You are on page 1of 7

A.

DEFINISI Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air terjun. Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis dan katarak senilis ini merupakan proses degeneratif (kemunduran ). Perubahan yang terjadi bersamaan dengan presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dan keruh, yang akan mengganggu pembiasan cahaya.Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi dapat terjadi pada umur pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah mengalami perubahan lensa walau mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan penglihatan. B. ETIOLOGI 1. Ketuaan ( Katarak Senilis ) 2. Trauma 3. Penyakit mata lain ( Uveitis ) 4. Penyakit sistemik (DM) 5. Defek kongenital ( salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal, seperti German Measles ) C. PATOFISIOLOGI Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yan mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitaspada kapsul poterior merupakan bentuk aktarak yang paling bermakna seperti kristal salju. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya traansparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak. Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama. D. MANIFESTASI KLINIK Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak aakan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pendangan menjadi kabur atau redup, emnyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina. 2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis, glukoma. 3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 25 mmHg) 4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma. 5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma 6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan. 7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi. 8. EKG, kolesterol serum, lipid 9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM F. PENATALAKSANAAN

Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan glaukoma. Ada 2 macam teknik pembedahan ; 1. Ekstraksi katarak intrakapsuler Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. 2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan. G. PENGKAJIAN.KEPERAWATAN 1. Aktifitas Istirahat Perubahan aktifitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan. 2. Neurosensori Gangguan penglihatan kabur/tak jelas, sinar terang menyababkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa diruang gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kacamata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotofobia ( glukoma akut ). Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan merah/mata keras dan kornea berawan (glukoma darurat, peningkatan air mata. 3. Nyeri / Kenyamanan Ketidaknyamanan ringan / mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, sakit kepala H. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI 1. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kehilangan vitreus, perdarahan intraokuler, peningkatan TIO ditandai dengan : Adanya tanda-tanda katarak penurunan ketajaman penglihatan pandangan kabur, dll Tujuan : Menyatakan pemahaman terhadap faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera. Kriteria hasil : Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera. Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan. Intervensi : 1. Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri, pembatasan aktifitas, penampilan, balutan mata. 2. Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan 3. Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok. 4. Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi. 5. Dorong nafas dalam, batuk untuk menjaga kebersihan paru. 6. Anjurkan menggunakan tehnik manajemen stress. 7. Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi. 8. Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri tajam tiba-tiba, Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan. Observasi hifema dengan senter sesuai indikasi 9. Observasi pembengkakan luka, bilik anterior kempes, pupil berbentuk buah pir. 10. Berikan obat sesuai indikasi antiemetik, Asetolamid, sikloplegis, analgesik. 2. Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera, lingkungna secara terapetik dibatasi. Ditandai dengan : menurunnyaketajaman penglihatan

perubahan respon biasanya terhadap rangsang. Tujuan : Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan. Kriteria Hasil : - Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan. - Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan. Intervensi : 1. Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat. 2. Orientasikan klien tehadap lingkungan 3. Observasi tanda-tanda disorientasi. 4. Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh. 5. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata. 6. Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25 persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada. 7. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak dioperasi. 3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif, yang ditandai dengan : pertanyaan/pernyataan salah konsepsi tak akurat mengikuti instruksi terjadi komplikasi yang dapat dicegah. Tujuan : Klien menunjukkan pemhaman tentang kondisi, proses penyakit dan pengobatan. Kriteria Hasil : Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan. Intervensi : 1. Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa. 2. Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan penglihatan berawan. 3. Informasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antar obat mata dan masalah medis klien. 4. Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, dll. 5. Dorong aktifitas pengalihan perhatian 6. Anjurkan klien memeriksa ke dokter tentang aktifitas seksual, tentukan kebutuhan tidur menggunakan kacamata pelindung. 7. Anjurkan klien tidur terlentang. 8. Dorong pemasukkan cairan adekuat. 9. Identifikasi tanda/gejala memerlukan upaya evaluasi medis, misal : nyeri tiba-tiba. DAFTAR PUSTAKA Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa. Jakarta . EGC Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta . Yayasan Essentia Medica Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari. Jakarta. EGC Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KATARAK


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KATARAK Definisi Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur angsur penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara C.Long, 1996) Etiologi 1) Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis 2) Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar oleh sinar X atau benda benda radioaktif. 3) Penyakit mata seperti uveitis. 4) Penyakit sistemis seperti DM. 5) Defek kongenital Patofisiologi Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan atara protein yang dapat larut dalam protein yang tidak dapat larut dalam membran semipermiabel. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tdak dapat diserap dapat mengakibatkan penurunan sintesa protein, perubahan biokimiawi dan fisik dan protein tersebut mengakibatkan jumlah protein dalam lens melebihi jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein dalam bagian ynag lain sehingga membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan nama katarak. Terjadinya penumpukan cairan/degenerasi dan desintegrasi pada serabut tersebut menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan mengakibatkan gangguan penglihatan. Macam macam Katarak 1) katarak kongenital Adalah katarak sebagian pada lensa yang sdah idapatkan pada waktu lahir. Jenisnya adalah: a) Katarak lamelar atau zonular. b) Katarak polaris posterior. c) Katarak polaris anterior d) Katarak inti (katarak nuklear) e) Katarak sutural 2) Katarak juvenil Adalah katarak yang terjadi pada anak anak sesudah lahir. 3) Katarak senil Adalah kekeruhan lensa ang terjadi karena bertambahnya usia. Ada beberapa macam yaitu: a) katarak nuklear Kekeruhan yang terjadi pada inti lensa b) Katarak kortikal Kekeruhan yang terjadi pada korteks lensa c) Katarak kupliform Terlihat pada stadium dini katarak nuklear atau kortikal. Katarak senil dapat dibagi atas stadium: a) katarak insipiens Katarak yang tidak teratur seperti bercak bercak yang membentuk gerigi dengandasar di perifer dan daerah jernih di antaranya. b) katarak imatur Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapt bagian- bagian yang jernih pada lensa.

c) katarak matur Bila proses degenerasi berjala terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama sama hasil desintegritas melalui kapsul. d) katarak hipermatur Merupakan proses degenerasi lanjut sehingga korteks lensa mencair dan dapat keluar melalui kapsul lensa. 4) Katarak komplikasi Terjadi akibat penyakit lain. Penyakit tersebut dapat intra okular atau penyakit umum. 5) Katarak traumatik Terjadi akibat ruda paksa atau atarak traumatik. Kosep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi Katarak 1 Pengkajian 1) Data Subyektif a) Nyeri b) Mual

c) Diaporesis d) Riwayat jatuh sebelumnya e) Pengetahuan tentang regimen terapeutik f) Sistem pendukung, lingkungan rumah. 2) Data obyektif a) Perubahan tanda tanda vital b) Respon yang azim terhadap nyeri c) Tanda tanda infeksi: - Kemerahan - Edema - Infeksi konjungtiva (pembuluh darah konjungtiva menonjol) - Drainase pada kelopak mata dan bulu mata - Zat purulen - Peningaktan suhu tubuh - Nilai laboratorium: peningkatan SDP, perubahan SDP, hasil pemeriksaan kultur sesitivitas abnormal. d) Ketajaman penglihatan masing masing mata. e) Cara berjalan, riwayat jatuh sebelumnya. f) Kemungkinan penghalang lingkungan seperti; - kaki kursi, perabot yang rendah - Tiang infus - Tempat sampah - Sandal g) Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi. Perumusan Diagnosa Keperawatan 1) Nyeri akut b/d interupsi pembedahan jaringan tubuh 2) Resiko tinggi terhadap infeksi b/d peningkatan perentanan sekunder terhadap interupsi permukaan tubuh. 3) Resiko tinggi terhadap cidera b/d keterbatasan penglihatan, berada di lingkungan yang asing dan keterbatasan mobilitas dan perubahan kedalaman persepsi karena pelindung mata. 4) Resiko tinggi terhadap infektif penatalaksanaan regimen terapeutik b/d kurang aktivitas yang diijinkan, obat obatan, komplikasi dan perawatan lanjutan. Perencanaan 1) Nyeri akut a) Tujuan: nyeri teratasi b) Kriteria hasil: klien melaporkan penurunan nyeri progresif dan penghilangan nyeri setelah intervensi. c) Intervensi: Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang efektif. Rasional: Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi. Jelaskan bahwa nyeri dapat akan terjadi sampai beberapa jam setelah pembedahan. Rasional: Nyeri post op dapat terjadi sampai 6 jam post op. Lakukan tindakan penghilanagn nyeri non invasif atau non farmakologik, seperti berikut; - Posisi: tinggikan bagian kepala tempat tidur, berubah ubah antara berbaring pada punggung dan pada sisi yang tidak dioperasi. - Distraksi - Latihan relaksasi Rasional: beberapa tindakan penghilang nyeri non invasif adalah tindakan mandiri yang dapat dilaksanakan perawat dalam usaha meningkatkan kenyamanan pada klien. Berikan dukungan tindakan penghilangan nyeri dengan aalgesik yang diresepkan. Rasional: Analgesik mambantu dalam menekan respon nyeri dan menimbulkan kenyamanan pada klien. Beritahu doker jika nyeri tidak hilang setelah jam pemberian obat, jika nyeri disertai mual atau jika anda memperhatikan drainase pada pelindung mata. Rasional: Tanda ini menunjukkan peningaktan tekanan intra okuli (TIO) atau komplikasi lain. 2) Resiko tinggi terhadap infeksi a) Tujuan: infeksi tidak terjadi. b) Kriteria hasil: klien akan menunjukkan penyembuhan insisi tanpa gejala infeksi. c) Intervensi: Tingkatkan penyembuhan luka: - Berikan dorongan untuk mengikuti diet yang seimbang dan asupancairan yang adekuat. - Instruksikan klien untuk tetap menutup mata sampai hari pertama setelah operasi atau sampai diberitahukan Rasional: Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, yang meningkatkan penyembuhan Gunakan teknik aseptik untuk meneteskan tetes mata: - Cuci tangan sebelum memulai - Pegang alat penetes agak jauh dari mata - Ketika meneteskan, hindari kontak antara ata, tetesan dan alat penetes.

Ajarkan teknik ini kepada klien dan anggota keluarganya. Rasional: Teknik aseptik meminimialkan masuknya mikroorganisme dan mengurangi resiko infeksi. Kaji tanda dan gejala infeksi: - Kemerahan, edema pada kelopak mata - Infeksi konjungtiva (pembuluh darah menonjol) - Drainase pada kelopak mata dan bulu mata - Materi purulen pada bilik anterior (antara korm\nea dan iris) - Peningkatan suhu - Nilai laboratorium abnormal (mis. Peningkatan SDP, hasil kultur dan sensitivitas positif) Rasional: Deteksi dini infeksi memungkinkan penanganan yang cepat untuk meminimalkan keseriusan infeksi. Lakukan tindakan untuk mencegah ketegangan pada jahtan (misal anjurkan klien menggunakan kacamata protektif dan pelindung mata pada siang hari dan pelindung mata pada malam hari). Rasional: Ketegangan pada jahitan dapat menimbulkan interupsi menciptakan jalan masuk untuk mikroorganisme. Beritahu dokter tentang semua drainase yang terlihat mencurigakan. Rasional: Drainase abnormal memerlukan evaluasi medis dan kemungkinan memulai penanganan farmakologi. 3) Resiko tinggi terhadap cidera a) Tujuan: Cidera tidak terjadi. b) Kriteria hasil: Klien tidak mengalami cidera atau trauma jaringan selama dirawat. c) Intervesi: Orientasikan klien pada lingkungan ketika tiba. Rasional: Pengenalan klien dengan lingkungan membantu mengurangi kecelakaan. Modifikasi lingkungan untuk menghilangkan kemungkinan bahaya. - Singkirkan penghalang dari jalur berjalan. - Singkrkan sedotan dari baki. - Pastikan pintu dan laci tetap tertutup atau terbuka secara sempurna. Rasonal: Kehilangan atau gangguan penglihatan atau menggunakan pelindung mata juga apat mempengaruhi resiko cidera yang berasal dari gangguan ketajaman dan kedalaman persepsi. Tinggikan pengaman tempat tidur. Letakkan benda dimana klien dapat melihat dan meraihnya tanpa klien menjangkau terlalu jauh. Rasional: Tinakan ini dapat membantu mengurangi resiko terjatuh. Bantu klien dan keluarga mengevaluasi lingkungan rumah untuk kemungkinan bahaya. - karpet yang tersingkap. - Kabel listrik yang terpapar. - Perabot yang rendah - Binatang peliharaan - Tangga Rasional: Perlunya untuk empertahankan lingkungan yang aman dilanjutkan setelah pulang. 4) Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik a) Tujuan: Inefektif penatalaksanaan regimen tidak terjadi. b) Kriteria hasil: Berkaitan dengan rencana pemulangan rujuk pada rencana pemulangan. c) Intervensi: Diskusikan aktifitas yang diperbolehkan setelah pembedahan. - Membaca - Menonton televisi - Memasak - Melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan - Mandi siram atau mandi di bak mandi. Rasional: Memulai diskusi dengan menguraikan aktifitas yang diperbolehkan daripada pembatasan memfokuskan klien pada aspek positif penyembuhan daripada aspek negatifnya. Pertegas pembatasan aktifitas yang disebutkan dokter yang mungkin termasuk menghindari aktifitas berikut: - Berbaring pada sisi yang dioperasi - Membungkuk melewati pinggang - Mengangkat benda yang beratnya melebihi 10 kg. - Mandi - Mengedan selama defekasi. Rasional: Pembatasan diperlukan utnuk menguangi gerakan mata dan mencegah peningkatan tekanan okuler. Pembatasan yang spesifik tergantung pada beberapa faktor, termasuk sifat dan luasnya pembedahan, preferensi dokter, umur serta status kesehatan klien secara keseluruhan. Pemahaman klein tentang alasan untuk pembatasan ini dapat mendorong kepatuhan klien. Tekankan pentingnya tidak mengusap mata atau menggosok mata dan menjaga balutan serta pelindung protektif tetap pada tempatnya sampai hari pertama setelah operasi. Rasional: Mengusap atau menggosok mata dapat merusak integritas jahitan dan memebrikan jalan masuk untk mikroorganisme. Menjaga mata tertutup mengurangi resiko kontaminasi oleh mikroorganisme di udara. Jelaskan informasi berikut untuk tetap setiap obat obatan yang diresepkan.

- Nama, tujuan dan kerja obat. - Jadwal, dosis (jumlah dan waktu) - Teknik pemberian - Instruksi atau kewaspadaan khusus Rasional: Memberikan informasi yang akurat sebelum pulang dapat meningkatkan kepatuhan dengan regimen pengobatan dan membantu mencegah kesalahan dalam pemberian obat. Instruksikan klien dan keluarga untuk melaporkan tanda dan gejala berikut: - Kehilangan penglihatan - Nyeri pada mata - Abnormalitas penglihatan (misalnya, kilasan cahaya atau mengeras) - Emerahan, drainase meningkat, suhu meningkat. Rasional: Melaporkan tanda dan gejala ini lebih awal memungkinkan intervensi yang cepat untuk mencegah atau meminimalkan infeksi, peningkatan tekanan intra okular, perdarahan, terlepasnya retina atau komplikasi lain. Instruksikan untuk menjaga hygiene mata (membuang drainase yang mengeras dengan menyeka kelopak mata yang terpejam menggunakan bola kapas yang dielmbabakan dengan larutan irigasi mata). Rasional: Sekresi dapat melekat pada kelopak mata dan blu mata. Pembuangan sekresi dapat memberikan kenyamanan dan mengurangi resiko infeksi dengan mneghilangkan sumber mikroorganisme. Tekankan pentingnya perawatan lanjutan yang adekuat, dengan adwal yang ditentukan oleh ahli bedah. Klien harus mengetahui tanggal dan waktu jadwal perjanjian pertamanya sebelum pulang. Rasional: Perawatan lanjutan memberikan kemungkinan penyembuhan dan memngkinkan deteksi dini komplikasi. Sediakan instruksi tertulis pada waktu klien pulang. Rasional: Instruksi tertulis memberikan klien dan keluarga sumber informasi yang dapat merekam rujuk jika diperlukan. Pelaksanaan Disesuaikan dengan intervensi yang telah ditetapkan serta keadaan umum klien. Evaluasi Disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan, menggunakan metode SOAP.

You might also like