You are on page 1of 4

Arti sebuah amanah

Diceritakan, dulu pada waktu kota Surakarta masih berbentuk kerajaan dengan rajanya
Mangkunegaran IV yang memerintah pada tahun 1809 s/d 1881, beliau mempunyai
sahabat baik bernama Ronggowarsito. Ronggowarsito ini pada masanya dianggap sebagai
orang ‘pintar’ baik dalam ilmu kebatinan ataupun sebagai seorang sastrawan handal.

Pada suatu hari, sang raja keraton Mangkunegaran Hadiningrat ini, ingin menguji
kepintaran sahabat baiknya tersebut. Hal itu dikarenakan, beliau memang sangat penasaran
pada awalnya, karena banyak cerita yang beredar dimasyarakat, apapun yang dikatakan
Ronggowarsito, jika dia sudah menebak apa yang dia maksud, pasti akan terwujud jua
tebakannya tersebut.

Nah…waktu itu, Mangkunegaran IV menunjukan tangannya kepada salah seorang pemuda


pengangguran yang sedang kongkow-kongkow santai didaerah Ngarsopuro. Lalu beliau
bertanya kepada Ronggowarsito, “Wahai, sahabatku, apakah pemuda itu menurutmu bisa
kaya?”. Tak lama kemudian setelah mengamati sang pemuda, Ronggowarsito menjawab,
“Tuan Raja, menurut saya, pemuda itu tidak akan bisa kaya”.

Karena merasa penasaran dengan jawaban temannya tadi, Mangkunegaran IV


memerintahkan abdi dalemnya untuk memanggil pemuda tersebut, beliau menyerahkan
sebuah surat yang ditujukan untuk Bupati di Wonogiri kepada sang pemuda. Karena jarak
kota Surakarta dengan Wonogiri agak lumayan jauh, tak lupa uang saku untuk bekal
diperjalanan juga diberikan kepada pemuda itu.

Karena mendapat mandat dari seorang raja besar diwilayahnya, maka sipemuda itupun
langsung berangkat menuju ketempat tujuan. Tapi, baru sampai dikota Sukoharjo, pemuda
tersebut bertemu dengan teman akrabnya yang sedang melintas dijalan, yang juga akan
menuju ke kota Wonogiri. Tak lama kemudian, terbersit suatu pemikiran diotak pemuda
tadi. “Kenapa harus jauh-jauh sampai sana, jika aku bisa menitipkan surat ini kepada
temanku dengan sedikit imbalan”, begitulah guman dalam hatinya.

Memang benar, akhirnya, teman sipemuda tadi yang berangkat untuk menyerahkan surat
dari raja Mangkunegaran IV. Lantas, tahukan para om-om sekalian, apa isi dari surat yang
dititahkan sang raja kepada sipemuda untuk diserahkan kepada sang bupati?. Tak lain dan
tak bukan, agar jika ada seorang pemuda datang dari Surakarta membawa surat dari Raja
Mangkunegaran, maka sang bupati harus menikahkan putrinya dengan pemuda tersebut.
Tiba saat hari, jam dan tanggal pernikahan diselenggarakan, Mangkunegaran IV juga ikut
datang kepesta perayaan dialun-alun kota Wonogiri.
Setelah sampai ditempat perayaan, sang raja terkejut, kenapa pemuda yang sedang duduk
dipelaminan bukan pemuda yang diperintahkannya beberapa hari kemarin. Didalam hati
Mangkunegaran IV, berkata, “Hmmm…memang betul tebakan teman baikku Ronggowarsito,
bahwa pemuda yang aku suruh kemarin tidak akan bisa kaya”.

Dua minggu kemudian.

Dipanggilah Ronggowarsito untuk datang berkunjung dikeraton oleh Mangkunagaran IV.


Disela-sela berbincangannya dengan sang teman, kembali benak sang raja terusik, “Apa iya
Ronggowarsito ini benar-benar pintar”. Maka, ketika sedang berjalan didepan istal kuda
kerajaan, Mangkunegaran IV kembali bertanya kepada temannya, “Wahai temanku,
menurutmu, apakah bapak-bapak pencari rumput untuk makan kuda-kudaku tersebut bisa
kaya?”. Sebentar kemudian Ronggowarsito menjawab, “Tidak tuanku”.

Tak lama setelah Ronggowarsito pulang dari keraton, sang raja kemudian memanggil bapak
pencari rumput tadi. “Wahai pekerjaku, ini upahmu hari ini, maaf untuk hari ini kamu tidak
aku beri uang, tapi aku ganti dengan buah melon yang besar dan segar”. Nah, tahukan
sampean jika buah-buah melon yang diberikan kepada sibapak tersebut, ternyata
didalamnya telah dimasukan emas batangan yang diperkirakan bisa untuk bekal hidup
sampai meninggal.

Maka setelah menerima beberapa melon dari sang raja, bapak tersebut pulang. Dia pulang
dengan hati menggerutu, “Kenapa aku hari ini apes sekali, setelah bekerja keras seharian,
upah uang yang kuharapkan, tapi malah buah melon yang kudapatkan”. Lalu diapun
melangkah pulang dengan langkah gontai.

Lalu esok harinya, Mangkunegaran IV terperanjat kaget ketika beliau berjalan melintas istal
kudanya. “Wahai pekerjaku, kenapa engkau masih disini? Apakah melon yang aku beri
kemarin tidak kamu makan?”, tanya sang Raja kepada sibapak pencari rumput. “Mohon
maaf baginda raja, melon yang kemarin hamba terima sudah saya jual dipasar Nusukan,
uangnya lantas saya belikan beras untuk makan keluarga hamba”.

Mendengar penuturan sibapak tersebut, Mangkunegaran IV kembali berpikir, mengingat


perkataan sahabatnya Ronggowarsito yang memang benar adanya, bahwa bapak pencari
rumput tersebut memang tidak bisa kaya.

Satu bulan kemudian.

Disaat Mangkunegaran IV sedang berjalan-jalan dipasar Triwindu, secara tidak sengaja


beliau berjumpa lagi dengan sobatnya yakni Ronggowarsito, yang saat itu juga tengah
mencari pena tinta untuk membuat karya sastranya. Ditengah obrolan asyik, sang raja
kembali bertanya kepada Ronggowarsito, “Wahai temanku, apakah pasangan tua penjual
barang antik didepan itu bisa kaya?”. Sebentar kemudian Ronggowarsito terdiam sejenak,
kedua matanya memperhatikan pasutri paruh baya tersebut yang saat ini tengah merapikan
barang dagangannya yang memang sangat sedikit dibandingkan dengan penjual lain
dipasar itu. Tak lama kemudian, Ronggowarsitopun menjawab, “Paduka raja, saya yakin
pasangan suami istri sepuh yang mempunyai toko kecil serta barang dagangan tidak
lengkap tersebut bisa kaya”.

Mendengar penuturan sang sahabat, Mangkunegaran IV heran bukan kepalang, bagaimana


bisa orang yang sudah sepuh tersebut bisa kaya. Setelah selesai mengobrol, kedua sahabat
itupun lantas berpisah untuk kembali pulang kekediaman masing-masing. Tapi sebelum
pulang kekeraton, sang raja menyempatkan diri untuk mampir ketoko sibapak-ibu tersebut,
lalu menyerahkan beberapa uang logam kunonya yang sudah tidak terpakai kemereka.

Satu minggu telah berlalu, ketika sang raja kembali berjalan-jalan disekitaran pasar
Triwindu, betapa kagetnya beliau. Melihat toko kecil yang dulu dimiliki oleh pasangan suami
istri paruh baya itu, kini sedang dibangun untuk diperbesar, dan tidak itu saja, barang
dagangan yang dulunya tidak lengkap, kini sekarang semuanya ada. Melihat perubahan
drastis tersebut, Mangkunegaran IV penasaran dan heran, lalu beliupun mendatangi pemilik
toko tersebut, seraya berkata, “Wahai bapak ibu penjual barang antik, bagaimana kalian
bisa berubah kaya seperti ini dalam waktu singkat?”.

Karena mendapat pertanyaan dari Raja Agung diwilayah tersebut, maka si bapak yang
mewakili siistri menjawab pertanyaan sang raja, “Begini ceritanya paduka, satu minggu
kemarin hamba diberikan beberapa uang logam kuno yang tidak terpakai oleh paduka raja.
Selang satu hari kemudian datanglah nelayan dari kabupaten Cilacap yang jauh-jauh
datang kemari untuk mencari uang logam tidak terpakai, guna membetulkan bandul
jaringnya. Karena merasa hamba punya barang yang dimaksud, maka saya berikanlah uang
logam tersebut. Tapi melihat nelayan itu sudah kehabisan bekal dijalan, hamba tidak berani
menarik sepeser uang sebagai imbalannya, hanya dengan keiklasan hati menolong sesama,
hamba berikan uang-uang logam dari paduka tersebut. Nah tiga hari kemudian, si nelayan
tersebut datang kembali kesini sambil menyerahkan beberapa ekor ikan laut yang sangat
besar sebagai tanda terimakasih atas pertolongan kami…”

“Lantas bagaimana kalian bisa kaya, hanya gara-gara ikan pemberian nelayan tersebut?”,
tanya Mangkunegaran IV kepada kedua pasutri tersebut. “Begini paduka, sebelum ikan-ikan
pemberian nelayan tersebut hamba goreng, ternyata ada tiga ikan yang tidak sengaja
menelan mutiara laut, yang kemudian mutiaranya hamba jual ditoko perhiasan dekat pasar
Klewer. Nah dari mutiara itu, perjalanan keuangan hamba mulai membaik hingga seperti
ini.”

—————————————–

Nahhh…para om-om yang budiman, dari cerita dongeng yang agak panjang tersebut, bisa
diambil kesimpulan tentang arti sebuah “amanah”. Jika sampean adalah seorang karyawan
pabrik, kantoran, pebisnis, ataupun wiraswastawan, jangan pernah menganggap sepele
“amanah” dari orang-orang yang mempunyai “pengaruh” didalam perjalanan keuangan
sampean. Laksanakan dengan baik, benar, dan penuh tanggung jawab amanah dari atasan,
rekan bisnis, ataupun kolega sampean, karena saya yakin, jika para om-om sudah
menjalankan amanah “mereka” dengan sebenar-benarnya, niscaya kunci pintu dari rejeki
sampean menuju kepenghasilan lebih baik akan terbuka lebar.

You might also like