You are on page 1of 4

BAB III PERENCANAAN PENGOLAHAN BATU GAMPING

III.1. Latar Belakang PT Farsi Miner merupakan tambang batu gamping. Tambang batu gamping ini terletak di desa Mekar Sari dengan luas 250 Ha dan mulai beroperasi di bulan Mei 2011 setelah diakuisisi dari ARC Exploration Australia pada tahun 2010. Metode penambangan batu gamping ini dilakukan dengan menggunakan metode tambang terbuka dengan sistem berjenjang (benchis method), pembongkarannya menggunakan sistem

pemboran-peledakan. Tambang batu gamping ini diperkirakan memiliki usia tambang sampai tahun 2021, 60000 m3 / hari. III.2. Ukuran yang Diinginkan Pasar menginginkan tiga ukuran, baik untuk jalan dan pembangunan, masing-masing : -50 mm, -60 mm, dan -45 mm. III.3. Perencanaan Pengolahan Batu Gamping
III.3.1. Luas Daerah

dengan cadangan batu gamping

diperkirakan sekitar 4.550.000 ton. Dengan kapasitas Produksi 50.000-

Diketahui : Luas (A) = 250 H = 2.500.000 m2 Cadangan (Vcad ) = 4.550.000 m3 Asumsi : Tinggi (H) = 2 m Over Burden = (2.500.000 x 2) m3 4.550.000 m3 = 450.000 m3 Ukuran batuan yang diinginkan pasar = -50 mm, -60 mm, -45 mm Produksi = 50.000 60.000 m3/day III-1

III.3.2. Umur Tambang Umur tambang dapat ditentukan berdasarkan formula berikut : Umur = Umur Cadangan r oduksi =
4.550 .000 50.000

= 91 day /+ 3 bulan Umur tersebut merupakan umur bersih dimana efisiensi kerja 100%. Kemungkinan terbesar umur tambang lebih dari 3 bulan mengingat adanya variabel lain seperti waktu transportasi dan hambatan pada alat serta efisiensi waktu bagi pekerja.

III.3.3. erencanaan abrik Alat yang digunakan dalam perencaan pabrik untuk pengolahan batu gamping yang sesuai dengan permintaan pasar sebagai berikut : 1. Jaw Crusher, dimana alat ini memproduksi hingga 6 inci sebesar 4000 ton/day. Jadi, abrik menggunakan 1 Jaw Crusher sebagai rimary Crushing karena satu hari perusahaan hanya

memproduksi 116,5 ton sedangkan kapasitas dari Jaw Crusher 4000 ton/day. 2. Cone Crusher, dimana alat ini memproduksi ukuran < 6 inci sebesar 500 ton/hours. abrik Menggunakan 1 Cone Crusher

sebagai Secondary Crushing karena ukuran reduksi terkecil pada Jaw Crusher hanya 6 inci berarti memerlukan alat peremuk yang mampu mereduksi ukuran yang sesuai permintaan pasar. Dalam hal ini cone crusher mampu mereduksi hingga -20 mm. 3. Screening, alat untuk menentukan besar atau ukuran batuan yang diharapkan. SG dari Batukapur = 2,33 kg/m3 roduksi yang diharapkan = 50.000 m3/day

III-2

Tonase (M) = SG Batukapur x Produksi = 2,33 x 50.000 = 116.500 kg = 116,5 ton/day Hasil dari proses peremukan masih mengandung batukapur dengan ukuran yang terlampau kecil atau terlalu besar dari yang diinginkan. Oleh karena itu dilakukan pemilahan melalui pengayakan. Jenis ayakan yang dipakai merupakan jenis vibrating screen atau ayakan getar dengan tiga tingkat sebanyak satu unit dan kemiringan dengan sudut 20o terhadap lateral. Permukaan ayakan berbentuk woven wire denan lubang bukaan type square. Ukuran lubang bukaan ayakan dipasang menurut ukuran batukapur yang dipesan. Tiap kombinasi ayakan akan

mendapatkan ukuran tertentu dan kapasitas produksi yang berbeda.

III.3.4. Bagan Alir Ore

Primary Crushing (Jaw Crusher)

Secondry Crushing (Cone Crusher)

Screening

P+

P-

III-3

(100 % INPUT) CRUSHING -60 mm (50%) 80% lolos (20% sisa ke crushing) SCREENING -50 mm (30%) - 45 mm (20%)

100% OUTPUT

Input crushing 116,5 ton Otput (-60 mm) dari crushing 116,5 ton x 50% x 80% = 46.60 ton Otput (-50 mm) dari crushing 116,5 ton x 30% x 80% = 27.96 ton Otput (-45 mm) dari crushing 116,5 ton x 20% x 80% = 18.64 ton Total = 93.2 ton Yang dikembalikkan ke crusher = 116.5 ton 93.2 ton = 23.3 ton

III.3.5. Material Balance Pada alat diasumsikan alat memiliki efektifitas 80%. Artinya jika 100 ton yang diproses pada crusher maka hanya 80 ton yang lolos sedangkan 20 ton tidak. 20 ton tersebut harus di crushing ulang sesuai dengan prinsip Material Balance dimana :

Input = Output 100 = 80 + 20

Sehingga Material Balancenya adalah 80%

III-4

You might also like