You are on page 1of 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Penyakit demam typhoid Demam typhoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya

mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, gangguan kesadaran (Nursalam, 2008). Demam typhoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh salmonella typhi. Demam paratifoid adalah penyakit sejenis yang disebabkan oleh salmonella paratyphi A, B, dan C. Gejala dan tanda kedua penyakit tersebut hampir sama, tetapi manifestasi klinis paratifoid lebih ringan, kedua penyakit diatas disebut tifoid. Terminologi lain yang sering digunakan adalah typhoid fever, paratyphoid fever, typhus dan paratyphus abdominalis atau demam enterik (Widoyono, 2008).

2.2

Etiologi Bakteri tifoid ditemukan didalam tinja dan air kemih penderita. Penyebaran

bakteri kedalam makanan atau minuman bisa terjadi akibat pencucian tangan yang kurang bersih setelah buang air besar maupun setelah berkemih. Lalat bisa menyebabkan bakteri secara langsung dari tinja ke makanan (Mahdiana, 2010). Bakteri masuk kedalam saluran pencernaan dan bisa masuk kedalam peredaran darah. Hal ini diikuti peradangan pada usus halus dan usus besar. Pada

kasus yang berat, yang bisa berakibat fatal, jaringan yang terkena bisa mengalami perdarahan dan perforasi (perlubangan). Sekitar 3% penderita yang terinfeksi oleh salmonella typhi dan belum mendapatkan pengobatan, didalam tinjanya akan ditemukan bakteri ini selama lebih dari 1 tahun (Mahdiana, 2010).

2.3

Patofisiologi Infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap di usus halus melalui

pembuluh limfe halus masuk kedalam peredaran darah sampai di organ-organ terutama hati. Basil yang tidak dihancurkan berkembang dalam hati dan limpa sehingga organ-organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian basil masuk kembali kedalam darah (bakterimia) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus menimbulkan tukak terbentuk lonjong pada manusia diatas plak peyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus, gejala demam disebabkan oleh kelainan pada usus (Ngastiyah, 2005).

2.4

Tanda dan Gejala Biasanya gejala mulai timbul secara bertahap dalam waktu 8-14 hari setelah

terinfeksi, gejala biasanya berupa demam, sakit kepala, nyeri sendi, sakit tenggorokan, sembelit, penurunan nafsu makan dan nyeri akut. Kadang penderita merasa nyeri ketika berkemih dan terjadi batuk serta perdarahan dari hidung (Mahdiana, 2010).

10

Jika pengobatan tidak mulai, maka suhu tubuh secara perlahan akan meningkat dalam waktu 2-3 hari yaitu mencapai 38,4 40C selama 10-14 hari. Panas mulai turun secara bertahap pada akhir minggu ketiga dan kembali normal pada minggu keempat, demam sering kali disertai oleh denyut jantung lambat dan kelelahan yang biasa, pada kasus yang berat bisa terjadi delirium, supor atau koma. Pada sekitar 10% penderita timbul bercak-bercak kecil berwarna merah muda didada dan perut pada minggu kedua dan berlangsung selama 2-5 hari (Mahdiana, 2010).

2.5

Patogenesis Infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap di usus halus melalui

pembuluh limfe halus masuk kedalam peredaran darah sampai di organ-organ terutama hati. Basil yang tidak dihancurkan berkembang dalam hati dan limpa sehingga organ-organ tersebut membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian basil masuk kembali kedalam darah (bakterimia) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada manusia diatas plak peyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus, gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus (Ngastiyah, 2005).

2.6

Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan fisik,

untuk memperkuat diagnosis dilakukan biakan darah, tinja, air kemih atau jaringan tubuh lainnya guna menemukan bakteri penyebabnya (Mahdiana, 2010).

11

2.7

Pemeriksaan Diagnostik Menurut ngastiyah (2005) pemeriksaan diagnostik diantaranya adalah

dengan pemeriksaan laboratorium yaitu : 1. Darah Tepi Terdapat gambaran leukopenia, limposid relatif dan aneosinofilin pada permukaan sakit, mungkin terdapat anemia dan trombositipenia ringan. 2. Darah untuk Kultur Biarkan empedu untuk menemukan Salmonella typhosa dan

pemeriksaan yang dapat menentukan diagnosis demam typoid secara pasti. Pemeriksaan ini perlu dikerjakan pada waktu masuk dan setiap minggu berikutnya: (diperlukan darah vena sebanyak 5 cc untuk kultur).

2.8

Cara Penularan Bakteri typhoid ditemukan didalam tinja dan air kemih penderita.

Penyebaran bakteri ke dalam makanan atau minuman bisa terjadi akibat pencucian tangan yang kurang bersihnya setelah buang air besar maupun setelah berkemih. Lalat bisa menyebarkan bakteri secara langsung dari tinja ke makanan (Mahdiana, 2010) Bakteri masuk ke dalam saluran pencernaan dan bisa masuk ke dalam peredaran darah. Hal ini akan diikuti oleh terjadinya peradangan pada usus halus dan usus besar. Pada kasus yang berat, yang bisa berakibat fatal, jaringan yang terkena bisa mengalami perdarahan dan perforasi atau perlubangan (Mahdiana, 2010).

12

Penularan penyakit adalah melalui air dan makanan. Kuman salmonella dapat bertahaan lama dalam makanan. Penggunaan air minum secara masal yang tercemar bakteri sering terjadinya kejadian luar biasa. Vektor berupa serangga juga berperan dalam penularan penyakit (Widoyono, 2008).

2.9

Komplikasi Komplikasi demam typhoid dapat dibagi dalam :

1. Komplikasi pada usus halus Umumnya jarang terjadi sering fatal : 1) Perdarahan usus, bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika perdarahan banyak terjadi melena dapat disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan. 2) Perforasi usus, timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara dirongga peritonium yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara dalam hati dan diafragma pad foto rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak. 3) Peritonitis, biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus, ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat dan dinding abdomen tegang.

13

2. Komplikasi diluar usus Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterimia) yaitu meningitis, kolesistisis, ensefalopati dan laian-lain. Terjadi karena infeksi sekunder yaitu bronkopneumonia (Ngastiyah, 2005).

2.10 Pencegahan Demam Typhoid Vaksin tifus per-oral (ditelan) memberikan perlindungan sebesar 70%. Vaksin ini hanya diberikan kepada orang-orang yang telah terpapar oleh bakteri salmonella typhi dan orang-orang yang memiliki resiko tinggi termasuk petugas laboratorium dan para pelancong (Mahdiana, 2010). Kebersihan makanan dan minuman sangat penting untuk mencegah demam tifoid. Merebus air minum sampai mendidih dan memasak makanan sampai matang juga sangat membantu. Selain itu juga perlu dilakukan sanitasi lingkungan termasuk membuang sampah ditempatnya dengan baik dan pelaksanaan program imunisasi (Widoyono, 2008).

2.11 Faktor faktor yang berhubungan dengan penyakit demam Typhoid Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab penyakit demam typhoid. Faktor-faktor tersebut adalah : 2.11.1 Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan, tingkat pendidikan sangat berhubungan dengan kemampuan baca tulis seseorang, sehingga seseorang yang punya kemampuan baca tulis akan berpeluang menerima informasi dan pengetahuan lebih.

14

Pengetahuan yang dimiliki akan mempengaruhi persepsi seseorang akan konsep sehat dan sakit. Pada akhirnya akan mempengaruhi kebiasaan individu dan keluarga untuk hidup sehat termasuk upaya individu dan keluarga didalam melakukan pencegahan. 2.11.2 Tingkat Pengetahuan (Knowledge) Menurut Notoatmodjo (2003), tingkatan pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yaitu : 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. 2) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

15

3) Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, sebagainya. 5) Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan

16

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan dapat diperoleh dari peningkatan pendidikan, karena makin tingginya tingkat pendidikan seseorang makin realitas cara berfikirnya serta makin luas linkup jangkauan berfikir. Oleh karena itu, maka makin tingginya pengetahuan seseorang terhadap penyakit dengan demam typhoid makin tinggi pula peningkatan kewaspadaannya terhadap penyakit demam typhoid, sehingga ia akan

menjaga agar dirinya dan orang lain tidak tertular atau terkena penyakit typhoid. 2.11.3 Tingkat Higiene dan Sanitasi Makanan Menurut Suyono (2011), higiene makanan adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan aktifitasnya pada usaha-usaha kebersihan/kesehatan dan keutuhan makanan itu sendiri. Dalam higiene makanan dikenal dengan lima prinsip (five principles of food higiene), yaitu : 1. Pengotoran Makanan (food contamination) Pengotoran karena faktor intrinsik (dalam makanan sendiri) :

17

1) Kandungan asli dari bahan makanan itu sendiri : - Sianida dari singkong atau kentang - Asam jengkol pada jengkol - Asam bongkrek dari tempe bongkrek 2) Kandungan bukan asli dari makanan itu sendiri : - Racun botulisme karena adanya bakteri chlostridium pada makanan kaleng - cacing pita pada daging babi - cacing usus dalam usus ternak Pengotoran karena faktor ekstrinsik (dari luar makanan) : - Debu - Peralatan kotor - Pembungkus kotor - Kemasan bocor - Alat penyimpanan makanan yang tidak bersih - Pengolahan makanan yang tidak sehat - Proses pengolahan makanan yang salah mengakibatkan rusaknya makanan - Penyimpanan yang salah - Pengolah atau penjamah makanan sambil merokok - Pekerja atau penjamah tidak memakai masker pada saat pengolahan dan proses penyimpanan

18

2.

Keracunan Makanan (food infection and food intoxication) Jenis atau sumber racun (toksin/poison) - Keracunan karena jasad renik (food infection) - Keracunan karena unsur kimiadan radioaktif (food intoxiation) Beberapa jenis keracunan makanan: - Keracunan makanan karena bakteri (bacterial infection) - Keracunan makanan karena parasit (parasitic infection) - Keracunan makanan karena kontak fisik (physical intoxication) - Keracunan makanan karena bahan kimia (chemical intoxiation) - Keracunan makanan karena tumbuhan beracun (poisonous plant) - Keracunan makanan karena racun hewan (poisonous animal) - Pembusukan Makanan (food decomposition) Pembusukan makanan terjadi karena : - Prosesnya kurang sempurna (kurang matang) - Karena proses penyimpanannya kurang baik (tanpa pendingin, terkena sinar matahari, terkena udara terlalu lama, tercemar bahan lainnya) - Karena penjamahnya ceroboh (tanpa sarung tangan, masker, pencucian kurang bersih) - Karena bahan bakunya kurang baik (sudah ada gejala membusuk, terkena penyakit)

19

4.

Pemalsuan Makanan (food adulteration) Pemalsuan terjadi karena produsen ingin mendapatkan untung

besar dengan menggunakan bahan baku yang murah dengan kualitas rendah. Pemalsuan ini ditemukan dalam bentuk : - Pemalsuan merek dagang - Pemalsuan bahan baku - Pemalsuan warna - Pencampuran santan atau air pada susu untuk menambah takaran - Pencampuran air gula merah pada madu untuk menambah takaran 5. Pengawetan Makanan (food preservation) Pengawetan makanan diperlukan agar makanan yang cepat membusuk menjadi tahan lama. Ada beberapa cara pengawetan makanan antara lain : 1) Pendinginan : Menyimpan makanan ditempat pendingin (refrigator) untuk menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk 2) Pengeringan : dengan pengeringan (dewaterisasi) bakteri pembusuk akan mati 3) Ditanam dalam tanah untuk menetralkan racun pada jengkol 4) Penggaraman : Pencampuran makanan dengan garam dapur konsentrasi tinggi akan mematikan bakteri 5) Pengasaman : untuk mencegah hidupnya bekteri, karena proses pengasaman

20

6) Pengasapan : untuk mencegah hidupnya bakteri 7) Pemanisan : mengawetkan makanan dengan menggunakan larutan gula (manisan) akan mematikan bakteri pembusuk 8) Penipisan : dikeringkan kemudian dicampur rempah-rempah

(dendeng). Khusus untuk daging dan ikan Sanitasi makanan adalah suatu pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatannya kepada kesehatan lingkungan tempat makanan dan minuman itu berada. Adapun prinsip sanitasi makanan ada 4 prinsip, yaitu : 1. Kebersihan alat makanan Kebersihan alat-alat makanan dipertahankan dengan alat

makan/minum harus selalu dalam keadaan bersih. Penularan penyakit dapat terjadi karena alat makan/minum yang kurang bersih. Selain itu juga peralatan makanan tersebut terbuat dari bahan logam yang bersifat racun yang luntur karena asam, garam atau pemanasan yang tinggi. Cara pencucian alat makan dan minum sangat berperan penting dalam mencegah timbulnya penyakit. 2. Cara Penyimpanan Makanan (food storage) 3. Cara pengolahan Makanan (food production) Cara pengolahan makanan terdiri dari : 1) Kebersihan dapur (kitchen sanitation) 2) Kebersihan pengolahan (method of food processing)

21

3) Kesehatan individu penjamah makanan (food handlers individual health). tugas penjamah makanan adalah mempersiapkan, mengolah, menyimpan, mengangkut, dan menyajikan makanan. 4) Cara penyimpanan dingin (food refrigeration). Penyimpanan dingin disebut refrigeration, alatnya disebut refrigerator. 5) Cara pengangkutan makanan (food transportation) 6) Cara penyajian makanan (food serving) 2.11.4 Kesehatan Lingkungan Menurut Notoatmodjo (2007), kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi dimana atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencangkup : perumahan, pembuangan kotoran mnusia, penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup didalamnya. 2.11.5 Kebiasaan Cuci Tangan Menurut Dyah (2010) Mencuci tangan adalah kegiatan

membersihkan bagian telapak, punggung tangan dan jari agar bersih dari

22

kotoran dan membunuh kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan manusia serta membuat tangan menjadi harum baunya. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka mencuci tangan haruslah dengan air bersih yang mengalir, baik itu melalui kran air atau disiram dengan gayung, menggunakan sabun yang standar, setelah itu dikeringkan dengan handuk yang bersih atau menggunakan tisu. Tangan yang telah dibasahi dengan air mengalir ini kemudian digosokkan dengan sabun secara merata sampai ke sela-sela jari tangan dengan gerakan-gerakan memutar, dengan durasi sekitar 10 detik. Baru kemudian dibilas kembali dengan air yang mengalir sampai busa sabunnya hilang, setelah itu dikeringkan dengan handuk atau kain lap yang bersih atau dengan tisu kering. Untuk melakukan program cuci tangan pakai sabun, ketersediaan air dan sabun untuk mencuci sebenarnya bukan menjadi masalah, tapi yang justru menjadi hambatan adalah faktor kebiasaan masyarakat. Mencuci tangan dengan air dan sabun akan banyak mengurangi jumlah mikroorganisma dari kulit dan tangan. Mencuci Tangan sebaiknya dilakukan ketika : 1. Sebelum dan sesudah makan 2. Sebelum dan sesudah BAK dan BAB 3. Memeriksa pasien

23

4. Memakai sarung tangan atau sesudah : - Terjadi kontaminasi pada tangan seperti: - Memegang instrumen dan item lain yang kotor - Menyentuh selaput lendir, darah atau cairan tubuh lain (sekresi dan ekskresi) - Terjadi kontak lama dan intensif dengan pasien - Setelah melepas sarung tangan Pada daerah triase / penapisan di fasilitas pelayanan, perlu disediakan paling tidak: 1. Sabun (batang atau cair, yang antiseptik atau bukan) 2. Wadah sabun yang berlubang supaya air bisa terbuang keluar 3. Air mengalir (pipa, atau ember dengan keran) dan wastafel 4. Handuk/lap sekali pakai (kertas, atau kain yang dicuci setelah sekali pakai)

2.12 Kerangka Teori Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara agent atau faktor penyebab penyakit, manusia sebagai penjamu atau host dan faktor lingkungan yang mendukung, ketiga faktor tersebut dikenal dengan trias penyebab penyakit. Proses interaksi ini disebabkan adanya agent penyebab penyakit kontak dengan manusia sebagai penjamu yang rentan dan didukung oleh keadaan lingkungan. Agent sebagai faktor penyebab penyakit dapat berupa unsur hidup atau mati yang terdapat dalam jumlah yang berlebih atau kekurangan. Penjamu sendiri adalah keadaan

24

manusia yang sedemikian rupa sehingga menjadi faktor resiko untuk terjadinya penyakit, faktor ini disebut faktor instrinsik. Sedangkan lingkungan merupakan faktor ekstrinsik. Faktor lingkungan dapat berupa lingkungan fisik, biologis, dan lingkungan sosial ekonomi (Gordon dan lericht, 1950 dalam Bustan, 2006). Hubungan ketiga faktor tersebut dapat dilihat pada skema 2.1 berikut : Skema 2.1 Hubungan Penjamu, Bibit Penyakit dan Lingkungan Untuk Terjadinya Kejadian Penyakit Variabel Independen Variabel Dependen Faktor penyebab (Agent) 1. Faktor nutrisi (gizi) : Tinggi kadar kolesterol, atau kekurangan gizi baik lemak, protein, dan vitamin 2. Penyebab kimiawi : zat-zat beracun (karbon monoksida), asbes, kobalt, atau zat allergen 3. Penyebab fisik : radiasi, dan trauma mekanik 4. Penyebab biologis : Metozoa, protozoa, bakteri, fungi, rickettsia, virus Faktor Penjamu (Host) 1. Genetik 2. Umur 3. Jenis kelamin 4. Suku/ras/warna kulit 5. Keadaan fisiologis tubuh 6. Keadaan imunologis 7. Tingkah laku (behavior) Faktor Lingkungan (environment) 1. Lingkungan fisik : Geologi, iklim, geografik 2. Lingkungan biologis : kepadatan penduduk, flora, dan fauna 3. Lingkungan sosial : Migrasi/ urbanisasi, lingkungan kerja, keadaan perumahan, keadaan sosial masyarakat

Penyebab Penyakit

You might also like