You are on page 1of 5

Manusia memerlukan energi untuk melakukan kegiatan dan aktivitas sehari- hari, energi tersebut dapat diperoleh dari

berbagai bahan makanan. Secara umum, bahan makanan tersebut mengandung karbohidrat, protein, dan lemak. Protein merupakan biopolymer polipeptida yang tersusun dari sejumlah asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Protein merupakan biopolymer yang multifungsi, yaitu sebagai struktural pada sel maupun jaringan dan organ, sebagai enzim suatu biokatalis, sebagai pengemban atau pembawa senyawa atau zat ketika melalui biomembran sel, dan sebagai zat pengatur. (Hawab, HM : 2004) Protein juga merupakan makromolekul yang paling berlimpah di dalam sel dan menyusun lebih dari setengah berat kering pada hampir semua organisme. Protein merupakan instrumen yang mengekspresikan informasi genetik. Protein mempunyai fungsi unik bagi tubuh, antara lain menyediakan bahan-bahan yang penting peranannya untuk pertumbuhan dan memelihara jaringan tubuh, mengatur kelangsungan proses di dalam tubuh, dan memberi tenaga jika keperluannya tidak dapat dipenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Protein ada yang reaktif karena asam amino penyusunnya mengandung gugus fungsi yang reaktif, seperti SH, -OH, NH2, dan COOH. Contoh protein aktif adalah enzim, hormon, antibodi, dan protein transport. (Fessenden : 1986) Reaksi protein aktif bersifat selektif dan spesifik, gugus sampingnya yang selektif dan susunan khas makromolekulnya. Ada berbagai cara dalam pengujian terhadap protein yaitu dengan reaksi uji asam amino dan reaksi uji protein. Reaksi uji asam amino sendiriterdiri dari 6 macam uji yaitu: uji millon, uji hopkins cole, uji belerang, uji xantroproteat, dan uji biuret. Pada uji Xantoprotein reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Reaksi ini positif untuk protein yang mengandung tirosin, fenilalanin dan triptofan. Pada uji Hopkins- Cole, larutan protein yang mengandung triptofan dapat direaksikan dengan pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat. Pada uji Millon, reaksi ini positif untuk fenolfenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna. Pada uji belerang, Natriumnitroprusida dalam larutan amoniak akan menghasilkan warna merah dengan protein yang mempunyai gugus SH bebas. Jadi protein yang mengandung sistein dapat memberikan hasil positif. (P, Anna : 2006) PEMBAHASAN

Percobaan uji protein secara kualitatif dilakukan terhadap beberapa macam protein, semuanya mengacu pada reaksi yang terjadi antara pereaksi dan komponen protein, yaitu asam amino tentunya. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik pada gugus R-nya, sehingga dari reaksi tersebut dapat diketahui komponen asam amino suatu protein. Percobaan uji protein dengan menggunakan pereaksi ninhidrin termasuk kedalam salah satu uji yang umum sifatnya karena semua protein yang sedikitnya mengandung satu gugus karboksil dan gugus asam amino bebas (asam -amino) bereaksi dengan ninhidrin ( triketohidrindenahidrat

)menghasilkan CO2, NH3, dan aldehid beratom C kurang satu dari jumlah semula. Reaksi : RCH (NH) COOH R CHO + NH3 +CO2

Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru ungu. ( khusus untuk prolin dan hidroksiprolin berwarna kuning ), pada sampel albumin 0,02 % dan 2% memberikan hasil uji yang positif selain itu pada gelatin dan pepton juga memberikan hasil positif karen terbentuk warna biru keunguan. Akan tetapi, pada sampel kasein dengan konsentrasi 2% memberikan hasil uji positif. Pada uji ini, hanya kasein 0,02% yang menunjukkan uji negatif terhadap ninhidrin. Hal ini disebabkan karena pada kasein tidak mengandung sedikitnya satu gugus karboksil dan amino yang terbuka. Selain kasein 0,02% yang memberikan hasil uji negative pada sampel fenol juga uji ninhidrin negative. Protein yang mengandng sedikitnya satu gugus karboksil dan gugus asam amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk persenyawaan berwarna. Uji ini bersifat umum untuk semua asam amino, dan menjadi dasar penentuan kuantitatif asam amino. Pada uji belerang pereaksi ini apabila dalam larutan basa, yang berasal dari sistein akan bereaksi dengan Pb-asetat membentuk garam PbS yang berwarna hitam. Oleh sebab itu, pada uji protein dengan pereaksi belerang akan memberikan hasil uji positif jika larutan sampel yang diuji berubah warna menjadi warna hitam. Pada percobaan sampel albumin 0,02 % dan 2% memberikan hasil uji yang positif karena memberikan warna hitam untuk albumin 0,02% dan warna coklat kehitaman pada albumin 2%.Pada sampel gelatin kasein 0,02%, pepton 0,02% dan fenol memberikan7

hasil uji yang negarif Karena setelah sampel dipanaskan tidak memberikan perubahan warna. Pada uji xantropoteat larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan protein yang akan diuji. Setelah tercampur terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Reaksi ini positif untuk protein yang mengandung tirosin, fenilalanin dan triptofan. Warna yang terbentuk dalam uji ini disebabkan oleh nitrasi inti benzene oleh asam nitrat pekat. Reksi ini memberikan turunan nitro benzene berwarna kuning tua.pada percobaan karena ditambahkan dengan larutan yang bersifat basa yaitu NaOH 10 % warna larutan berubah menjadi warna orange. Uji ini menjadi khas untuk asam-asam amino yang mengandung inti benzene. Pada percobaan sampel yang memberikan hasil uji yang positif pada uji xantropoteat adalah albumin, kasein pepton dan fenol. Sedangkan sampel yang memberikan hasil uji yang negative hanya pada sampel gelatin Karena memberikan hasil uji dengan warna larutan tidak berwarna.Hal ini disebabkan karena pada gelatin tidak mengandung tirosin. Pada uji protein dengan menggunakan pereaksi biuret ditandai dengan perubahan warna larutan ungu violet dalam larutan basa. Senyawa biuret dihasilkan dengan cara memanaskan urea di atas penagas air. Reaksi uji biuret ini memberikan hasil yang positif akibat pembentukan senya kompleks Cu 2+ gugus CO dan NH dari suatu rantai peptide dalam suasana basa.Dipeptida dari asam-asam amino histidin, serin, dan treonin tidak memberikan reaksi untuk uji biuret. Pada percoban larutan sampel yang memberikan hasil uji positif adalah albumin, kasein, gelatin, dan pepton kecuali pada larutan sampel fenol. Fenol tidak bereaksi atau memberikan hasil uji yang negatif pada uji biuret karena fenol tidak mempunyai gugus -CO dan -NH pada molekulnya. KESIMPULAN Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa pada uji ninhidrin reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru ungu pada sampel album gelatin dan pepton serta kasein. Uji ini menunjukkan hasil negatif pada sampel fenol. Pada uji belerang memberikan hasil positif pada albumin dan hasil negatif pada gelatin, kasein, pepton dan fenol. Pada uji xantropoteat memberikan hasil uji yang positif pada albumin, kasein pepton

dan fenol. Sedangkan sampel yang memberikan hasil uji yang negatif hanya pada sampel gelatin. Pada uji biuret memberikan hasil yang positif pada albumin, kasein, gelatin, dan pepton kecuali pada larutan sampel fenol. DAFTAR PUSTAKA Fessenden. 1986. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Girindra, A. 1986. Biokimia I. Gramedia, Jakarta. Hawab, HM. 2004. Pengantar Biokimia. Jakarta : Bayu Media Publishing. Poedjiyadi, Anna dkk. 2006.D as ar -D as ar Biokim ia. Jakarta : UI-Press

B. TINJAUAN PUSTAKA B.1. Teori Umum Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul yang sangat bervariasi, dari 5000 hingga lebih dari satu juta. Disamping berat molekul yang berbeda-beda, protein mempunyai sifat yang berbeda-beda pula. Ada protein yang mudah larut dalam air, tetapi ada juga yang tidak larut dalam air. Rambut dan kuku adalah suatu jenis protein yan tidak larut dalam air dan tidak mudah bereaksi, sedangkan protein yang dalam bagian putih telur mudah larut dalam air dan mudah bereaksi (Anna P, 1994). Meskipun tidak ada sistem klasifikasi yang biasa diterima secara universal, protein dapat diklasifikasikan berdasarkan kelarutan, bentuk, fungsi biologi serta struktur tiga dimensinya. Setelah system dengan pemakaian terbatas pada ilmu biokimia klinik membedakan albumin, globulin, histon, dan lain-lain. Berdasarkan kelarutannya dalam larutan garam akueso. Protein dapat pula diklasiikasikan berdasarkan bentuk keseluruhannya. Jadi, protein globular (missal, banyak enzim) mempunyai rantai polipeptida yang berpilin serta terlipat secara padat rasionya tidak lebih dari 3-4. Protein pibrosa memiliki rasio aksial lebih besar dari 10 (RobertK,). Berdasarkan fungsinya, protein dapat digolongkan dalam bentuk enzim (ribonuklease, tripsin), protein transport (hemoglobin, albumin serum, mioglobin, lipoprotein), protein nutrient dan penyimpanan (gliadin = gandum, ovalbumin = telur, kasein = susu, feritin), protein kontraktil (aktin, myosin, tubulin, dynein), protein structural (keratin, fibroin, kolagen, elastin, proteoglikan), protein pelindung (antibody, fibrinogen, trombin, toksin botuluni, toksin difteri, bias ular, risin), protein pengatur (insulin, hormone tumbuh, kortikotropin, repressor). Atas dasar kelarutannya dalam zat pelarut tertentu, protein dibagi : albumin, globulin, dan glutelin. Protein dapat juga dikelompokkan berdasarkan atas jenis utama konformasinya. Berdasarkan

penggolongan ini terdapat 2 kelas utama protein, yaitu protein fibrosa (serat) dan protein globular. Protein serat mempunyai konformasi yang terikat saling secara lateral oleh beberapa jenis ikatan. Protein konformasi ini sering dimanfaatkan sebagai elemen struktural jaringan karena mempunyai sifat fisik yang kuat dan tidak larut dalam air. Contoh protein serat adalah kolagen, alfa-keratin, dan sutera. Protein globular merupakan protein biologis aktif yang umum dalam sistem kehidupan. Protein ini berbentuk bulat, kompak dan larut dalam air. Protein globular biasanya memiliki struktur tersier dan kuartener, contohnya enzim dan antibody ( Abdul H, 2001). Pengadaan dan penyediaan asam amino menjadi sangat penting oleh karena senyawa tersebut dipergunakan sebagai satuan penyusun protein. Kemampuan jasad hidup untuk membentuk asam amino tidak sama. Misalnya tanaman tingkat tinggi mampu membentuk asam amino yang diperlukan bagi penyusun protein tubuhnya. Sebaliknya hewan tingkat tinggi kemampuannya terbatas. Golongan jasad hidup ini tidak dapat mensintesa asam amino essensial. Asam amino tersebut harus disediakan dari luar (Soeharsono M, 2000).

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2007. Penuntun Praktikum Biokimia, Universitas Muslim Indonesia : Makassar. Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Dirjen POM, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI. Hamid, Abdul, 2001. Biokimia Metabolisme Biomolekul. Penerbit Alfabeta : Jakarta. Hardjasasmita, Pantjita. 2006. Ikhtisar Biokimia Dasar. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta. Koolman Jan dan Klaus, 2001. Atlas Berwarna dan Teks Biokimia. Penerbit EGC: Jakarta. Lehninger, Albert L, 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I, Penerbit Erlangga : Jakarta. Martoharsono, Soeharsono. 2000. Biokimia Jilid II. Penerbit Gadjah Mada University Press : Jakarta. Muray, Robert K, dkk, 2003. Biokimia Harper Edisi 2. Penerbit EGC: Jakarta. Poedjadi, Anna. 1994.Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia Press : Jakarta.

You might also like