You are on page 1of 3

MINYAK DAN LEMAK Tujuan: 1.

Mampu menentukan kadar minyak dan lemak di dalam air dengan metode ekstraksi-Soxhlet 2. Memahami dampak dari kehadiran minyak dan lemak pada sampel air terutama dalam bidang Teknik Lingkungan Teori dasar: Lemak/minyak merupakan asam karboksilat/asam alkanoat jenuh alifatis (tidak terdapat ikatan rangkap C=C dalam rantai alkilnya, rantai lurus, panjang tak bercabang) dengan gugus utama COOH dalam bentuk ester/gliserida yaitu sesuatu jenis asam lemak atau beberapa jenis asam lemak dengan gliserol suku tinggi. Asam asam alifatis : 1. C1 C10 berwujud cair 2. >C10 berwujud padat 3. Titik didih naik dengan kenaikan MR. (massa atom relatif) 4. Asam asam suku rendah baunya keras. 5. Membentuk ikatan hidrogen 6. Kelarutan dalam air bertambah dengan bertambahnya MR. Jenis Ikatan rangkap Titik leleh Wujud Sumber Reaktifitas Lemak Sedikit Tinggi Padat Umumnya dari hewani Tidak mudah tengik Minyak Banyak Rendah Cair Umumnya dari tumbuhan Mudah tengik

Tabel : Perbedaan minyak dengan lemak. Rumus minyak : CH3(CH2)7CH = CH(CH2)7 COOH : Asam Oleat CH3(CH2)4 CH = CHCH2CH = CH(CH2)7 COOH : Asam Linoleat CH3CH2CH = CHCH2CH = CHCH2CH = CH(CH2)7 COOH : Asam Linolenat Lemak Rumus lemak : CH3(CH2)14COOH : Asam Palmitat CH3(CH2)16COOH : Asam Stearat Minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform (CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya yang polaritasnya sama.[1]

Minyak merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol, yang berarti triester dari gliserol .[1] Jadi minyak juga merupakan senyawaan ester.[1] Hasil hidrolisis minyak adalah asam karboksilat dan gliserol.[1] Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang.[1] Minyak tanah dan minyak pelumas adalah derivat dari minyak residu dan batu bara yang berisikan karbon dan nitrogen. Minyak bisa sampai ke perairan sebagai limbah. Sebagian besar lemak mengapung di dalam air limbah, akan tetapi ada juga yang mengendap terbawa oleh lumpur. Lemak adalah suatu gliserida dan merupakan suatu ester. Apabila ester ini bereaksi dengan basa maka akan terjadi saponifikasi yaitu proses terbentuknya sabun dengan residu gliserol. Sabun dalam air akan bersifat basa. Sabun ( R COONa atau R COOK ) mempunyai bagian yang bersifat hidrofil (- COO -) dan bagian yang bersifat hidrofob (R atau alkil). Bagian karboksil menuju air dan menghasilkan buih (kecuali pada air sadah), sedangkan alkil (R -) menjauhi air dan membelah molekul atau kotoran (flok) menjadi partikel yang lebih kecil sehingga air mudah membentuk emulsi atau suatu lapisan film dengan kotoran. Air adalah senyawa polar sedangkan minyak adalah senyawa non polar, jadi keduanya sukar bercampur oleh karena itu emulsinya mudah pecah. Untuk memantapkan suatu emulsi perlu ditambahkan suatu zat emulgator atau zat pemantap, antara lain ; 1. Ca Butirat, Ethanol. 2. Senyawa pembentuk sel liofil,protein, gum, dan gelatin. 3. Garam Fe, BaOH, SO4, Fe(OH)SO4, PbSO4, Fe2O3, Tanah liat, CaCO3, dll. Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6). Karena berguna dalam mengenal ciri-cirinya, asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom karbon penyusunnya, sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satu ikatan ganda di antara atomatom karbon penyusunnya. Asam lemak merupakan asam lemah, dan dalam air terdisosiasi sebagian. Umumnya berfase cair atau padat pada suhu ruang (27 Celsius). Semakin panjang rantai C penyusunnya, semakin mudah membeku dan juga semakin sukar larut. Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi) daripada asam lemak tak jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh mudah bereaksi dengan oksigen (mudah teroksidasi). Karena itu, dikenal istilah bilangan oksidasi bagi asam lemak. Keberadaan ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh menjadikannya memiliki dua bentuk: cis dan trans. Semua asam lemak nabati alami hanya memiliki bentuk cis. Akibat polarisasi atom H, asam lemak cis memiliki rantai yang melengkung. Asam lemak bentuk trans hanya berasal sisa metabolisme hewan atau dibuat secara sintetis. Asam lemak trans karena atom H-nya berseberangan tidak mengalami efek polarisasi yang kuat dan rantainya tetap relatif lurus. Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Soxhlet terdiri dari pengaduk atau granul anti-bumping, still pot

(wadah penyuling, bypass sidearm, thimble selulosa, extraction liquid, syphon arm inlet, syphon arm outlet, expansion adapter, condenser (pendingin), cooling water in, dan cooling water out. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut Data dan Perhitungan Sampel air yang digunakan adalah sampel air 1 Berat awal labu = 114. 5374 mg Berat akhir labu = 114.9285 mg Berat residu minyak dan lemak = berat akhir berat awal = 114.9285 114.5374 = 0.3911 mg Kadar minyak dan lemak dalam air = 1000/500 x (0.3911 mg) = 0.7822 mg/l Analisis dan Pembahasan Soxhletasi merupakan penyarian sampel secara berkesinambungan, pelarut dipanaskan hingga menguap, uap cairan pelarut terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin (kondensor) lalu turun mengekstrak sampel dalam ruang soxhlet dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon. Dalam proses ekstraksi, pemilihan pelarut yang akan digunakan sangatlah penting. Hal ini juga dapat mempengaruhi hasil yang akan didapatkan dari proses ekstraksi yang dilakukan. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa minyak merupakan senyawa yang bersifat non polar sehingga dalam memilih pelarut sebaiknya menggunakan pelarut yang bersifat non polar pula Proses sirkulasi ekstraksi pada percobaan ini dilakukan sebanyak dua belas kali ekstraksi. Setelah ekstraksi telah selesai dilakukan, dilanjutkan dengan proses penguapan dimana proses ini dimaksudkan untuk memisahkan minyak yang diperoleh dari pelarut. Proses penguapan ini dilakukan dengan memanaskan pelarut yang telah bercampur dengan minyak sehingga pelarut yang mempunyai titik didih lebih rendah ini akan menguap sehingga pelarut akan terpisah dari minyak. Untuk proses penguapan pelarut, kita menggunakan alat soxhlet untuk menguapkan pelarut dari ekstrak. Setelah dilakukan proses penguapan, dapat langsung menghitung berapa banyak minyak yang didapatkan dari proses ekstraksi ini Kelarutannya dalam air yang sangat kecil dengan densitas yang rendah mengakibatkan minyak sukar mengendap. Adanya penambahan koagulan dengan kandungan alkali (basicity) akan mengendapkan karboksilat dengan hasil samping busa. Adanya unsur karbon lain sebagai gugus organik akan mengakibatkan bertambahnya rantai karbon sehingga menjadi lewat jenuh membentuk ikatan rantai suku tinggi sehingga menggumpal dengan flok yang berdensitas rendah yang akan terapung di permukaan fluida fasa cair berbentuk granula yang akan mengganggu estetika dan proses filtrasi. Daftar pustaka http://smk3ae.wordpress.com/2008/07/17/minyak-dan-lemak/

You might also like