You are on page 1of 37

Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai

pelepasan (deskuamasi) endometrium. Sekarang diketahui bahwa dalam proses


ovulasi, yang memegang peranan penting adalaHaid adalah perdarahan secara
periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium.
Sekarang diketahui bahwa dalam proses ovulasi, yang memegang peranan
penting adalah hubungan hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (hypothalamic-
pituitary-ovarium axis). Menurut teori neurohumoral yang dianut sekarang,
hipotalamus mengawasi sekresi hormon gonadotropin oleh adenohipofisis
melalui sekresi neurohormon yang disalurkan ke sel-sel adenohipofisis lewat
sirkulasi portal yang khusus. Hipotalamus menghasilkan faktor yang telah dapat
diisolasi dan disebut Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) karena dapat
merangsang pelepasan Lutenizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating
Hormone (FSH) dari hipofisis (Speroff, Glass and Kase,1994; Scherzer and
McClamrock, 1996; Wiknjosastro, Saifuddin dan Rachimhadhi, 1999).

Penyelidikan pada hewan menunjukkan bahwa pada hipotalamus terdapat


dua pusat, yaitu pusat tonik dibagian belakang hipotalamus di daerah nukleus
arkuatus, dan pusat siklik di bagian depan hipotalamus di daerah
suprakiasmatik. Pusat siklik mengawasi lonjakan LH (LH-surge) pada
pertengahan siklus haid yang menyebabkan terjadinya ovulasi. Mekanisme
kerjanya juga belum jelas benar (Wiknjosastro, Saifuddin dan Rachimhadhi,
1999).

Siklus haid normal dapat dipahami dengan baik dengan membaginya atas
dua fase dan satu saat, yaitu fase folikuler, saat ovulasi, dan fase luteal.
Perubahan-perubahan kadar hormon sepanjang siklus haid disebabkan oleh
mekanisme umpan balik (feedback) antara hormon steroid dan hormon
gonadotropin. Estrogen menyebabkan umpan balik negatif terhadap FSH,
sedangkan terhadap LH, estrogen menyebabkan umpan balik negatif jika
kadarnya rendah, dan umpan balik positif jika kadarnya tinggi. Tempat utama
umpan balik terhadap hormon gonadotropin ini mungkin pada hipotalamus
(Speroff, Glass and Kase,1994; Scherzer and McClamrock, 1996; Wiknjosastro,
Saifuddin dan Rachimhadhi, 1999).

Tidak lama setelah haid mulai, pada fase folikular dini, beberapa folikel
berkembang oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH ini
disebabkan oleh regresi korpus luteum, sehingga hormon steroid berkurang.
Dengan berkembangnya folikel, produksi estrogen meningkat, dan ini menekan
produksi FSH; folikel yang akan berovulasi melindungi dirinya sendiri terhadap
atresia, sedangkan folikel-folikel lain mengalami atresia. Pada waktu ini LH juga
meningkat, namun peranannya pada tingkat ini hanya membantu pembuatan
estrogen dalam folikel. Perkembangan folikel yang cepat pada fase folikel akhir
ketika FSH mulai menurun, menunjukkan bahwa folikel yang telah masak itu
bertambah peka terhadap FSH. Perkembangan folikel berakhir setelah kadar
estrogen dalam plasma jelas meninggi. Estrogen pada mulanya meninggi secara
berangsur-angsur, kemudian dengan cepat mencapai puncaknya. Ini
memberikan umpan balik positif terhadap pusat siklik, dan dengan lonjakan LH
(LH-surge) pada pertengahan siklus, mengakibatkan terjadinya ovulasi. LH yang
meninggi itu menetap kira-kira 24 jam dan menurun pada fase luteal.
Mekanisme turunnya LH tersebut belum jelas. Dalam beberapa jam setelah LH
meningkat, estrogen menurun dan mungkin inilah yang menyebabkan LH itu
menurun. Menurunnya estrogen mungkin disebabkan oleh perubahan morfologik
pada folikel. Mungkin pula menurunnya LH itu disebabkan oleh umpan balik
negatif yang pendek dari LH terhadap hipotalamus. Lonjakan LH yang cukup saja
tidak menjamin terjadinya ovulasi; folikel hendaknya pada tingkat yang matang,
agar ia dapat dirangsang untuk berovulasi. Pecahnya folikel terjadi 16 – 24 jam
setelah lonjakan LH. Pada manusia biasanya hanya satu folikel yang matang.
Mekanisme terjadinya ovulasi agaknya bukan oleh karena meningkatnya
tekanan dalam folikel, tetapi oleh perubahan-perubahan degeneratif kolagen
pada dinding folikel, sehingga ia menjadi tipis. Mungkin juga prostaglandin F2
memegang peranan dalam peristiwa itu (Speroff, Glass and Kase,1994; Scherzer
and McClamrock, 1996; Wiknjosastro, Saifuddin dan Rachimhadhi, 1999).

Pada fase luteal, setelah ovulasi, sel-sel granulose membesar, membentuk


vakuola dan bertumpuk pigmen kuning (lutein); folikel menjadi korpus luteum.
Vaskularisasi dalam lapisan granulosa juga bertambah dan mencapai puncaknya
pada 8–9 hari setelah ovulasi.4 Luteinized granulose cell dalam korpus luteum
itu membuat progesteron banyak, dan luteinized theca cell membuat pula
estrogen yang banyak, sehingga kedua hormon itu meningkat tinggi pada fase
luteal. Mulai 10–12 hari setelah ovulasi, korpus luteum mengalami regresi
berangsur-angsur disertai dengan berkurangnya kapiler-kapiler dan diikuti oleh
menurunnya sekresi progesteron dan estrogen. Masa hidup korpus luteum pada
manusia tidak bergantung pada hormon gonadotropin, dan sekali terbentuk ia
berfungsi sendiri (autonom). Namun, akhir-akhir ini diketahui untuk berfungsinya
korpus luteum, diperlukan sedikit LH terus-menerus. Steroidegenesis pada
ovarium tidak mungkin tanpa LH. Mekanisme degenerasi korpus luteum jika
tidak terjadi kehamilan belum diketahui. Empat belas hari sesudah ovulasi,
terjadi haid. Pada siklus haid normal umumnya terjadi variasi dalam panjangnya
siklus disebabkan oleh variasi dalam fase folikular (Wiknjosastro, Saifuddin dan
Rachimhadhi, 1999).
Pada kehamilan, hidupnya korpus luteum diperpanjang oleh adanya
rangsangan dari Human Chorionic Gonadothropin (HCG), yang dibuat oleh
sinsisiotrofoblas. Rangsangan ini dimulai pada puncak perkembangan korpus
luteum (8 hari pasca ovulasi), waktu yang tepat untuk mencegah terjadinya
regresi luteal. HCG memelihara steroidogenesis pada korpus luteum hingga 9–10
minggu kehamilan. Kemudian, fungsi itu diambil alih oleh plasenta.4 Dari uraian
di atas jelaslah bahwa kunci siklus haid tergantung dari perubahan-perubahan
kadar estrogen, pada permulaan siklus haid meningkatnya FSH disebabkan oleh
menurunnya estrogen pada fase luteal sebelumnya. Berhasilnya perkembangan
folikel tanpa terjadinya atresia tergantung pada cukupnya produksi estrogen
oleh folikel yang berkembang. Ovulasi terjadi oleh cepatnya estrogen meningkat
pada pertengahan siklus yang menyebabkan lonjakan LH. Hidupnya korpus
luteum tergantung pula pada kadar minimum LH yang terus-menerus. Jadi,
hubungan antara folikel dan hipotalamus bergantung pada fungsi estrogen, yang
menyampaikan pesan-pesan berupa umpan balik positif atau negatif. Segala
keadaan yang menghambat produksi estrogen dengan sendirinya akan
mempengaruhi siklus reproduksi yang normal (Wiknjosastro, Saifuddin dan
Rachimhadhi, 1999).

DAFTAR PUSTAKA
Albar, Erdjan. 2007. Ilmu Kandungan ’Kontrasepsi’. Edisi kedua Cetakan Kelima. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Halaman 535-575

Anonim. 2006. Implantasi sel Atipik pada Abortus Spontan.


klinikmedis.com/archive/artikel/implantasi%20sel%20atipik%20pada%20abortus
%20spontan.

Anonim. 2007. Kehamilan Di Luar Kandungan.


cakmoki86.files.wordpress.com/2007/02/hamildiluarkandungan.pdf

Baltzer, F.R., et al. 1983. Landmarks during the first forty-two days of gestation demonstrated by the
B-sub-unit of human chorionic gonadotropin and ultrasound. Am. J. Obstet. Gynecol.
146(8):973-979

Datu, Abd. Razak. 2005. Cacat Lahir Disebabkan Oleh Faktor Lingkungan.
med.unhas.ac.id/DataJurnal/tahun2005vol26/Vol26No.3ok/TP-4-3-%20Razak%20datu
%20ok.pdf

Granger K, Pattison N. 1994. Vaginal Bleeding In Pregnancy J. Obstetri dan Gynekologi. 20:14-16

Hartanto, Hanafi. 1994. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Mansjoer,A., dkk, 2005. Kapita Selekta Kedokteran .Edisi ketiga Jilid 1 Cetakan Keenam., Jakarta :
Media Aesculapius Fakultas kedokteran UI. Hal 261, 265-266, 375-376, 379.

Moore, K. L. 1993. The Developing Human: Clinically Oriented Embryology, 5th ed. Philadelphia:
WB Saunders

Nardho, Gunawan. 1991. Kebijaksanaan Dep.Kes. RI, dalam upaya menurunkan kematian maternal.
Simposium Kemajuan Pelayanan Obstetri I. Semarang Penerbit UNDIP : 1-4
Prawirohardjo, S. &Wiknjosastro, H.. 2007. Ilmu Kandungan ’Mola Hidatidosa’. Edisi kedua
Cetakan Kelima. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Scherzer WJ, McClamrock H. 1996. Amenorrhea. In: Berek JS, Adashi EY, Hillard PA. Novak’s
gynecology. 12 th edition. Baltimore: Williams & Wilkins : 820-832

Sibuea, Daulat. 1992. Penanganan Kasus Perdarahan Hamil Muda.


http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/20_PenangananKasusPerdarahanHamilMuda.pdf/20_P
enangananKasusPerdarahanHamilMuda.html

Soejoenoes, A.& Wibowo, B. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Halaman 275-280, 303-308

Speroff, L., et al. 1994. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Baltimore: Williams and
Wilkins

Speroff L, Glass RH, Kase NG. 1994.Clinical gynecologic endocrynologi and infertility. Baltimore:
Williams & Wilkins : 401-456

Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo : 203-223

Yuliatun, Laily. 2007. Hyperemesis Gravidarum. nursingeducate.com/artikel/morningsickness.pdf

h hubungan hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (hypothalamic-pituitary-


ovarium axis). Menurut teori neurohumoral yang dianut sekarang, hipotalamus
mengawasi sekresi hormon gonadotropin oleh adenohipofisis melalui sekresi
neurohormon yang disalurkan ke sel-sel adenohipofisis lewat sirkulasi portal
yang khusus. Hipotalamus menghasilkan faktor yang telah dapat diisolasi dan
disebut Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) karena dapat merangsang
pelepasan Lutenizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari
hipofisis (Speroff, Glass and Kase,1994; Scherzer and McClamrock, 1996;
Wiknjosastro, Saifuddin dan Rachimhadhi, 1999).

Penyelidikan pada hewan menunjukkan bahwa pada hipotalamus terdapat


dua pusat, yaitu pusat tonik dibagian belakang hipotalamus di daerah nukleus
arkuatus, dan pusat siklik di bagian depan hipotalamus di daerah
suprakiasmatik. Pusat siklik mengawasi lonjakan LH (LH-surge) pada
pertengahan siklus haid yang menyebabkan terjadinya ovulasi. Mekanisme
kerjanya juga belum jelas benar (Wiknjosastro, Saifuddin dan Rachimhadhi,
1999).
Siklus haid normal dapat dipahami dengan baik dengan membaginya atas
dua fase dan satu saat, yaitu fase folikuler, saat ovulasi, dan fase luteal.
Perubahan-perubahan kadar hormon sepanjang siklus haid disebabkan oleh
mekanisme umpan balik (feedback) antara hormon steroid dan hormon
gonadotropin. Estrogen menyebabkan umpan balik negatif terhadap FSH,
sedangkan terhadap LH, estrogen menyebabkan umpan balik negatif jika
kadarnya rendah, dan umpan balik positif jika kadarnya tinggi. Tempat utama
umpan balik terhadap hormon gonadotropin ini mungkin pada hipotalamus
(Speroff, Glass and Kase,1994; Scherzer and McClamrock, 1996; Wiknjosastro,
Saifuddin dan Rachimhadhi, 1999).

Tidak lama setelah haid mulai, pada fase folikular dini, beberapa folikel
berkembang oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH ini
disebabkan oleh regresi korpus luteum, sehingga hormon steroid berkurang.
Dengan berkembangnya folikel, produksi estrogen meningkat, dan ini menekan
produksi FSH; folikel yang akan berovulasi melindungi dirinya sendiri terhadap
atresia, sedangkan folikel-folikel lain mengalami atresia. Pada waktu ini LH juga
meningkat, namun peranannya pada tingkat ini hanya membantu pembuatan
estrogen dalam folikel. Perkembangan folikel yang cepat pada fase folikel akhir
ketika FSH mulai menurun, menunjukkan bahwa folikel yang telah masak itu
bertambah peka terhadap FSH. Perkembangan folikel berakhir setelah kadar
estrogen dalam plasma jelas meninggi. Estrogen pada mulanya meninggi secara
berangsur-angsur, kemudian dengan cepat mencapai puncaknya. Ini
memberikan umpan balik positif terhadap pusat siklik, dan dengan lonjakan LH
(LH-surge) pada pertengahan siklus, mengakibatkan terjadinya ovulasi. LH yang
meninggi itu menetap kira-kira 24 jam dan menurun pada fase luteal.
Mekanisme turunnya LH tersebut belum jelas. Dalam beberapa jam setelah LH
meningkat, estrogen menurun dan mungkin inilah yang menyebabkan LH itu
menurun. Menurunnya estrogen mungkin disebabkan oleh perubahan morfologik
pada folikel. Mungkin pula menurunnya LH itu disebabkan oleh umpan balik
negatif yang pendek dari LH terhadap hipotalamus. Lonjakan LH yang cukup saja
tidak menjamin terjadinya ovulasi; folikel hendaknya pada tingkat yang matang,
agar ia dapat dirangsang untuk berovulasi. Pecahnya folikel terjadi 16 – 24 jam
setelah lonjakan LH. Pada manusia biasanya hanya satu folikel yang matang.
Mekanisme terjadinya ovulasi agaknya bukan oleh karena meningkatnya
tekanan dalam folikel, tetapi oleh perubahan-perubahan degeneratif kolagen
pada dinding folikel, sehingga ia menjadi tipis. Mungkin juga prostaglandin F2
memegang peranan dalam peristiwa itu (Speroff, Glass and Kase,1994; Scherzer
and McClamrock, 1996; Wiknjosastro, Saifuddin dan Rachimhadhi, 1999).
Pada fase luteal, setelah ovulasi, sel-sel granulose membesar, membentuk
vakuola dan bertumpuk pigmen kuning (lutein); folikel menjadi korpus luteum.
Vaskularisasi dalam lapisan granulosa juga bertambah dan mencapai puncaknya
pada 8–9 hari setelah ovulasi.4 Luteinized granulose cell dalam korpus luteum
itu membuat progesteron banyak, dan luteinized theca cell membuat pula
estrogen yang banyak, sehingga kedua hormon itu meningkat tinggi pada fase
luteal. Mulai 10–12 hari setelah ovulasi, korpus luteum mengalami regresi
berangsur-angsur disertai dengan berkurangnya kapiler-kapiler dan diikuti oleh
menurunnya sekresi progesteron dan estrogen. Masa hidup korpus luteum pada
manusia tidak bergantung pada hormon gonadotropin, dan sekali terbentuk ia
berfungsi sendiri (autonom). Namun, akhir-akhir ini diketahui untuk berfungsinya
korpus luteum, diperlukan sedikit LH terus-menerus. Steroidegenesis pada
ovarium tidak mungkin tanpa LH. Mekanisme degenerasi korpus luteum jika
tidak terjadi kehamilan belum diketahui. Empat belas hari sesudah ovulasi,
terjadi haid. Pada siklus haid normal umumnya terjadi variasi dalam panjangnya
siklus disebabkan oleh variasi dalam fase folikular (Wiknjosastro, Saifuddin dan
Rachimhadhi, 1999).

Pada kehamilan, hidupnya korpus luteum diperpanjang oleh adanya


rangsangan dari Human Chorionic Gonadothropin (HCG), yang dibuat oleh
sinsisiotrofoblas. Rangsangan ini dimulai pada puncak perkembangan korpus
luteum (8 hari pasca ovulasi), waktu yang tepat untuk mencegah terjadinya
regresi luteal. HCG memelihara steroidogenesis pada korpus luteum hingga 9–10
minggu kehamilan. Kemudian, fungsi itu diambil alih oleh plasenta.4 Dari uraian
di atas jelaslah bahwa kunci siklus haid tergantung dari perubahan-perubahan
kadar estrogen, pada permulaan siklus haid meningkatnya FSH disebabkan oleh
menurunnya estrogen pada fase luteal sebelumnya. Berhasilnya perkembangan
folikel tanpa terjadinya atresia tergantung pada cukupnya produksi estrogen
oleh folikel yang berkembang. Ovulasi terjadi oleh cepatnya estrogen meningkat
pada pertengahan siklus yang menyebabkan lonjakan LH. Hidupnya korpus
luteum tergantung pula pada kadar minimum LH yang terus-menerus. Jadi,
hubungan antara folikel dan hipotalamus bergantung pada fungsi estrogen, yang
menyampaikan pesan-pesan berupa umpan balik positif atau negatif. Segala
keadaan yang menghambat produksi estrogen dengan sendirinya akan
mempengaruhi siklus reproduksi yang normal (Wiknjosastro, Saifuddin dan
Rachimhadhi, 1999).

DAFTAR PUSTAKA
Albar, Erdjan. 2007. Ilmu Kandungan ’Kontrasepsi’. Edisi kedua Cetakan Kelima. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Halaman 535-575

Anonim. 2006. Implantasi sel Atipik pada Abortus Spontan.


klinikmedis.com/archive/artikel/implantasi%20sel%20atipik%20pada%20abortus
%20spontan.
Anonim. 2007. Kehamilan Di Luar Kandungan.
cakmoki86.files.wordpress.com/2007/02/hamildiluarkandungan.pdf

Baltzer, F.R., et al. 1983. Landmarks during the first forty-two days of gestation demonstrated by the
B-sub-unit of human chorionic gonadotropin and ultrasound. Am. J. Obstet. Gynecol.
146(8):973-979

Datu, Abd. Razak. 2005. Cacat Lahir Disebabkan Oleh Faktor Lingkungan.
med.unhas.ac.id/DataJurnal/tahun2005vol26/Vol26No.3ok/TP-4-3-%20Razak%20datu
%20ok.pdf

Granger K, Pattison N. 1994. Vaginal Bleeding In Pregnancy J. Obstetri dan Gynekologi. 20:14-16

Hartanto, Hanafi. 1994. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Mansjoer,A., dkk, 2005. Kapita Selekta Kedokteran .Edisi ketiga Jilid 1 Cetakan Keenam., Jakarta :
Media Aesculapius Fakultas kedokteran UI. Hal 261, 265-266, 375-376, 379.

Moore, K. L. 1993. The Developing Human: Clinically Oriented Embryology, 5th ed. Philadelphia:
WB Saunders

Nardho, Gunawan. 1991. Kebijaksanaan Dep.Kes. RI, dalam upaya menurunkan kematian maternal.
Simposium Kemajuan Pelayanan Obstetri I. Semarang Penerbit UNDIP : 1-4

Prawirohardjo, S. &Wiknjosastro, H.. 2007. Ilmu Kandungan ’Mola Hidatidosa’. Edisi kedua
Cetakan Kelima. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Scherzer WJ, McClamrock H. 1996. Amenorrhea. In: Berek JS, Adashi EY, Hillard PA. Novak’s
gynecology. 12 th edition. Baltimore: Williams & Wilkins : 820-832

Sibuea, Daulat. 1992. Penanganan Kasus Perdarahan Hamil Muda.


http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/20_PenangananKasusPerdarahanHamilMuda.pdf/20_P
enangananKasusPerdarahanHamilMuda.html

Soejoenoes, A.& Wibowo, B. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Halaman 275-280, 303-308

Speroff, L., et al. 1994. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Baltimore: Williams and
Wilkins

Speroff L, Glass RH, Kase NG. 1994.Clinical gynecologic endocrynologi and infertility. Baltimore:
Williams & Wilkins : 401-456

Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo : 203-223

Yuliatun, Laily. 2007. Hyperemesis Gravidarum. nursingeducate.com/artikel/morningsickness.pdf


Fisiologi Menstruasi
Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang paralel dengan
pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari janin (proses
kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat gangguan kesuburan,
abortus berulang, atau keganasan. Gangguan dari sikluas menstruasi merupakan salah satu
alasan seorang wanita berobat ke dokter.
Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu keluarnya
darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan wanita dengan siklus
mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia reproduksi
yang ekstrim (setelah menarche <pertama kali terjadinya menstruasi> dan menopause) lebih
banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus yang tidak mengandung sel telur.
Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium.

Gambar 1. Kompleks Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium


Siklus Menstruasi Normal
Sikuls menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium (indung telur)
dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu siklus
folikular dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa proliferasi
(pertumbuhan) dan masa sekresi.
Perubahan di dalam rahim merupakan respon terhadap perubahan hormonal. Rahim terdiri
dari 3 lapisan yaitu perimetrium (lapisan terluar rahim), miometrium (lapisan otot rehim,
terletak di bagian tengah), dan endometrium (lapisan terdalam rahim). Endometrium adalah
lapisan yangn berperan di dalam siklus menstruasi. 2/3 bagian endometrium disebut desidua
fungsionalis yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian terdalamnya disebut sebagai desidua
basalis.
Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:
1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH
2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk
merangsang hipofisis mengeluarkan LH
3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan
prolaktin

Gambar 2. Siklus Hormonal


Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang
perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1
folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel
tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan
produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi
hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan
hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen
terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan
menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen
mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf
menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum
yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic
hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka
korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron.
Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari
endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam
masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan.
Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:
1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium
(selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium
berada dalam kadar paling rendah
2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi
berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua
fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini
endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan
sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)
3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon
progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk
membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)
Siklus ovarium :
1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang
berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses
ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase folikular pada
manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus
menstruasi keseluruhan
2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka
waktu rata-rata 14 hari
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus
menstruasi normal:
1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada
pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus
sebelumnya
2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari
korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini
merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium
3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH
hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level
estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis
(respon bifasik)
4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH
yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah
hormon progesteron
5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan
terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase
transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal
6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase
pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum
7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah
terjadi ovulasi
8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum
dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya
Follow Us and Become a Fan <a
href='http://www.klikdokter.com/ads/www/delivery/ck.php?
n=a0071a22&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_top'><img
src='http://www.klikdokter.com/ads/www/delivery/avw.php?
campaignid=51&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&amp;n=a0071a22'
border='0' alt='' /></a>
Top of Form
e-NEWSLETTER

Masukkan e-mail untuk mendapatkan informasi terbaru dari klikdokter

Subscribe

true

Bottom of Form

Fisiologi Menstruasi
Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang paralel dengan
pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari janin (proses
kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat gangguan kesuburan,
abortus berulang, atau keganasan. Gangguan dari sikluas menstruasi merupakan salah satu
alasan seorang wanita berobat ke dokter.
Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu keluarnya
darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan wanita dengan siklus
mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia reproduksi
yang ekstrim (setelah menarche <pertama kali terjadinya menstruasi> dan menopause) lebih
banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus yang tidak mengandung sel telur.
Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium.

Gambar 1. Kompleks Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium


Siklus Menstruasi Normal
Sikuls menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium (indung telur)
dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu siklus
folikular dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa proliferasi
(pertumbuhan) dan masa sekresi.
Perubahan di dalam rahim merupakan respon terhadap perubahan hormonal. Rahim terdiri
dari 3 lapisan yaitu perimetrium (lapisan terluar rahim), miometrium (lapisan otot rehim,
terletak di bagian tengah), dan endometrium (lapisan terdalam rahim). Endometrium adalah
lapisan yangn berperan di dalam siklus menstruasi. 2/3 bagian endometrium disebut desidua
fungsionalis yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian terdalamnya disebut sebagai desidua
basalis.
Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:
1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH
2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk
merangsang hipofisis mengeluarkan LH
3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan
prolaktin

Gambar 2. Siklus Hormonal


Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang
perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1
folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel
tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan
produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi
hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan
hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen
terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan
menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen
mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf
menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum
yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic
hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka
korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron.
Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari
endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam
masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan.
Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:
1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium
(selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium
berada dalam kadar paling rendah
2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi
berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua
fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini
endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan
sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)
3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon
progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk
membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)
Siklus ovarium :
1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang
berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses
ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase folikular pada
manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus
menstruasi keseluruhan
2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka
waktu rata-rata 14 hari
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus
menstruasi normal:
1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada
pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus
sebelumnya
2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari
korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini
merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium
3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH
hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level
estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis
(respon bifasik)
4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH
yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah
hormon progesteron
5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan
terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase
transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal
6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase
pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum
7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah
terjadi ovulasi
8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum
dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya

Top of Form
true
efinisi menstruasi
Menstruasi adalah masa perdarahan yang terjadi pada wanita secara rutin setiap bulan selama masa suburnya
kecuali apabila terjadi kehamilan. Masa menstruasi biasa juga disebut dengan mens, haid atau datang bulan.
Pada saat menstruasi darah yang keluar sebenarnya merupakan darah akibat peluruhan dinding rahim
(endometrium). Darah menstruasi tersebut mengalir dari rahim menuju ke leher rahim, untuk kemudian keluar
melalui vagina.

Kapan pertama kali terjadi menstruasi


Ketika seorang gadis mulai memasuki masa puber (biasanya dimulai dari usia 10-14 tahun, bahkan ada literatur
yang menyebutkan usia 8-13 tahun ), maka tubuh dan pikiran si gadis akan mulai berubah untuk berkembang
menjadi seorang wanita muda. Pada awal masa pubertas, kadar hormon LH (luteinizing hormone) dan FSH
(follicle-stimulating hormone) akan meningkat, sehingga merangsang pembentukan hormon seksual. Pada
remaja putri, peningkatan kadar hormon tersebut menyebabkan pematangan payudara, ovarium, rahim, dan
vagina serta dimulainya siklus menstruasi. Di samping itu juga timbulnya ciri-ciri seksual sekunder, misalnya
tumbuhnya rambut kemaluan dan rambut ketiak. Usia pubertas dipengaruhi oleh faktor kesehatan dan gizi, juga
faktor sosial-ekonomi dan keturunan. Menstruasi merupakan pertanda masa reproduktif pada kehidupan seorang
perempuan, yang dimulai dari menarche (menstruasi pertama) sampai terjadinya menopause. Usia pertama kali
mengalami menstruasi pun bisa beragam, ada yang sudah menstruasi sejak usia 10 tahun tetapi ada juga yang
baru mengalaminya saat menginjak usia 15 tahun.

Lama menstruasi & siklus menstruasi


Lama menstruasi biasanya terjadi antara 3-5 hari, walaupun pada beberapa orang bisa saja mengalami masa
menstruasi yang lebih panjang ataupun lebih pendek. Jumlah hari antara periode menstruasi yang satu dengan
periode menstruasi berikutnya disebut dengan siklus menstruasi (dihitung dari hari pertama mendapat
menstruasi sampai dengan hari sebelum datang menstruasi berikutnya).

Contoh cara menghitung siklus menstruasi :

•Menstruasi pada bulan Juli : Tanggal 16


•Menstruasi pada bulan Agustus : Tanggal 14

•Siklus menstruasi : 29 hari

Pada masa awal menstruasi biasanya siklus menstruasi tidak teratur, karena tubuh perlu menyesuaikan diri.
Misalnya di 2 bulan pertama siklus mentruasi terjadi setiap 28 hari kemudian tidak mendapat menstruasi selama
1 bulan atau bisa saja dalam 1 bulan terjadi 2 kali menstruasi. Biasanya setelah 2-3 tahun siklus menstruasi
akan menjadi teratur. Apabila sudah terbiasa kita dapat memperkirakan waktu menstruasi kita berikutnya. Ada
baiknya juga untuk selalu menandai masa menstruasi kita di kalender setiap bulannya untuk mengetahui lama
menstruasi ataupun siklus menstruasi kita. Lamanya siklus menstruasi bisa bervariasi antara 21-40 hari (pada
awal menstruasi bisa sampai 45 hari) walaupun biasanya berlangsung sekitar 28 hari.

Keluhan saat menstruasi


Pada saat menstruasi, biasanya wanita mengalami perubahan baik secara fisik ataupun secara emosional, hal
ini berkaitan erat dengan kadar hormon yang melonjak naik & turun didalam tubuh. Berikut adalah beberapa
keluhan yang biasanya terjadi saat menstruasi :

Nyeri haid
Nyeri haid umum dirasakan oleh wanita pada hari-hari pertama menstruasi. Sebagian dokter beranggapan
bahwa nyeri haid terjadi karena prostaglandin, yaitu zat yang menyebabkan otot rahim berkontraksi. Pada
sebagian orang nyeri haid yang dirasakan dapat berupa nyeri yang samar tetapi bagi sebagian yang lain nyeri
yang dirasakan dapat terasa kuat yang bahkan bisa membuat aktifitas terganggu. Penggunaan obat pereda nyeri
yang dijual bebas dapat meredakan rasa nyeri tersebut, atau bisa juga dengan cara mengoleskan obat gosok
atau di kompres dengan handuk hangat. Apabila dengan cara diatas rasa nyeri tak juga hilang, sebaiknya di
konsultasikan dengan dokter untuk penanganan rasa nyeri tersebut.

PMS (Pra Menstrual Syndrome)


Beberapa wanita merasakan pada beberapa hari menjelang menstruasi, mereka menjadi lebih emosional,
seperti lebih mudah marah, gampang menangis ataupun sedih. Pada sebagian yang lain ada yang merasakan
keinginan untuk makan makanan tertentu. Perubahan emosional ini merupakan gejala dari PMS (Pre Menstrual
Syndrome). PMS sering dikaitkan dengan perubahan hormone yang melonjak naik-turun di dalam tubuh selama
masa menstruasi yang mengakibatkan perubahan baik secara fisik ataupun emosional. Perubahan fisik yang
terjadi dapat berupa rasa kembung akibat retensi cairan, payudara terasa tegang ataupun sakit kepala. Gejala
PMS biasanya akan menghilang dengan sendirinya tetapi dapat juga hadir setiap bulan. Dengan pola makan
yang tepat, cukup istirahat & olahraga dapat membantu mengatasi beberapa gejala PMS. Apabila gejala PMS
yang anda rasakan cukup mengganggu sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk penanganannya.

Jerawat
Biasanya awal-awal mentruasi juga ditandai dengan hadirnya jerawat, sekali lagi hal ini disebabkan oleh kadar
hormon yang melonjak di dalam tubuh. Biasanya sesudah dewasa masalah jerawat saat awal menstruasi ini
akan hilang dengan sendirinya.
Apa hubungan antara menstruasi dan masa subur yuk kita ikuti artikel selanjutnya.
Total Hit : 5526

Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan
pendarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang
terjadi terus menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. menstruasi
biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga anda menopause (biasanya
terjadi sekitar usia 45 – 55 tahun). Normalnya, menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari.
Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita memiliki siklus
25 – 35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari, namun beberapa
wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi adanya masalah
kesuburan.
Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode menstruasi – hari
dimana pendarahan dimulai disebut sebagai hari pertama yang kemudian dihitung sampai
dengan hari terakhir – yaitu 1 hari sebelum perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai.
Fisiologi Menstruasi
Seorang wanita memiliki 2 ovarium dimana masing-masing menyimpan sekitar
200,000 hingga 400,000 telur yang belum matang/folikel (follicles). Normalnya, hanya satu
atau beberapa sel telur yang tumbuh setiap periode menstruasi dan sekitar hari ke 14
sebelum menstruasi berikutnya, ketika sel telur tersebut telah matang maka sel telur
tersebut akan dilepaskan dari ovarium dan kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk
kemudian dibuahi. Proses pelepasan ini disebut dengan ovulasi.
Pada permulaan siklus, sebuah kelenjar didalam otak melepaskan hormon yang
disebut Follicle Stimulating Hormone (FSH) kedalam aliran darah sehingga membuat sel-sel
telur tersebut tumbuh didalam ovarium. Salah satu atau beberapa sel telur kemudian
tumbuh lebih cepat daripada sel telur lainnya dan menjadi dominant hingga kemudian mulai
memproduksi hormon yang disebut estrogen yang dilepaskan kedalam aliran darah. Hormon
estrogen bekerjasama dengan hormon FSH membantu sel telur yang dominan tersebut
tumbuh dan kemudian memberi signal kepada rahim agar mempersiapkan diri untuk
menerima sel telur tersebut. Hormone estrogen tersebut juga menghasilkan lendir yang lebih
banyak di vagina untuk membantu kelangsungan hidup sperma setelah berhubungan intim.
Ketika sel telur telah matang, sebuah hormon dilepaskan dari dalam otak yang
disebut dengan Luteinizing Hormone (LH). Hormone ini dilepas dalam jumlah banyak dan
memicu terjadinya pelepasan sel telur yang telah matang dari dalam ovarium menuju tuba
falopi. Jika pada saat ini, sperma yang sehat masuk kedalam tuba falopi tersebut, maka sel
telur tersebut memiliki kesempatan yang besar untuk dibuahi.
Sel telur yang telah dibuahi memerlukan beberapa hari untuk berjalan menuju tuba
falopi, mencapai rahim dan pada akhirnya “menanamkan diri” didalam rahim. Kemudian, sel
telur tersebut akan membelah diri dan memproduksi hormon Human Chorionic
Gonadotrophin (HCG). Hormon tersebut membantu pertumbuhan embrio didalam rahim.
Jika sel telur yang telah dilepaskan tersebut tidak dibuahi, maka endometrium akan meluruh
dan terjadinya proses menstruasi berikutnya.
Abnormalitas Menstruasi
Ada lima abnormalitas menstruasi yang umum dialami perempuan. Abnormalitas
pertama adalah amonerrhea. Kemungkinan penyakit ini ditunjukkan oleh dua hal. Pertama,
menstruasi yang berhenti sebelum usia menopause dan bukan karena kehamilan. Kedua,
siklus haid yang tidak jelas pada seorang remaja putri. Amonerrhea dapat disebabkan oleh
penyakit fisik, perubahan berat badan secara mendadak, gangguan pola makan, latihan fisik
berlebihan, hormon yang tidak teratur, pengobatan tertentu, dan stress.
Berikutnya adalah dysmenorrhea atau rasa sakit ketika menstruasi. Ini dibedakan
menjadi dua jenis, yakni dysmenorrhea primer dan dysmenorrhea sekunder . Dysmenorrhea
primer umumnya terjadi di tiga tahun pertama semenjak mendapat haid pertama. Rasa sakit
akan berlangsung selama satu atau dua hari setiap periode dan bisa berlanjut setelah
menopause. Produksi substansi kimia bernama prostaglandis diyakini sebagai penyebab
dysmenorrhea primer. Selama siklus datang bulan wanita, prostaglandin yang dikenal
sebagai kondisi iritasi yang serius diproduksi dalam jumlah banyak (hormon prostaglandin
adalah hormon yang menyerupai sebuah substansi yang secara langsung mempengaruhi
kerja jaringan kapan saja terjadi berkontraksi sehingga menyebabkan timbulnya kram perut).
Berbeda dengan dysmenorrhea sekunder yang disebabkan oleh penyakit pada organ
reproduksi.
Abnormalitas yang ketiga dan keempat adalah menorrhagia dan metrorrhagia.
Menorrhagia diindikasikan dengan volume darah yang berlebihan dan/atau durasi yang
terlalu lama. Metrorrhagia adalah pendarahan atau bercak-bercak di luar periode
menstruasi. Keduanya disebut dysfunctional uterine bleeding atau disfungsional pendarahan
pada uterin. Disfungsionalitas ini juga dapat mengganggu proses reproduksi karena
mencegah implantasi embrio di uterus. Penyebabnya beragam, seperti penyakit von
Willebrand , ketidakseimbangan hormon, fibroid , kanker, tiroid yang tidak normal, atau
kondisi lainnya.
Selanjutnya adalah sindrom yang dianggap biasa sebelum datang bulan, yakni
premenstrual syndrome (PMS). PMS bukan hanya sesuatu yang nyata, tetapi juga
terkadang mengganggu. Tercatat 20% sampai 40% perempuan mengalami gejala PMS
selama 7 sampai 10 hari sebelum menstruasi. Gejalanya pun beragam, baik secara fisik
(misalnya berat badan naik atau gangguan tidur) maupun emosional (misalnya mood kacau
atau depresi).
Pencegahan Dysmenorrhea
Wanita yang mengalami dysmenorrhea (kram perut selama siklus datang bulan)
cenderung mengalami masalah fungsi usus. Untuk meminimalkan rasa tidak nyaman
selama siklus datang bulan tersebut dengan:
- Menyeleksi dan memilih makanan yang Anda konsumsi selama siklus datang bulan.
- Konsumsilah biji-bijian kaya serat, seperti roti olahan gandum 100% atau beras
merah, dan banyak makan sayur, kurangi konsumsi gula, garam, makanan pedas,
serta kafein.
- ” De-stressing”(kurangi stres).
- Selalu melakukan teknik-teknik penenangan diri, seperti melakukan meditasi, yoga,
ataupun hanya berbagi rasa dengan seseorang.
- Berolahragalah secara rutin Olah raga secara rutin dapat mengurangi strees dan
membantu sistem pencernaan Anda berfungsi lebih baik.
- Menghindari pemakaian obat diet misalnya Acutrim, karena mengandung mineral
yang tidak baik untuk tubuh.
Diet Untuk Mencegah PMS
Pencegahan PMS (sindrom pra-menstruasi) dapat dilakukan melalui diet yang tepat
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

• Batasi kosumsi makanan tinggi gula, tinggi garam, daging merah(sapi dan kambing),
alkohol, kopi, teh, coklat, serta minuman bersoda.
• Kurangi rokok atau berhenti merokok.
• Batasi konsumsi protein (sebaiknya sebanyak 1,5 gr/kg berat badan per orang).
• Meningkatkan konsumsi ikan, ayam, kacang-kacangan, dan biji-biji-bijian sebagai
sumber protein.
• Batasi konsumsi makanan produk susu dan olahannya (keju, es krim, dan lainnya)
dan gunakan kedelai sebagai penggantinya.
• Batasi konsumsi lemak dari bahan hewani dan lemak dari makanan yang digoreng.
• Meningkatkan konsumsi sayuran hijau.
• Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung asam lemak esensial linoleat
seperti minyak bunga matahari, minyak sayuran.
• Konsumsi vitamin B kompleks terutama vitamin B6, vitamin E, kalsium, magnesium
juga omega-6 (asam linolenat gamma GLA).
Di samping diet, perhatikan pula hal-hal berikut ini untuk mencegah munculnya PMS:
• Melakukan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur.
• Menghindari dan mengatasi stres.
• Menjaga berat badan. Berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko
menderita PMS.
• Catat jadwal siklus haid Anda serta kenali gejala PMS-nya.
• Perhatikan pula apakah Anda sudah dapat mengatasi PMS pada siklus-siklus datang
bulan berikutnya.

5.siklus haid dan gangguan haid - Presentation Transcript


1. Siklus Haid dan Gangguan Haid Irwan T Rachman
2. Siklus Haid
○ Fungsi seksual wanita: kendali hormon
○ Khas: siklus haid ◊ timbulnya pervaginam tiap bulan
○ Selama 1 siklus haid: terjadi perubahan (ovarium, uterus, serviks)
○ Fisiologi haid
3. Normal Haid
○ Keterangan:
○ Perdarahan haid: 2-6 hari
○ Fase folikuler/ proliferasi: hari ke 5 s/d 14 ◊ endometrium tumbuh shg siap
menerima zygote.
○ Ovarium: terjadi pematangan folikel (FSH)  estradiol
○ Estradiol: mulut serviks tertutup, spinbarkeit
○ Estradiol akan meningkat (s/d hr 13) ◊ LH surge
Hari 1 6 14 5 28 Ovulasi Luteal/sekresi Folikuler/proliferasi Menstruasi
4. Normal Haid
○ Keterangan:
○ Ovulasi: hari ke 14 ◊ SBB juga meningkat 0.05 C
○ Ovulasi: getah serviks encer & bening, mulut serviks sedikit terbuka
○ Fase luteal: hari ke 14 s/d 28
○ Fase luteal: terbentuk korpus luteum, perubahan kel. Endometrium
(progesteron) terutama hari 22 (nidasi terjadi)
○ Bila tidak terjadi nidasi: Estradiol & Progesteron akan menghambat FSH dan
LH shg korpus luteum
5. Menstrual Cycle
6. Hormone Regulation during Menstrual Cycle
7.
8. Gangguan Haid
○ Terdapat 2 macam bentuk gangguan haid:
○ Gangguan Ritmus:
 Polimenorea
 Oligomenorea
 Tidak teratur
 amenorea
○ Gangguan Perdarahan:
 Hipomenorea
 Hipermenorea
 Monoragia
 spotting
9. Gangguan Perdarahan:
○ Adanya gangguan organik. Misal: mioma uteri
○ Adanya gangguan endokrinologik (hormonal)
○ Kombinasi
10. Klasifikasi Gangguan Haid
○ Kelainan dalam banyaknya:
 Normal (2-5 pembalut/hari)
 Hipermenorea (perdarahan banyak)  lebih dari 5 pembalut/hari
 Hipomenorea (perdarahan sedikit) ◊ kurang dari 2 pembalut/hari
 Spotting/bercak
11. Klasifikasi Gangguan Haid
○ Kelainan lamanya perdarahan:
 Normal (3-6 hari)
 Menoragia (> 6 hari)
 Brakimenorea (<3 hari)
 Premenstrual spotting
 Pascamenstrual spotting
12. Klasifikasi Gangguan Haid
○ Klasifikasi menurut kelainan siklus (ritmus):
 Eumenorea (normal): 25-31 hari
 Polimenorea (terlalu sering): < 25 hari
 Oligomenorea (terlalu jarang): > 31 hari
 Amenorea (tidak ada perdarahan)
 Haid tidak teratur (perdarahan interval)
 Spotting pertengahan siklus
13. Dismenora
○ Nyeri haid yang timbul menjelang atau selama haid
○ Dikatakan “nyeri”: sampai menggangu aktivitas wanita tersebut
○ Gejala lain: mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah, bersifat
kolik
○ Dismenorea dibagi:
 Dismenorea primer
 Dismenorea sekunder
14. Dismenorea primer
○ Muncul segera setelah menars
○ Penyebab pasti: ?
○ Diduga faktor psikis
○ Fase sekresi: kadar prostaglandin tinggi
○ Umumnya pada wanita dengan siklus haid berovulasi
15. Dismenorea sekunder
○ Sebelumnya tidak pernah merasa nyeri, selang beberapa bulan/tahun baru
timbul keluhan
○ Penyebab tersering:
 Endometriosis (keluhan lain: disparenei, nyeri saat BAB, infertil)
 Infeksi kronik genitalia interna
○ Perlu dilakukan laparoskopi diagnostik
16. Penatalaksanaan
○ Singkirkan kelainan organik
○ Wanita usia muda: spasmolitik atau analgetik
○ Dismenorea primer:
 Cegah efek prostaglandin: antiprostaglandin
 Cegah ovulasi: pil KB atau Progesteron 5-10mg/hari (5-25 siklus)
setelah berkurang cukup hari ke 16 s/d 25
17. Penatalaksanaan
○ Dismenorea sekunder (endometriosis dan infeksi kronik):
 Endometriosis: MPA 3x10 mg/hari atau danazol 3x20mg selama 6
bulan
 Infeksi: berikan antibiotika yang sesuai
18. Sindrom prahaid
○ Sering pada wanita usia reproduksi
○ Keluhan:
 Lekas lelah
 Mudah marah
 Depresi
 Migren
 Kunang-kunang
 Kanki bengkak
 Mastitis
 Rasa tidak enak di perut
19. Penyebab & penatalaksanaan:
○ Penyebab: ? (diduga estrogen berlebihan)
○ Diagnosis: keluhan yg timbul 8-12 hr sblm haid
○ Pengobatan:
 Cegah efek estrogen berlebihan diberikan progesteron hari 16 s/d 1-2
hr sblm haid berikut
 Kadar prolaktin tinggi diberikan bromokriptin
 Lasix ½ tab 7 hari s/d haid
20. PUD (Perdarahan Uterus Disfungsional)
○ Perdarahan uterus abnormal (jumlah, frekuensi, lama) baik didalam/diluar
siklus haid yg semata-mata krn gangg fungsional (hipotalamus-hipofisis-
ovarium-endometrium)
○ Tanpa kelainan anatomis
○ Banyak terjadi: usia perimenars dan perimenopause
21. PUD pada usia perimenars
○ Perimenars: menars s/d usia reproduksi
○ Berlangsung 3-5 tahun stlh menars
○ Ditandai: siklus tdk teratur, baik lama dan jumlah
○ Tidak perlu pengobatan, kecuali menimbulkan gangguan
22. PUD pada usia perimenars
○ Kapan pengobatan hormonal diperlukan?
 Bila gangguan terjadi 6 bulan lamanya atau 2 tahun setelah menars blm
dijumpai siklus haid yg berovulasi
 Perdarahan s/d KU jelek
23. PUD pada usia perimenopause
○ Perimenopause: masa pramenopause dan pascamenopause (usia 40-52 tahun)
○ Pikirkan adanya keganasan uterus  dilatase dan kuretase
○ Bila hasilnya:
 Hiperplasia endometrium (kistik/adenometosa)  Tx: Progesteron
 Keganasan ◊ Tx: histerektomi
ara remaja putri, pada masa awal-awal menstruasi sering mengalami haid yang datang tidak
teratur setiap bulannya. Hal ini terkadang juga menimbulkan pertanyaan dari para orang tua,
normalkah hal tersebut ? atau ada juga wanita yang sebelumnya teratur haid setiap bulan
tetapi kemudian menjadi tidak teratur. Untuk itu, kali ini medicastore mencoba memuat
artikel mengenai haid yang datang tidak teratur atau disebut juga dengan oligomenore.
Kamus kedokteran mendefinisikan Oligomenore sebagai haid yang datang tidak teratur atau
haid yang sedikit sekali. Tetapi para dokter mencoba mempersempit definisi tersebut,
sehingga diagnosis oligomenore adalah wanita yang sebelumnya haid secara teratur sebelum
mengalami masalah haid yang datang tidak teratur. Pada orang yang mengalami oligomenore,
siklus menstruasi biasanya terjadi lebih panjang dari 35 hari, sehingga hanya mengalami haid
4-9 kali selama setahun.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan haid menjadi tidak teratur pada
wanita, yaitu :
• Stres emosional.
• Sakit kronis.
• Nutrisi yang kurang.
• Adanya kelainan makan seperti pada penderita anorexia nervosa.
• Latihan fisik yang berlebih.
• Adanya tumor yang mempengaruhi pengeluaran hormon estrogen.
• Penggunaan terlarang obat anabolik steroid untuk mendongkrak
kemampuan atletis.
Para wanita penari balet profesional, pesenam & pemain ice skating, mereka yang beresiko
tinggi untuk mengalami oligomenore, karena mereka mengkombinasikan latihan fisik yang
berat dengan diet ketat untuk menjaga supaya berat tubuhnya tidak naik. Haid yang datang
tidak teratur, saat ini dikenal juga sebagai satu dari tiga masalah kesehatan yang dialami oleh
atlet wanita, sehingga dijuluki dengan “female athlete triad”, yang lainnya adalah kelainan
makan & osteoporosis.
Gejala dari oligomenore meliputi :
• Periode siklus menstruasi yang lebih dari 35 hari sekali.
• Haid yang tidak teratur dengan jumlah yang tidak tentu.
• Pada beberapa wanita yang mengalami oligomenore terkadang juga
mengalami kesulitan untuk hamil.
Pemeriksaan untuk mengetahui apakah seseorang mengalami oligomenore atau tidak,
biasanya dilakukan dengan beberapa cara, yaitu Oligomenore yang terjadi pada remaja,
seringkali disebabkan karena kurangnya sinkronisasi antara hipotalamus, kelenjar pituari &
indung telur. Hipotalamus merupakan bagian otak yang mengatur suhu tubuh, metabolisme
sel & fungsi dasar seperti makan, tidur & reproduksi. Hipotalamus mengatur pengeluaran
hormon yang mengatur kelenjar pituari. Kemudian kelenjar pituari akan merangsang
produksi hormon yang mempengaruhi pertumbuhan & reproduksi. Pada awal & akhir masa
reproduksi wanita, beberapa hormon tersebut dapat menjadi kurang tersinkronisasi, sehingga
akan menyebabkan terjadinya haid yang tidak teratur.</span>
Pada atlet wanita, model, aktris, penari ataupun yang mengalami anorexia nervosa,
oligomenore terjadi karena rasio antara lemak tubuh dengan berat badan turun sangat jauh.
1. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Siklus Menstruasi Untuk diagnosis
oligomenore, biasanya dokter akan menanyakan riwayat menstruasi dari
pasien secara detail, termasuk apa masalahnya, berapa lama sudah
terjadi, & adanya pola lain yang mungkin diketahui pasien. Untuk
membantu diagnosa dokter, pasien dapat mencatat waktu menstruasi,
frekuensi, lama menstruasi & kuantitas perdarahan dengan Kalender Haid.
Sebaiknya pasien juga memberitahukan dokter mengenai penyakit yang
baru diderita termasuk kondisi kesehatan yang dialami seperti misalnya
menderita diabetes melitus. Selain itu dokter juga memerlukan informasi
mengenai diet pasien, pola latihan fisik, aktifitas seksual, penggunaan
kontrasepsi, penggunaan obat-obatan atau prosedur operasi yang pernah
dijalani.
Dokter kemudian akan melakukan pemeriksaan fisik antara lain untuk : mengevaluasi
proporsi berat badan pasien terhadap tinggi badan, melihat tanda perkembangan
seksual yang normal, melihat apakah detak jantung & tanda vital lain normal serta
merasakan kelenjar tiroid untuk melihat ada tidaknya pembengkakan.
2. Pemeriksaandi Laboratorium Setelah mengetahui riwayat kesehatan
pasien, dokter akan melakukan pemeriksaan panggul & pap tes. Untuk
mengetahui penyebab tertentu dari oligomenore, dokter dapat juga
melakukan tes kehamilan & tes darah untuk mengetahui kadar hormon
tiroid.
3. Pemeriksaan Lanjutan Pada beberapa kasus tertentu, dokter akan
menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan lain, seperti USG untuk
memeriksa daerah panggul & melihat ada atau tidaknya ketidak normalan
anatomi, sinar X atau scan tulang untuk mengetahui ada atau tidaknya
patah tulang, bahkan MRI untuk melihat ada atau tidaknya tumor yang
mempengaruhi hipotalamus atau kelenjar pituari.
Source: Bekti-medicastore.com
Tags: haid, hormon, kalender haid, oligomenore, periode haid, remaja, reproduksi, siklus
menstruasi, tidak teratur
Posted in Styling Room - Female | No Comments »
Makanan pada saat haid
Monday, October 4th, 2010

Saya pernah mendengar bahwa tidak baik untuk mengkonsumsi buah-buahan yang asam
selama periode haid, saya hampir setiap hari makan minimal 2 buah tomat.Apakah ada efek
samping jika mengkonsumsi buah-buahan yang asam selama haid?tq:)

PEMERIKSAAN HSG
Bila pada saluran telur terdapat perlekatan atau sumbatan, maka pertemuan antara sel
telur dan sel sperma tadi tidak akan terjadi. Ini berarti kehamilan pun tidak terwujud.
Salah satu penyebab infertilitas pada wanita adalah penyumbatan pada tuba, sehingga
untuk mengetahui itu harus dilakukan pemeriksaan HSG atau hysterosalpingografi.

Definisi
a. Pemeriksaan Hysterosalpingografi (HSG) adalah pemeriksaan X-ray dari tuba fallopii
dan uterus dengan menggunakan kontras yang diinjeksikan melalui cervik uteri. Pada
kasus infertilitas pemeriksaan ini bertujuan untuk mendiagnosa ada atau tidaknya
sumbatan pada salah satu atau kedua tuba fallopii yang dapat menghambat penyatuan
sperma dan sel telur.
b. HSG juga dapat memberikan gambaran dari cavum uteri dan mendeteksi adanya
abnormalitas uterus yang juga dapat menyebabkan infertilitas atau keguguran yang
berulang.
c. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendiagnosa penyebab nyeri pelvis yang berasal dari
dalam uterus atau memberikan informasi keberhasilan operasi tuba beberapa minggu
atau bulan pasca operasi.

Bahan Kontras
a. Pada tahun-tahun yang terakhir ini dipakai juga bahan kontras lipiodol ultrafluid untuk
pemeriksaan HSG. Bahan kontras ini juga dipakai untuk limfografi, sialografi, fistulografi
dan untuk saluran-saluran yang halus misalnya saluran air mata. Kekurangan lipiodol
ialah bahwa resorpsi kembali berlangsung lama sekali jika kontras ini masuk ke dalam
rongga peritoneum.
b. Sekarang oleh ahli radiologi di Indonesia lebih banyak di pakai bahan kontras cair
dalam air. Penggunaan urografin 60 % (meglumin diatrizoate 60 % atau sodium
diatrizoate 10 %). Bahan kontras ini sifatnya encer, memberikan opasitas yang
memuaskan dan mudah masuk kedalam tuba dan menimbulkan pelimpahan kontras
kedalam rongga peritoneum dengan segera.

Waktu dilakukan pemeriksaan HSG


pada hari ke 9-10 sesudah haid mulai. pada saat itu biasanya haid sudah mulai berhenti
dan selaput lendir uterus biasanya tenang. bila masih ada pendarahan. Mengapa harus
dilakukan setelah haid selesai? Ini dimaksudkan agar cairan kontras tadi tidak ikut
masuk ke pembuluh darah yang saat menstruasi dalam keadaan terbuka. Kalau sampai
ikut masuk dikhawatirkan akan menyebabkan penyumbatan di pembuluh darah.
Pemilihan hari-hari yang diasumsikan belum terjadi ovulasi sebagai hari pemeriksaan
pun bertujuan agar tidak mengganggu sel telur yang akan dilepaskan oleh indung telur.
Memasukkan cairan yang mengandung zat kontras ke dalam saluran telur dikhawatirkan
dapat memengaruhi kualitas sel telur.

Suatu penelitian terbatas menyatakan bahwa fertilitas meningkat setelah HSG dilakukan
dengan kontras minyak. Hipotesis tersebut menyatakan bahwa setelah pemberian,
adhesi berkurang, fungsi cavum uteri meningkat, mucus menghilang dan kemampuan
otot polos meningkat. Hal ini menyatakan bahwa HSG dapat mempunyai aplikasi terapi.
Tapi, kebanyakan HSG dilakukan hanya untuk tujuan diagnostik karena efek
terapeutiknya yang masih kontroversial.

Indikasi HSG
Indikasi HSG yang paling sering ialah dalam bidang ginekologi, yaitu :
1. Sterilitas primer maupun sekunder, untuk melihat potensi tuba.
2. Untuk menentukan apakah IUD (Intra Uterine Device) masih ada dalam cavum uteri.
3. Pada perdarahan pervaginam sedikit, misalnya yang disebabkan mioma uteri, polip
endometrium, adenomatorus.
4. Abortus habitualis dalam trimester II, dengan HSG dapat diketahui lebar dan
konfigurasi uteri internum.
5. Kelainan bawaan uterus atau adhesi bila kanalis servisis dan cavum uteri yang dapat
menyebabkan abortus.
6. Tumor maligna cavum uteri.
7. Untuk melihat parut pada serviks dan uterus pasca sectio caesaria

Kontra Indikasi HSG


1. Proses inflamasi yang akut pada abdomen.
2. Hamil muda, karena bahaya terjadinya abortus.
3. Perdarahan pervaginam yang berat.
4. Setelah curettage atau dilatasi kanalis servisis.
5. Penyakit ginjal dan jantung yang lanjut, pasien dengan penyakit TBC

Komplikasi HSG
Umumnya komplikasi HSG hanya ringan saja. Keluhan utama ialah rasa nyeri pada
waktu pemeriksaan dilakukan. Rasa nyeri ini akan hilang sendiri dalam beberapa jam.
Kadang-kadang timbul keadaan pra-renjatan (pre-shock) karena pasien sensitiv
terhadap kontras.

Prosedur Pelaksanaan
Sebelum pemeriksaan dilaksanaan, tanyakan apakah pasien mempunyai riwayat :
a. Alergi terhadap bahan X-ray, obat – obatan atau makanan.
b. Asma
c. Sedang dalam terapi
d. Kelainan perdarahan
Jika pasien mempunyai infeksi pelvis, sebaiknya diberikan antibiotik sebelum tes
dilakukan

Prosedur :
a. Pasien diminta membuka pakaian dan berbaring pada meja pemeriksaan
b. Kemudian pemeriksa, dapat ahli radiology atau ginekolog akan memasukkan
speculum kedalam vagina, menempatkan sebuah tabung kedalam servik, lalu kontras di
injeksikan kedalam uterus
c. Kontras akan mengisi uterus dan tuba fallopii dan akhirnya akan tumpah memenuhi
cavum pelvis disekeliling uterus dan tuba
d. Beberapa foto akan diambil selama pemeriksaan berlangsung
e. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan fluoroskopi.

Efek Samping
Hal-hal yang mungkin timbul setelah pemeriksaan Hysterosalpingografi:
1. Bercak darah pervaginal selama beberapa hari
2. Nyeri atau rasa kram yang moderat mungkin dapat timbul beberapa jam setelah
beberapa jam post pemeriksaan
3. Demam atau nyeri yang persisten dapat merupakan indikasi berkembangnya infeksi.
Gejala-gejala ini sebaiknya dilaporkan kepada dokter jika menetap lebih dari beberapa
jam.
4. Pemakain semprot, sanggama, atau tampon vagina sebaiknya ditunda hingga 48 jam
setelah prosedur.

Pelayanan Radiologi
Radiologi adalah ilmu kedokteran untuk melihat bagian dalam tubuh manusia menggunakan
pancaran atau radiasi gelombang, baik gelombang elektromagnetik maupun gelombang
mekanik. Frekuensi yang dipakai berbentuk sinar-x (x-ray). Bagian radiologi kami melayani:
• Rontgen: Untuk mendiagnosa kelainan pada organ tubuh seperti paru-paru, retak pada
tulang
• Mammografi : Untuk mendiagnosa kelainan-kelainan pada payudara
• Panoramic : Untuk mendiagnosa kelainan pada gigi & rongga mulut.
• Cephalometric : Untuk mendiagnosa kelainan rahang.
• Mobile Rontgen : alat rontgen yang dapat mobile mendatangi tempat pasien, sehingga
pasien tidak perlu datang ke tempat pengambilan gambar rontgen

Syarat-syarat pemeriksaan rontgen:


Tanpa Kontras ( Thorax, Cervical, Vertebra, Panoramic, dll ) :

Tidak ada syarat khusus

Dengan Kontras :
- Ro. BNO-IVP :
• Pasien harus sudah melakukan pemeriksaan creatinin (bila Creatinin tinggi tidak dapat
dilakukan pemeriksaan IVP )
• Melakukan pembersihan sal cerna (Urus-urus) dengan minum garam inggris 30 mg
(tersedia di apotik) dengan 1 gelas air putih 12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan,
sebelumnya pasien dianjurkan makan makanan yang tidak berserat (lembut)
• Pasien dianjurkan tidak banyak bicara dan tidak merokok
• Puasa selama 12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan ( setelah minum garam inggris
) boleh minum air putih
- Ro Colon in loop, Double Contras Colonografi (DCC)
• Pasien Puasa 12 jam sebelum pemeriksaan
• Melakukan pembersihan sal cerna ( urus-urus ) dengan minum garam inggris 30 mg
dengan 1 gelas air putih 12 jam sebelum pemeriksaan
• Diianjurkan tidak banyak bicara dan tidak merokok
• Khusus untuk Colon in Loop dengan kasus Megacolon pasien tidak perlu
dilakukan persiapan pemeriksaan
- Ro. HSG ( Hystero Salphyngo Grafi )
• Pemeriksaan dilakukan pada hari ke 8 -11 setelah hari pertama menstruasi terakhir
(hari pertama keluar darah menstruasi yang terakhir dihitung sebagai hari I )
• Pasien tidak boleh coitus (berhubungan dengan suami) sampai dengan dilakukan
pemeriksaan
- Ro. OMD (Oesophago Maag Duodeno Grafi )
• Pasien puasa 6 jam sebelum dilakukan pemeriksaan
• Pada pemeriksaan pasien minum cairan kontras ( barium )
- Ro. Urethrografi, Oesophagografi, Fistulografi : tidak ada persiapan khusus
- Ro. Mammografi
• Pemeriksaan dilakukan 1 minggu setelah menstruasi ( tidak saat menjelang menstruasi
)
• Lebih baik pemeriksaan dilakukan untuk usia 30 tahun keatas
• Untuk usia dibawah 30 tahun disarankan untuk dilakukan USG mammae ( hasil
pemeriksaan lebih jelas karena massa mammae masih padat )
- Ro. Appendicogram
• Sehari sebelumnya dilakukan pemeriksaan foto BNO
• Pasien minum barium kontras yang dilarutkan dengan 1 gelas air putih pada 8 jam
sebelum pemeriksaan / foto berikutnya
• Setelah 8 jam pasien kembali untuk dilakukan foto BNO yang ke2
• Pasien tidak perlu puasa
• Setelah minum barium, tidak boleh BAB sampai dilakukan foto Berikutnya.

1.1 Latar Belakang


Menstruasi merupakan proses siklik, dalam proses menstruasi terjadi perdarahan
pervaginam secara siklik yang tidak hanya menunjukan parubahan pada
endometrium, namun juga pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium. Siklus
menstruasi normal durasi 21-35 hari, dengan jumlah darah 20-60 ml, adapun
irregulaer dalam siklus menstruasi diantaranya : oligomenore, polimenore,
menoragi, metroragi, menometroragi, hipomenore, hipermenore, dan
intermenstrual bleeding
Keputihan adalah keluarnya sekret bukan darah dari vagina, hampir dialami oleh
seluruh wanita. Keputihan diaktakan normal apabila tidak berlebihan, tidak
berbau, dan berwarna jernih. Adapun macam-macam keputihan seperti:
vulvovaginitis candida, bakterial vaginosis, vaginal trichomoniasis, infeksi serviks
yang terdiri dari: gonorrhoea, clamydia, dan virus
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara kita agar daerah kewanitan kita bersih dari keputihan?
b. Berapa hari siklus normal menstruasi yang dialami oleh setiap wanita?
c. Keputihan yang bagaimana yang dikatakan normal
1.3 Tujuan Pembuatan
Untuk mengetahui bagaimana proses menstruasi yang selama ini dialami oleh
seorang wanita, dan bagaiamana siklus menstruasi yang normal, untuk mengetahui
bagaimana keputihan yang normal dan yang abnormal serta cara memelihara
vagina yang baik dan sehat
1.4 Prosedur Pemecahan Masalah
Materi ini saya peroleh dari power point mata kuliah ginekologi
BAB II
ISI
A. PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
Anamnesa
Keluhan Utama
Riwayat penyakit yang lalu
Haid
Lekore
Riwayat reproduksi
Riwayat KB
Inspeksi
Genitalia eksterna & tanda-tanda sex sekunder
Pemeriksaan dengan spekulum (inspekulo):
- Dinding vagina
- Sekret dari can. Servikalis?
- Esio, polyp, ulkus pada portio?
· Dengan pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan selanjutnya:
- Papsmear
- IVA
- Kolposkopi dll
3 Palpasi
· Pemeriksaan Bimanual
· Mengetahui ukuran, letak dan kemungkinan pergerakan organ genitalia interna:
- Portio: Bentuk dan konsistensi
- Uterus: Jari dalam pada forniks posterior, jari luar menekan uterus ditentukan
besar, bentuk, letak dan kemungkinan pergerakannya
- Andeksa dan parametrium:
o Ovarium
o Parametrium: Lemas/tegang, massa, nyeri tekan?
· Pemeriksaan Rektovaginal:
Guan: memeriksa proses-proses di blk, kiri/kanan uterus
DIAGNOSTIK SIKLUS
1. Apusan Vagina:
· Naik turunnya kadar estrogen sehingga mempengaruhi epitel vagina
· Dengan sediaan apus ditent:
§ Indeks karyotip: persentase sel-sel dengan inti kariotipik
§ Indeks eosinofil: perbandingan sel-sel eosinofil terhadap basofil
§ Indeks maturasi: perbandingan sel parabasal, intermediate, superfisia
· Normal: indeks kariotipik dan eosinofil meninggi saat ovulasi
· Indeks maturasi: gambaran proliferasi ep. Vagina
· Pem. Sitodiagnostik: pem. Hormonal pada pubertas prekoks, gangguan
pertumbuhan genitalia, gangguan siklus, dll
2. Sekret serviks
· Spinbarkeit test:
Dengan pinset lendir serviks di tarik menjadi benangn sepanjang 6-8 cm, karena
lendir serviks menjadi sangat kental dibawah pengaruh estrogen
· Fern test
Setetes lendir serviks dikeringkan pada gelas obyek sehingga gambaran kristal
berbentuk daun paku
· Kurtase bertahap
Dengan mikrokuret sehingga endometrium diambil dan diperiksa secara PA
· Kurve suhu basal
Ditentukan : Apakah siklus ovulatoar dan kapan ovulasi
· Analisa Hormonal
o Estrogen
o Progesteron
o C17 ketosteroid
o 17 hidroksisteroid
o Hormon gonadotropin
· Test Kehamilan
o Kurva suhu basal: pemanjangan fase sekresi > 15-16 hari
o Percobaan biologis: Ascheim Zondek, Galli Mainini
o Reaksi imunologis: pp test, beta HCG
· Pemeriksaan gangguan pertumbuhan alat reproduksi
o Pemeriksaan kromosom
o Pemeriksaan granulasi netrofil (drum stick)
o Karyogram
· Pemeriksaan kemungkinan keganasan
o Pemeriksaan papsmear
o Biopsi
o Kolposkopi
o Konisasi
o Kuretase bertahap
o Laparoskopi
· Pemeriksaan infertilitas
o Kurve suhu basal
o Kuretase premenstruil/hari pertama haid
o Analisa sperma
o Post koital test
o Pertubasi
o Histerosalpingografi
· Pemeriksaan kelainan intraabdomen
o Laparoskopi
o Kuldoskopi
o Punksi kavum douglas
o Kolpotomi
o Laparotomi diagnostik
B. ENDOMETRIOSIS
1. DEFINISI
Endometriosis (eksternal maupun internal) adalah jaringan endometrium (kelenjar
dan stroma) yang terdapat diluar kavum uteri.
Lesi-lesi tersebut memiliki sifat sama dengan endometrium didalam kavum uteri
sehingga berada di bawah pengaruh estrogen dan progesteron. Jumlah reseptor
estrogen dan progesteron lesi endometrium lebih sedikit (60%) dibandingkan
jaringan endometrium.
2. INSIDENSI
Angka kejadian yang pasti di masyarakat tidak di ketahui, diperkirakan 10% Eusia
15-50 tahun mengalami endometrium, pasien infertilitas 40% memiliki
endometriosis, pada pasien nyeri panggul: 20 % penderita endometriosis, remaja
dengan nyeri panggul: 50% dengan endometriosis.
3. PATOGENESIS
Patogenesis endometriosis belum pasti sehingga dampak terhadap pengelolaan
endometriosis. Banyak teori dikemukakan antara lain:
v Teori implantasi
v Teori metaplasia coeloem
v Teori stimulasi hormon
v Fenomena induksi
v Transplantasi mekanik
v Metastase benigna
v Sisa sel dan komposit
· Faktor-faktor pencetus kejadian endometriosis:
v Teori mekanik
v Kelainan kongenital terhadap genital
v Uterus retrofleksi
v Faktor hormonal
v Faktor inflamasi
· Etiologinya pun sampai saat ini tidak jelas sehingga ada 3 teori:
v Retrogad menstruasi
v Transportasi hematogen/limfatik
v Metaplasia coeloemik
› Teori Retrograd/Refluks menstruasi
Dapat menjelaskan sebagian besar tempat/lokasi endometriosis, dan tidak dapat
menjelaskan :
· Mengapa tidak terjadi pada semua wanita?
· Mengapa terjadi di tempat yang jauh dari uterus?
Transportsi jaringan endometrium secara langsung oleh pembuluh darah/limfa
› Teori Transportsi Hematogen/limfatik
Transportasi jaringan endometrium oleh pembuluh darah dan limfa, sehingga
jaringan endometrium ditemukan oleh vena yterina dan KGB.
› Teori Metaplasia Coelomik
Peritoneum dengan adanya perangas akan mengalami metaplasia menajdi bentuk
jaringan endometrium. Dengan teori ini dapat di jelaskan mengapa endometrium
tumbuh pada tempat yang jauh dari uterus.
4. DIAGNOSIS ENDOMETRIOSIS
© Anamnesa
- Dismenore
- Nyeri perut bawah
- Nyeri anus
- Nyeri punggung bawah
- Dispareuni
- Nyeri BAK
- Perdarahan bercak: akibat gangguan keseimbangan hormonal
© Pemeriksaan Bimanual
- Nodul di sekitar ligamen sakrouterina yang nyeri bila di sentuh
- Dapat teraba massa diadneksa
- Perlengketan dengan adneksa
- Seringkali tanpa kelainan pada pemeriksaan fisik
- Pada umumnya diagnosis endometriosis berdasarkan 4kelompok:
§ Diagnosis klinis
§ Tehnik imaging
§ Laparoskopi
§ Serum imunoassay
5. GAMBARAN LAPAROSKOPIK ENDOMETRIOSIS
© Lesi endometriosis sangat bervariasi:
o Warna: merah, coklat, hitam, biru, putih, bahkan tiodak berwarna
o Bentuk: ’Powder Burn’nodul
© Gambaran lain:
o Lesi kemerahan hemoragik
o Adhesi subovarian
o Kista endometriosis
© Derajat endometriosis berdasarkan skor dari American Fertility Society
o Stadium 1 (minimal): 1-5
o Stadium 2 (mild): 6-15
o Stadium 3(moderate): 16-40
o Stadium 4 (severe): > 40
6. PENATALAKSANAN ENDOMETRIOSIS
Agar pengobatan endometriosis tidak terlambat dan mendapatkan hasil yang
memuaskan, fikirkan adanya endometriosis:
· Dismenore/nyeri pevik kronik
· Pasien infertilitas yang belum hamil dengan pengobatan
· Dismenore pada usia remaja
Perlu dilakukan diagnosis yang tepat sehingga segera lakukan pengobatan.
Keterlambatan terhadap berkembang ke arah lebih berta dan infertilitas. Tindakan
yang dianut saat ini yaitu menghilangkan lesi dengan pembedahan. Laparoskopi
operatif menjadi dimensi baru: Kerusakan jaringan sangat kecil, parut bekas
operasitidak besardan perawatan lebih singkat. Tindakan operatif umumnya
menggunakan energi laser atau elektro koagulasi.
7. TERAPI OPERATIF PADA ENDOMETRIOSIS
Pertimbangan preservasi fungsi reproduksi caranya yaitu dengan laparotomi dan
laparoskopi operatif. Tujuannya: Mengangkat semua lesi, adhesiolisis,
mempertahankan anatomi yang normal. Pengangkatan lesi dilakukan dengan cara
laser CO2 dan elektro koagulasi. Kista endometriosis ukurannya <> 3 cm dengan
ovarektomi.
8. TERAPI MEDIS PADA ENDOMETRIOSIS
Estrogen merangsang pertumbuhan endometriosis sehingga supresi sintesa estrogen
dengan cara medis
· Oral Kontrasepsi
- Pilkombinasi dosis rendah:1x1 tab/hari selama 6-12 bulan
- Mengurangi dismenore dan nyeri pelvis pada 60-90%
· Progestin
- Efek: desidulisasi jaringan endometriummenjadi atrofi
- MPA: 150 mg tiap 3 bulan
- Megastrol Asetat: 40 mg perhari
· Danazol
- Lebih efektif dibandingkan dengan cara medis lain
- Lebih menghilangkan keluhan 90%
- Angka residit lebih tinggi di banding GnRH Agonis
- Dosis 800 mg
- Efek samping: BB meningkat, retensi air, acne, hot flushes, hirsutisme
· GnRH Agonis
- Leuprid, Buserelin
- Prinsip: Menekan produk estrogen menjadi lesi tidak aktif, avaskularisasi kista
coklat danmenekan pr. Inflamasi
- Dosis: Buserelin 400mg/ hari dan leuprolide 500gr/hari
- Efek samping: Seperti gangguan klimakterik pada menopause
9. TERAPI KOMBINASI PADA ENDOMETRIOSIS
Meskipun tindakan opertif dilakukan sebaik-baiknya sehingga tidak semua lesi
dapat dihilangkan. Perlu terapi kombinasi pembedahan dan terapi medika
mentosa. Terapi hormonal diberikan pascaopersi selama 6 bulan. Pemilihan terapi
tingkat stadium endometriosis:
Standar ringan: cukup pemberian gestragen dosis tinggi
Pemberian gestragen dosis rendah: hanya menghilangkan keluhan dan kemungkinan
residit tinggi
C.GANGGUAN MENSTRUASI
v Siklus Menstruasi Normal
o Terdapat 2 Segmen:
§ Siklus Ovarium terdapat:fase folekuler dan fase luteal
§ Siklus endometrium, sekresi dan endometrium
o Menstruasi Normal
§ Durasi: 21-35 hari
§ Jumlah darah: 20-60 ml
v Irregularitas Siklus Menstruasi
· Oligomenore: Haid jarang, siklus irreguler, interval biasanya > 35 hari
· Polimenore: Haid sering, siklus reguler, interval < 2 hari
· Menoragi: Siklus reguler, jumlahnya banyak (> 80 ml) dan lama (> 5ml)
· Metroragi: Haid tidak teratur
· Menometroragi: Jumlah banyak, waktu lama, irreguler, interval sering
· Hipomenore: Jumlah haid sedikit, siklus reguler
· Hipermenore: Jumlah haid banyak, siklus reguler
· Intermenstrual bleeding: Perdarahan biasanya tidak banyak terjadi diantara 2
siklus mens
v Amenore
ü Amenore primer
o Belum mens pada wanita usia 16 tahun tanda kelamin sekunder
o Belum mens pada wanita usia 14 tahun, tidak disertai tidak ada pertumbuhan
tanda kelamin sekunder
ü Amenore sekunder
o Tidak menstruasi selama 3-6 bulan berturut-turut pada wanita yang sebelumnya
telah menstruasi
v Dismenore
Ø Kelainan ginekolgi yang sering ditemukan biasanya terjadi pada 50% wanita yang
haid
Ø Disminore primer: Kelainan organik
Ø Gejalanya: Nyeri beberapa jam/segera setelah onset haid, menetap 48-72 jam
danhilang setelah partus
Ø Pemeriksaan Fisik
Ø Dismenore sekunder: Ditemukan ada kelainan pelvis
Ø Gejalanya: Beberapa tahun setelah onset mens, nyeri mulai dirasakan 1-2
minggu sebelum mens danmenetap beberapa hari setelah mens berhenti
Ø Etiologi
· Ginekologis
· Genitourinaria
· Gastroinstestial
· Neurologis
v PerdarahanUterus Disfungsi
Perdarahan abnormal dari uterus (lama, frekuensi, jumlah) yang terjadi
dalamsiklus menstruasi tanpa ditemukannya kelainan-kelainan organ, hematologi
dan kehamilan; semata-mata merupakan kelainan HPO
o Jenis PUD berdasarkan usia:
§ Perimenars
§ Masa reproduksi
§ Perimenopause
o Pemeriksaan penunjang pada PUD:
§ Pemeriksaan Hematologi
§ Pemeriksaan Hormon Reproduksi
D.VAGINAL DISCHARGE (FLUOR ALBUS)
Keluarnya secret bukan darah dari vagina. Hampir dialami oleh seluruh wanita.
Dikatakannormal apabila tidak berlebihan,tidak berbau, dan berwarna jernih
1) Keputihan normal
a. Ph vagina: Asam, flora normal
b. Vagina yang sehat yaitu mengeluarkan sekret yang normal serta cegah infeksi
c. Sekret vagina meningkat pada:
I. Hormonal: haid, kehamilan,pil KB
II. Kelelahan
III. Rangsangan seksual
2) Keputihan abnormal
§ Perubahan warna
§ Konsistensi kental
§ Cairan banyak
Gejala:
§ Sekret banyak
§ Gatal/panas dan rasa terbakar
§ Iritasi dan bau yang tidak sedap
§ Nyeri saat berkemih/berhubungan
§ Etiologi fluor albus
§ Infeksi bakteri: N. Gonorrhoeae, chl. Trachomatis, G.Vaginalis, Mikoplasma
§ Infeksi virus: Herpes,pox virus, papova virus
§ Infeksi jamur: Candida Albicans
§ Infeksi Protizoa: T.VAGINALIS, E. HISTOLITICA
3) Vulvovaginitis Candida
75% wanita pernah mengalami penyebab utamanya yaitu candida albicans(80-90%),
candida glabrata (10-20%), danfaktor yang menyebabkan resiko yaitu: DM yang
tidak terkontrol, kortikosteroid, antibiotika dan kehamialn serta KB spiral
4) Bakterial Vaginosis
Vaginitis nonspesifik merupakan penyebab semua vaginosis. Adapun faktor-faktor
predisposisinya yaitu: IUD, pembersih vagina, multi sex partner serta sering
melakukan kuretase. Gejalanya seperti sekret vagina berbau amis, sekret berwarna
putih keabuan dan encer sampai kental. Adapun berbagai macam terapi seperti:
Metrodinazol 2x500 mg, p.o selama 7 hari, klindamisisn/metrodinazol ovula selam
5 hari adapun pilihan lainnya: Ampisilin 4x500 mg/hari, p.o selama 7 hari
5) Vaginal Trichomoniasis
Vaginal trichomoniasis sering terjadi akibat IMS, perlengkapan mandi atau bibir
kloset. Gejalanya: sekret encer, berbusa, warna kuning, bau amis, imflamasia
vulva/vagina, gatal yang berlebihan dan frekuensi berkemih meningkat. Adapun
berbagai terapi diantaranya: Metrodinazol 3x500 mg/hari p.o selama 7 hari tidak
boleh diberikan pada wanita hamil, terutama trimester 1. Adapun pillihan lain
yaitu klotrimazol 100 mg/hari intravaginal slam 7 hari, kedua pasangan harus
terapi, dan hindari koitus sampai terapi selesai
6) Infeksi Serviks
Ada 3 penyakit yang termasuk kedalam infeksi serviks yaitu:
§ Gonorrhoea yang etiologinya yaitu neiss, gonorrhoea, 85% biasanya terjadi
asimptomatik, terjadi gangguan sekret mucopurulen. Adapun terapinya: Doksisiklin
2x100 mg/hari, p.o selam 7 hari, single dose ceftriaxone, dan pilihan lainnya:n
Tetrasiklin 4x500 mg, p.o selama 7 ahri, pp 4,8 juta unit, Ampisilin 3,5 gr,
Amoksilin 3 gr
§ Clamydia yang etiologinya Cl. Trachomatis, biasanya terjadi pada usia 20-40
tahun, sekret mucopurulen dan STD, diagnosisnya Floroscent Antibody Test/Cult.
Adapun terapinya: Dosisiklin 2x100 mg, selama 7 hari, dan pilihan lainnya:
Tetrasiklin, eritromisin 4x500 mg p.o selama 7 hari atau 4x250 mg p.o selama 14
hari
§ Virus karena terjadi dari infeksi kondiloma accuminata dan herpes genitalia,
cairan dari vagina berbau tanpa gatal, tidak sembuh dengan terapi biasa bisa
dideteksi dengan cara papsmear, dan bisa ditularkan pula lewat hubungan seksual
§
E. ORGAN REPRODUKSI WANITA DAN FISIOLOGI MENSTRUASI
Menstruasi merupakan suatu proses siklik, dalam proses menstruasi terjadi
perdarahan pervaginam secara siklik yang tidak hanya menunjukan perubahan pada
endometrium dan stroma, namun juga pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium.
Pada ovarium menyebabkan stimulasi:
Perubahan folikel
Biosintesis dan sekresi hormon
Maturasi oosit
Ovulasi
Fungsi corpus luteum
Perubahan hormonal pada siklus ovarium menyebabkan perubahan penting pada
jaringan reproduktif. Bila terjadi kehamilan menstruasi terjadi 14 atau 2 hari
setelah ovulasi. Pada masa anak-anak ovarium belum menjalankan fungsinya,
ovarium baru mengalami perubahan pada masa pubertas, rata-rata pubertas
terjadi pada usia 12-13 tahun, dengan terjadinya ovarium terjadi perubahan-
perubahan yaitu: Thelars, Pubars, Pertumbuhan rambut-rambut ketiak dan Menars.
Poros hipotalamus, Hipofisis, dan ovarium telah aktif selama kehidupan janin,
setelah 2 tahun pertama kehidupan postnatal poros ini dalam keadaan istirahat
sampai tercapai pubertas.
Hipotalamus, secara anatomi terdiri dari 3 zona yaitu: Periventrikuler, medial,
lateral, Hormrn-hormon yang diproduksi: vasopresin, oksitosin, dan releasing dan
inhibitory factors.
Hipofisis, terletak didalam sella tursika, didasar otak, Dibagi menjadi 3 daerah
yaitu: Anterior (Adenohipofisis), Posterior (Neurohipofisis), dan Pars Intermediet.
Hipofisis Posterior hormon-hormon yang dihasilkan yaitu: Vasopresin dan Oksitosin.
Hipofisis Anterior berdasarkan imunositologi terdapat 5 macam sel:
v Asidofilik: somatrotop dan laktotrof
v Basofilik: kortikotrop, tirotrop, dan gonadotrop
Hormon-hormon yang dihasilkan oleh hipofisis anterior yaitu:
· Gonadotrop: LH Dan FSH
· Somatrotrop: Growth Hormon
· Tirotrop: TSH
· Laktotrop: Prolaktin
· Kortikotrop: ACTH dan MSH
Ovarium memiliki fungsi yaitu: sbagai pertumbuhan folikel dan mengeluarkan ovum
sintesa dan sekresi hormon steroid. Folikel-folikel mengandung oosit, jumlah
folikel maksimal dicapai pada kehamilan 16-20 minggu. Masing-masing folikel
terdapat: Lapisan terluar yaitu sel theka yang menghasilkan androgen,
androstenedion, dan testosteron, dan lapisan dalamnya yaitu el granulosa yang
menghasilkan estrogen dan progesteron. Sel theka dan granulosa memiliki reseptor
gonadotropin dan mengeluarkan hormon-hormon steroid. Pada siklus menstruasi
hanya 1 folikel yang matang dan mengalami ovulasi.
Siklus ovarium terdiri dari: Stadium folikuler yang menghasilkan folikuler dini,
midfolikuler, dan folikuler lanjut, Stadium luteal yangt menghasilkan luteal dini
dan luteal lanjut
Fase folikuler menyediakan sejumlah folikel yang siap berovulasi sehingga
pertumbuhan folikel dari folikel primordial, menjadi folikel de graff, lama fase ini
yaitu: 10-14 hari. Dalam setiap 1 siklus menstruasi akan terpilih kurang lebih 20
folikel yang akan dipromosikan untuk ovulasi, folikel berkembang menjadi
multiplikasi sel-sel granulosa dan terbentuk celah dalam lapisan tersebut berisi
cairan, cairan dalam antrum semakin meningkat, sel granulosa terdesak kepinggir
sehingga oosit dilapisi beberapa sel granulosa dan menonjol kedalam sehingga
terbentuk zona plusida.
Perubahan stroma ovarium akan berdiferensiasi menjadi theca interna dan
eksterna, sel theca interna memproduksi steroid sebagai prekursor estradiol,
folikel de graaf semakin membesar dan semakin menonjol ke permukaan ovarium,
sel germinal semakin tipis sehingga lama kelamaa pecah, oosit akan terlepas
sehingga hanya 1 oosit yang terpilih untuk ovulasi.
Fase midfolikuler karakteristik ditandai oleh pemilihan folikel dominan ini mungkin
berhubungan dengan densitas reseptor FSH, kemampuan produksi estrogen dan
dukungan vaskuler masing-masing folikel
(Kumpulan Tugas Kuliah - dikumpulkan dari berbagai sumber)
BAB 111
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Menstruasi merupakan proses siklik, dalam proses menstruasi terjadi perdarahan
pervaginam secara siklik yang tidak hanya menunjukan parubahan pada
endometrium, namun juga pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium. Siklus
menstruasi normal durasi 21-35 hari, dengan jumlah darah 20-60 ml, adapun
irregulaer dalam siklus menstruasi diantaranya : oligomenore, polimenore,
menoragi, metroragi, menometroragi, hipomenore, hipermenore, dan
intermenstrual bleeding
Keputihan adalah keluarnya sekret bukan darah dari vagina, hampir dialami oleh
seluruh wanita. Keputihan diaktakan normal apabila tidak berlebihan, tidak
berbau, dan berwarna jernih. Adapun macam-macam keputihan seperti:
vulvovaginitis candida, bakterial vaginosis, vaginal trichomoniasis, infeksi serviks
yang terdiri dari: gonorrhoea, clamydia, dan virus

You might also like