Professional Documents
Culture Documents
Siklus haid normal dapat dipahami dengan baik dengan membaginya atas
dua fase dan satu saat, yaitu fase folikuler, saat ovulasi, dan fase luteal.
Perubahan-perubahan kadar hormon sepanjang siklus haid disebabkan oleh
mekanisme umpan balik (feedback) antara hormon steroid dan hormon
gonadotropin. Estrogen menyebabkan umpan balik negatif terhadap FSH,
sedangkan terhadap LH, estrogen menyebabkan umpan balik negatif jika
kadarnya rendah, dan umpan balik positif jika kadarnya tinggi. Tempat utama
umpan balik terhadap hormon gonadotropin ini mungkin pada hipotalamus
(Speroff, Glass and Kase,1994; Scherzer and McClamrock, 1996; Wiknjosastro,
Saifuddin dan Rachimhadhi, 1999).
Tidak lama setelah haid mulai, pada fase folikular dini, beberapa folikel
berkembang oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH ini
disebabkan oleh regresi korpus luteum, sehingga hormon steroid berkurang.
Dengan berkembangnya folikel, produksi estrogen meningkat, dan ini menekan
produksi FSH; folikel yang akan berovulasi melindungi dirinya sendiri terhadap
atresia, sedangkan folikel-folikel lain mengalami atresia. Pada waktu ini LH juga
meningkat, namun peranannya pada tingkat ini hanya membantu pembuatan
estrogen dalam folikel. Perkembangan folikel yang cepat pada fase folikel akhir
ketika FSH mulai menurun, menunjukkan bahwa folikel yang telah masak itu
bertambah peka terhadap FSH. Perkembangan folikel berakhir setelah kadar
estrogen dalam plasma jelas meninggi. Estrogen pada mulanya meninggi secara
berangsur-angsur, kemudian dengan cepat mencapai puncaknya. Ini
memberikan umpan balik positif terhadap pusat siklik, dan dengan lonjakan LH
(LH-surge) pada pertengahan siklus, mengakibatkan terjadinya ovulasi. LH yang
meninggi itu menetap kira-kira 24 jam dan menurun pada fase luteal.
Mekanisme turunnya LH tersebut belum jelas. Dalam beberapa jam setelah LH
meningkat, estrogen menurun dan mungkin inilah yang menyebabkan LH itu
menurun. Menurunnya estrogen mungkin disebabkan oleh perubahan morfologik
pada folikel. Mungkin pula menurunnya LH itu disebabkan oleh umpan balik
negatif yang pendek dari LH terhadap hipotalamus. Lonjakan LH yang cukup saja
tidak menjamin terjadinya ovulasi; folikel hendaknya pada tingkat yang matang,
agar ia dapat dirangsang untuk berovulasi. Pecahnya folikel terjadi 16 – 24 jam
setelah lonjakan LH. Pada manusia biasanya hanya satu folikel yang matang.
Mekanisme terjadinya ovulasi agaknya bukan oleh karena meningkatnya
tekanan dalam folikel, tetapi oleh perubahan-perubahan degeneratif kolagen
pada dinding folikel, sehingga ia menjadi tipis. Mungkin juga prostaglandin F2
memegang peranan dalam peristiwa itu (Speroff, Glass and Kase,1994; Scherzer
and McClamrock, 1996; Wiknjosastro, Saifuddin dan Rachimhadhi, 1999).
DAFTAR PUSTAKA
Albar, Erdjan. 2007. Ilmu Kandungan ’Kontrasepsi’. Edisi kedua Cetakan Kelima. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Halaman 535-575
Baltzer, F.R., et al. 1983. Landmarks during the first forty-two days of gestation demonstrated by the
B-sub-unit of human chorionic gonadotropin and ultrasound. Am. J. Obstet. Gynecol.
146(8):973-979
Datu, Abd. Razak. 2005. Cacat Lahir Disebabkan Oleh Faktor Lingkungan.
med.unhas.ac.id/DataJurnal/tahun2005vol26/Vol26No.3ok/TP-4-3-%20Razak%20datu
%20ok.pdf
Granger K, Pattison N. 1994. Vaginal Bleeding In Pregnancy J. Obstetri dan Gynekologi. 20:14-16
Hartanto, Hanafi. 1994. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Mansjoer,A., dkk, 2005. Kapita Selekta Kedokteran .Edisi ketiga Jilid 1 Cetakan Keenam., Jakarta :
Media Aesculapius Fakultas kedokteran UI. Hal 261, 265-266, 375-376, 379.
Moore, K. L. 1993. The Developing Human: Clinically Oriented Embryology, 5th ed. Philadelphia:
WB Saunders
Nardho, Gunawan. 1991. Kebijaksanaan Dep.Kes. RI, dalam upaya menurunkan kematian maternal.
Simposium Kemajuan Pelayanan Obstetri I. Semarang Penerbit UNDIP : 1-4
Prawirohardjo, S. &Wiknjosastro, H.. 2007. Ilmu Kandungan ’Mola Hidatidosa’. Edisi kedua
Cetakan Kelima. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Scherzer WJ, McClamrock H. 1996. Amenorrhea. In: Berek JS, Adashi EY, Hillard PA. Novak’s
gynecology. 12 th edition. Baltimore: Williams & Wilkins : 820-832
Soejoenoes, A.& Wibowo, B. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Halaman 275-280, 303-308
Speroff, L., et al. 1994. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Baltimore: Williams and
Wilkins
Speroff L, Glass RH, Kase NG. 1994.Clinical gynecologic endocrynologi and infertility. Baltimore:
Williams & Wilkins : 401-456
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo : 203-223
Tidak lama setelah haid mulai, pada fase folikular dini, beberapa folikel
berkembang oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH ini
disebabkan oleh regresi korpus luteum, sehingga hormon steroid berkurang.
Dengan berkembangnya folikel, produksi estrogen meningkat, dan ini menekan
produksi FSH; folikel yang akan berovulasi melindungi dirinya sendiri terhadap
atresia, sedangkan folikel-folikel lain mengalami atresia. Pada waktu ini LH juga
meningkat, namun peranannya pada tingkat ini hanya membantu pembuatan
estrogen dalam folikel. Perkembangan folikel yang cepat pada fase folikel akhir
ketika FSH mulai menurun, menunjukkan bahwa folikel yang telah masak itu
bertambah peka terhadap FSH. Perkembangan folikel berakhir setelah kadar
estrogen dalam plasma jelas meninggi. Estrogen pada mulanya meninggi secara
berangsur-angsur, kemudian dengan cepat mencapai puncaknya. Ini
memberikan umpan balik positif terhadap pusat siklik, dan dengan lonjakan LH
(LH-surge) pada pertengahan siklus, mengakibatkan terjadinya ovulasi. LH yang
meninggi itu menetap kira-kira 24 jam dan menurun pada fase luteal.
Mekanisme turunnya LH tersebut belum jelas. Dalam beberapa jam setelah LH
meningkat, estrogen menurun dan mungkin inilah yang menyebabkan LH itu
menurun. Menurunnya estrogen mungkin disebabkan oleh perubahan morfologik
pada folikel. Mungkin pula menurunnya LH itu disebabkan oleh umpan balik
negatif yang pendek dari LH terhadap hipotalamus. Lonjakan LH yang cukup saja
tidak menjamin terjadinya ovulasi; folikel hendaknya pada tingkat yang matang,
agar ia dapat dirangsang untuk berovulasi. Pecahnya folikel terjadi 16 – 24 jam
setelah lonjakan LH. Pada manusia biasanya hanya satu folikel yang matang.
Mekanisme terjadinya ovulasi agaknya bukan oleh karena meningkatnya
tekanan dalam folikel, tetapi oleh perubahan-perubahan degeneratif kolagen
pada dinding folikel, sehingga ia menjadi tipis. Mungkin juga prostaglandin F2
memegang peranan dalam peristiwa itu (Speroff, Glass and Kase,1994; Scherzer
and McClamrock, 1996; Wiknjosastro, Saifuddin dan Rachimhadhi, 1999).
Pada fase luteal, setelah ovulasi, sel-sel granulose membesar, membentuk
vakuola dan bertumpuk pigmen kuning (lutein); folikel menjadi korpus luteum.
Vaskularisasi dalam lapisan granulosa juga bertambah dan mencapai puncaknya
pada 8–9 hari setelah ovulasi.4 Luteinized granulose cell dalam korpus luteum
itu membuat progesteron banyak, dan luteinized theca cell membuat pula
estrogen yang banyak, sehingga kedua hormon itu meningkat tinggi pada fase
luteal. Mulai 10–12 hari setelah ovulasi, korpus luteum mengalami regresi
berangsur-angsur disertai dengan berkurangnya kapiler-kapiler dan diikuti oleh
menurunnya sekresi progesteron dan estrogen. Masa hidup korpus luteum pada
manusia tidak bergantung pada hormon gonadotropin, dan sekali terbentuk ia
berfungsi sendiri (autonom). Namun, akhir-akhir ini diketahui untuk berfungsinya
korpus luteum, diperlukan sedikit LH terus-menerus. Steroidegenesis pada
ovarium tidak mungkin tanpa LH. Mekanisme degenerasi korpus luteum jika
tidak terjadi kehamilan belum diketahui. Empat belas hari sesudah ovulasi,
terjadi haid. Pada siklus haid normal umumnya terjadi variasi dalam panjangnya
siklus disebabkan oleh variasi dalam fase folikular (Wiknjosastro, Saifuddin dan
Rachimhadhi, 1999).
DAFTAR PUSTAKA
Albar, Erdjan. 2007. Ilmu Kandungan ’Kontrasepsi’. Edisi kedua Cetakan Kelima. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Halaman 535-575
Baltzer, F.R., et al. 1983. Landmarks during the first forty-two days of gestation demonstrated by the
B-sub-unit of human chorionic gonadotropin and ultrasound. Am. J. Obstet. Gynecol.
146(8):973-979
Datu, Abd. Razak. 2005. Cacat Lahir Disebabkan Oleh Faktor Lingkungan.
med.unhas.ac.id/DataJurnal/tahun2005vol26/Vol26No.3ok/TP-4-3-%20Razak%20datu
%20ok.pdf
Granger K, Pattison N. 1994. Vaginal Bleeding In Pregnancy J. Obstetri dan Gynekologi. 20:14-16
Hartanto, Hanafi. 1994. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Mansjoer,A., dkk, 2005. Kapita Selekta Kedokteran .Edisi ketiga Jilid 1 Cetakan Keenam., Jakarta :
Media Aesculapius Fakultas kedokteran UI. Hal 261, 265-266, 375-376, 379.
Moore, K. L. 1993. The Developing Human: Clinically Oriented Embryology, 5th ed. Philadelphia:
WB Saunders
Nardho, Gunawan. 1991. Kebijaksanaan Dep.Kes. RI, dalam upaya menurunkan kematian maternal.
Simposium Kemajuan Pelayanan Obstetri I. Semarang Penerbit UNDIP : 1-4
Prawirohardjo, S. &Wiknjosastro, H.. 2007. Ilmu Kandungan ’Mola Hidatidosa’. Edisi kedua
Cetakan Kelima. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Scherzer WJ, McClamrock H. 1996. Amenorrhea. In: Berek JS, Adashi EY, Hillard PA. Novak’s
gynecology. 12 th edition. Baltimore: Williams & Wilkins : 820-832
Soejoenoes, A.& Wibowo, B. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Halaman 275-280, 303-308
Speroff, L., et al. 1994. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Baltimore: Williams and
Wilkins
Speroff L, Glass RH, Kase NG. 1994.Clinical gynecologic endocrynologi and infertility. Baltimore:
Williams & Wilkins : 401-456
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo : 203-223
Subscribe
true
Bottom of Form
Fisiologi Menstruasi
Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang paralel dengan
pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari janin (proses
kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat gangguan kesuburan,
abortus berulang, atau keganasan. Gangguan dari sikluas menstruasi merupakan salah satu
alasan seorang wanita berobat ke dokter.
Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu keluarnya
darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan wanita dengan siklus
mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia reproduksi
yang ekstrim (setelah menarche <pertama kali terjadinya menstruasi> dan menopause) lebih
banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus yang tidak mengandung sel telur.
Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium.
Top of Form
true
efinisi menstruasi
Menstruasi adalah masa perdarahan yang terjadi pada wanita secara rutin setiap bulan selama masa suburnya
kecuali apabila terjadi kehamilan. Masa menstruasi biasa juga disebut dengan mens, haid atau datang bulan.
Pada saat menstruasi darah yang keluar sebenarnya merupakan darah akibat peluruhan dinding rahim
(endometrium). Darah menstruasi tersebut mengalir dari rahim menuju ke leher rahim, untuk kemudian keluar
melalui vagina.
Pada masa awal menstruasi biasanya siklus menstruasi tidak teratur, karena tubuh perlu menyesuaikan diri.
Misalnya di 2 bulan pertama siklus mentruasi terjadi setiap 28 hari kemudian tidak mendapat menstruasi selama
1 bulan atau bisa saja dalam 1 bulan terjadi 2 kali menstruasi. Biasanya setelah 2-3 tahun siklus menstruasi
akan menjadi teratur. Apabila sudah terbiasa kita dapat memperkirakan waktu menstruasi kita berikutnya. Ada
baiknya juga untuk selalu menandai masa menstruasi kita di kalender setiap bulannya untuk mengetahui lama
menstruasi ataupun siklus menstruasi kita. Lamanya siklus menstruasi bisa bervariasi antara 21-40 hari (pada
awal menstruasi bisa sampai 45 hari) walaupun biasanya berlangsung sekitar 28 hari.
Nyeri haid
Nyeri haid umum dirasakan oleh wanita pada hari-hari pertama menstruasi. Sebagian dokter beranggapan
bahwa nyeri haid terjadi karena prostaglandin, yaitu zat yang menyebabkan otot rahim berkontraksi. Pada
sebagian orang nyeri haid yang dirasakan dapat berupa nyeri yang samar tetapi bagi sebagian yang lain nyeri
yang dirasakan dapat terasa kuat yang bahkan bisa membuat aktifitas terganggu. Penggunaan obat pereda nyeri
yang dijual bebas dapat meredakan rasa nyeri tersebut, atau bisa juga dengan cara mengoleskan obat gosok
atau di kompres dengan handuk hangat. Apabila dengan cara diatas rasa nyeri tak juga hilang, sebaiknya di
konsultasikan dengan dokter untuk penanganan rasa nyeri tersebut.
Jerawat
Biasanya awal-awal mentruasi juga ditandai dengan hadirnya jerawat, sekali lagi hal ini disebabkan oleh kadar
hormon yang melonjak di dalam tubuh. Biasanya sesudah dewasa masalah jerawat saat awal menstruasi ini
akan hilang dengan sendirinya.
Apa hubungan antara menstruasi dan masa subur yuk kita ikuti artikel selanjutnya.
Total Hit : 5526
Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan
pendarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang
terjadi terus menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. menstruasi
biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga anda menopause (biasanya
terjadi sekitar usia 45 – 55 tahun). Normalnya, menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari.
Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita memiliki siklus
25 – 35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari, namun beberapa
wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi adanya masalah
kesuburan.
Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode menstruasi – hari
dimana pendarahan dimulai disebut sebagai hari pertama yang kemudian dihitung sampai
dengan hari terakhir – yaitu 1 hari sebelum perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai.
Fisiologi Menstruasi
Seorang wanita memiliki 2 ovarium dimana masing-masing menyimpan sekitar
200,000 hingga 400,000 telur yang belum matang/folikel (follicles). Normalnya, hanya satu
atau beberapa sel telur yang tumbuh setiap periode menstruasi dan sekitar hari ke 14
sebelum menstruasi berikutnya, ketika sel telur tersebut telah matang maka sel telur
tersebut akan dilepaskan dari ovarium dan kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk
kemudian dibuahi. Proses pelepasan ini disebut dengan ovulasi.
Pada permulaan siklus, sebuah kelenjar didalam otak melepaskan hormon yang
disebut Follicle Stimulating Hormone (FSH) kedalam aliran darah sehingga membuat sel-sel
telur tersebut tumbuh didalam ovarium. Salah satu atau beberapa sel telur kemudian
tumbuh lebih cepat daripada sel telur lainnya dan menjadi dominant hingga kemudian mulai
memproduksi hormon yang disebut estrogen yang dilepaskan kedalam aliran darah. Hormon
estrogen bekerjasama dengan hormon FSH membantu sel telur yang dominan tersebut
tumbuh dan kemudian memberi signal kepada rahim agar mempersiapkan diri untuk
menerima sel telur tersebut. Hormone estrogen tersebut juga menghasilkan lendir yang lebih
banyak di vagina untuk membantu kelangsungan hidup sperma setelah berhubungan intim.
Ketika sel telur telah matang, sebuah hormon dilepaskan dari dalam otak yang
disebut dengan Luteinizing Hormone (LH). Hormone ini dilepas dalam jumlah banyak dan
memicu terjadinya pelepasan sel telur yang telah matang dari dalam ovarium menuju tuba
falopi. Jika pada saat ini, sperma yang sehat masuk kedalam tuba falopi tersebut, maka sel
telur tersebut memiliki kesempatan yang besar untuk dibuahi.
Sel telur yang telah dibuahi memerlukan beberapa hari untuk berjalan menuju tuba
falopi, mencapai rahim dan pada akhirnya “menanamkan diri” didalam rahim. Kemudian, sel
telur tersebut akan membelah diri dan memproduksi hormon Human Chorionic
Gonadotrophin (HCG). Hormon tersebut membantu pertumbuhan embrio didalam rahim.
Jika sel telur yang telah dilepaskan tersebut tidak dibuahi, maka endometrium akan meluruh
dan terjadinya proses menstruasi berikutnya.
Abnormalitas Menstruasi
Ada lima abnormalitas menstruasi yang umum dialami perempuan. Abnormalitas
pertama adalah amonerrhea. Kemungkinan penyakit ini ditunjukkan oleh dua hal. Pertama,
menstruasi yang berhenti sebelum usia menopause dan bukan karena kehamilan. Kedua,
siklus haid yang tidak jelas pada seorang remaja putri. Amonerrhea dapat disebabkan oleh
penyakit fisik, perubahan berat badan secara mendadak, gangguan pola makan, latihan fisik
berlebihan, hormon yang tidak teratur, pengobatan tertentu, dan stress.
Berikutnya adalah dysmenorrhea atau rasa sakit ketika menstruasi. Ini dibedakan
menjadi dua jenis, yakni dysmenorrhea primer dan dysmenorrhea sekunder . Dysmenorrhea
primer umumnya terjadi di tiga tahun pertama semenjak mendapat haid pertama. Rasa sakit
akan berlangsung selama satu atau dua hari setiap periode dan bisa berlanjut setelah
menopause. Produksi substansi kimia bernama prostaglandis diyakini sebagai penyebab
dysmenorrhea primer. Selama siklus datang bulan wanita, prostaglandin yang dikenal
sebagai kondisi iritasi yang serius diproduksi dalam jumlah banyak (hormon prostaglandin
adalah hormon yang menyerupai sebuah substansi yang secara langsung mempengaruhi
kerja jaringan kapan saja terjadi berkontraksi sehingga menyebabkan timbulnya kram perut).
Berbeda dengan dysmenorrhea sekunder yang disebabkan oleh penyakit pada organ
reproduksi.
Abnormalitas yang ketiga dan keempat adalah menorrhagia dan metrorrhagia.
Menorrhagia diindikasikan dengan volume darah yang berlebihan dan/atau durasi yang
terlalu lama. Metrorrhagia adalah pendarahan atau bercak-bercak di luar periode
menstruasi. Keduanya disebut dysfunctional uterine bleeding atau disfungsional pendarahan
pada uterin. Disfungsionalitas ini juga dapat mengganggu proses reproduksi karena
mencegah implantasi embrio di uterus. Penyebabnya beragam, seperti penyakit von
Willebrand , ketidakseimbangan hormon, fibroid , kanker, tiroid yang tidak normal, atau
kondisi lainnya.
Selanjutnya adalah sindrom yang dianggap biasa sebelum datang bulan, yakni
premenstrual syndrome (PMS). PMS bukan hanya sesuatu yang nyata, tetapi juga
terkadang mengganggu. Tercatat 20% sampai 40% perempuan mengalami gejala PMS
selama 7 sampai 10 hari sebelum menstruasi. Gejalanya pun beragam, baik secara fisik
(misalnya berat badan naik atau gangguan tidur) maupun emosional (misalnya mood kacau
atau depresi).
Pencegahan Dysmenorrhea
Wanita yang mengalami dysmenorrhea (kram perut selama siklus datang bulan)
cenderung mengalami masalah fungsi usus. Untuk meminimalkan rasa tidak nyaman
selama siklus datang bulan tersebut dengan:
- Menyeleksi dan memilih makanan yang Anda konsumsi selama siklus datang bulan.
- Konsumsilah biji-bijian kaya serat, seperti roti olahan gandum 100% atau beras
merah, dan banyak makan sayur, kurangi konsumsi gula, garam, makanan pedas,
serta kafein.
- ” De-stressing”(kurangi stres).
- Selalu melakukan teknik-teknik penenangan diri, seperti melakukan meditasi, yoga,
ataupun hanya berbagi rasa dengan seseorang.
- Berolahragalah secara rutin Olah raga secara rutin dapat mengurangi strees dan
membantu sistem pencernaan Anda berfungsi lebih baik.
- Menghindari pemakaian obat diet misalnya Acutrim, karena mengandung mineral
yang tidak baik untuk tubuh.
Diet Untuk Mencegah PMS
Pencegahan PMS (sindrom pra-menstruasi) dapat dilakukan melalui diet yang tepat
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
• Batasi kosumsi makanan tinggi gula, tinggi garam, daging merah(sapi dan kambing),
alkohol, kopi, teh, coklat, serta minuman bersoda.
• Kurangi rokok atau berhenti merokok.
• Batasi konsumsi protein (sebaiknya sebanyak 1,5 gr/kg berat badan per orang).
• Meningkatkan konsumsi ikan, ayam, kacang-kacangan, dan biji-biji-bijian sebagai
sumber protein.
• Batasi konsumsi makanan produk susu dan olahannya (keju, es krim, dan lainnya)
dan gunakan kedelai sebagai penggantinya.
• Batasi konsumsi lemak dari bahan hewani dan lemak dari makanan yang digoreng.
• Meningkatkan konsumsi sayuran hijau.
• Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung asam lemak esensial linoleat
seperti minyak bunga matahari, minyak sayuran.
• Konsumsi vitamin B kompleks terutama vitamin B6, vitamin E, kalsium, magnesium
juga omega-6 (asam linolenat gamma GLA).
Di samping diet, perhatikan pula hal-hal berikut ini untuk mencegah munculnya PMS:
• Melakukan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur.
• Menghindari dan mengatasi stres.
• Menjaga berat badan. Berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko
menderita PMS.
• Catat jadwal siklus haid Anda serta kenali gejala PMS-nya.
• Perhatikan pula apakah Anda sudah dapat mengatasi PMS pada siklus-siklus datang
bulan berikutnya.
Saya pernah mendengar bahwa tidak baik untuk mengkonsumsi buah-buahan yang asam
selama periode haid, saya hampir setiap hari makan minimal 2 buah tomat.Apakah ada efek
samping jika mengkonsumsi buah-buahan yang asam selama haid?tq:)
PEMERIKSAAN HSG
Bila pada saluran telur terdapat perlekatan atau sumbatan, maka pertemuan antara sel
telur dan sel sperma tadi tidak akan terjadi. Ini berarti kehamilan pun tidak terwujud.
Salah satu penyebab infertilitas pada wanita adalah penyumbatan pada tuba, sehingga
untuk mengetahui itu harus dilakukan pemeriksaan HSG atau hysterosalpingografi.
Definisi
a. Pemeriksaan Hysterosalpingografi (HSG) adalah pemeriksaan X-ray dari tuba fallopii
dan uterus dengan menggunakan kontras yang diinjeksikan melalui cervik uteri. Pada
kasus infertilitas pemeriksaan ini bertujuan untuk mendiagnosa ada atau tidaknya
sumbatan pada salah satu atau kedua tuba fallopii yang dapat menghambat penyatuan
sperma dan sel telur.
b. HSG juga dapat memberikan gambaran dari cavum uteri dan mendeteksi adanya
abnormalitas uterus yang juga dapat menyebabkan infertilitas atau keguguran yang
berulang.
c. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendiagnosa penyebab nyeri pelvis yang berasal dari
dalam uterus atau memberikan informasi keberhasilan operasi tuba beberapa minggu
atau bulan pasca operasi.
Bahan Kontras
a. Pada tahun-tahun yang terakhir ini dipakai juga bahan kontras lipiodol ultrafluid untuk
pemeriksaan HSG. Bahan kontras ini juga dipakai untuk limfografi, sialografi, fistulografi
dan untuk saluran-saluran yang halus misalnya saluran air mata. Kekurangan lipiodol
ialah bahwa resorpsi kembali berlangsung lama sekali jika kontras ini masuk ke dalam
rongga peritoneum.
b. Sekarang oleh ahli radiologi di Indonesia lebih banyak di pakai bahan kontras cair
dalam air. Penggunaan urografin 60 % (meglumin diatrizoate 60 % atau sodium
diatrizoate 10 %). Bahan kontras ini sifatnya encer, memberikan opasitas yang
memuaskan dan mudah masuk kedalam tuba dan menimbulkan pelimpahan kontras
kedalam rongga peritoneum dengan segera.
Suatu penelitian terbatas menyatakan bahwa fertilitas meningkat setelah HSG dilakukan
dengan kontras minyak. Hipotesis tersebut menyatakan bahwa setelah pemberian,
adhesi berkurang, fungsi cavum uteri meningkat, mucus menghilang dan kemampuan
otot polos meningkat. Hal ini menyatakan bahwa HSG dapat mempunyai aplikasi terapi.
Tapi, kebanyakan HSG dilakukan hanya untuk tujuan diagnostik karena efek
terapeutiknya yang masih kontroversial.
Indikasi HSG
Indikasi HSG yang paling sering ialah dalam bidang ginekologi, yaitu :
1. Sterilitas primer maupun sekunder, untuk melihat potensi tuba.
2. Untuk menentukan apakah IUD (Intra Uterine Device) masih ada dalam cavum uteri.
3. Pada perdarahan pervaginam sedikit, misalnya yang disebabkan mioma uteri, polip
endometrium, adenomatorus.
4. Abortus habitualis dalam trimester II, dengan HSG dapat diketahui lebar dan
konfigurasi uteri internum.
5. Kelainan bawaan uterus atau adhesi bila kanalis servisis dan cavum uteri yang dapat
menyebabkan abortus.
6. Tumor maligna cavum uteri.
7. Untuk melihat parut pada serviks dan uterus pasca sectio caesaria
Komplikasi HSG
Umumnya komplikasi HSG hanya ringan saja. Keluhan utama ialah rasa nyeri pada
waktu pemeriksaan dilakukan. Rasa nyeri ini akan hilang sendiri dalam beberapa jam.
Kadang-kadang timbul keadaan pra-renjatan (pre-shock) karena pasien sensitiv
terhadap kontras.
Prosedur Pelaksanaan
Sebelum pemeriksaan dilaksanaan, tanyakan apakah pasien mempunyai riwayat :
a. Alergi terhadap bahan X-ray, obat – obatan atau makanan.
b. Asma
c. Sedang dalam terapi
d. Kelainan perdarahan
Jika pasien mempunyai infeksi pelvis, sebaiknya diberikan antibiotik sebelum tes
dilakukan
Prosedur :
a. Pasien diminta membuka pakaian dan berbaring pada meja pemeriksaan
b. Kemudian pemeriksa, dapat ahli radiology atau ginekolog akan memasukkan
speculum kedalam vagina, menempatkan sebuah tabung kedalam servik, lalu kontras di
injeksikan kedalam uterus
c. Kontras akan mengisi uterus dan tuba fallopii dan akhirnya akan tumpah memenuhi
cavum pelvis disekeliling uterus dan tuba
d. Beberapa foto akan diambil selama pemeriksaan berlangsung
e. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan fluoroskopi.
Efek Samping
Hal-hal yang mungkin timbul setelah pemeriksaan Hysterosalpingografi:
1. Bercak darah pervaginal selama beberapa hari
2. Nyeri atau rasa kram yang moderat mungkin dapat timbul beberapa jam setelah
beberapa jam post pemeriksaan
3. Demam atau nyeri yang persisten dapat merupakan indikasi berkembangnya infeksi.
Gejala-gejala ini sebaiknya dilaporkan kepada dokter jika menetap lebih dari beberapa
jam.
4. Pemakain semprot, sanggama, atau tampon vagina sebaiknya ditunda hingga 48 jam
setelah prosedur.
Pelayanan Radiologi
Radiologi adalah ilmu kedokteran untuk melihat bagian dalam tubuh manusia menggunakan
pancaran atau radiasi gelombang, baik gelombang elektromagnetik maupun gelombang
mekanik. Frekuensi yang dipakai berbentuk sinar-x (x-ray). Bagian radiologi kami melayani:
• Rontgen: Untuk mendiagnosa kelainan pada organ tubuh seperti paru-paru, retak pada
tulang
• Mammografi : Untuk mendiagnosa kelainan-kelainan pada payudara
• Panoramic : Untuk mendiagnosa kelainan pada gigi & rongga mulut.
• Cephalometric : Untuk mendiagnosa kelainan rahang.
• Mobile Rontgen : alat rontgen yang dapat mobile mendatangi tempat pasien, sehingga
pasien tidak perlu datang ke tempat pengambilan gambar rontgen
Dengan Kontras :
- Ro. BNO-IVP :
• Pasien harus sudah melakukan pemeriksaan creatinin (bila Creatinin tinggi tidak dapat
dilakukan pemeriksaan IVP )
• Melakukan pembersihan sal cerna (Urus-urus) dengan minum garam inggris 30 mg
(tersedia di apotik) dengan 1 gelas air putih 12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan,
sebelumnya pasien dianjurkan makan makanan yang tidak berserat (lembut)
• Pasien dianjurkan tidak banyak bicara dan tidak merokok
• Puasa selama 12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan ( setelah minum garam inggris
) boleh minum air putih
- Ro Colon in loop, Double Contras Colonografi (DCC)
• Pasien Puasa 12 jam sebelum pemeriksaan
• Melakukan pembersihan sal cerna ( urus-urus ) dengan minum garam inggris 30 mg
dengan 1 gelas air putih 12 jam sebelum pemeriksaan
• Diianjurkan tidak banyak bicara dan tidak merokok
• Khusus untuk Colon in Loop dengan kasus Megacolon pasien tidak perlu
dilakukan persiapan pemeriksaan
- Ro. HSG ( Hystero Salphyngo Grafi )
• Pemeriksaan dilakukan pada hari ke 8 -11 setelah hari pertama menstruasi terakhir
(hari pertama keluar darah menstruasi yang terakhir dihitung sebagai hari I )
• Pasien tidak boleh coitus (berhubungan dengan suami) sampai dengan dilakukan
pemeriksaan
- Ro. OMD (Oesophago Maag Duodeno Grafi )
• Pasien puasa 6 jam sebelum dilakukan pemeriksaan
• Pada pemeriksaan pasien minum cairan kontras ( barium )
- Ro. Urethrografi, Oesophagografi, Fistulografi : tidak ada persiapan khusus
- Ro. Mammografi
• Pemeriksaan dilakukan 1 minggu setelah menstruasi ( tidak saat menjelang menstruasi
)
• Lebih baik pemeriksaan dilakukan untuk usia 30 tahun keatas
• Untuk usia dibawah 30 tahun disarankan untuk dilakukan USG mammae ( hasil
pemeriksaan lebih jelas karena massa mammae masih padat )
- Ro. Appendicogram
• Sehari sebelumnya dilakukan pemeriksaan foto BNO
• Pasien minum barium kontras yang dilarutkan dengan 1 gelas air putih pada 8 jam
sebelum pemeriksaan / foto berikutnya
• Setelah 8 jam pasien kembali untuk dilakukan foto BNO yang ke2
• Pasien tidak perlu puasa
• Setelah minum barium, tidak boleh BAB sampai dilakukan foto Berikutnya.