You are on page 1of 6

Antibiotik berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari Anti (lawan),Bios (hidup).

Antibiotik adalah Suatu zat kimia yang dihasilkan oleh bakteri ataupun jamur yang berkhasiat obat apabila digunakan dalam dosis tertentu dan berkhasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman dan toksisitasnya tidak berbahaya bagi manusisa. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi. Antibiotika bekerja dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Penggolongan antibiotic berdasarkan strukturnya dibagi m : 1. Penisilin 2. Sefalosporin 3. Aminoglikosida 4. Tetrasiklin 5. Sulfanilamida 6. Kuinolon 7. Makrolida 8. Linkomisin 9. Polipeptida 10. Kloramfenikol 11. Antibiotik lainnya

Sefalosporin
Sefalosporin termasuk golongan antibiotika Betalaktam. Seperti antibiotik Betalaktam lain, yaitu : penisilin dan monobaktam. Mekanisme kerja antimikroba Sefalosporin ialah dengan menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat adalah reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel.

Cephalosporin pertama kali diisolasi dari Acremonium Cephalosporium dari selokan di Sardinia pada tahun 1948 oleh ilmuwan Italia Giuseppe Brotzu. Yang sefalotin agen pertama (cefalotin) diluncurkan oleh Eli Lilly pada tahun 1964. Sefalosporin berasal dari C sefalosporin yang merupakan molekul asamstabil dengan aktivitas antibakteri dan dihasilkan dari Acremonium Cephalosporium Struktur umum sefalosporin ;

Mekanisme kerja ; Sefalosporin adalah agen-agen bakterisidal dan memiliki modus tindakan yang sama sebagai antibiotik beta-laktam lain (seperti penisilin). Semua sel bakteri memiliki dinding sel yang melindungi mereka. Sefalosporin mengganggu sintesis lapisan peptidoglikan dinding sel bakteri, yang menyebabkan dinding untuk mendobrak dan akhirnya bakteri mati. Indikasi : Sefalosporin diindikasikan untuk pengobatan infeksi bakteri yang disebabkan oleh organisme rentan. Sefalosporin generasi pertama aktif terutama terhadap bakteri gram positif, dan generasi berturut-turut telah meningkatkan aktivitas terhadap bakteri gram negatif (sering dengan aktivitas dikurangi terhadap organisme gram-positif).

Sefalosporin digunakan untuk mengobati berbagai infeksi bakteri, seperti infeksi saluran pernafasan (pneumonia, radang tenggorokan, tonsilitis, bronkitis), infeksi kulit dan infeksi saluran kencing. Mereka kadang-kadang diberikan dengan antibiotik lainnya. Sefalosporin juga sering digunakan untuk profilaksis bedah - pencegahan infeksi bakteri sebelum, selama, dan setelah operasi. Efek samping : Sefalosporin umumnya menyebabkan sedikit efek samping. Efek samping yang umum melibatkan terutama sistem pencernaan: kram perut ringan atau marah, mual, muntah, dan diare. Efek samping biasanya ringan dan hilang berangsur -angsur. Sefalosporin kadang-kadang dapat menyebabkan pertumbuhan berlebih dari jamur biasanya hadir dalam tubuh. Selain itu, sefalosporin dapat menimbulkan efek samping ringan seperti lidah sakit, luka di dalam mulut, atau infeksi jamur vagina. Lebih serius lagi, namun reaksi ini jarang terjadi bahwa kadang - kadang dengan sefalosporin dapat menyebabkan: nyeri dada, demam, kencing sakit atau sulit; reaksi alergi, kolitis serius. Serius colitis adalah efek samping yang jarang yang meliputi diare (kadang-kadang mengandung darah atau lendir), kram perut yang parah, demam, dan kelemahan atau pingsan. Karena sefalosporin secara struktural mirip dengan penisilin, beberapa pasien alergi terhadap penisilin mungkin alergi terhadap sefalosporin antibiotik. Kejadian lintas sensitivitas adalah sekitar 5-10%. Resistensi Dapat timbul dengan cepat, maka antibiotik ini sebaiknya jangan digunakan sembarangan dan dicadangkan untuk infeksi berat. Penggolongan Sefalosporin Berdasarkan khasiat antimikroba dan resistensinya terhadap betalakmase, sefalosporin lazimnya digolongkan sebagai berikut :

1.

Generasi ke I, yang termasuk dalam golongan ini adalah Sefalotin dan sefazolin, sefradin, sefaleksin dan sefadroxil. Zat-zat ini terutama aktif terhadap cocci Gram positif, tidak berdaya terhadap gonococci, H. Influenza, Bacteroides dan Pseudomonas. Pada umumnya tidak tahan terhadap laktamase.

2.

Generasi ke II, terdiri dari sefaklor, sefamandol, sefmetazol, dan sefuroksim lebih aktif terhadap kuman Gram-negatif, termasuk H.influenza, Proteus, Klensiella, gonococci dan kuman-kuman yang resisten untuk amoksisilin. Obat-obat ini agak kuat tahan-laktamase. Khasiatnya terhadap kuman Gram-positif (Staph dan Strep) lebih kurang sama.

3.

Generasi ke III Sefoperazon,sefotaksim, seftizoksim, seftriaxon, sefotiam, sefiksim, sefpodoksim, dan sefprozil. Aktivitasnya terhadap kuman Gram-negatif lebih kuat dan lebih luas lagi dan meliputi Pseudomonas dan Bacteroides, khususnya seftazidim. Resistensinya terhadap laktamase juga lebih kuat, tetapi khasiatnya terhadap stafilokok jauh lebih rendah.

4.

Generasi ke IV Sefepim dan sefpirom. Obat-obat baru ini (1993) sangat resisten terhadap laktamase, sefepim juga aktif sekali terhadap Pseudomonas.

Penggunaannya Sebagian besar dari sefalosporin perlu diberikan parenteral dan terutama digunakan di rumah sakit. 1. Generasi I Digunakan per oral pada infeksi saluran kemih ringan dan sebagai obat pilihan kedua pada infeksi saluran napas dan kulit yang tidak begitu parah dan bila terdapat alergi untuk penisilin. 2. Generasi II atau III Digunakan parenteral pada infeksi serius yang resisten terhadap amoksisilin dan sefalosporin generasi I, juga terkombinasi dengan aminoglikosida

(gentamisin, tobramisin) untuk memperluas dan memperkuat aktivitasnya. Begitu pula profilaksis pada antara lain bedah jantung, usus dan ginekologi. Sefoksitin dan sefuroksim (generasi ke II) digunakan pada gonore (kencing nanah) akibat gonokok yang membentuk laktamase. 3. Generasi III Seftriaxon dan sefotaksim kini sering dianggap sebagai obat pilihan pertama untuk gonore, terutama bila telah timbul resistensi terhadap senyawa fluorkuinon (siprofloksasin). Sefoksitin digunakan pada infeksi bacteroides fragilis. 4. Generasi IV Dapat digunakan bila dibutuhkan efektivitas lebih besar pada infeksi dengan kuman Gram-positif. Distribusi Sefalosporin ke dalam sebagian besar jaringan tubuh baik dan transfer plasenta bisa mencapai 50% untuk sefalotin, sefasetril, sefazulin dan sefaloridin; sedangkan sefalosporin generasi 3 kecuali sefoperazon umumnya dapat menembus meninges dan mencapai kadar cairan serebrospinal (CSF) bak- terisid. Seftriakson dan sefotaksim bermanfaat pada infeksi susun- an saraf pusat (CNS) akibat N. gonorrhoeae yang memproduksi penisilinase. Eliminasi Rute eliminasi utama kebanyakan sefalosporin adalah ginjal sehingga perlu penyesuaian dosis pada gagal ginjal dan reaksi tidak diharapkan mirip dengan penisilin karena kemiripan

You might also like