Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
MAGISTER BISNIS FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA 2011
A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu negara meningkat dalam jangka panjang. Pembangunan ekonomi juga menciptakan pertumbuhan dan peningkatan sumber daya manusia (SDM), dimana secara potensial Indonesia mempunyai kemampuan SDM yang cukup untuk dikembangkan dan sering dihadapkan pada berbagai kendala khususnya di bidang ketenagakerjaan, seperti perkembangan jumlah angkatan kerja yang pesat namun tidak diikuti tersedianya lapangan pekerjaan yang cukup. Kendala lain yang merupakan kendala pokok di bidang ketenagakerjaan yaitu, penawaran tenaga kerja yang tidak sesuai dengan kebutuhan atau kualifikasi yang dituntut oleh pasar tenaga kerja, sehingga timbul angka pengangguran yang tinggi. Sejalan dengan pembangunan ekonomi nasional, adanya kesenjangan antara pertumbuhan jumlah angkatan kerja dan kemauan berbagai sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja menjadi kesempatan kerja masih menjadi masalah utama di bidang perekonomian. Otonomi daerah menyebabkan perencanaan tenaga kerja dan pembangunan menjadi perhatian pemerintah daerah. Pemerintah daerah baik Kota maupun Kabupaten dalam pembiayaan pembangunan semakin meningkat, sehingga perlu peningkatan kualitas SDM melalui peningkatan kualitas pendidikan dan keterampilan. Untuk meningkatan kualitas sumber daya manusia, tamatan pendidikan perlu dibekali dengan pengetahuan, keterampilan, keahlian dan kesehatan yang baik agar siap untuk bekerja. Pendidikan mencerminkan tingkat kepandaian (kualitas) atau pencapaian pendidikan formal dari penduduk suatu negara. Semakin tingginya tamatan pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan kerja (the working capacity) atau produktivitas seseorang dalam bekerja. Pendidikan formal merupakan persyaratan teknis yang sangat berpengaruh terhadap pencapaian kesempatan kerja. Selain itu, tingkat upah juga memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Semakin tinggi tingkat upah maka semakin tinggi pula kemampuan untuk meningkatkan kualitas seseorang.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan hal di atas, permasalahan diuraikan oleh penulis sebagai berikut: 1. Seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan terhadap jumlah pengangguran terdidik.
2. Seberapa besar pengaruh tingkat UMK terhadap jumlah pengangguran terdidik. 3. Seberapa besar pengaruh jumlah kesempatan kerja terhadap pengangguran terdidik. Penulis mengacu pada sumber informasi BPS Kabupaten Semarang tahun 1991-2006 untuk membahas fakta pengaruh pengangguran terdidik dengan ketersediaan lapangan kerja. C. Dasar Teori Peningkatan sumber daya manusia adalah upaya meningkatkan kualitas SDM yang menyangkut pengembangan aktifitas dalam bidang pendidikan dan pelatihan. Pengembangan SDM, dalam jangka pendek dapat diartikan sebagai pengembangan pendidikan dan pelatihan untuk memenuhi kebutuhan tenaga-tenaga terampil yang bertujuan untuk mempermudah mereka terlibat dalam sistim sosial ekonomi di negara yang bersangkutan. Pembinaan SDM merupakan usaha memperbesar kemampuan produksi seseorang atau masyarakat, baik dalam pekerjaan atau kegiatan lain yang dapat mempermudah orang tersebut ditempatkan dalam pekerjaan dan mendapatkan upah yang merupakan pembayaran atas jasa-jasa fisik atau mental yang disediakan oleh tenaga kerja. Kesempatan kerja yang diserap dari penduduk yang berusia kerja, dinyatakan dalam bentuk jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan atau employment. Employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan atau keadaan penggunaan tenaga kerja orang. Menurut konsep Badan Pusat Statistik (BPS 1980) dalam hal ketenagakerjaan, penduduk yang termasuk dalam kelompok usia kerja adalah penduduk yang berumur 10 tahun keatas. Batasan yang dimaksud dengan tenaga kerja atau manpower mengandung dua pengertian. Pertama sebagian orang atau kelompok orang-orang bagian dari penduduk yang mampu bekerja. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kedua adalah sebagai jasa yang diberikan dalam proses produksi. Pengangguran merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja yang ingin mendapatkan perkerjaan tetapi mereka belum dapat memperoleh pekerjaan tersebut dan pengangguran merupakan suatu ukuran yang dilakukan jika seseorang tidak memiliki pekerjaan tetapi mereka sedang melakukan usaha secara aktif dalam mencari pekerjaan.
Berdasarkan data BPS di Kabupaten Semarang, masih banyak pencari kerja yang belum bekerja karena pendidikan yang ia miliki tidak sesuai dengan apa yang diperlukan saat ini. Oleh karena itu banyak orang yang bekerja tidak pada bidangnya masing-masing. Dengan banyaknya pencari kerja, namun lapangan pekerjaan yang tersedia belum tentu bisa menempatkan para pencari kerja tersebut sesuai dengan jumlah tamatan pendidikan yang dimiliki oleh masing-masing pencari kerja tersebut, sehingga masih banyak yang menganggur. Kemajuan perekonomian negara yang diukur dengan tingkat pertumbuhan ekonomi (GDP) telah menunjukkan bahwa pengangguran tetap, menjadi ancaman terbesar. Hal ini pernah diduga bahwa sebab dari pengangguran adalah perubahan struktur industri, ketidakcocokan keterampilan, ketidakcocokan geografis, pergeseran demografis, kekakuan institusi, tidak bisa dipekerjakan, dan pengangguran oleh adanya restrukturalisasi capital. Hampir semua ahli ekonomi menduga bahwa pengangguran banyak dipengaruhi oleh variabel-variabel ekonomi seperti tingkat penanaman modal, tingkat permintaan, dan tingkat upah yang ada. Sedangkan ahli sosial mempunyai dugaan bahwa ada variabel-variabel sosial yang mempengaruhi tingkat pengangguran yaitu pendidikan. Jumlah tamatan pendidikan atau jenis pendidikan diduga bisa mempengaruhi keengganan terhadap pekerjaan pekerjaan tertentu. Adanya kenaikan Upah Minimum Kabupaten (UMK) akan mendorong peningkatan
pengangguran terdidik di Kabupaten Semarang. Dengan menambah tingkat upah, maka akan menambah biaya tenaga kerja, sehinga bidang usaha yang ingin berjalan secara efisien harus mengurangi beberapa tenaga kerjanya. Sehingga beberapa tenaga terdidik akan terkurangi pula dan jumlah pengangguran terdidik di kabupaten Semarang meningkat. Hal ini diakibatkan karena kenaikan upah akibat akumulasi kenaikan UMK menjadikan penambahan biaya bagi perusahaan. Kenaikan UMK yang tidak dikuti dengan peningkatan produksi ataupun produktivitas tenaga kerja justru akan menambah beban perusahaan, terutama beban pembayaran upah dan gaji. Pengangguran tamatan Perguruan Tinggi di Kabupaten Semarang juga tinggi. Ini disebabkan karena mereka memilih jenis pekerjaan dengan profesional atau ahli, tenaga administrasi, dan tenaga kepemimpinan dan tata laksana. Tampaknya hal ini merupakan sesuatu hal yang logis, karena pendidikan di negara kita mengarah ke modernisasi. Adapun penyebab lain dari adalah ketidak cocokan antara jurusan pendidikan yang dimiliki dengan lapangan pekerjaan yang dijalani. Misalnya seseorang yang menamatkan sekolah guru tapi tidak menjadi guru, adapula seseorang tamatan sarjana pertanian tetapi kerja di kantor Bank. Ketidakcocokan antara jurusan pendidikan dengan lapangan pekerjaan bisa diakibatkan oleh tidak tersediannya lapangan pekerjaan, sistem balas jasa yang tidak sama atau langkanya tamatan dari suatu jurusan tertentu yang diingini oleh suatu lapangan kerja tertentu.
permintaan dan penawaran tenaga kerja di sisi mikro ekonomi menunjukkan bahwa penambahan kesempatan kerja merupakan penambahan permintaan tenaga kerja, secara tidak langsung penawaran tenaga kerja yang ada, khususnya tenaga kerja terdidik dapat tertampung di dalam lapangan kerja sehingga pengangguran terdidik dapat berkurang, atau ditekan pertumbuhannya. Pengangguran terdidik akan dipengaruhi oleh pengangguran terdidik satu periode sebelumnya karena belum dapat menampung pekerjaan baru.
F. Kesimpulan Kenaikan tenaga terdidik tidak mempengaruhi kenaikan angka pengangguran terdidik. Angka pengangguran terdidik tidak dipengaruhi oleh UMK dan Kesempatan Kerja, artinya pendidikan tinggi tidak berperanan dalam menurunkan angka pengangguran terdidik di Kabupaten Semarang. Tingkat perubahan UMK tidak mempengaruhi perubahan angka pengangguarn terdidik meski konsisten dengan teori oleh karena itu angka pengangguran terdidik di Kabupaten Semarang tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya UMK dan kesempatan kerja. Ketidakcocokan antara karakteristik lulusan baru yang memasuki dunia kerja dan kesempatan kerja yang tersedia terjadi di daerah ini dikarenakan adanya persepsi semakin terdidiknya seseorang, semakin besar harapannya akan lapangan kerja yang aman. Namun hal ini terbentur pada terbatasnya daya serap tenaga kerja di sektor formal dan belum maksimalnya fungsi pasar tenaga kerja terutama pada lapangan kerja dan arus informasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Anton A Setyawan, 2001. Pengangguran Terdidik Vs Kualitas Perguruan Tinggi Jakarta, Kompas. Ananta, Aris., 1973, Ciri Demografi, Kualitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi, Lembaga Demografi, FEUI, Jakarta. Elwin Tobing, 2007, Pengangguran Tenaga Kerja Terdidik. Jakarta; Jurnal Kajian Strategis Gema Nuusa.
Samoelson, Paul A, dan Nordhaus, William D., 1994, Mikro Ekonomi, Terjemahan oleh Tim Erlangga Edisi Ke- XIV, Penerbit Erlangga, Jakarta. Simanjuntak, Payaman J., 1985 Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, FEUI, Jakarta. Soekirno, Sadono., 1993, Pengantar Teori Ekonomi Mikro, FEUI, Jakarta. Suharno., 1990, Angkatan Kerja di Indonesia dan Problemnya, Bulletin Legnas, LIPI. Vol. 11/No.1 Suroto., 1992, Strategi Pengembangan dan Perencanaan Kesempatan Kerja, BPFE UGM, Yogyakarta. Susanti, Benlia., 1997, Analisis Upah dan Jumlah Tenaga Kerja Terdidik Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja. Lembaga Demografi, FEUI. Jakarta. Susanti, Hera, Moh. Ikhsan, Widyanti., 1997, Indikator-indikator Makro Ekonomi, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, FEUI, Jakarta. www.bps.go.id