You are on page 1of 9

http://iwansaing.wordpress.com/2007/10/25/respon-klienterhadap-gg-fungsi-metabolik-hipertiroidisme/ Respon KLIEN Terhadap Gg.

Fungsi Metabolik: HIPERTIROIDISME


Posted Oktober 25, 2007 by Iwan Sain, S.Kp, M.Kes in Endokrin. 11 Komentar

Defenisi
Hipertiroidisme adalah kadar Hormon Tiroid (HT) dalam darah yang berlebihan.

Penyebab Hipertiroidisme Dengan Pola Hormon Spesifik


y Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar HT dan TSH yang tinggi. TRF akan rendah karena umpan balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang tinggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.

Penyakit Hipertiroidisme
y Penyakit Grave, penyebab tersering hipertiroidisme, adalah suatu penyakit otoimun yang biasanya ditandai oleh produksi otoantibodi yang memiliki kerja mirip TSH pada kelenjar tiroid. Otoantibodi IgG ini, yang disebut immunooglobulin perangsang tiroid (thyroid-stimulating immunoglobulin), meningkatkan pembenftukan HT, tetapi tidak mengalami umpan balik negatif dari kadar HT yang tinggi. Kadar TSH dan TRH rendah karena keduanya berespons terhadap peningkatan kadar HT. Penyebab penyaldt Grave tidak diketahui, namun tampaknya terdapat predisposisi genetik terhadap penyakit otoimun, Yang paling sering terkena adalah wanita berusia antara 20an sampai 30an. Gondok nodular adalah peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid. Peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid terjadi selama periode pertumbuhan atau kebutuhan metabolik yang tinggi misalnya pada pubertas atau kehamilan. Dalarn hal ini, peningkatan HT disebabkan oleh pengaktivan hipotalamus yang didorong oleh proses metabolisme tubuh sehingga disertai oleh peningkatan TRH dan TSH. Apabila kebutuhan akan hormon tiroid berkurang, ukuran kelenjar tiroid biasanya kembali ke normal. Kadang-kadang terjadi perubahan yang ireversibel dan kelenjar tidak dapat mengecil. Kelenjar yang membesar tersebut dapat, walaupun tidak selalu, tetap memproduksi HT dalm jumlah berlebihan. Apabila individu yang bersangkutan tetap mengalami hipertiroidisme, maka keadaan ini disebut gondok nodular toksik. Dapat terjadi adenoma, hipofisis sel-sel penghasil TSH atau penyakit hipotalamus, walaupunjarang.

Gambaran Klinis
y Peningkatan frekuensi denyut jantung

y y y y y y

Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap katekolamin Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap panas, keringat berlebihan Penurunan berat, peningkatan rasa lapar Melotot Dapat terjadi eksoftalmus (penonjolan bola mata) Peningkatan frekuensi buang air besar Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid Gangguan reproduksi

Tes Diagnostik
y y y Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia

Komplikasi
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid storm).Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai o 106 F), dan, apabila tidak diobati, kematian

Penatalaksanaan
Pengobatan bergantung pada tempat dan penyebab hipertiroidisme. y Apabila masalahnya berada di tingkat kelenjar tiroid, maka pengobatan yang diberikan adalah pemberian obat antitiroid yang menghambat produksi HT dan/atau obat-obat penghambat beta untuk menurunkan hiperresponsivitas simpatis 131 Obat-obat yang merusak jaringan tiroid juga dapat diberikan. Misalnya, iodium radioaktif (I ) yang diberikan per oral akan diserap secara aktif oleh sel-sel tiroid yang hiperaktif. Setelah masuk,1131 akan merusak sel tersebut. Ini adalah terapi permanen untuk hipertiroidisme dan sering menyebabkan seseorang kemudian menjadi hipotiroid dan memerlukan pemberian HT pengganti seumur hidup Tiroidektomi parsial atau total juga dapat merupakan pengobatan pilihan. Tiroidektomi total, dan mungIcin tiroidektomi parsial, menyebabkan hipotiroidisme.

Konsep asuhan keperawatan pada klien hipertiroidisme merujuk pada konsep yang dikutip dari Doenges (2000), seperti dibawah ini :
1. Pengkajian a. Aktivitas atau istirahat 1) Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah, gangguan koordinasi, Kelelahan berat 2) Tanda : Atrofi otot b. Sirkulasi 1) Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)

2) Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, Peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat. Sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis) c. Eliminasi 1) Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuria, nocturia) Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi) Infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen Diare, Urine encer, pucat, kuning, poliuria ( dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi) Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif ( diare ) d. Integritas / Ego 1) Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi. 2) Tanda : Ansietas peka rangsang e. Makanan / Cairan 1) Gejala : Hilang nafsu makan, Mual atau muntah Tidak mengikuti diet : peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik ( tiazid ) 2) Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah Pembesaran thyroid ( peningkatan kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah ), bau halitosis atau manis, bau buah ( napas aseton) f. Neurosensori 1) Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot parasetia, gangguan penglihatan 2) Tanda : Disorientasi, megantuk, lethargi, stupor atau koma ( tahap lanjut), gangguan memori ( baru masa lalu ) kacau mental Refleks tendon dalam (RTD menurun; koma) Aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA) g. Nyeri / Kenyamanan 1) Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat) Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati. h. Pernapasan 1) Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen ( tergantung adanya infeksi atau tidak) 2) Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi pernapasan meningkat i. Keamanan 1) Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit 2) Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan umum / rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam ) j. Seksualitas 1) Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria ; kesulitan orgasme pada wanita 2) Tanda : Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih Aseton plasma : positif secara menjolok

Asam lemak bebas : kadar lipid dengan kolosterol meningkat

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien yang mengalami hipertiroidisme adalah sebagai berikut : y y y Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan mekanisme perlindungan dari mata ; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi. Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologik, peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan pola tidur

y y y y

3. Perencanaan / Intervensia.
NDX : Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung Tujuan :Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan kriteria : 1)Nadi perifer dapat teraba normal. 2)Vital sign dalam batas normal. 3)Pengisian kapiler normal 4)Status mental baik 5)Tidak ada disritmia Intervensi :

Intervensi 1. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi 2. Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien.

Rasional 1. Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi 2. Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot jantung atau iskemia

3. Auskultasi suara nafas. Perhatikan 3. S1 dan murmur yang menonjol adanya suara yang tidak normal (seperti berhubungan dengan curah jantung krekels) meningkat pada keadaan hipermetabolik 4. Observasi tanda dan gejala haus yang 4. Dehidrasi yang cepat dapat terjadi hebat, mukosa membran kering, nadi yang akan menurunkan volume sirkulasi lemah, penurunan produksi urine dan

hipotensi 5. Catat masukan dan haluaran

dan menurunkan curah jantung 5. Kehilangan cairan yang terlalu banyak dapat menimbulkan dehidrasi berat

b. NDX : Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi Tujuan : Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi Intervensi : INTERVENSI RASIONAL 1. Pantau tanda vital dan catat nadi baik 1. Nadi secara luas meningkat dan bahkan istirahat maupun saat aktivitas. istirahat , takikardia mungkin ditemukan 2. Ciptakan lingkungan yang tenang 3. Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas 4. Berikan tindakan yang membuat pasien merasa nyaman seperti massage 2. Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat menimbulkan agitasi, hiperaktif, dan imsomnia 3. Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme 4. Meningkatkan relaksasi c. NDX : Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan) Tujuan : Klien akan menunjukkan berat badan stabil dengan kriteria :
y y y

1) Nafsu makan baik. 2) Berat badan normal 3) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

Intervensi : INTERVENSI 1. Catat adanya anoreksia, mual dan muntah RASIONAL 1. Peningkatan aktivitas adrenergic dapat menyebabkan gangguan sekresi insulin/terjadi resisten yang 2. Pantau masukan makanan setiap hari, mengakibatkan hiperglikemia timbang berat badan setiap hari 2. Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang 3. kolaborasi untuk pemberian diet

tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin

cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid 3. Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat makanan yang adekuat dan mengidentifikasi makanan pengganti yang sesuai

d. NDX : Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan mekanisme perlindungan dari mata; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus Tujuan : Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari ulkus Intervensi : INTERVENSI 1. Observasi adanya edema periorbital 2. Evaluasi ketajaman mata 3. Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap 4. Bagian kepala tempat tidur ditinggikan 2. Oftalmopati infiltratif adalah akibat dari peningkatan jaringan retro-orbita 3. Melindungi kerusakan kornea 4. Menurunkan edema jaringan bila ada komplikasi RASIONAL 1. Stimulasi umum dari stimulasi adrenergik yang berlebihan

e. NDX :. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik Tujuan : Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi dengan kriteria : Pasien tampak rileks Intervensi : INTERVENSI 1. Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas 2. Bicara singkat dengan kata yang sederhana 3. Jelaskan prosedur tindakan 4. Kurangi stimulasi dari luar RASIONAL 1. Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan imsomnis 2. Rentang perhatian mungkin menjadi pendek , konsentrasi berkurang, yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi informasi 3. Memberikan informasi yang akurat

yang dapat menurunkan kesalahan interpretasi 4. Menciptakan lingkungan yang terapeutik f. NDX : Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi Tujuan : : Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan kriteria Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya Intervensi : INTERVENSI RASIONAL 1. Tinjau ulang proses penyakit dan 1. Memberikan pengetahuan dasar harapan masa depan dimana pasien dapat menentukan pilihan berdasarkana informasi 2. Berikan informasi yang tepat 2. Berat ringannya keadaan, penyebab, usia dan komplikasi yang muncul akan 3. Identifikasi sumber stres menentukan tindakan pengobatan 4. Tekankan pentingnya 3. Faktor psikogenik seringkali sangat perencanaan waktu istirahat penting dalam memunculkan/eksaserbasi dari penyakit 5. Berikan informasi tanda dan ini gejala dari hipotiroid 4. Mencegah munculnya kelelahan 5. Pasien yang mendapat pengobatan hipertiroid besar kemungkinan mengalami hipotiroid yang dapat terjadi segera setelah pengobatan selama 5 tahun kedepan g. NDX : Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologik, peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan pola tidur Tujuan : Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan dalam berpikir/berprilaku dan faktor penyebab. INTERVENSI 1. Kaji proses pikir pasien seperti RASIONAL 1. Menentukan adanya kelainan pada

memori, rentang perhatian, orientasi proses sensori terhadap tempat, waktu dan orang 2. Kemungkinan terlalu waspada, tidak 2. Catat adanya perubahan tingkah dapat beristirahat, sensitifitas meningkat laku atau menangis atau mungkin berkembang menjadi psikotik yang sesungguhnya 3. kaji tingkat ansietas 3. Ansietas dapat merubah proses pikir 4. Ciptakan lingkungan yang tenang, turunkan stimulasi lingkungan 4. Penurunan stimulasi eksternal dapat menurunkan hiperaktifitas/refleks, peka 5. Orientasikan pasien pada tempat rangsang saraf, halusinaso pendengara. dan waktu 5. Membantu untuk mengembangkan dan mempertahankan kesadaran pada 6. Anjurkan keluarga atau orang terdekat lainnya untuk mengunjungi realita/lingkungan klien. 6. membantu dalam mempertahankan 7. Kolaborasi pemberian obat sesuai sosialisasi dan orientasi pasien. indikasi seperti sedatif/tranquilizer, atau obat anti psikotik. 7. Meningkatkan relaksasi, menurunkan hipersensitifitas saraf/agitasi untuk meningkatkan proses pikir. 4. Evaluasi Hasil yang diharapkan adalah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi Klien akan menunjukkan berat badan stabil Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari ulkus Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan dalam berpikir/berprilaku dan faktor penyeba

Reference Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8), EGC, Jakarta Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2), EGC, Jakarta Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta

Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, (Edisi III), EGC, Jakarta. FKUI, 1979, Patologi, FKUI, Jakarta Ganong, 1997, Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta Gibson, John, 2003, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat, EGC, Jakarta Guyton dan Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran, (Edisi 9), EGC, Jakarta Hinchliff, 1999, Kamus Keperawatan, EGC, Jakarta Price, S. A dan Wilson, L. M, 1995, Patofisiologi, EGC, Jakarta Sherwood, 2001, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, (edisi 21), EGC, Jakarta Sobotta, 2003, Atlas Anatomi, (Edisi 21), EGC, Jakarta
y y y y y

Share this: StumbleUpon Digg Reddit

You might also like