
rahang atas) dan ada kerusakan yang meluas di dekat puncak alveolar. Insisi
dimulai dari mesial insisivus sentral dan berlanjut mengikuti serviks gigi, berakhir
di distal caninus. Dengan periosteal elevator, mukoperiosteum diangkat ke atas.
2. Pencarian apeks, pembukaan area periapikal, dan penghilangan jaringan patologis

Ketika lesi periapikal telah mencapai tulang buccal, lokalisasi dan pembukaan ujung
akar mudah, setelah menghilangkan jaringan patologis dengan kuret. Juka tulang
buccal yang menutupi lesi tipis, permukaan dideteksi dengan eksploler atau dental
curette. Jika tulang buccal masih utuh, ujung akar dideteksi dengan radiograf dan
panjang akar diukur dengan file endodontik yang steril. Kemudian dengan bur bulat
dengan larutan saline, tulang dihilangkan sehingga apeks terlihat. Jika tulang yang
menutupi tipis dan lesi patologis cukup besar, bentukan jendela pada tulang
diperbesar dengan rongeur. Kuret digunakan untuk menghilangkan jaringan
patologis dan benda asing termasuk material pengisi, diikuti dengan pemotongan
akar.

3. Pemotongan apeks gigi

Apeks dipotong 2-3mm dari total panjang akar dengan bir fisur (bevel 45o terhadap
aksis gigi). Untuk visualisasi yang baik terhadap ujung akar, bevel menghadap
operator. Setelah prosedur ini, kavitas diinspeksi dan jaringan patologis dihilangkan
dengan kuret, terutama area di belakang apeks gigi.

4. Pengisian retrograde, jika dianggap perlu

Dilakukan jika terdapat pengisian material endodontik yang kurang. Handpiece


microhead dengan bur bulat digunakan untuk preparasi kavitas sepanjang 2mm.
Kavitas diperbesar dengan inverted cone bur untuk membentuk undercut sebagai
retensi material pengisi. Kavitas yang dibentuk harus sesempit mungkin supaya akar
tidak mudah patah selama kondensasi. Amalgam ditempatkan dengan amalgam
aplicator kemudian dikondensasi.

5. Pembersihan luka dan suturing

Setelah pengisian dengan amalgam, flap direposisikan dan dilakukan interrupted


suturing.

Pasca operasi

Penyembuhan area periapikal dilihat dengan radiografi setiap 6-12 bulan untuk memastikan
ossifikasi kavitas (Fragiskos, 2007). Setelah operasi, pasien dianjurkan untuk jangan
meludah, minum dengan sedotan, merokok, menekan area operasi dengan jari atau tangan
karena dapat mengganggu proses pembekuan darah. Merokok dapat meningkatkan infeksi
pada area operasi. Untuk menangani perdarahan yang terjadi, kain kassa ditekankan sedikit
selama 30-45 menit. Jika masih perdarahan setelah penggantian kassa ketiga, gunakan
kantong teh yang kandungan asam tannic mampu mempercepat pembentukan jendalan
darah dan menghentikan perdarahan. Untuk pembengkakan yang terjadi dan membesar
selama 24-48 jam, gunakan ice pack selama 15-20 menit. Pada hari ketiga ice pack
digantikan dengan air hangat untuk mempercepat peredaan bengkak. Pasien dianjurkan
memakan makanan yang lunak dan tidak dianjurkan mengunyah pada area operasi. Untuk
menyikat gigi dianjurkan dengan tekanan yang sedikit dan menghindari area operasi dan
jahitan. Untuk berkumur dianjurkan dengan air garam hangat setiap jam. Untuk mengatasi
rasa sakit,, pasien diresepkan 600mg ibuprofen dan antibiotik (Mark, dkk).

Komplikasi

Menurut Fragiskos (2007), komplikasi yang mungkin muncul baik selama operasi dan pasca
operasi adalah:

1. Kerusakan struktur anatomis akibat penetrasi kavitas nasal, sinus maksila, dan
kanalis mandibula akibat bur.

2. Perdarahan pada arteri palatina mayor selama apikoektomi akar palatinal.

3. Amalgam yang berlebih pada area operasi akibat isolasi apical yang kurang dan
manipulasi penghilangan ekses bahan pengisi yang kurang.

4. Staining mukosa akibat amalgam yang tersisa pada daerah operasi

Dapus

Fragiskos, FD., 2007. Oral Surgery. Heidelberg: Springer

Ghosh, PK., 2006. Synopsis of Oral and Maxillofacial Surgery: An Update Overview. New
Delhi: Jaypee

Mark, A. http://www.centralparkoralsurgery.com/dental-implants-
nyc/doc/apicoectomypostop.pdf, diakses 21 April 2011, 19:30

You might also like