Professional Documents
Culture Documents
REFERAT
URTIKARIA
DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS DALAM MENEMPUH PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KUDUS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA PERIODE 10 Januari - 12 Februari 2011 KUDUS 2010 HALAMAN PENGESAHAN
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteraan Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus Periode 10 Januari 12 Februari 2010
Urticaria
: Wahyu Setiono : 406100032 : Tarumanagara : Kedokteran : Program Pendidikan Profesi Dokter : 1 februari 2010 : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin : Urtikaria
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteraan Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus Periode 10 Januari 12 Februari 2010
Urticaria
Assalamualaikum Wr.Wb Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga referat yang berjudul Urtikaria dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Referat ini disusun untuk memenuhi tugas Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin di Rumah Sakit Umum Kota Kudus periode 10 Januari 12 Februari 2010. Selain itu diharapkan dengan adanya referat ini dapat memberikan pengetahuan tambahan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dalam kesempatan ini penulis mengucapakan terima kasih yang sebesa-besarnya atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan dalam penyusunan referat ini, kepada: dr. Reni Yuniarti selaku Kepala SMF Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit kulit dan Kelamin dr. Endang Soekmawati selaku pembimbing Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Ibu perawat Poliklinik Kulit dan Kelamin. Keluarga tercinta yang senantiasa mendoakan dan membimbing penulis. Teman teman CoAss yang telah membantu dan menyelesaikan tugas ini. Serta semua pihak yang turut mendukung dan membantu hingga terselesaikannya referat ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan tulisan ilmiah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran, masukan dan kritikan yang membangun untuk penyempurnaan referat ini. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, Amin. Wassalamualaikum Wr.Wb Kudus, 12 Februari 2010 Penulis
DAFTAR ISI
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteraan Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus Periode 10 Januari 12 Februari 2010
Urticaria
HALAMAN JUDUL .......i HALAMAN PENGESAHAN ....ii KATA PENGANTAR ...iii DAFTAR ISI .iv BAB I. PENDAHULUAN ......1 I.1. Latar Belakang 1 I.2. Maksud dan Tujuan .2 I.3. Manfaat.....2 BAB II. BAB III. BAB IV. BAB V. 9 BAB VI. BAB VII. BAB VIII. BAB IX. BAB X. BAB XI. GEJALA KLINIS .14 PENDEKATAN DIAGNOSIS .17 DIAGNOSIS BANDING ..18 PENATALAKSANAAN ..19 PROGNOSIS 21 KESIMPULAN .22 EPIDEMIOLOGI ....3 ETIOLOGI ..4 KLASIFIKASI 7 PATOFISIOLOGI ...
BAB I
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteraan Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus Periode 10 Januari 12 Februari 2010
Urticaria
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Urtikaria ialah reaksi vaskuler di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi dipermukaan kulit, sekitarnya dapat dikelilingi halo.1 Urtikaria merupakan suatu erupsi kulit yang menimbul berbats tegas, berwarna merah, lebih pucat pada bagian tengah dan memucat bila di tekan disertai rasa gatal.2 Urtikaria merupakan penyakit kulit yang sering di jumpai. Dapat terjadi secara akut maupun kronik, keadaan ini merupakan masalah untuk penderita maupun untuk dokter. Walaupun patogenesis dan penyebab yang dicurigai telah diketahui, ternyata pengobatan yang diberikan kadang-kadang tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan. Ini disebabkan mungkin oleh kesalahan dalam menentukan penyebab dari urtikaria tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa banyak sekali factor-faktor yang dapat menyebabkan urtikaria. Baik factor dari dalam tubuh berupa reaksi imunitas yang berlebihan ataupun factor dari luar berupa penggunaan obat-obatan, makanan, fotosensitizer, gigitan serangga dan banyak lagi yang lainnya. Selain hal-hal diatas sangat penting diketahui mekanisme terjadimya urtikaria, karena hal ini dapat membantu pemeriksaan yang rasional. Berawal dari permasalahanpermasalahan ini penulis akan mencoba menguraikan penyakit urtikaria ini mulai dari penyebab, patofisiologi dan yang terpenting adalah klasifikasi utnuk dapat mengetahui pengobatan yang tepat bagi penderita penyakit urtikaria. I.2. Tujuan Dalam melaksanakan penyusunan referat ini penuis mempunyai tujuan-tujuan yang mudah-mudahan dapat tercapai. Tujuan yang diharapkan adalah sebagai berikut : 1. Bagi Penulis Dengan adanya penyusunan referat ini dapat menerpakan ilmu-ilmu yang dimiliki dan menambah bekal pengetahuan yang dapat berguna kelak dalam memasuki dunia kerja di masa depan. 2. Bagi Instansi
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteraan Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus Periode 10 Januari 12 Februari 2010
Urticaria
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan proses pelayanan dalam masyarakat. 3. Bagi Akademik Dapat dijadikan tolak ukur bagi fakultas dalam mengetahui tingkat kemajuan mahasiswa dalam proses kegiatan belajar dan mengajar. I.1. Manfaat Manfaat yang diharapkan oleh penulis adalah penulis lebih memahami proses terjadinya penyakit urtikaria, penyebab, klasifikasi sampai pengobatan yang tepat dan rasional. Selain itu diharapkan dengan adanya referat ini dapat membantu teman-teman dalam mengenal dan memahami penyakit urtikaria.
BAB II
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteraan Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus Periode 10 Januari 12 Februari 2010
Urticaria
EPIDEMIOLOGI
Urtikaria sering dijumpai pada semua umur, orang dewasa lebih banyak mengalami urtikaria dibandingkan dengan usia muda. SHELDON menyatakan bahwa umur rata-rata penderita urtikaria ialah 35 tagun jarang dijumpai pada umur kurang dari 10 tahunatau lebih dari 60 tahun.1 Ditemukan 40 % bentuk urtikaria saja, 49% urtikaria bersam angioedema, 11% angioedema saja.1 Di amerika kira-kira sekitar 15-20% populasi penduduk pernah menderita urtikaria.3 Untuk di Indonesia belum ada data yang pasti tentang populasi penduduk yang menderita urtikaria. Sedangkan untuk internasional hampir sama dengan keadaan di Amerika yaitu sekitar 15-20%.3 Penderita atopi lebih mudah mengalami urtikaria dibandingkan dengan orang normal, mungkin disebabkan karena factor sensitivitas terhadap antigen yang lebih tinggi dibandingkan prang normal. Tidak ada perbedaan frekuensi jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan. Umur, jabatan atau pekerjaan, letak geografis, dan perubahan musim dapt mempengaruhi hipersensitifitas seseorang terhadap antigen yang dapat menyebabkan urtikaria yang diperankan oleh IgE. Penicillin tercatat sebagai obat yang lebih sering menimbulkan urtikaria.1
Urticaria
Namun diduga penyebab urtikaria sangat bermacam-macam, diantaranya : obat, makanan, gigitan atau sengatan serangga, fotosensitizer, inhalan, kontaktan, trauma fisik, infeksi, dan infestasi parasit, psikis, genetic, dan penyakit sistemik. 1. Obat Bermacam-macam obat dapat menimbulkan urtik baik secara imunoogik maupun nonimunologik. Hampir semua obat sistemik menimbulkan urtikaria secara imunologi tipe I atau tipe II. Contohnya adalah obat-obat golongan penisilin, sulfonamide, analgesic, pencahar hormone dan diuretic. Ada pula obat yang secara langsung dapat merangsang sel mast untuk melepaskan histamine, misalnya kodein, opium, dan zat kontras. Aspirin menimbulkan urtikaria Karena menghambat sintesis prostaglandin dari asam arakhidonat.1 2. Makanan Peranan makanan ternyata lebih penting pada urikaria yang akut, umumnya akibat reaksi imunologi. Makanan berupa protein atau bahan lain yang dicampurkan kedalamnya seperti zat warna penyedap rasa, atau bahan pengawet, sering menimbulkan urtikaria alergi. Contoh makanan yang sering menimbulkan urtikaria ialah telur, ikan kacang, udang, coklat, tomat, arbei, babi, keju, bawang, dan semangka. Bahan yang dicampurkan dalam makanan seperti asam nitrat, asm benzoat, ragi, salisilat dan penisilin.1 3. Gigitan atau sengatan serangga Gigitan atau sengatan serangga dapat menyebabkan urtikaria lebih diakibatkan karena peranan IgE (reaksi tipe I) dan tipe seluler (tipe IV). Tetapi toksin bakteri bisa juga mengaktifkan komplemen. 4. Bahan fotosensitizer Bahan semacam ini misalnya griseovulvin, fenotiazin, sulfonamide, bahan kosmeitik dan sabun germisid sering menimbulkan urtikaria. 5. Inhalan
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteraan Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus Periode 10 Januari 12 Februari 2010
Urticaria
Inhalan yang berupa serbuk sari bunga (pollen), spora jamur, debu bulu binatang, dan aerosol umumnya lebih mudah menimbulkanurtikaria alergik (tipe I). reksi ini sering dijumpai pada penderita atopi dan disertai gangguan pernapasan. 6. Kontaktan Kontakta yang sering menimbulkan urtikaria ialah kutu binatang, serbuk tekstil, air liur binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan bahan kimia misalnya insect repellent (pembasmi serangga), dan bahan kosmetik. Keadaan ini disebabkan bahan tersebut menembus kulit dan menimbulkan urtikaria. TUFT (1975) melaporkan urtikaria akibat sefalosporin pada seorang apoteker, hal yang jarang sekali terjadi, karena kontak dengan antibiotic umumnya meimbulkan dermatitis kontak. 7. Trauma fisik Trauma fisik dapat siakibatkan oleh factor dingin., yakni berenang atau memegang benda dingin. Factor panas misalnya sinar matahari,sinar uv, radiasi atau panas akibat pembakaran. Factor tekanan yaitu goresan, pakaian ketat, ikat pinggang, semprotan air, vibrasi dan tekanan berulang-ulang, contihnya pijatan keringat, pekerjaan berat, demam, emosi menyebabkan urtikaria fisik, baik secara imunologik ataupun nonimunologik. Klinis biasanya terjadi di tempat yang mudah terkena trauma. Dapat timbul urtikaria beberapa menit atau jam setelah digores benda tumpul. Fenomena ini disebut fenomena demografisme atau fenomena darier. 8. Infeksi dan infestasi Bermacam-macam infeksi dapat menyebabkan urtikaria misalnya infeksi bakteri, virus, jamur, maupun infestasi parasit. Infeksi bakteri contohnya tonsillitis, infeksi gigi dan sinusitis. Masih merupakan pertnyaan besarapakah urtikaria timbul karena toksin bakteri atau karena sensitisasi. Infeksi virus hepatitis, mononucleosis dan infeksi coxsackiae pernah dilaporkan sebagai factor penyeba. Karena itu pada urtikaria yang ideopatik harus dipikirkan adanya infeksi virus subklinis. Infeksi jamur kandida dan dermatofita sering dilaporkan sebagai penyebab urtikaria. Infestasi cacing pita,cacing tambang, cacing gelang juga schistosoma atau echinococcus dapat menyebabkan urtikaria.
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteraan Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus Periode 10 Januari 12 Februari 2010
Urticaria
9. Psikis Tekanan jiwa dapat memecu sel mast atau langsung menyebabkan peningkatan permeabilitas dan vasodilatasi kapiler. Ternyata hamper 11,5% penderita urtikaria menunjukan gangguan psikis. Penyelidikan memperlihatkan bahwa hypnosis dapat menghambat eritema da urtika. Pada percobaan induksi psikis, ternyata suhu kulit dan ambang rangsang eritema meningkat. 10. Genetik Factor genetic ternyata berperan penting pada urtikaria walaupun jarang menunjukan penurunan autosomal dominan. Diantaranya adalah familial cold urtikaria, familial localized heat urtikaria, heredo-familial syndrome of urtikaria deafness and amyloidosis. 11. Penyakit sistemik Beberapa penyakit kolagen dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria, reaksi lebih sering disebabkan reaksi antigen-antibodi. Penyakit vesiko-bulosa, misalnya pemfigus dan dermatitis hervetiformis during sering menimbulkan urtikaria. Sejumlah 7-9% penderita lupus eritomatosus sistemik dapat mengalami urtikaria. Beberapa penyakit sistemik yang sering disertai urtikaria antara lain limfoma, hipertiroid, hepatitis, urtikaria pigmentosa, arthritis pada demam rheumatic dan arthritis rheumatoid juvenilis.
BAB IV
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteraan Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus Periode 10 Januari 12 Februari 2010
10
Urticaria
KLASIFIKASI
Terdapat bermacam-macam paham penggolongan urtikaria, berdasarkan lamanya serangan berlangsung dibedakan urtikaria akut dan kronik. Disebut akut apabila serangan berlangsung kurang dari 6 minggu, atau berlangsung selama 4 monggu tapi berlangsung setiap hari., bila melebihi waktu tersebut digolongkan sebagai urtikaria kronik. Urtikaria akut sering terjadi pada usia muda., umumnya laki-laki lebih sering daripada perempuan. Urtikaria kronik lebih sering pada wanita usia pertengahan. Penyebab urtikaria akut lebih mudah diketahui, sedangkan urtikaria kronik lebih sulit ditemukan. Ada kecenderunga urtikaria lebih sering diderita oleh penderita atopik. Berdasarkan morfologi klinis, urtikaria dibedakan menurut bentuknya yaitu:
urtikaria popular urtikaria gutata urtikaria girata urtikaria anular urtikarai arsinar urtikaria local urtikaria general angioedema
Menurut luasnya dan dalamnya jaringan yang terkena dapat dibedakan menjadi :
Namun yang paling menarik perhatian adalah penggolongan berdasarkan penyebab urtikaria dan mekanisme terjadinya urtikaria, maka dikenal urtikaria imunologik. Urtikaria nonimunologik, dan idiopatik sebagai berikut :
I. Urtikaria atas dasar reaksi imunologik a. Bergantung pada IgE (reaksi alergik tipe I) 1. 2. b. 1. Pada penderita atopi Antigen Spesifik (pollen, obat)
Ikut sertanya komplemen Pada reaksi sitotoksik (reaksi alergik tipe II) 2. Pada reaksi kompleks imun (reaksi alergi tipe III) 3. Defisiensi C1 esterase inhibitor (genetic)
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteraan Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus Periode 10 Januari 12 Februari 2010
11
Urticaria
II. Urtikaria atas dasar reaksi nonimunologik a. Langsung memacu sel mas sehingga terjadi pelepasan mediator-mediator alergi (misalnya obat golongan opiate dan bahan kontras) b. Bahan yang menyebabkan perubahan metabolisme asam arakhidonat (misalnya aspirin dan obat anti-inflamasi nonsteroid) c. Trauma fisik, Urtikaria solar Urtikaria dingin Urtikaria dermatografisme Urtikatia kolinergik : karena paparan cahaya : karena udara dingin : karena gesekan atau tekanan : karena pengeluaran keringat
III. Urtikaria Idiopatik Urtikaria yang tidak diketahui penyebabnya dimasukan dalam golongan urtikaria idiopatik.
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteraan Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus Periode 10 Januari 12 Februari 2010
12
Urticaria
BAB V PATOFISIOLOGI
Sangat penting sekali diketahui mekanisme terjadinya urtikaria, karena hal ini akan dapat membantu pemeriksaan yang rasional. Hal yang mendasari terjadinya urtikaria adalah triple respons dari Lewis, yaitu eritema akibat dilatasi dari kapiler, timbulnya flare akibat dilatasi yang diperantarai refleks akson saraf dan timbulnya wheal akibat ekstravasasi cairan akibat meningkatnya permeabelitas vaskuler.2 Secara histologis urtikaria menunjukkan adanya dilatasi pembuluh darah dermal di bawah kulit dan edema (pembengkakan) dengan sedikit infiltrasi sel perivaskuler, diantaranya yang paling dominant adalah eosinofil. Kelainan ini disebabkan oleh mediator yang lepas, terutama histamine, kibat degranulasi sel mast kutan atau subkutan, dan leukotrien juga dapat berperan.2 Histamine akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah di bawah kulit sehingga kulit berwarna merah (eritema). Histamine juga menyebabkan peningkatan permeabelitas pembuluh darah sehingga cairan dan sel, terutama eosinofil, keluar dari pembuluh darah dan mengakibatkan pembengkakan kulit local, cairan serta sel yang keluar akan merangsang ujung saraf perifer kulit sehingga timbul rasa gatal. Terjadilah bentol merah yang gatal.2
Urtikaria disebabkan karena adanya degranulasi sel mast yang dapat terjadi melalui mekanisme imun atau nonimun.
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteraan Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus Periode 10 Januari 12 Februari 2010
13
Urticaria
Histamine adalah mediator terpenting pada reaksi alergi fase cepat yang diperantarai IgE pada penyakit atopik. Histamine terikat pada reseptor histamine yang berbeda-beda. Terdapat 4 jenis reseptor histamine, yaitureseptor H1, H2, H3 dan H4. masing-masing memiliki efek fisiologi yang berbeda.
Mekanisme Imun
Degranulasi sel mast dikatakan melalui mekanisme imun bila terdapat antigen dengan pembentukan atau adanya yang tersensitisasi. Degranulasi sel mast melalui mekanisme imun dapat melalui reaksi hipersensitivitas tipe I atau melalui aktivasi komplemen jalur klasik. 2,3,4 Reaksi hipersensitivitas tipe I Reaksi ini dinamakan juga reaksi tipe cepat dan terbanyak terlihat pada urtikaria akut. Bila individu terpajan allergen tertentu akan membentuk antibodi IgE yang bersifat homositotropik, yaitu mudah terikat pada sel sejenis (homolog), dalam hal ini adalah sel mast. Bila individu tersebut kemudian terpajan kembali dengan allergen serupa, maka tersebut akan berikatan dengan molekul IgE yang ada pada permukaan sel mast. Bridging dari dua molekul IgE yang ad pada permukaan sel mast oleh allergen akan mengakibatkan perubahan konfigurasi membrane sel mast. Perubahan ini akan mengakibatkan aktivasi enzim dalam sel sehingga sehingga terjadilah degranulasi sel mast. Akibatnya isi granula keluar dan menimbulkan efek pada sel target, yaitu pembuluh darah dibawah kulit.2,4 Allergen dapat berupa allergen lingkungan sepeti debu rumah, tungau, serbuk sari tumbuhan, bulu binatang atau dapat pula allergen makanan, obat-obatan, dan bahan kimia seperti bahan pengawet, penyedap dan zat warna. Aktivasi komplemen jalur klasik Adanya kompleks imun dapat mengaktivasi komplemen melalui jalur klasik dan akan menghasilkan peptide C3a serta C5a yang dinamakan anafilaktosin. Anafilaktosin dapat langsung menginduksi degranulasi sel mast melalui ikatan langsung dengan
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteraan Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus Periode 10 Januari 12 Februari 2010
14
Urticaria
reseptor pada membrane sel mast. Akibat degranulasi terjadilah pelepasan histamine sehingga terbentuk urtikaria. Aktivasi komplemen melalui jalur klasik dapat diakibatkan oleh reaksi yipe II dan III., misalnya pada reaksi transfuse darah, penyakit sistemik keganasan (limfoma) lupus eritomatosus sistemik, heoatitis dan sebagainya. Penglepasan histamine melalui aktivasi komplemen ini sering dikaitkan dengan patofisiologi urtikaria kronik. Belum jelas apakah semua penderita yang mengalami aktivasi komplemen akan menunjukan gejala urtikaria.
Mekanisme nonimun
Liberator histamine Beberapa macam obat, makanan, atau zat kimia dapat menginduksi degranulasi sel mast. Zat ini dinamakan liberator histamine, contohnya kodein, morfin, polimiksin, zat kimia, tiamin, buah murbei, tomat dan lain-lain. Sampai saat ini belum jelas mengapa zat tersebut metangsang degranulasi sel mast hanya pada sebagian orang saja. Factor fisik Factor fisik seperti cahaya (urtikaria solar), dingin (urtikaria dingin), gesekan atau tekanan (dermografisme), panas (urtikaria Panas), dan getaran (vibrasi) dapat langsung menginduksi degranulasi sel mast. Latihan jasmani Latihan jasmani pada seseorang dapat menimbulkan urtikaria yang dinamakan juga urtikaria kolinergik. Bentuknya khas, kecil-kecil dengan diameter 1-3 mm dan sekitarnya berwarna merah, terdapat di tempat yang berkeringat. Diperkirakan yang memegang peranan adalah asetilkolin yang terbentuk yang bersifat langsung dapat menginduksi degranulasi sel mast.2,3 Zat penghambat siklooksigenase Zat penghambat enzim siklooksigenase akan menghambat metabolisme asam arakhidonat melalui jalur siklooksigenase, sehingga metabolisme hanya melalui jalur
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteraan Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus Periode 10 Januari 12 Februari 2010
15
Urticaria
lipoksigenase yang akan menghasilkan leukotrien yang bersifat sama seperti histamine. Zat tersebut antara lain aspirin, obat antiinflamasi nonsteroid, zat warna tartrazin, dan zat pengawet sodium benzoate. Pada skema di bawah ini dapat dilihat jalur metabolisme asam arakhidonat.
Anafilaktosin
Fragmen komplemen anafilaktosin (C3a,C5a) yang terbentuk melalui aktivasi komplemen jalur alternative, misalnya oleh endotoksin dapat langsung merengsang
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteraan Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus Periode 10 Januari 12 Februari 2010
16
Urticaria
degranulasi sel mast. Mungkin inilah sebabnya mengapa penderita gingivitis ataupun tonsillitis dapat disertai urtikaria. Secara singkatnya semua mekanisme diatas dapat dilihat pada skema berikut ini.
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteraan Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus Periode 10 Januari 12 Februari 2010
17
Urticaria
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteraan Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus Periode 10 Januari 12 Februari 2010
18
Urticaria
Pendekatan umum
Diagnosis urtikaria berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Anamnesis harus dilakukan dengan lengkap dan teliti, serta lebih menekankan pada factor etiologi yang dapat menimbulkan urtikaria. Gambaran lesi pada kulit kadang-kadang dapat pula dipakai sebagai awal untuk melakukan diagnosis etiologi. Pada anamnesis perlu ditanyakan mengenai factor etiologi, antara lain : Makanan Obat Zat aditif
Pemeriksaan penunjang
I. Reaksi hipersensitfitas tipe I Untuk reaksi hipersensitifitas alergi dan nonalergi ini dapat dilakukan Hitung eosinofil darah perifer atau nasal Pemeriksaan konsentrasi tryptase serum, apabila konsentrasi > 10 mg/ml menunjukkan adanya aktivasi dari sel mas.
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteraan Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus Periode 10 Januari 12 Februari 2010
19
Urticaria
Untuk alergi yang diperantarai IgE dilakukan pemeriksaan : IgE total serum Uji tusuk kulit Radio-Allergo-Sorbent Test (RAST) : IgE spesifik serum Untuk allergen obat perlu dilakukan : Satu tetes larutan obat 1:100 dalam larutan garam fisiologis tanpa pengawet, harus disertai control positif dan negative. Uji intradermal 0,02 ml larutan obat 1:1000 dalam larutan garam fisiologis, harus disertai control positif dan negative. Untuk reaksi anafilaksis alergi dan nonalergi ini perlu dilakukan pemeriksaan konsentrasi tryptase serum. Apabila konsentrasi > 10 mg/ml menunjukan adanya aktivasi dari sel mast. II. Urtikaria Fisik Kulit yang akan diuji : Kulit harus sehat/normal Pada daerah volar lengan bawah Angioedema herediter Uji yang dilakukan pemeriksaan C4, C2, CH30, C1INH Dermatografisme Gores kulit normal pada daerah volar lengan bawah dengan alat tumpul (stik yang keras atau tounge blade/penekan lidah atau dengan kuku). Suatu reaksi wheal dan kemerahan berbentuk garis akan timbul dalam 2-3 menit setelah digores. Intensitas puncak terjadi pada 6-7 menit dan hilang spontan dalam 20 menit. Tipe lambat terjadi dalam 6-9 jam pada sisi yang sama dan menetap selama 24-48 jam. Untuk allergen protein (inhalan/makanan) perlu dilakukan :
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteraan Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus Periode 10 Januari 12 Februari 2010
20
Urticaria
Urtikaria yang tergantung pada temperature Kulit diberi pajanan temperature ekstrim Urtikaria kolinergik mandi dalam air hangat dan tidak beraktivitas hingga berkeringat Wheal/papula yang gatal dengan diameter 1-3 mm, dikelilingi eritema yang luas timbul dalam 2-20 menit. Episode ini akan menetap dalam 15-30 menit. Selain pemeriksaan diatas perlu juga dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan utntuk mengetahui penyebab pasti urtikaria, ialah sebagai berikut : Pemeriksaan darah, urin, dan feses rutin untk mengetahui ada tidaknya infeksi yang tersembunyi atau kelainan alat dalam Pemeriksaan gigi, telinga-hidung-tenggorokan serta usapan vagina untuk mengetahui adanya infeksi fokal.
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteraan Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus Periode 10 Januari 12 Februari 2010
21
Urticaria
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteraan Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus Periode 10 Januari 12 Februari 2010
22
Urticaria
BAB IX PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang paliin ideal untuk pengobatan urtikaria tentu saja mengobati factor penyebabnya atau bila mungkin menghindari penyebab yang dicurigai. Urtikaria akut pada
umumnya lebih mudah diatasi dan kadang-kadang sembuh dengan sendirinya tanpa memerlukan pengobatan. Lain halnya dengan urtikaria kronik yangsulit untuk diobati. Namun pada prinsipnya pengobatan urtikaria dapat dijabarkan sebagai berikut : A. Penanganan Umum Eliminasi/penghindaran factor penyebab Antihistamin Golongan adrenergic Kortikosteroid
B. pengobatan penyebab C. Pengobatan topical Pengobatan local di kulit dapat diberikan secara simptomatik misalnya antipruritus di dalam bedak kocok atau bedak. Antihistamin Antihistamin bekerja menghambat histamine pada reseptor-reseptor histamine. Berdasarkan reseptor yang dihambat digolongkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu : Antihistamin 1 (AH1) Antihistamin 2 (AH2)
Secara klinis pengobatan pada urtikaria dipercayakan pada efek antagonis histamine pada reseptor H1, namun sering menimbulkan efek samping sedasi. Golongan ini sering disebut antihistamin klasik. Dalam perkembangan terdapat antihistamin yang tidak menimbulkan efek sedasi disebut sebagai antihistamin non klasik. Kelas/nama generic Antihistamin H1 klasik : Etanolamin/difenhidramin
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteraan Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus Periode 10 Januari 12 Februari 2010
Urticaria
Etilendiamin/tripelenamin Alkilamin/klofeniramid Piperazin/siklizin Fenotiazin/prometazin Hidrosizin hidroklorid Siproheptadin Antihistamin H1 non klasik Terfenadin Astemizol Loratadin Mequetazin Anthistamin H2 Kortikosteroid
Cimetidin
Pemberian kortikosteroid sistemik diperlukan pada pasien urtikaria akut dan berat tapi tidak ada manfaatnya pada urtikaria kronik. Namun dapat juga diberikan pada pasien yang tidak berespon terhadap antihistamin klasik. Kortikosteroid akan lebih bermanfaat bila dikombinasikan dengan AH1.3 Preparat yang dapat digunakan adalah prednisone atau nama dagangnya adalah deltasone atau erason. Dosis yang dapat digunakan adalah 40 mg/ hari.3
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteraan Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus Periode 10 Januari 12 Februari 2010
24
Urticaria
BAB X PROGNOSIS
Urtikaria akut prognosisnya lebih baik karena penyebabnya cepat dapat diatasi, urtikaria kronik lebih sulit diatasi karena penyebabnya sulit dicari. Namun secara garis besar urtikaria mempunyai prognosis yang baik karena gejala yang timbul dapat diatasi dengan pemberian pengobatan yang tepat.
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteraan Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus Periode 10 Januari 12 Februari 2010
25
Urticaria
BAB XI KESIMPULAN
Utikaria merupakan penyakit yang sering dijumpai. Urtikaria dapat timbul akibat berbagai macam penyebab, diduga penyebab urtikaria adalah obat, makanan, gigitan atau sengatan serangga, fotosensitizer, inhalan, kontaktan, trauma fisik, infeksi, dan infestasi parasit, psikis, genetic, dan penyakit sistemik. Urtikaria timbul didasari oleh triple respons dari Lewis, yaitu eritema akibat dilatasi dari kapiler, timbulnya flare akibat dilatasi yang diperantarai refleks akson saraf dan timbulnya wheal akibat ekstravasasi cairan akibat meningkatnya permeabelitas vaskuler.2 Secara umum urtikaria terjadi akibat adanya degranulasi sel mast yang akan menyebabkan pegeluaran-pengeluaran mediator terutama histamine atupun leukotrien. Degranulasi sel mast ini bisa terjadi karena reaksi imun, nonimun ataupun ideopatik. Sehingga untuk menegakkan diagnosa dibutuhkan beberapa pemeriksaan yang mendukung contohnya pemeriksaan reaksi hipersensitifitas. Penatalaksanaan urtikaria bisa dipercayakan kepada pengobatan simptomatik berupa pemberian preparat antihistamin,kortikosteroid, ataupun preparat golongan adrenergic yang bermanfaat bagi urtikaria kronik. Walaupun demikian tetap saja pengobatan etiologi lebih baik atau menghindari penyebab contohnya pada urtikaria karena alergi
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteraan Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus Periode 10 Januari 12 Februari 2010
26
Urticaria
LAMPIRAN
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteraan Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus Periode 10 Januari 12 Februari 2010
27
Urticaria
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A, Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Jakarta : Balai Penerbit FKUI,2007: 169-177 2. Akib A AP, Munasir Z, Kurniati N, Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak, Jakarta: Balai Penerbit IDAI, 2007: 115-131, 224-234. 3. Wong H K, Urticaria [ home page on the internet]. c2008. [updated 2008 aug 20]. Available From :http://www.emedicine.com/derm. 4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2006 : 235-241 5. Siregar, Saripati Penyakit Kulit, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2003 : 124-126
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteraan Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kudus Periode 10 Januari 12 Februari 2010
28