You are on page 1of 9

Motilitas (http://klinikandrologi.blogspot.com/2011/01/motilitas-spermatozoa.html) Motilitas Spermatozoa Satu tetes semen (10 l) ke atas gelas objek dengan ukuran 25.4 mm x 76.

2 mm lalu ditutup dengan cover gelas 22 mm x 22 mm. Dilakukan pengamatan sebanyak 100 spermatozoa pada pembesaran mikroskop 400x. Motilitas spermatozoa normal bila : motilitas a > 25 % atau a+b 50 % (WHO, 1999). Motilitas di revisi WHO tahun 2010 hanya mengenal PR, NP, IM. Motilitas spermatozoa normal bila PR 32 % atau PR+NP 40 % (WHO, 2010) Bila menggunakan bantuan komputer (CASA) dapat ukur secara objektif kecepatan spermatozoa, atau bila menggunakan pemeriksaan manual dengan menggunakan makler counting chamber dapat memudahkan pengkategorian motilitas spermatozoa :

Bila Tidak memenuhi kriteria motilitas normal diatas maka kategori diagnostik laboratorisnya adalah Asthenozoospermia. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/16_AnalisisSemenManusia.pdf/16_AnalisisSemen Manusia.html Analisis semen manusia Cairan semen yang normal akan berlikuifaksi atau mencair dalam 20 menit setelah dikeluarkan. Semen dapat diperiksa segera setelah berlifuifaksi sempurna. Waktu saat semen tersebut mulai diperiksa ha rus dicatat. Pemeriksaan semen manusia meliputi pemeriksaan makroskopis dan pemeriksaan mikroskopis Mikroskopis. Sebelum pemeriksaan mikroskopis, semen tersebut ha rus diaduk dulu dengan baik. Untuk pemeriksaan mikroskopis maka 1 tetes semen, diameter sekitar 2--3 mm, diletakkan ke atas gelas objek yang bersih dan kemudian ditutup

dengan gelas penutup yang kecil. Setelah itu sediakan diperiksa dibawah pembesaran 100 X atau 400 -- 600 X. Motilitas sperma. Berat gelas penutup akan menyebarkan sampel semen sehingga diperoleh lapangan pandang yang optimal. Pemeriksaan motilitas sperma terdiri dari pemeriksaan motilitas kuantitatif dan kualitatif. Motilitas kuantitatif Motilitas kuantitatif ditentukan dengan menghitung spermatozoa motil dan imotil pada sekurang-kurangnya 10 lapangan pandangan yang terpisah dan dilakukan secara acak (tetapi tidak boleh yang dekat pojok gelas penutup). Presentase spermatozoa motil dihitung dari rata-rata persentase motilitas untuk semua lapangan pandangan yang dihitung. Nilai yang diperoleh dibulatkan mendekati nilai yang dapat dibagi 5% (contohnya 73% menjadi 75%; atau 68% menjadi 70%). Motilitas kualitatif Motilitas kualitatif ditentukan secara subjektif berdasarkan pergerakan spermatozoa yang bergerak lurus kedepan dengan baik. Pembagiaannya adalah : jelek/ tidak baik (tidak ada pergerakan), kurang baik, baik dan sangat-baik kemudian diberi kode : --Tidak ba ik yaitu tidak ada yang bergerak lurus kedepan dengan baik (0). --Kurang baik yaitu ada yang menunjukkan pergerakan kedep an dengan lemah (1). --Baik : yaitu menunjukkan pergerakan kedepan cukup baik (2) --Sangat ba ik : yaitu menunjukkan pergerakan kedepan dengan baik dan sangat aktif (3). Semen yang normal menunjukkan 60% spermatozoa motil atau lebih dengan sebagian besar menunjukkan pergerakan baik sampai sangat baik dalam waktu setengah sampai tiga jam sesudah ejakulasi. Bila terdapat motilitas yang abnormal; misalnya pergerakan sirkuler, maka perlu dicatat. Semen yang mengandung 40% sperma motil atau kurang, dengan pergerakan kedepan yang bai k sesudah dua atau tiga jam sebaiknya dinilai kembali. Pasien ini ha

rus diperiksa kembali semennya sesudah 48 -- 72 jam dan harus dianalisis . dalam waktu 30 menit untuk menentukan apakah motilitas kualitatif dan kuantitatif awalnya ba ik tetapi dengan cepat menurun atau memang motilitasnya yang jelek sejak awal. Rata-rata persentase sperma motil pria Indonesia yang isterinya kemudian menjadi hamil 55,109,02% atau sekitar 45--65% http://eprints.undip.ac.id/20234/1/diana_A.pdf Infertilitas adalah salah satu masalah utama pada pasangan yang sudah menikah. Diperkirakan sekitar 15% persen dari pasangan, mempunyai masalah infertilitas. Lima puluh persen berasal dari faktor pria, dan baru diketahui penyebabnya sekitar 25% nya.1 Ada dugaan bahwa stress oksidatif, ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan, adalah salah satu penyebab dari infertilitas.2 Radikal bebas adalah beberapa komponen (derivat yang tidak penting dari oksigen) dimana oksigen berisi satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Yang sering dikenal spesies oksigen reaktif (SOR) yang mempunyai implikasi potensial terhadap reproduksi termasuk didalamnya anion superoksida (O2 -), hidrogen peroksida (H2O2), radikal peroksil (ROO-), dan radikal hidroksil (OH-.) Derivat nitrogen radikal bebas nitrit oksida (NO) dan anion peroksinitrit (ONOO) juga memberikan peranan penting dalam reproduksi dan fertilisasi.3 Stress oksidatif menyebabkan infertilitas melalui efek negatifnya ke spermatozoa seperti: peningkatan hilangnya motilitas, peningkatan kerusakan membran, penurunan morfologi, viabilitas, dan kemampuan spermatozoa.4 Rokok merupakan salah satu sumber utama radikal bebas yang berasal dari lingkungan, selain polusi udara, paparan bahan kimia, dan radikal ion. Diketahui bahwa asap rokok mengandung radikal bebas dalam jumlah yang sangat tinggi. Dalam satu kali hisap diperkirakan sebanyak 1014 molekul radikal bebas masuk ke dalam tubuh5. Sebuah studi menyatakan bahwa merokok meningkatkan SOR dan menurunkan antioksidan di seminal.6 Plasma seminal dari suami infertil mempunyai jumlah antioksidan yang lebih rendah daripada yang fertil, khususnya pasien yang motilitas spermanya rendah.7

Untuk melawan radikal bebas, sejak beberapa dasawarsa lalu sudah dikenal antioksidan. Menurut Cuppert (1997), antioksidan dinyatakan sebagai senyawa yang secara nyata dapat memperlambat oksidasi.8 Antioksidan sebagai pembuang radikal bebas melindungi spermatozoa melawan SOR. Beberapa antioksidan: superoksida dismutase (SOD), katalase, dan glutathion peroksidase (GPX). Selain itu, semen juga berisi antioksidan non enzimatik seperti vitamin C, vitamin E, piruvat, glutathion, dan karnitin.9 http://eprints.undip.ac.id/20236/1/Diana_I.pdf Penelitian lain menyebutkan bahwa radikal bebas dalam bentuk leukosit polimorfonuklear dapat memberikan gangguan pada spermatozoa manusia.5 Gangguan tersebut antara lain hilangnya motilitas sperma, gagalnya kapasitasi sehingga reaksi akrosom tidak terjadi, serta rusaknya membran plasma sperma.6 Lapangan pandang mikroskopis diperiksa dengan sistematis dan motilitas dari setiap spermatozoa didalamnya dikelompokkan ke dalam kriteria A, B, C atau D berdasarkan penampakan spermatozoa : (A) Motilitas cepat dan lurus (B) Motilitas lambat (C) Bergerak di tempat (D) Tidak bergerak Sesuai dengan standar penilaian motilitas WHO, spermatozoa dikatakan normal bila persentase sperma kriteria A dan B lebih besar atau sama dengan 50 %. Untuk itu, dalam penelitian ini sebagai analisa data hanya memakai persentase sperma kriteria A dan B. Jumlah sperma kriteria A dan B kemudian dirata-rata dan dihitung persentasenya dari jumlah seluruh sperma. Analisis data menggunakan SPSS 13.00 for windows, perbedaan dianggap signifikan bila p<0,005. Analisis data dimulai dengan uji normalitas Shapiro-wilk. Data dianalisa secara diskriptif, kemudian hasil disajikan dalam bentuk tabel dan grafik t. Data yang diperoleh diuji dengan uji ANOVA. Asap rokok yang dipaparkan mengandung radikal bebas yang dapat menurunkan motilitas spermatozoa. Penurunan ini dapat disebabkan oleh adanya gangguan pada spermatogenesis. Ini terbukti dengan hasil penelitian artikel ini, terlihat bahwa terjadi penurunan motilitas spermatozoa pada kelompok kontrol negatif dan kelompok kontrol positif. Ini diperkuat pula oleh suatu penelitian menyebutkan bahwa radikal bebas dalam bentuk leukosit polimorfonuklear dapat memberikan gangguan pada spermatozoa manusia, antara lain hilangnya motilitas

sperma, gagalnya kapasitasi sehingga reaksi akrosom tidak terjadi, serta rusaknya membran plasma sperma.5,6 Hasil penelitian lain menunjukkan pula bahwa radikal bebas dapat menurunkan frekuensi gerakan flagel sehingga motilitas spermatozoa akan menurun. Hal ini diduga karena produksi ATP mitokondria rendah. Selain itu dengan terbentuknya peroksida lipid pada membran spermatozoa dapat menyebabkan kerusakan membran spermatozoa. Peroksida lipid tersebut berasal dari reaksi berantai antara radikal bebas dengan asam lemak tak jenuh jamak yang banyak terdapat pada membran spermatozoa. Kerusakan peroksidasi pada spermatozoa dapat terjadi karena enzim pertahanan, seperti superoksida dismutase dan glutation peroksidase dalam sitoplasma spermatozoa tidak banyak. Diketahui bahwa spermatozoa hanya mengandung sedikit sitoplasma sehingga jumlah enzim yang dibutuhkan untuk menghambat terbentuknya oksigen reaktif tidak cukup efektif. Jika konsentrasi radikal bebas di sekitar spermatozoa cukup banyak, maka lambat laun spermatozoa akan mati. Sebaliknya, kalau konsentrasi radikal bebas sedikit, walaupun jumlah tersebut cukup untuk menghambat motilitas, spermatozoa masih dapat bangkit kembali dari pengaruh radikal bebas setelah 6-24 jam.5 Sebenarnya, reaksi pembentukan radikal bebas merupakan mekanisme biokimia tubuh normal. Senyawa ini bersifat sangat tidak stabil (mempunyai satu elektron atau lebih yang tanpa pasangan), sehingga untuk memperoleh pasangan elektron senyawa ini sangat reaktif dan merusak jaringan.Dalam keadaan normal, keseimbangan antara jumlah radikal bebas dengan antioksidan tetap dipertahankan. Jika keseimbangan antara kedua faktor tersebut terganggu apalagi kalau jumlah enzim antioksidan berkurang, sedangkan jumlah radikal bebas meningkat, maka akan timbul gangguan infertilitas.5 Sesuai mekanisme kerjanya, antioksidan memiliki dua fungsi yaitu fungsi primer dan sekunder. Fungsi primer dengan memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipida (R*, ROO*) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara turunan radikal antioksidan (A*) tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal lipida. Fungsi sekunder antioksidan, yaitu memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih stabil. Jika antioksidan (AH) primer ditambahkan dengan konsentrasi rendah pada lipida maka akan

menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak. Penambahan tersebut dapat menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi maupun propagasi (Gambar 1). Radikal-radikal antioksidan (A*) yang terbentuk pada reaksi tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat bereaksi dengan molekul lipida lain membentuk radikal lipida baru. Inisiasi ; R* + AH --------------------------RH + A* Radikal lipida Propagasi : ROO* + AH ------------------------- ROOH + A* Gambar 1. Reaksi penghambatan antioksidan primer terhadap radikal lipida http://www.digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/50261505200910302.pdf Setiap vesikula seminalis merupakan tubulus berlokus dan berkelok yang dilapisi oleh epitel sekretorik yang mensekresi bahan-bahan mucus yang mengandung banyak fruktosa, asam sitrat, dan bahan nutrisi lainnya, demikian juga dengan prostaglandin dan fibrinogen. Fruktosa dan zat gizi lainnya dalam cairan seminal merupakan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh spermatozoa yang diejakulasikan sampai salah satu dari spermatozoa tersebut membuahi ovum (Guyton dan Hall, 1997). Fruktosa merupakan sumber energi utama bagi spermatozoa di dalam plasma semen (Purwaningsih, 1995). Kelenjar prostat mensekresi cairan encer seperti susu yang mengandung ion sitrat, kalsium, ion fosfat, enzim pembeku, dan profibrinolisin. Cairan prostat menetralkan sifat asam dari cairan lainnya setelah ejakulasi dan juga meningkatkan motilitas dan fertilitas spermatozoa (Guyton dan Hall, 1997). Motilitas Spermatozoa Adanya motilitas pada spermatozoa merupakan cara untuk memindahkan spermatozoa melalui saluran reproduksi betina. Selain itu ada juga kemungkinan motilitas berfungsi sebagai faktor penembus kepala spermatozoa masuk ke dalam ovum. Pada manusia, motilitas normal spermatozoa dibagi menjadi tiga tipe garakan yaitu gerak maju, gerak berputar, dan gerak di tempat (Salisbury dan Vandemark, 1985). Menurut Fitria (2000) dalam Siswanti dkk. (2003), kecepatan gerak spermatozoa merupakan variabel penting untuk menguji kemampuan motilitas spermatozoa. Sperma yang normal pada manusia bergerak dalam garis lurus dengan kecepatan 1 sampai 4 mm/menit. Kecepatan ini memungkinkan spermatozoa untuk bergerak melalui saluran reproduksi wanita untuk mencapai ovum (Guyton dan Hall, 1997). Motilitas spermatozoa terjadi karena adanya gerakan ekor spermatozoa. Gerakan ini disebabkan adanya fibril-fibril yang bersifat kontraktil pada bagian ekor spermatozoa (Frandson, 1993). Motilitas Spermatozoa

Motilitas spermatozoa sangat penting dalam proses perpindahan spermatozoa menuju saluran reproduksi hewan betina. Energi yang digunakan dalam perpindahan ini berasal dari metabolisme yang dilakukan oleh spermatozoa. Motilitas spermatozoa pada mamalia dikelompokkan menjadi 3 gerakan, yaitu : gerakan maju, gerakan berputar, dan gerakan di tempat (Reynolds, 1916 dalam Salisbury dan Vandermark, 1985). Gerakan berputar dan gerakan di tempat disebabkan oleh gerak ayun ekor spermatozoa yang menyimpang dari normal, dan bekas jalannya dalam cairan ditentukan oleh keseimbangan gerak ekornya, contohnya pada spermatozoa dengan ekor bengkok yang akan menyebabkan gerakan ke arah belakang (Salisbury dan Vandermark, 1985). http://eprints.undip.ac.id/12231/1/2001mib931.pdf

You might also like