You are on page 1of 26

ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN INDUKSI

TERHADAP Ny.A DI RB HARAPAN BUNDA PRINGSEWU


TANGGAMUS 2007

Dosen: Ibu Yetti Anggraini

Disusun Oleh:

Evita Oktari
NIM. 06242060

Tingkat II B

POLITEKNIK KESEHATAN
DEPARTEMEN KESEHATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN METRO
TAHUN 2007
PERSALINAN INDUKSI

DEFINISI
Induksi partus adalah satu upaya agar persalinan mulai berlangsung sebelum
atau sesudah kelahiran cukup bulan dengan jalan merangsang (stimulasi) timbulnya
his.
Dalam ilmu kebidanan ada kalanya satu kehamilan terpaksa diakhiri karena
adanya sesuatu indikasi. Indikasi dapat datang dari sudut kepentingan hidup ibu dan
atau janin. Hasil induksi partus bergantung pula pada keadaan serviks, sebaliknya
induksi partus dilakukan pada serviks yang sudah atau mulai matang (Ripe atau
favourable) dimana serviks sudah lembek, dengan effacement sekurang-kurangnya
50% dan pembukaan serviks satu jari.
(Rustam mochtar-1998)

NILAI PELVIS (PELVIC SCORE)


Sebelum melakukan induksi hendaknya lakukan terlebih dahulu pemeriksaan dalam
guna memberikan kesan tentang keadaan serviks, bagian terbawah janin dan panggul.
Hasil pemeriksaan dicatat dan disimpulkan dalam suatu tabel nilai pelvis.
Selanjutnya dapat kita ikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Apabila skor di atas 5, pertama-tama lakukan amniotomi. Bila 4 jam
kemudian tidak terjadi kemajuan persalinan, berikan infus oksitosin.
2. Apabila skor di bawah 5, ketuban dibiarkan intak, berikan infuse oksitosin.
Setelah beberapa lama perjalanan, nilai pelvis dinilai kembali.
a. Bila skor di atas 5, lakukan amniotomi
b. Bila skor di bawah 5, oksitosin tetes di ulangi
c. Bila setelah 2-3 kali, serviks belum juga matang segera lakukan amniotomi
(Rustam.M -1998)
INDIKASI
1. Penyakit hipertensi dalam kehamilan termasuk pre-eklamsi dan eklamsi
2. Postmaturitas
3. Ketuban pecah dini
4. Kematian janin dalam kandungan
5. Diabetes melitus, pada kehamilan 3 minggu
6. Rhesus antagonismus
7. penyakit ginjal berat
8. Hidramnion yang besar (berat)
9. cacat bawaan seperti anensefalus
10. keadaan gawat janin atau gangguan pertumbuhan janin
11. Primigravida
12. Perdarahan ante partum
13. Indikasi non medis : sosial dan ekonomi dan sebagainya
(Harry Oxorn - 1996)

KONTRA INDIKASI
1. Disproporsi sefalo-pelvik
2. Ibu menderita penyakit jantung berat
3. Hati-hati pada bekas operasi atau uterus yang cacat seperti pada bekas seksio
sesarea, miomektomi yang luas dengan ekstensif.
(Harry Oxorn - 1998)

CARA INDUKSI PARTUS


Indikasi partus dapat dilakukan dengan cara:
1. Cara kimiawi ( chemical)
2. Cara mekanis
3. Cara kombinasi mekanis dan kimiawi
(Harry Oxorn - 1998)
CARA KIMIAWI
Yaitu dengan cara memberikan obat-obatan yang merangsang timbulnya his.
a. Cara yang dulu di pakai, sekarang tidak di kerjakan lagi, hanya untuk
diketahui yaitu:
1. Pemberian kina : obat yang diberikan adalah tablet kina bisulfat 0,2 gr
diberikan 1 tablet setiap jam dengan dosis 5-6 tablet
2. Pengobatan steinse : yaitu pemberian tablet kina dan pituitrin
b. Cara sekarang banyak di pakai, yaitu:
1. Oksitosin drip: kemasan yang dipakai adalah pitosin, sintosno,
pemberiannya dapat secara suntikan intramuskuler, intravena, dan infuse
tetes dan secara bukal yang paling baik dan aman adalah pemberian infuse
tetes (drip) karena dapat diukur dan di awasi efek kerjanya:
Cara:
a) Kandung kemih dan rectum terlebih dahulu di kosongkan
b) Ke dalam 500 cc dekstrosa 5% dimasukkan 5 satuan oksitosin
dan diberikan per infus dengan kecepatan pertama 10 tetes/menit.
c) Kecepatan dapat dinaikkan 5 tetes setiap 15 menit sampai tetes
maksimal 4-60 tetes per menit
d) Oksitosin drip akan lebih berhasil bila nilai pelviks diatas 5 dan
dilakukan amniotomi.
2. Injeksi larut Hipertonik
Hal ini telah di bicarakan pada abortus buatan
3. Pemberian Prostagalandin
(Rustam - 1998)

CARA MEKANIS
1. Melepaskan selaput ketuban (stripping of the membrane). Dengan jari yang
dapat masuk ke dalam kanalis servikalis selaput ketuban yang melekat
dilepaskan dari dinding uterus sekitar ostium uteri internum. Cara ini akan
lebih berhasil jika bila servik sudah terbuka dan kepala sudah turun. Dianggap
bahwa dengan bersamaan dengan turunnya kepala dan lepasnya selaput
ketuban maka selaput ini akan lebih menonjol dan karenanya akan menekan
pleksus frankenhauser yang akan merangsang timbulnya his dan terbukanya
serviks.
2. Memecahkan ketuban (amniotomi)
a. Serviks sedah matang atau skor pelvis di atas 5
b. Pembukaan kira-kira 4-5 cm
c. Kepala sudah memasuki panggul, biasanya setelah1-2 jam pemecahan
ketuban di harapkan his akan timbul dan menjadi lebih kuat. Adapun cara
amniotomi adalah sebagai berikut : lakukan dulu stripping dari selaput
ketuban, lalu pecahkan ketuban dengan memakai setengah kocher atau
alat khusus pemecahan ketuban. Kepala janin disorong masuk pintu atas
panggul.
3. Dilatasi serviks uteri
Dilatasi serviks uteri dapat dikerjakan memakai gagang laminaria, atau
dilatator (busi) hegar.
4. Accouchement force
a. Kalau bagian terbawah janin adalah kaki, maka kaki ini di ikat dengan
kain kasa steril yang melalui katrol dan diberi beban seperti pada versi
Braxton hicks.
b. Bila bagian terbawah janin adalah kepala, maka kulit kepala di jepit
dengan cunam. Muzeuk yang kemudian di ikat dengan kain kasa melalui
katrol diberi beban: seperti pada cara wilet-gauz.
(Rustam -1998)
CARA KOMBINASI KIMIAWI
Adalah pemakaian cara kombinasi antara cara kimiawi diikuti dengan cara mekanis,
misalnya amniotomi dengan pemberian oksitosin drip atau pemecahan ketuban dan
pemberian prostaglandin per oral dan sebagainya.
Pada umumnya cara kombinasi akan lebih berhasil. Kalau induksi partus gagal
sedangkan ketuban sudah pecah sedangkan pembukaan serviks tidak melalui syarat
untuk pertolongan operatif pervaginam, satu-satunya jalan adalah mengakhiri
kehamilan dengan seksio sesarea.
(Rustam-1998)

KOMPLIKASI
1. Terhadap ibu
a. Kegagalan induksi
b. Kelelahan ibu dan partus lama
c. Inersia uteri dan partus lama
d. Tetania uteri (tamultous labor) yang dapat menyebabkan solusio placenta
ruptura uteri, dan laserasi jalan lahir lainnya.
e. Infeksi intra uteri
2. Terhadap janin
a. Trauma pada janin oleh tindakan
b. Prolapsus tali pusat
c. Infeksi intrapartal pada janin
(Rustam- 1998)
OKSITOSIN

1. Pengertian
Oksitosin adalah obat yang merangsang kontraksi uterus, banyak obat
memperlihatkan efek Oksitosin, tetapi hanya beberapa saja yang kerjanya cukup
selektif dan dapat berguna dalam praktek kebidanan.
(Sulistia -1995)
Bersama dengan faktor-faktor lainnya, Oksitosin memainkan peranan
penting dalam persalinan dan ejeksi ASI
Oksitosin bekerja pada reseptor oksitosik untuk menyebabkan :
a. Kontraksi uterus pada kehamilan aterm yang terjadi lewat kerja langsung
pada otot polos maupun lewat peningkatan produksi prostaglandin
b. Kontraksi pembuluh darah umbilicus
c. Konstriksi sel-sel mioepitel (reflek ejeksi ASI)
Oksitosin bekerja pada reseptor hormon antidiuretik (ADH) untuk menyebabkan :
a. Peningkatan atau penurunan yang mendadak pada tekanan darah (khususnya
diastolik) karena terjadinya fasodilatasi
b. Retensi air
c. Persalinan

2. Penggunaan Klinik
Indikasi Oksitosik adalah :
a. Induksi partus aterm
b. Mengontrol perdarahan pasca persalinan
c. Menginduksi abortus terapeutik sesudah trimester 1 kelahiran
d. Uji oksitosin
e. Menghilangkan pembengkakan mamae
(Sulistia - 1995)
3. Efek Samping Oksitosin
Bila Oksitosin sintetik diberikan, kerja fisiologis hormon ini akan bertambah
sehingga dapat timbul efek samping berbahaya: efek samping tersebut dapat di
kelompokkan menjadi :
a. Stimulasi berlebih pada uterus
b. Kotraksi pembuluh darah tali pusat
c. Kerja anti diuretic
d. Kerja pada pembuluh darah (kontraksi dan dilatasi)
e. Mual
f. Reaksi hipersensitivitasi
(Sulistia - 1995)

4. Penggunaan Klinik Pada Induksi Partus Aterm


(Suejordan - 2004)
Dalam hal ini oksitosin merupakan obat terpilih
a. 10 unit oksitosin dilarutkan kedalam 1 liter dekstrosa 5% sehingga
diperoleh larutan dengan kekuatan 10 mili unit/ml. cara pemberiannya adalah
secara infuse.
b. Infuse dimulai dengan lambat yaitu 0,2 ml/menit sampai maksimal 2
ml/menit
c. Jika tidak ada respon selama 15 menit tetesan dapat ditingkatkan
perlahan 0,1-0,2 ml/menit sampai maksimal 2 ml/menit.
d. Posisi total yang di berikan / diperlukan untuk induksi parts berkisar
antara 600-1200 miliunit dengan rata-rata 4000 miliunit
e. Selama pemberian berlangsung, keadaan uterus harus diawasi dengan
cermat kadang-kadang dapat terjadi kontraksi yang menetap dan akan
mengganggu sirkulasi placenta , untuk mengatasi kontraksi tetani uterus,
infuse oksitosin segera di hentikan dan di berikan obat anastesi umum.
f. Apabila partus sudah mulai, infuse di hentikan atau dosis nya di
turunkan sesuai dengan kebutuhan untuk memperhatikan proses persalinan
yang adekuat bila digunakan pada kehamilan aterm. Oksitosin dapat
menginduksi partus pada sebagian besar kasus. Jika ketuban di pecahkan,
hasilnya mencapai 80-90 % PEG2 dan PGF2 telah di coba sebagai oksitosik
pada kehamilan aterm, ternyata respon penderita sangat berbeda secara
individual dan lag periode sebelum timbulnya efek lebih lama dari pada
oksitosin.. guna mencegah timbulnya efek toksin kumulatif maka penambahan
kecepatan infuse harus dikerjakan dengan sangat hati-hati telah di kemukakan
bahwa fefktifiatas PGE2 dan PGF2 sukar di bedakan dengan efektivitas
oksitosin. Kadang-kadang dengan DGF2 terjdai hipertoniuterus.
Oksitosin tidak boleh digunakan selama stadium I dan II bila persalinan dapat
berlangsung meskipun lambat. Jika oksitosin diberikan kontraksi uterus akan
bertambah kuat dan lama, ini dapat mengganggu keselamatan ibu dan anak.
Pada stadium I terjadi pembukaan serviks, jika diberi oksitosin akan terjadi
hal-hal berikut.
1. Bagian tubuh bayi akan terdorong keluar lewat serviks
yang belum sempurna membuka, sehingga timbul timbul bahaya laserasi
serviks dengan trauma terhadap bayi
2. Dapat terjadi ruptura uteri
3. Konsistensi tetanik yang terjadi kuat akan menyebabkan
asfiksia bayi.

5. Kewaspadaan dan Kontra Indikasi


(Suejordan - 2004)
a. Memberikan oksitosin merupakan kontra indikasi jika uterus sudah
berkontraksi dengan kuat bila terdapat obstruksi mekanisme yang
menghalangi kelahiran anak seperti placenta previa / disproporsi sevalo pelvik
jika keadaan serviks masih belum siap, pematang serviks, harus dilakukan
sebelum pemberian oksitosin.
b. Meskipun sudah lazim digunakan di banyak klinik bersalin atau bagian
obstetric rumah sakit, solusio placenta oksitosin dalam mengganggu
keseimbangan cairan dan tekanan darah membuat obat ini tidak tepat untuk
digunakan ada ibu hamil dengan preeklamsia/penyakit kardiovaskuler atau
pada ibu hamil yang berusia diatas 35 tahun.
c. Memberi infus oksitosin merupakan kontra indikasi pada ibu hamil yang
menghadapi resiko karena melahirkan pervaginam, misalnya kasus dengan
mal presentasi / solusio placenta atau dengan resiko ruptur uteri yang tinggi
pemberian infus oksitosin yang terus-menerus pada kasus dengan resistensi
dengan inersia uterus merupakan kontra indikasi.
d. Uterus yang starvasi, kontra indikasi otot uterus merupakan glukosa maupun
oksigen jika pasokan keduanya tidak terdapat pada otot yang berkontraksi
tersebut dan keadaan ini mungkin terjadi karena starvasi/pasokan darah yang
tidak memadai maka respon yang timbul terhadap pemberian oksitosin tidak
akan adekuat sehingga pemberian oksitosin secara sedikit demi sedikit tidak
akan efektif, situasi ini lebih cenderung di jumpai pada persalinan yang lama.
(Suejordan- 2004).
ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN INDUKSI
TERHADAP Ny. A DI RB HARAPAN BUNDA PRINGSEWU
TANGGAMUS 2007

PENGUMPULAN DATA DASAR


Tanggal 24 November 2007 Pukul : 10.00 WIB
A. ANAMNESE
1. Identitas
Nama ibu : Arine Nama suami : Benjo
Umur : 32 tahun Umur : 35 tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : petani
Alamat : Jl. Raya Sukoharjo Alamat : Jl. Raya Sukoharjo
No. 55 kec Pringsewu No. 55 kec pringsewu

2. Keluhan utama
Ibu hamil G1P0A0, 40 minggu ibu mengeluh sakit pada daerah pinggang dan
menjalar ke bagian bawah
3. Keluhan Sejak Kunjungan Kelahiran
Ibu mengatakan cepat lelah dan cemas menghadapi persalinannya
4. Tanda-Tanda Persalinan
a. His : ada, lemah dan tidak teratur, lamanya kurang dari 20
detik
b. Frekuensi : 2x/10 menit
c. Lamanya : 10-20 detik
d. Lokasi ketidaknyamanan : daerah abdomen
5. Pengeluaran Pervaginam
Belum ada
6. Masalah khusus
Ibu merasakan kelainan pada kehamilannya, keadaan ibu baik
7. Riwayat imunisasi
Selama kehamilan ibu mendapat imunisasi 2x
TT I pada kehamilan 20 minggu
TT II pada kehamilan 24 minggu
8. Riwayat persalinan yang lalu
Ibu mengatakan bahwa ini adalah kehamilan yang pertama G1P0A0
HPHT : 17 Februari 2007
TP : 24 November 2007
9. Pergerakan janin dalam rahim
Gerakan anak kuat, frekuensi kurang dari 10 kali / menit
10. Makan, minum terakhir
Ibu makan terakhir tadi pagi, tapi hanya sedikit karena nafsu makan ibu
berkurang
11. Eliminasi terakhir
BAB : 1x sehari
BAK : 6-7x sehari
12. Istirahat dan tidur
Setiap hari ibu tidur + 8 jam
13. Psikologi
Ibu hanya mengalami kegelisahan dan ketakutan dalam menghadapi
persalinan
14. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
RR : 20x/menit
Nadi : 85x / menit
Suhu : 38oC
BB : 62 kg
TB : 157 cm
Pemeriksaan fisik
Rambut : bersih berwarna hitam
Muka : terdapat cloasma gravidarum
Mata : simetris kanan kiri, sklera tidak ikterik, konjungtiva agak
pucat
Hidung : bersih, berfungsi dengan baik, tidak ada pembesaran polip
Mulut : bersih, gigi terdapat caries pada graham bawah dan tidak ada
stomatitis
Telinga : normal, fungsi pendengaran baik
Leher : tidak ada pembesaran thyroid dan vena jugularis
Dada : simetris, pergerakan nafas teratur
Mamae : simetris kana kiri, tidak ada benjolan yang abnormal, puting
susu menonjol, hyperpigmentasi, pada aerola mamae,
kolostrum keluar
Perut : tidak ada bekas operasi
Punggung : lordosis

Ekstremitas : atas : pergerakan baik, simetris kana kiri, tidak ada oedema,
letih dan jari-jari lengkap.
bawah: pergerakan baik, kram, pegal-pegal, simetris kana
kiri, tidak ada oedema dan jari-jari lengkap
Pemeriksaan Kebidanan
a. Inspeksi
Pada genetalia perineum elastis, tidak haemoroid, masih tebal, masih tebal, belum
menonjol.
Vagina tidak ada varises, tidak ada oedema
Pemeriksaan pada tanggal 24 November 2007, pukul 10.00 WIB
Serviks
1. Pendataran : 10 %
2. Arah serviks : Kedepan
3. Pembukaan : 1 cm
4. Konsistensi : lunak
5. Bagian terendah : H II
6. Turunnya kepala : 3/5
b. Palpasi
Leopold I : TFU ½ jari bawah px
Leopold II : PUKI
Leopold III : presentasi kepala
Leopold IV : bagian terendah sudah masuk PAP
MC. Donald : TFU : 35 cm
TBJ : 3565 gram
c. Auskultasi
DJJ (+), frekuensi 130 x/menit teratur

PENGAWASAN KALA I
Keadaan ibu Keadaan janin
pemb S Penuruna Keluha Dosis
Tgl Waktu Kontra uterus
TD N R DJJ n Indeksi
0
ukaan C n kepala
24-11-07 10.00 1 cm 160/80 84 24 37 1x/10mnt, lama < 20 dtk 135x/mnt 3/5 U
10.30 160/80 85 24 1x/10mnt, lama < 20 dtk 135x/mnt
11.00 120/80 85 25 1x/10mnt, lama < 20 dtk 135x/mnt
11.30 120/80 85 23 1x/10mnt, lama < 20 dtk 135x/mnt
12.00 110/70 85 23 1x/10mnt, lama < 20 dtk 135x/mnt
12.30 110/70 84 21 1x/10mnt, lama < 20 dtk 135x/mnt
13.00 110/70 84 20 1x/10mnt, lama < 20 dtk 135x/mnt
13.30 110/70 84 20 2x/10mnt, lama < 20 dtk 135x/mnt
14.00 2 cm 110/70 82 20 2x/10mnt, lama < 20 dtk 135x/mnt Oksitosin 2,5
unit dalam 500cc
dekstrose (drip)
dengan 10 tetes /
menit
14.30 110/70 82 20 2x/10mnt, lama < 20 dtk 135x/mnt
15.00 110/70 82 20 2x/10mnt, lama < 20 dtk 135x/mnt
15.30 110/70 83 21 2x/10mnt, lama < 20 dtk 135x/mnt
16.00 110/70 83 21 2x/10mnt, lama < 20 dtk 135x/mnt
16.30 110/70 82 21 2x/10mnt, lama < 20 dtk 135x/mnt
17.00 110/70 81 22 3x/10mnt, lama < 20 dtk 135x/mnt
17.30 110/70 82 20 3x/10mnt, lama < 20 dtk 135x/mnt

18.00 6 cm 110/70 82 20 3x/10mnt, lama < 20 dtk 135x/mnt 2/5 J

B. INTERPRESTASI DATA DASAR


1. Diagnosa
G1P0A0 hamil 40 minggu, inpartu kala I, fase laten, dengan induksi
Dasar:
DS:
a. Ibu mengatakan bahwa ini adalah kehamilan yang pertama
b. Ibu mengatakan mulas pada perut bagian bawah menjalar ke pinggang
c. Ibu mengatakan sudah mengeluarkan lendir bercampur darah

DO:
a. His lemah dan tidak teratur 1x/10 menit
b. Pada pemeriksaan dalam pembukaan belum lengkap karena tidak adanya
kontraksi / his yang kuat. Pemeriksaan dalam dilakukan pada tanggal 24
November 2007 pukul 10.00 WIB

2. Masalah
a. nyeri pada daerah pinggang, usia kehamilannya cukup bulan, namun
pembukaan lambat
DS : ibu mengeluh mulas pada bagian bawah menyebar ke pinggang sejak
pukul 10.00
DO : ibu mengatakan kala I, kontraksi uterus 1x dalam 10 menit, lamanya
20 detik
Kontraksi / his pada ibu sangat lemah.
b. Ibu takut menghadapi persalinan
DS : ibu mengatakan takut mengahadapi persalinan
DO : ibu tampak sangat gelisah
c. His ada
DS : his timbul 1x / 10 menit
DO : Ibu mengatakan perut nya sakit

3. Kebutuhan
a. Anjurkan ibu relaksasi
b. Anjurkan ibu tidak stres
c. Anjurkan ibu untuk mencari posisi yang nyaman, misalnya miring
kanan atau kiri

C. IDENTIFIKASI DIAGNOSA MASALAH POTENSIAL


1. Protensial terjadinya kematian janin
2. perdarahan post partum

D. MEMBUTUHKAN TINDAKAN SEGERA DAN


KOLABORASI
Kolaborasi dengan dokter ahli kebidanan bila di perlukan rujukan

E. PERENCANAAN
1. Jelaskan pada ibu tentang keadaannya saat ini
2. Siapkan ibu dan alat-alat untuk persalinan yang bersih dan steril
a. Tempatkan ibu di ruangan yang nyaman
b. Pasang infuse dan oksitosin untuk melakukan induksi
c. Atur posisi ibu senyaman mungkin
d. Penuhi kebutuhan nutrisi ibu
e. Lakukan vulva hygine
f. Lakukan pengawsan kala I dan berikan antibiotika
g. Beri tahu ibu bahwa akan dilakukan induksi persalinan
3. Tenangkan ibu
a. Ajarkan teknik relaksasi
b. Ajarkan untuk tidak mengedan sebelum adanya his
c. Jelaskan tahap-tahap yang akan dilakukan selama persalinan dan
beritahu ibu akan dilakukannya pemberian oksitosin untuk merangsang
kontraksi uterus
d. Libatkan peran suami / keluarga untuk mendampingi ibu
e. Dampingi ibu untuk berikan dukungan mental
f. Anjurkan ibu istirahat saat his sudah mulai berkontraksi
g. Anjurkan ibu tidur miring kiri
4. Observasi kemajuan persalinan

F. PELAKSANAAN
1. Menjelaskan kepada ibu tentang keadaannya saat ini
a. Ibu memasuki inpartu dengan kehamilan cukup bulan tetapi
pembukaan serviks belum lengkap, karena tidak adanya kontraksi his yang
kuat.
b. Menjelaskan pada ibu bahwa akan dilakukan persalinan induksi
dengan memberikan oksitosin untuk merangsang kontraksi uterus dan agar
pembukaan serviks akan membuka sempurna. Yang diberikan pada pukul
14.00 WIB pada pembukaan 2 cm dan diberikan secara drip
2. Ibu berada di tempat yang nyaman
3. Menyiapkan ibu dan alat-alat
a. Menempatkan ibu di ruangan yang nyaman
b. Baringkan ibu hamil miring kiri
4. Catat semua pengamatan pada partograf tiap 30 menit
a. Catat kecepatan infuse oksitosin
b. Frekuensi dan lamanya kontraksi
c. Denyut jantung janin, dengar DJJ tiap 30 menit dan selalu langsung
setelah kontraksi. Apabila DJJ kurang dari 100 menit, segera hentikan
infus.
5. Pasang infus oksitosin 2,5 unit dalam 500 cc dekstrose (garam
fisiologik) mulai dari 10 tetes per menit.
a. Naikkan kecepatan infus 10 tetes per menit tiap 30 menit sampai
kontraksi adekuat 13 kali tiap 10 menit dengan lama lebih dari 40 detik
dan perhatikan sampai terjadi kelahiran
b. Jika terjadi hiperstimulasi (lama kontraksi lebih dari 60 detik) atau
lebih dari 4 kali kontraksi dalam 10 menit, hentikan infus dan kurangi
hiperstimulasi dengan :
1) Terbutalin 250 mcg IV, pelan-pelan selama 5 menit atau
2) Salbutamol 5 mg dalam 500 ml cairan (garam fisiologik / RL ) tetes
per menit
c. Jika tidak tercapai kontraksi yang adekuat ( 3 kali tiap 10 menit
dengan lama lebih dari 40 detik) dan sesuaikan kecepatan infus sampai 30
tetes per menit.

1) Naikkan konsentrasi oksitosin menjadi 5 unit dalam 500 ml dekstrose


(garam fisiologik) dan sesuaikan kecepatan infus sampai 30 tetes per
menit.
2) Naikkan kecepatan infus 10 tetes per menit setiap 30 menit sampai
kontraksi adekuat ( 3 kali tiap 10 menit dengan lama lebih dari 40
detik ) atau setelah infuse oksitosin mencapai 60 tetes per menit.
6. Pantau adanya konatraksi uterus
7. Menenangkan ibu untuk mengurangi rasa nyeri dan lemas dengan cara
1) Mengajarkan teknik relaksasi
2) Mengajarkan pada ibu mengejan yang baik dan tidak mengejan
sebelum adanya kontraksi
3) Menjelaskan tahap-tahap yang akan dijalani ibu dalam proses
persalinan
4) Melibatkan suami untuk mendampingi ibu dalam proses persalinan
5) Menganjurkan pada ibu agar istirahat setelah adanya his
8. Mengobservasi kemajuan persalinan

G. EVALUASI
Tanggal 24 November 2007
a. Ibu mengatakan tahu dengan keadaannya
b. Ibu berada di tempat yang nyaman
c. Infus oksitosin 2,5 unit dalam 500 cc dekstrose (atau garam fisiologik)
mulai dengan 10 tetes per menit
d. Ibu sudah makan dan minum
e. Ibu tidur miring kiri
f. Alat persalinan telah siap
g. Ibu telah minum amoxylin 1000 mg dosis tunggal
h. Melakukan pengawasan kala I, kontrol his, DJJ, tanda vital
i. Ibu mengerti teknik relaksasi yang baik
j. Ibu mengerti cara mengejan yang baik
k. Ibu mengerti tentang tahap-tahap persalinan
l. Ada keluarga dan suami yang mendampingi ibu

CATATAN PERKEMBANGAN KALA II


Evaluasi , pukul 22.00 WIB, tanggal 24 November 2007
S : 1. Ibu mengatakan perutnya mulas-mulas dan sakit yang bertambah
2. Ibu mengatakan mengatakan ingin BAB dan mengejan
O : 1. Ibu berada di ruangan yang nyaman dan alat-alat persalinan sudah di
siapkan
2. Kandung kemih kosong
3. His sudah mulai teratur
4. Pemeriksaan dalam dilakukan tanggal 24 November 2007, pukul 10.00
WIB pembukaan 10 cm, ketuban (+)
5. Anus dan vulva terbuka, perineum menonjol
6. Kala I berlangsung 2 jam
7. perdarahan kala I sebanyak + 50 cc
A. : Ibu G1P0A0 hamil 40 minggu inpartu kala II
DO: 1. Ibu mengatakan sakit semakin sering
2. Ibu mengatakan ingin BAB dan mengejan
DS: 1. His semakin sering / muncul
2. Pembukaan 10 cm, ketuban (+) penurunan 0/5, hodge IV
3. Kepala bayi mulai crowning
Masalah :
1. Ibu cemas menghadapi persalinan
Dasar : ibu memasuki kala II persalinan dengan his yang sudah
muncul dirasakan ibu
Kebutuhan :
Penyuluhan hal-hal yang akan dilakukan untuk kelancaran proses
persalinan, yaitu:
a. Cara mengejan yang baik dan benar
b. Posisi persalinan yang nyaman, sesuai dengan kemampuan ibu
c. Bedrest total
P : 1. Memimpin ibu mengejan dengan benar saat ada his
2. Melaksanakan tindakan dengan teknik aseptic
dan anti septik
3. Melahirkan kepala bayi berturut-turut dahi,
muka, hidung, mulut dan dagu.
4. Memeriksa lendir di mulut dan hidung bayi dan
di bersihkan muka dengan kasa steril.
5. Memeriksa apakah ada lilitan tali pusat, pada
leher bayi
6. Melahirkan bahu bayi dan anggota tubuh
seluruhnya
7. Letakkan bayi di atas perut ibu
8. Keringkan badan bayi
9. Menilai apgar
10. Klem dan potong tali pusat
11. Mengukur BB dan PB
12. Bayi lahir laki-laki, pukul 22.50 WIB, tanggal
24 November 2007 dengan apgar score 7/9, BB = 3000 gr, PB = 48
cm
13. Membungkus bayi dengan kain hangat dan
kering
14. Observasi pada ibu setelah bayi lahir
15. Menganjurkan pada ibu bedrest total
a. Perdarahan
b. Kosongkan kandung kemih
c. Mobilitas dini
CATATAN PERKEMBANGAN KALA III
Evaluasi, tanggal 24 November 2007, pukul 23.00
S : 1. Ibu merasa lega intensitas his berkurang
2. Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas
3. Ibu merasa senang karena bayinya sudah lahir

O : 1. Kontraksi uterus sudah mulai membaik dan terasa keras, TFU sepusat
2. Pengeluaran darah bertambah banyak + 200cc
3. Tali pusat dirawat 1 dibungkus kasa steril
4. Kandung kemih kosong
5. Vulva dan bokong kotor terkena darah
6. Ada robekan perineum derajat 2
7. Placenta belum lahir
8. Tali pusat bertambah panjang
A : Ibu P1A0 partum kala III
DS: 1. Ibu merasa lega intensitas his sudah mulai berkurang
2. Perut masih mulas
DO: 1. Bayi lahir mulai pukul 22.50 WIB dengan apgar score 7/9
2. Placenta belum lahir
3. Melakukan manual placenta jika terjadi retensio plasenta.
P : 1. Melakukan manajemen aktif kala III
a. Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal
b. Memberitahu ibu akan di suntik
c. Menyuntikan oksitosin 10 unit secara intra muskuler pada bagian luar
paha kana 1/3 atas setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu untuk
memastikan bahwa ujung jarum tidak mengenai pembuluh darah
d. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
e. Meletakkan tangan kiri di atas simpisis menahan bagian bawah uterus
sementara tangan kanan memegang tali pusat memegang klem atau
kain kasa dengan jarak antara 5-10 cm dari vulva.
f. Saat kontraksi, memegang tali pusat dengan tangan kanan sementara
tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati karena dorso kranial
g. Jika dengan penegangan tali pusat terkendali tali pusat terlihat
bertambah panjang dan terasa adanya pelepasan placenta, minta ibu
untuk meneran sedikit sementara tangan kanan menarik tali pusat
kearah bawah kemudian keatas sesuai dengan kurva jalan lahir hingga
placenta tampak pada vulva
h. Setelah placenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan placenta
dengan hati-hati bila perlu pegang placenta dengan kedua tangan dan
lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran placenta dan
mencegah robeknya selaput ketuban.
i. Placenta lahir pukul 23.00 WIB, berat 400gr, diameter 17 cm, panjang
tali pusat 50 cm
j. Setelah dilakukan pemeriksaan kelengkapan placenta ditemukan
adanya sebagian placenta yang tertinggal
k. Melakukan penatalaksanaan manual placenta untuk mengeluarkan
sebagian placenta yang tertinggal
2. Melakukan manual placenta
a. Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
b. Pakai sarung tangan panjang yang telah disinfeksi atau steril
c. Masukan tangan kanan dan mencari tempat perlekatan placenta
d. Kikis bagian placenta yang tertinggal, pastikan semua terkikis jangan
sampai ada yang tertinggal lagi
e. Keluarkan sisa placenta secara perlahan dengan bantuan tangan
f. Setelah placenta yang tertinggal lahir utuh kemudian memeriksa
kontraksi uterus 15 detik pertama
g. Melakukan vulva hygiene
h. Melakukan heating perineum
i. Melakukan pemantauan adanya perdarahan
Catatan perkembangan kala IV
Evaluasi, pukul 23.20 WIB, tanggal 24 November 2007
S : 1. Ibu merasa khawatir dengan keadaan bayinya saat ini
2. Ibu mengatakan masih nyeri
3. Ibu merasa lebih nyaman dengan tubuh bersih
4. Ibu merasa lelah

O : 1. Kontraksi uterus baik


2. TFU setinggi pusat
3. Perdarahan setelah persalinan + 150 cc
4. Kandung kemih kosong, agak kotor karena lochea
5. Lochea berwarna merah, bau normal amis
a. BAK 2x setelah melahirkan
b. BAB belum dilakukan setelah persalinan
c. ASI / colostrums sudah mulai keluar
6. Tubuh ibu bersih dan pakaian sudah di ganti
7. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 24 x/menit
Temp : 370C
8. ada heating perineum 3 jahitan

A : Ibu P1AO partum kala IV


Dasar : 1. Bayi lahir pukul 22.50 WIB
2. Lama kala I : 12 jam
Lama kala II : 1jam
Lama kala III : 20 menit

DS : 1. Ibu mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya


2. Ibu merasa lega setelah mengalami persalinan
3. Ibu mengatakan lelah
4. Ibu mengatakan nyaman dengan keadaannya saat ini
DO : 1. Proses persalinan nyaman dan keadaan
2. Ibu dalam keadaan bersih dengan di tempat yang nyaman
3. Tidak ada perdarahan post partum
4. Infus terpasang
Masalah : potensial terjadinya perdarahan
Ketuban : 1. Mobilitas dini
2. Perawatan tali pusat
3. Senam nifas
4. Nutrisi ibu
5. Post natal breast care
P : 1. Memberikan penjelasan pada ibu tentang keadaan ibu dan bayinya saat
ini
2. Observasi involusinya
3. Menganjurkan ibu untuk minum dan makan agar tidak terjadi dehdrasi
4. Perawatan tali pusat
5. Anjurkan ibu miring kiri/kanan, bangun dari tempat tidur (mobilisasi
dini.
6. Memberikan ibu tentang tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayinya
7. Penyuluhan ibu tentang postnatal breast care
8. Melepas infus setelah keadaan membaik
9. meminta ibu ke ruang perawatan

You might also like