You are on page 1of 171

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH TENTANG :

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2006-2010

DAFTAR ISI

Bab I - 1.

DAFTAR ISI .. DAFTAR TABEL .. DAFTAR GAMBAR . BAB I 1.1. 1.2. 1.3. 1.4 1.5. 1.6. PENDAHULUAN . I Latar Belakang. I Maksud dan Tujuan . . I Landasan Hukum .. . I Prinsip Dasar Menata Pembangunan Kabupaten Malang 2006-2010.. I Hubungan antara RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I Sistematika Penulisan I

i. iii. vii. 1. 3. 4. 4.

5. - 11. - 13.

BAB II 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. BAB III 3.1. 3.2. BAB IV 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. BAB V 5.1.
5.2. 5.3. 5.4.

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH .. II - 1. Kondisi Geografis II - 1. Kondisi Perekonomian Daerah II - 3. Bidang Sosial Budaya Daerah ... II - 17. Bidang Prasarana dan Sarana Daerah II - 22. Bidang Pemerintahan Umum II - 29. Analisis Kewilayahan . II - 32. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN KABUPATEN MALANG 2006-2010.... III - 1. Visi .... III - 1. Misi ... III - 3. STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH .. Analisis Lingkungan ... Isu Strategis . Strategi Pembangunan di Kabupaten Malang.. Sasaran ... IV- 1. IV 1. IV 4. IV 7. IV 12

ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH V - 1. Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah V - 3. Arah Pengelolaan Belanja Daerah V - 15. Arah Pembiayaan.. V - 26. Kebijakan Umum Anggaran.. V - 27. ARAH KEBIJAKAN UMUM . VI - 1. Peningkatan Kesalehan Sosial VI - 1. Peningkatan Kualitas Kehidupan Politik dan Penegakan Hukum .... VI 9. Peningkatan Pelayanan Publik.. VI - 13. Peningkatan Pembangunan Ekonomi dan Infrastruktur .. VI 17. Kemiskinan Pengangguran dan Perbaikan Iklim Ketenagakerjaan .... VI 57. Peningkatan Kuailtas Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan... VI 66.
Bab I - 2.

BAB VI 6.1. 6.2. 6.3. 6.4. 6.5. 6.6.

6.7.

Optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup .. VI 74.

BAB VII. PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH VII 1. 7.1. Program Pembangunan Daerah VII 1. 7.2. Rencana Kerja .. VII 3. BAB VIII 8.1. 8.2. PENUTUP Program Transisi.. VIII 1. Kaidan Pelaksanaan . VIII 1.

Bab I - 3.

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tabel 2.2. Tabel 2.3. Tabel 2.4.

Tabel 2.5. Tabel 2.6. Tabel 2.7. Tabel 2.8.

Tabel 2.9. Tabel 2.10. Tabel 2.11.

Tabel 2.12. Tabel 2.13. Tabel 2.14. Tabel 2.15. Tabel 2.16. Tabel 2.17. Tabel 2.18. Tabel 2.19. Tabel 2.20. Tabel 2.21. Tabel 2.22. Tabel 2.23.

Penetapan Fungsi Kawasan di Kabupaten Malang Tahun 2000 2010 . II Kontribusi masing-masing sektor Produk Domestik Regional Bruto. II Daerah Penyumbang Sektor Primer di Jawa Timur. II Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur, dan Nasional selama sepuluh terakhir (19942004) .. II Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Malang Tahun Atas Dasar Harga Konstan (2001-2004). II Rerata Kontribusi Laju Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahun ADHK 2001-2004. II Sektor yang berperan dalam menggerakan Pretumbuhan Ekonomi di Kabupaten Malang.. II Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian Kabupaten Malang Tahun Atas Dasar Harga Konstan (2001- 2004) (Persen) II Daerah Penyumbang Sektor Pertaniandi Jawa Timur. II Kontribusi Sub Sektor Jasa Kabupaten Malang Tahun Atas dasar Harga Konstan (2000-2004).. II Perbandingan IPM dan Komponen Penyusunan pada beberapai Kabupaten / Kota sekitar Tahun 2003.. II Indeks Komponen Penyusunan IPM di Kabupaten Malang tahun 1996 2003 II Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Malang Tahun 2002-2005.. II Nilai IPM Kab/Kota Wilayah Jawa Timur 2003. II Sarana Prasarana Pekerjaan Umum 20022004.. II Perkembangan Sektor Perhubungan 2002 2004.. II Perkembangan Pengelolaan Pertanian dan Penataan Ruang Tahun 2002 - 2004 . II Perkembangan Indikator Kinerja Pertambangan & Energi 2002 2004 .. II Perkembangan Indikator Kinerja Lingkungan Hidup 2002 - 2004 . II Partisipasi Masyarakat dalam PILPRES 2005 di Kab Malang. II Tingkat Penyelesaian Kasus Hukum Tahun 2001 2004 II Potensi Ekonomi Sektor Primer pada SWP Kabupaten Malang II Potensi Ekonomi Sektor Sekunder pada SWP Kabupaten Malang II -

3. 4. 5.

6. 8. 9. 10.

12. 13. 15.

18. 18. 19. 20. 25. 26. 26. 27. 27. 29. 30. 33. 34.

Bab I - 4.

Tabel 2.24. Potensi Sektor Tersier pada SWP II 35. Tabel 2.25. Pendapatan Perkapita ADHB Tahun 2002-2004 II - 37. Tabel 2.26. PDRB ADHK dan Rerata Pertumbuhan Ekonomi pada 8 SWP Kabupaten Malang Tahun 2000-2004. II - 38. Tabel 2.27. Klasifikasi Kinerja Sektor Ekonomi SWP di Kabupaten Malang menurut Klassen Typology 20002004 II - 39. Tabel 4.1 Hubungan Icon Sektoral dengan Isu Strategis. IV 5. Tabel 4.2 Materik Agenda, Strategi, Indikator dan sasaran.. IV 17. Tabel 5.1. Target dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kabupaten Malang Tahun 2001-2005... V - 4. Tabel 5.2. Anggaran dan Realisasi PAD Kab Malang Tahun 20012005 (Milyard) V - 5. Tabel 5.3. Kontribusi Realisasi Terhadap PAD 20012005(Milyard).... V - 6. Tabel 5.4. Anggaran dan Realisasi Dana Perimbangan 20012003 V - 9. Tabel 5.5. Kontribusi Realisasi Terhadap Dana Perimbangan 20012005 V - 10. Tabel 5.6. Anggaran dan Realisasi Lain-lain Pendapatan yang Sah 2001-2005.. V - 12. Tabel 5.7. Kontribusi Realisasi Terhadap Lain-lain Pendapatan yang sah 2001-2005 V - 12. Tabel 5.8. Kontribusi Realisasi Belanja Daerah 2001-2005 V - 16. Tabel 5.9. Anggaran dan Realisasi Belanja Aparatur 2001-2005 .. V - 18. Tabel 5.10. Kontribusi Realisasi Belanja Aparatur 2001-2005 V - 18. Tabel 5.11. Anggaran dan Realisasi Belanja Publik 2001-2005. V - 20. Tabel 5.12. Kontribusi Realisasi Belanja Publik 2001-2005. V - 21. Tabel 5.13. Prediksi Realisasi Pendapatan Tahun 2006-2010. V 28. Tabel 5.14. Realisasi PAD 2001-2005 V - 28. Tabel 5.15. Prediksi Anggaran 2006-2010. V 29. Tabel 5.16. Realisasi Dana Perimbangan antara Tahun 20012005 V 29. Tabel 5.17. Prediksi Anggaran Dana Perimbangan 2006-2010 V 30. Tabel 5.18. Prediksi Realisasi Belanja 2006-2010 V - 33. Tabel 5.19. Realisasi Belanja Aparatur 2001-2005 V - 31. Tabel 5.20. Prediksi Anggaran Belanja Aparatur 2006-2010 V - 31. Tabel 5.21. Realisasi Belanja Publik 2001-2005 V - 31. Tabel 5.22. Prediksi Anggaran Belanja Publik 2006-2010 V - 32. Tabel 7.1. Ringkasan Program Berdasarkan Jenis Program. VII - 2.

Bab I - 5.

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Daerah... I 12. Gambar 2.1. Grafik Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Malang. II - 7. Gambar 5.1. Kerangka Hubungan Antara Strategi APBD dan Arah Kebijakan Keuangan Daerah V 1. Gambar 5.2. Kerangka Hubungan Antara Strategi dan Komponen APBD V - 2. Gambar 5.3. Grafik Alokasi Belanja Untuk Pelaksanaan ProgramProgram Kabupaten Malang 2002-2004. V 22.

Bab I - 6.

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Dalam Undang Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah ditetapkan proses pelaksanaan desentralisasi dimana Pemerintah Pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan serangkaian proses, mekanisme dan tahapan perencanaan yang dapat menjamin keselarasan pembangunan antar daerah tanpa mengurangi kewenangan yang diberikan. Untuk membangun kehidupan bernegara dengan tingkat keragaman masyarakat dan karakteristik geografis yang unik, pemerintah telah menyusun Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) yang bersifat terpadu, menyeluruh, sistematik yang tanggap terhadap perkembangan zaman sesuai ketetapan dalam Undang Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam Pasal 1 dinyatakan bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah. Pasal 5 Undang Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 menyatakan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan penjabaran visi, misi dan program kepala daerah yang berpedoman kepada RPJP Daerah dengan memperhatikan RPJM nasional. RPJMD tersebut, antara lain memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Batasan mengenai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun. RPJMD juga sering disebut sebagai agenda pembangunan karena menyatu dengan agenda pemerintah yang akan dilaksanakan oleh Kepala Daerah selama menjadi pimpinan pemerintahan. Visi pembangunan jangka panjang menjadi koridor pemberi arah dan batasan pembangunan daerah jangka panjang yang dapat dijabarkan dalam periode pembangunan yang lebih pendek. Sesuai dengan Undang-undang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa RPJM Daerah ditetapkan melalui Peraturan Kepala Daerah (analog dengan penetapan RPJM Nasional yang melalui Peraturan Presiden), yang substansinya merupakan rencana kerja lima tahun yang akan dijadikan acuan bagi pemerintah
Bab I - 7.

daerah di dalam penyelenggaraan pembangunan daerah, sesuai dengan penjabaran visi, misi dan program prioritas dari kepala daerah terpilih dalam kurun waktu lima tahun. Sementara itu, menurut UU Nomor 32 tahun 2004, RPJMD dapat ditetapkan dengan Peraturan Daerah, apabila substansi RPJMD terkait dengan pendanaan penyelenggaraan pembangunan daerah khususnya yang terkait dengan sumber pendanaan APBD, yang harus dipertanggung-jawabkan oleh Kepala Daerah kepada lembaga legislatif daerah (DPRD). Sehingga kepastian mengenai legal aspect daerah dengan DPRD. Beberapa waktu yang lalu, Kabupaten Malang baru menyelesaikan proses pemilihan Bupati untuk periode 2005-2010. Untuk kurun waktu lima tahun mendatang, RPJMD ini disusun berdasarkan pengalaman selama menjabat Bupati serta perkembangan pemikiran ke depan. Untuk mewujudkan keterkaitan program pembangunan di daerah, propinsi, maupun pusat, maka RPJMD Kabupaten Malang disusun dengan mengacu dan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 20042009 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Propinsi Jawa Timur tahun 2006 2008 yang telah ditetapkan lebih dahulu. Penyusunan RPJMD Kabupaten Malang 2006-2010 ini berawal dari adanya sepuluh permasalahan pokok yang dihadapi Kabupaten Malang yang terdiri atas: a. Lambatnya Pertumbuhan ekonomi. b. Kesenjangan pembangunan antar wilayah. c. Meningkatnya penduduk miskin akibat pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak. d. Belum meratanya sarana dan prasarana berkualitas. e. Belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya alam. f. Menurunnya kualitas lingkungan hidup. g. Tingginya angka kriminalitas. h. Banyaknya pelanggaran hukum, tingginya angka kekerasan dalam masyarakat dan rumah tangga. i. Belum optimalnya kinerja aparatur. j. Terbatasnya anggaran pembangunan daerah. Selanjutnya sepuluh permasalahan tersebut memunculkan isu aktual pembangunan yang terumuskan dalam sepuluh isu strategis pembangunan Kabupaten Malang. Kesepuluh isu strategis tersebut adalah: a. Peningkatan peran kehidupan umat beragama dalam aspek pembangunan daerah. b. Reposisi peran perempuan dalam pembangunan. c. Pengentasan kemiskinan dan pengangguran. d. Jangkauan dan mutu layanan pendidikan e. Jangkauan layanan kesehatan masyarakat. f. Revitalisasi pertanian.
Bab I - 8.

dari

dokumen RPJM tergantung pada substansinya dan kesepakatan antara pemerintah

pendidikan dan

kesehatan yang

g. Revitalisasi IKM dan UMKM. h. Daya saing pariwisata. i. Pelayanan Prima. j. Good governance. Terkait dengan hal tersebut di atas, kebijakan pembangunan dalam RPJMD Kabupaten Malang 20062010 didasarkan pada sepuluh isu strategis dan sepuluh permasalahan yang ada di Kabupaten Malang. 1.2. Maksud dan Tujuan Maksud penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Malang Tahun 2006-2010 adalah: a. Untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pada setiap tahun anggaran selama 5 (lima) tahun yang akan datang. b. Memberikan arah pembangunan dalam jangka lima tahun ke depan. c. Untuk menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar pelaku pembangunan di Kabupaten Malang. d. Untuk menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efektif, efisien, berkeadilan dan berkelanjutan. e. Menciptakan sinergitas pelaksanaan pembangunan daerah antar wilayah, antar sektor pembangunan dan antar tingkat pemerintah. f. Memberikan tolok ukur untuk mengukur dan melakukan evaluasi kinerja tahunan setiap satuan kerja perangkat daerah. Sedangkan tujuan penyusunan RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2006-2010 ini adalah tersedianya dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun yang selanjutnya dijadikan sebagai pedoman atau acuan dalam menetapkan: (a) arah kebijakan keuangan daerah, (b) strategi pembangunan daerah, (c) kebijakan umum, (d) program SKPD dan lintas SKPD, serta program kewilayahan yang disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan pendanaan yang bersifat indikatif. 1.3. Landasan Hukum Dalam penyusunan RPJM Daerah ini, sejumlah peraturan telah digunakan sebagai rujukan, yaitu: a. Landasan idiil Pancasila. b. Landasan konstitusional Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. c. Landasan operasional: 1. Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003 No. 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4286); 2. Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
Bab I - 9.

3. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 No. 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4437); 4. Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000, tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 108 tahun 2000 Tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2001 tentang Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4124; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga; dan 11. Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

1.4. Prinsip Dasar Menata Pembangunan Kabupaten Malang 2006-2010 Proses perencanaan pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten bertahap Malang dan ditempuh melalui mekanisme serta selalu koordinasi/musyawarah secara berkesinambungan

mempunyai keterkaitan antara satu bidang dengan bidang lainnya dan antara satu tahapan dengan tahapan berikutnya yang sifatnya lima tahunan. Koordinasi perencanaan pembangunan tersebut diselenggarakan dalam berbagai dimensi, yaitu ; lintas sektor, lintas daerah, lintas lembaga dan lintas sumber pembiayaan. Sesuai dengan paradigma pembangunan baru dengan azas desentralisasi dan otonomi daerah, maka pemerintah Kabupaten Malang mengembangkan pola komunikasi proaktif dan intens antara satu dengan lainnya, namun masing-masing pihak menjalankan peran dan fungsi tanpa ada tumpang tindih satu sama lainnya. Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional, proses perencanaan pembangunan yang dianut mencakup lima pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan. Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan politik; pendekatan teknokratik; pendekatan partisipatif; pendekatan atas-bawah (top-down) dan pendekatan bawah-atas (bottom-up).
Bab I - 10.

Pendekatan

politik

memandang

bahwa

pemilihan

Bupati

adalah

proses

penyusunan rencana, karena rakyat menentukan pilihannya berdasarkan programprogram pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon Bupati. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Bupati terpilih pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah. Perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metoda dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu. Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Keterlibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Sedangkan pendekatan atas-bawah (top down) dan bawahatas (bottom up) dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah (top down) dan bawah atas (bottom up) diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat kabupaten, kecamatan dan desa. Perencanaan pembangunan meliputi empat tahapan,yakni: (a) Penyusunan rencana, (b) penetapan rencana, (c) pengendalian pelaksanaan rencana dan (d) evaluasi pelaksanaan rencana. Empat tahapan tersebut diselanggarakan secara berkelanjutan, sehingga secara keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh. Tahap penyusunan rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang siap untuk ditetapkan yang terdiri dari 4 (empat) langkah. Pertama, penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh dan terukur. Kedua, masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan. Ketiga, menjaring aspirasi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan oleh masingmasing jenjang pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan. Keempat, penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan. Penetapan rencana merupakan salah satu produk hukum, sehingga mengikat semua pihak untuk melaksanakan isi rencana-rencana tersebut. Berdasarkan pada Undang-undang RI Nomor 25 Tahun 2004, untuk itu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Malang harus ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Sementara itu, pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah. Demikian pula halnya dengan pengendalian pelaksanaan rencana yang mencakup kegiatan monitoring juga dilakukan oleh Satuan Kerja Perencanaan Pembangunan Daerah.

Bab I - 11.

Dipahami bahwa setiap daerah, termasuk Kabupaten Malang, mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain. Oleh sebab itu, perencanaan pembangunan ekonomi di Kabupaten Malang perlu mengenali karakter ekonomi, sosial dan fisik daerah itu sendiri, termasuk interaksinya dengan daerah lain. Selain itu, dalam menyusun strategi pembangunan ekonomi daerah, baik jangka pendek maupun jangka panjang, pemahaman mengenai teori pertumbuhan eknomi wilayah yang dirangkum dari kajian terhadap pola-pola pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang, merupakan satu faktor yang menentukan kualitas rencana pembangunan ekonomi daerah tersebut. Perekonomian daerah yang akan dikembangkan dalam tahun 2006-2010 sebagai kelanjutan dari kebijakan sebelumnya yaitu perekonomian yang mengarah kepada percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan memberi kesempatan yang luas untuk tumbuh dan berkembangnya ekonomi dengan pelaku bisnis lainnya. Keinginan kuat Pemerintah Kabupaten Malang untuk mewujudkan strategi pengembangan ekonomi daerah dapat membuat masyarakat ikut serta membentuk struktur ekonomi yang dicita-citakan. Dengan pembangunan ekonomi yang terencana, diharapkan bahwa pembayar pajak dan penanam modal dapat tertarik untuk menanamkan investasi sehingga meningkatkan ekonomi. Kebijakan pertanian yang mantap di Kabupaten Malang diharapkan akan membuat pengusaha dapat melihat adanya peluang untuk meningkatkan produksi pertanian, pemenuhan kebutuhan pangan dan perluasan ekspor. Demikian pula dengan peningkatan efisiensi pola kerja pemerintahan dalam pembangunan, sebagai bagian dari perencanaan pembangunan, pengusaha dapat mengantisipasi bahwa pajak dan retribusi tidak dinaikkan, sehingga tersedia lebih banyak modal bagi pembangunan ekonomi tahun mendatang. Pembangunan ekonomi Kabupaten Malang harus dapat memberikan solusi terhadap isu-isu ekonomi lokal yang dihadapi, dan perlu mengkoreksi kebijakan yang keliru. Dengan demikian, pembangunan ekonomi di kabupaten ini menjadi bagian pembangunan daerah secara menyeluruh. Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan dua prinsip dasar pengembangan ekonomi Kabupaten Malang yang perlu diperhatikan adalah: (1) mengenali karakter ekonomi wilayah, dan (2) merumuskan manajemen pembangunan daerah dengan lokal kerakyatan bersama-sama

prinsip kerakyatan yang pro bisnis.


a. Mengenali Karakter Ekonomi Wilayah Isu-isu utama yang perlu dikenali dalam kerangka pengenalan perkembangan ekonomi wilayah di Kabupaten Malang, antara lain adalah: 1. Perkembangan penduduk dan urbanisasi, pertumbuhan penduduk merupakan salah satu variabel pertumbuhan ekonomi, yang mampu menyebabkan suatu wilayah berubah cepat dari desa pertanian menjadi agropolitan dan selanjutnya menjadi kota besar.
Bab I - 12.

2. Dominasi sektor pertanian lebih dikembangkan dengan upaya pengembangan sektor agribisnis yang mampu mengangkat dan mempromosikan agroindustri di wilayah tertinggal. 3. Sektor pariwisata, memberikan dukungan ekonomi yang kuat terhadap suatu wilayah. Industri ini dapat menghasilkan pendapatan besar bagi ekonomi lokal. Kekayaan/keindahan alam dan budaya dapat menjadi daya tarik wilayah, dan kemudian berlanjut menarik turis dan penduduk ke wilayah tersebut. 4. Kualitas lingkungan, persepsi atas suatu wilayah apakah memiliki kualitas hidup yang baik, merupakan hal penting bagi dunia usaha untuk melakukan investasi. Investasi pemerintahan daerah dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat sangat penting untuk mempertahankan daya saing, keterkaitan wilayah dan aglomerasi, kemampuan wilayah untuk mengefisienkan pergerakan orang, barang dan jasa adalah komponen pembangunan ekonomi yang penting. Suatu wilayah perlu memiliki akses transportasi menuju pasar serta mobilitas pasar secara lancar. b. Manajemen Pembangunan Dengan Prinsip Kerakyatan Yang Pro Bisnis Pemerintah Kabupaten Malang dan pelaku bisnis (pengusaha) diperkirakan merupakan dua kelompok yang paling berpengaruh dalam menentukan corak pertumbuhan ekonomi daerah. Dalam hal ini, Pemerintah Kabupaten Malang mempunyai kelebihan dalam satu hal dan keterbatasan dalam hal lain, demikian juga pengusaha. Sinergi antara keduanya untuk merencanakan bagaimana ekonomi Kabupaten Malang diarahkan, perlu menjadi pemahaman bersama. Pemerintah Kabupaten Malang mempunyai tugas/kewajiban menerbitkan

berbagai peraturan, menyediakan berbagai sarana dan menciptakan peluang, serta membentuk wawasan orang banyak. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Malang perlu banyak memahami tentang proses kegiatan ekonomi yang sebenarnya berlangsung. Disinilah perlunya dikembangkan prinsip-prinsip manajemen pembangunan pro-bisnis yang antara lain, meliputi : 1. menyediakan informasi kepada pengusaha kecil dan menengah. 2. memberikan kepastian dan kejelasan kebijakan. 3. mendorong sektor jasa dan perdagangan. 4. meningkatkan daya saing pengusaha daerah, dan 5. membentuk ruang yang mendorong kegiatan ekonomi kerakyatan. Komponen pokok percepatan ekonomi lokal Kabupaten Malang 2006-2010 Beberapa komponen pokok yang diupayakan untuk percepatan ekonomi lokal yang menjadi pertimbangan di Kabupaten Malang adalah: a. Membangun Daya Tarik Membangun daya tarik yang dimaksud antara lain meliputi: penyehatan iklim investasi dan dinamisasi ekonomi daerah. Hal ini merupakan salah satu upaya menciptakan kondisi yang kondusif terutama untuk menarik investasi baik investasi
Bab I - 13.

domestik (selain investasi lainnya) guna menciptakan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat daerah. Ada beberapa faktor penyehatan iklim investasi yang perlu menjadi perhatian utama, yaitu: 1. faktor biaya yang terkait dengan sistem perizinan dan perpajakan yang transparan dan efisien. 2. tersedianya infrastruktur (transportasi, telekomunikasi, energi dan air) yang efisien dan cukup. 3. tenaga kerja lokal yang cukup kompetitif. 4. citra dan persepsi budaya good governance. Sedangkan faktor dinamisme ekonomi dapat dilihat dari beberapa kriteria yaitu: 1. potensi, struktur ekonomi, stabilitas makro ekonomi dan dinamika sosial politik yang kondusif. 2. tranparansi, stabilitas dan prediktibilitas kebijakan. 3. institusi yang efektif memberikan kepastian hak kepemilikan dan kontrak. 4. menemukan serta mempromosikan citra komoditi dan produk unggulan daerah. b. Membangun Daya Tahan Daya tahan ekonomi merupakan kemampuan menyesuaikan diri serta memulihkan diri sektor ekonomi dari tekanan-tekanan faktor ekonomi maupun non ekonomi. Dalam lingkungan yang senantiasa berubah dimana peluang dan resiko dapat muncul setiap saat, setiap unit ekonomi baik rumah tangga, perusahaan, maupun daerah, perlu mempersiapkan diri. Hal yang perlu dilakukan adalah upaya untuk diversifikasi usaha dan transformasi produk serta pengembangan kewirausahaan.

c. Membangun Daya Saing Konsep regional managemen adalah mengintegrasikan wilayah administrasi menjadi wilayah ekonomi dalam suatu wadah kerjasama antar daerah di bidang kebijakan ekonomi, komunikasi informasi, serta kerjama pemasaran. Sejalan dengan dua strategi di atas, maka kegiatan yang dapat dilakukan untuk membangun daya saing ekonomi Kabupaten Malang, antara lain adalah dengan cara mendukung peningkatan produktivitas, efisiensi dan keberlanjutan, mendukung keberlanjutan inovasi produk unggulan serta membangun kemitraan regional. 1.5. Hubungan antara RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya Hubungan antara RPJM Kabuapten Malang dengan Dokumen Perencanaan lainnya secara sistematis didiskripsikan dalam bentuk diagram alir seperti pada gambar 1.1, di bawah ini:

Bab I - 14.

Kondisi Daerah Potensi Kinerja Makro Sosek Capacity Accessment Produksi SIPRODA Konsumsi Proyeksi Kondisi Daerah Value Behaviour Analysis Performance GAP Permasalahan & Tantangan R. Tata Ruang Nilai Beban Pelayanan 21 Sek 1. TASKINGUR 2. Pemerataan 3. Pemberdayaan 4. Perijinan 5. DIKNAKERHAT
.. .. .. .. ..

Panduan arah kebijakan

Kinerja Makro Sosek Riil 3 th PKK Pelayanan PPS Pembangunan

TUPOKSI

DASK AKU - SP

RKPD

Renstra

Lokasi Keg. Indeks Kompetisi Daya Beli Inflasi Investasi Konservasi Rawsos RPJM Awal RPJM Pendahuluan Gambaran Umum Kondisi Daerah Kabupaten Malang Visi dan Misi Pembangunan Strategi Pembangunan Daerah Kabupaten Malang Arah Kebijakan Keuangan Daerah Arah Kebijakan Umum Program Pembangunan Daerah Penutup v Program transisi v Kaidah pelaksanaan

Akselator Pertumbuhan 1. Manajemen Kuota 2. Demand Base Management 3. Proyek (S + P) 4. Mekanisme Pasar 5. Swadaya Daya Serap Naker Sektoral

KinGur

ANALISIS Perumusan Visi Misi Perumusan Arah Pembangunan Keuangan Daerah

Gambar 1.1. Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

Bab I - 15.

1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan RPJM Kabupaten Malang periode 2006-2010 ini mengacu pada Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyusunan RPJP Daerah dan RPJM Daerah. Sistematika tersebut adalah sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan 1.3. Landasan Hukum 1.4. Prinsip Dasar Menata Pembangunan Kabupaten Malang 2006 - 2010 1.5. Hubungan RPJM Kabupaten Malang dengan Dokumen Perencanan Lainnya. 1.6. Sistematika Penulisan BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KABUPATEN MALANG 2.1. Kondisi Geografis 2.2. Bidang Perekonomian Daerah 2.3. Bidang Sosial Budaya Daerah 2.4. Bidang Prasarana dan Sarana Daerah 2.5. Bidang Pemerintahan Umum BAB III. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN 3.1. Visi 3.2. Misi BAB IV. STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MALANG 4.1. Analisis Lingkungan 4.2. Isu strategis 4.3. Strategi Pembangunan di Kabupaten Malang 4.4. Sasaran BAB V. ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 5.1. Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah 5.2. Arah Pengelolaan Belanja Daerah 5.3. Kebijakan Umum Anggaran BAB VI. ARAH KEBIJAKAN UMUM 6.1. Peningkatan Kesalehan Sosial 6.2. Peningkatan Kualitas Kehidupan Politik dan Penegakan Hukum 6.3. Peningkatan Pelayanan Publik 6.4. Peningkatan Pembangunan Ekonomi dan Infrastruktur 6.5. Pengentasan Kemiskinan, pengangguran dan Perbaikan Iklim Ketenagakerjaan
Bab IV - 16.

6.6. Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan 6.7. Optimalisasi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup BAB VII. PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 7.1. Program Pembangunan Daerah 7.2. Rencana Kerja BAB VIII. PENUTUP 8.1. Program Transisi 8.2. Kaidah Pelaksanaan

BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KABUPATEN MALANG

2.1. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Malang terletak antara 112o17,10,90 sampai dengan 122o57 ,00,00 Bujur Timur dan 7o44,55,11 sampai dengan 8o26,35,45 Lintang Selatan. Dengan luas wilayah sekitar 3.347,8 Km2, Kabupaten Malang
Bab IV - 17.

menduduki

urutan

kedua

terluas

setelah

Kabupaten

Banyuwangi

dari

38

kabupaten/kota di Wilayah Propinsi Jawa Timur. Dari seluruh total luas tersebut, lebih dari 50 persen merupakan lahan pertanian yang berupa sawah, tegalan dan perkebunan. Sedangkan pemanfaatan untuk pemukiman penduduk sekitar 13,68 persen. Kabupaten Malang dikelilingi oleh enam kabupaten dan Samudera Indonesia. Sebelah Utara-Timur, berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo. Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Lumajang. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudera Indonesia. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Blitar. Sebelah Barat-Utara, berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Mojokerto. Letak geografis ini menyebabkan Kabupaten Malang memiliki posisi yang cukup strategis. Hal ini ditandai dengan semakin ramainya jalur transportasi yang melalui Kabupaten Malang dari waktu ke waktu. Sedangkan jika dilihat dari topografinya, Kabupaten Malang terdiri dari gununggunung dan perbukitan. Kondisi topografi yang demikian mengindikasikan potensi hutan yang besar. Hutan yang merupakan sumber air yang cukup, yang mengalir sepanjang tahun melalui sungai-sungainya mengairi lahan pertanian. Beberapa gunung yang menyentuh wilayah Kabupaten Malang yang telah dikenal dan telah diakui secara nasional yaitu Gunung Semeru (3.676 meter) gunung tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Kelud (1.731 meter), Gunung Welirang (3.156 meter) dan Gunung Arjuno (3.339 meter), dan masih banyak lagi yang belum dikenal secara nasional. Kondisi topografi pegunungan dan perbukitan menjadikan Kabupaten Malang terkenal sebagai daerah sejuk dan banyak diminati sebagai tempat tinggal dan tempat peristirahatan. Dengan ketinggian rata-rata pusat pemerintahan kecamatan 524 meter dari permukaan laut, suhu udara rata-rata Kabupaten Malang relatif rendah. Pada tahun 2003 rata-rata suhu udara yang dicatat enam stasiun klimatologi mencapai 23,52
0

C, dengan suhu tertinggi mencapai 29,32 0C, dan suhu terendah mencapai 19,50 oC. Penetapan fungsi kawasan di Kabupaten Malang dipilah atas kawasan budidaya

tahunan, kawasan budidaya tanaman semusim, kawasan lindung terbatas, kawasan lindung lainnya, kawasan penyangga, kawasan perlindungan mata air, kawasan perlindungan sungai, kawasan perlindungan waduk dan kawasan perlindungan pantai serta kawasan rawan bencana. Di Kabupaten Malang, daerah yang dikategorikan rawan bencana adalah rawan letusan gunung berapi, rawan longsor dan rawan banjir. Kawasan rawan bencana letusan gunung berapi Semeru adalah Kecamatan Poncokusumo khususnya daerah Ngadas dan Gubugklakah. Daerah yang rawan terhadap longsor di Kabupaten Malang meliputi wilayah perbukitan dan daerah aliran sungai, salah satu kecamatan yang terkena longsor akibat hujan lebat adalah Kecamatan Tirtoyudo. Daerah rawan banjir tersebar di beberapa kecamatan yakni Kecamatan Singosari (banjir bandang/lumpur), Kecamatan Dau, Kecamatan Bantur (5 tahun sekali), Kecamatan Tirtoyudo (banjir bandang akibat penebangan hutan Desa Pujiharjo, Purwodadi), Kecamatan Kasembon (Desa Bayem), Kecamatan Sumberpucung (Desa Trenyang), Kecamatan Bantur (Desa
Bab IV - 18.

Sumberbening), Kecamatan Donomulyo (Desa Banjarejo), Kecamatan Sumbermanjing Wetan (Desa Kedungbanteng), Kecamatan Ampelgading (Desa Lebakharjo), Kecamatan Jabung (Desa Gading Kembar), Kecamatan Lawang (Desa Srigading) dan Kecamatan Wajak (Desa Patok Picis). Penetapan Fungsi Kawasan di Kabupaten Malang tertuang dalam Tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1. Penetapan Fungsi Kawasan di Kabupaten Malang Tahun 2000 2010 NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KAWASAN Budidaya Tahunan Budidaya Tanaman Semusim Lindung Terbatas Lindung Mutlak Lindung Lainnya Penyangga Perlindungan Mata Air Perlindungan Sungai Perlindungan Waduk Perlindungan Pantai Jumlah HA 831.53,04 18.936,75 40.554,87 13.036,13 56.462,84 100.096,58 172,04 7.307,74 2.841,84 2.358,49 3.24.920,32 (%) 25,59 5,83 12,48 4,01 17,38 30,81 0,05 2,25 0,87 0,73 100

Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang, 2002

2.2. Kondisi Perekonomian Daerah Kabupaten Malang merupakan satu kabupaten yang tergolong memiliki tingkat aktivitas ekonomi yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari besarnya jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Malang yang menduduki peringkat 6 dari 33 kabupaten/kota yang ada di propinsi Jawa Timur setelah Kota Surabaya, Kota Kediri, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Pasuruan. Cukup tingginya aktivitas ekonomi di Kabupaten Malang tidak terlepas dari tingginya aktivitas masyarakat dalam masing-masing sektor ekonomi yang ada di Kabupaten Malang. Sektor ekonomi yang memberikan kontribusi paling tinggi selama kurun waktu lima tahun terakhir adalah sektor pertanian, kemudian disusul oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor industri pengolahan serta sektor jasa.

Tabel 2.2. Kontribusi Masing-Masing Sektor Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Malang Tahun Atas Dasar Harga Konstan (2000-2004) (persen)
No 1. Kelompok Sektor/Sektor Kelompok Sektor Primer 2000 31.23 2001 30.79 2002 30.45 2003 29.24 2004 30.59 rerata 30.46
Bab IV - 19.

1.1. 1.2. 2. 2.1. 2.2. 2.3. 3. 3.1. 3.2. 3.3. 3.4.

Pertanian Pertambangan dan Penggalian Kelompok Sektor Sekunder Industri Pengolahan Listrik dan Air Minum Bangunan Kelompok Sektor Tersier Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total

30.56 0.67 18.19 14.39 2.15 1.66 50.58 22.54 8.32 4.98 14.75 100.00

30.09 0.69 18.53 14.59 2.32 1.63 50.68 22.55 8.19 5.34 14.59 100.00

29.74 0.71 18.58 14.60 2.36 1.61 50.79 22.95 8.05 5.44 14.53 100.00

28.53 0.71 18.33 14.44 2.28 1.61 51.18 23.53 7.96 5.36 14.34 100.00

29.86 0.73 18.86 14.89 2.30 1.67 50.55 23.53 7.86 5.29 13.86 100.00

29.76 0.70 18.50 14.58 2.28 1.64 50.76 23.02 8.08 5.28 14.41 100.00

Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka 2004 (diolah)

Tabel 2.2 menggambarkan peran masing-masing sektor terhadap PDRB. Peran sektor di atas dikelompokkan menjadi 3 sektor pokok, yaitu kelompok sektor primer, sekunder dan tertier. Sektor primer mencakup sektor pertanian, sektor pertambangan dan Galian. Peranan kelompok sektor primer lima tahun terakhir memberikan kontribusi rerata sebesar 30,59%, yang didominasi sektor pertanian dengan kontribusi rerata sebesar 29,76%. Potensi sektor primer tersebut mendukung sektor basis ekonomi di Jawa Timur secara umum, hal ini dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel. 2.3 Daerah Penyumbang Potensi Sektor Primer di Jawa Timur


NO. TAN PANGAN PERKEBUNAN PETERNAKAN PERIKANAN PERTAMBANGAN

1. Kab. Malang Kab. Jember Kab. Malang 2. Kab. Prob Kab. Blitar Kab. Blitar 3. Kab. Jember Kab. Malang Kab. Bangkalan 4. Kab. BWI 5. Kab. Bojoneg 6. Kab. Blitar 7. Kab. Lamong Sumber: Majalah Perspektif Bappeprop Jatim, 2005

Kab. Gresik Kab. Lamong Kab. Sidoarjo Kab. Bondo

Kab. Tuban Kab. Gresik

Dari tabel 2.3 di atas dapat dilihat posisi Kabupaten Malang cukup berperan dalam sektor ekonomi primer di Jawa Timur, terutama di subsektor pertanian tanaman pangan, perkebunan dan peternakan, sedangkan sub sektor perikanan dan pertambangan Kabupaten Malang belum cukup diperhitungkan di Jawa Timur,
Bab IV - 20.

walaupun sebenarnya subsektor kelautan Kabupaten Malang cukup potensial dengan garis pantai sepanjang 102,625 km, oleh karena itu diharapkan program dan kegiatan kita mendukung Program Prioritas Propinsi Jawa Timur yang menyentuh wilayah laut kita, yaitu Pengembangan Jalan Lintas Selatan (JLS) dan pengembangan Pelabuhan Pendaratan Ikan Sendang Biru, sehingga kekayaan laut Kabupaten Malang dapat berperan dalam meningkatkan PDRB, yang saat ini kontribusi perikanan pada Tahun 2004 hanya 0,30% (tabel2.7) . Aktivitas sektor ekonomi primer khususnya pertanian yang mendominasi rerata kontribusi PDRB lima tahun terakhir ini diharapkan akan lebih mantap dengan adanya program revitalisasi pertanian, yang meliputi peningkatan pemberdayaan subsektor pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan serta kehutanan, sehingga mampu menggerakkan aktivitas sektor lain yaitu sektor sekunder dan tersier. Kelompok ekonomi sektor sekunder mencakup sektor industri pengolahan, sektor Listrik dan Air Bersih, dan sektor Bangunan memberikan kontribusi terendah terhadap PDRB Kabupaten Malang, yaitu sebesar rerata 18,50%. Peran kelompok sektor ini didominasi sektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi rerata sebesar 14,58% selama lima tahun terakhir. Sebagai gambaran untuk Wilayah Regional Jawa Timur, kabupaten/kota yang dominan dengan sektor industri adalah Kota Surabaya, Kab. Sidoarjo, Kab. Pasuruan, Kab. Gresik, Kab. Mojokerto, Kota Kediri dan Kab. Tuban. Kabupaten Malang diharap mampu mengikuti jejak Kabupaten Pasuruan sebagai wilayah terdekat yang sudah memiliki kawasan industri. Dengan terbangunnya kawasan industri di Kabupaten Malang diharap pertumbuhan aktivitas sektor sekunder semakin terpacu, hal ini sangat memungkinkan dengan adanya program pengembangan infrastruktur yang mendukung eksistensi kawasan industri, yaitu pembangunan Jalan Tol Malang Surabaya, Jalan Lintas Selatan, serta komersialisasi Bandara Abdul Rahman Saleh. Kelompok sektor tersier yang terdiri dari dari sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan Bangunan dan Jasa Perusahaan, dan Sektor Jasa-Jasa, memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Malang yaitu sebesar rerata 50,76%. Peran sektor ini didominasi sektor Perdagangan, Hotel & Restoran yang memberikan kontribusi rerata sebesar 23,02%. Posisi Kabupaten Malang di Wilayah Jawa Timur bisa dibanggakan sebagai wilayah dominan sektor tersiernya, urutan selengkapnya adalah Kabupaten Malang, Kabupaten Madiun, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Kediri, Kabupaten Pasuruan serta Kota Surabaya Secara keseluruhan di Kabupaten Malang dari tahun 2000 sampai tahun 2004 peran rerata sektor primer sebesar 30,46%, sektor sekunder 18,50% dan sektor tersier 50,79%. Meskipun aktivitas perekonomian di Kabupaten Malang cukup tinggi, namun selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir mengalami juga pasang surut. Kondisi pasang surut tersebut disebabkan oleh imbas dari kondisi makro ekonomi nasional yang
Bab IV - 21.

cenderung memburuk terutama pada saat terjadi krisis moneter. Berikut ini kondisi perekonomian Kabupaten Malang selama sepuluh tahun terakhir (tahun 1994 sampai 2004) dan perbandingannya dengan kondisi perekonomian Propinsi Jawa Timur dan Nasional.

Tabel 2.4. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur, dan Nasional Selama Sepuluh Tahun Terakhir (1994 2004)
REGIONAL PRA KRISIS (1994-1997) KRISIS (1998) PASKA KRISIS (1999-2003) OTONOMI (2001-2004)

Nasional Jawa Timur Kabupaten Malang

7,07 7,17 5,50

-13,13 -16,12 -6,64

4,17 3,83 3,99

5,5 5,4 5,1

Berdasarkan tabel diatas pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang selama sepuluh tahun terakhir selalu berada di bawah pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Timur dan Nasional. Namun pada saat krisis ekonomi Kabupaten Malang mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi paling rendah di antara tiga daerah tersebut. Rendahnya dampak krisis ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang, karena sektor yang menjadi basis pertumbuhan ekonomi atau aktivitas ekonomi Kabupaten Malang adalah sektor pertanian dan perdagangan. Kedua sektor tersebut merupakan sektor yang memiliki ketahanan terhadap pengaruh krisis moneter yang terjadi pada perekonomian makro, karena sektor ini merupakan sektor yang berbasis pada sumber daya lokal. Berikut ini adalah gambaran perbandingan pertumbuhan ekonomi antara Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur, dan Nasional selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir, yang terbagai pada empat kondisi yaitu: kondisi sebelum krisis, kondisi pada saat krisis, kondisi paska krisis, dan kondisi mulainya pelaksanaan otonomi daerah.

Gambar 2.1. Grafik Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Malang


PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MALANG
Provinsi Jawa Timur, dan Nasional Tahun 1994-2003

10
% Angka Pertumbuhan

7.54 7.23

8.22 7.82 8.26 8.18 6.56 6.88

5
5.03

4.7 5.02 4.56

2.61

0 -5 -10
-13.13

4.4 3.82 3.64 5.18 4.11 3.41 3.33 3.26 1.47 4.00 3.66 3.32 1.21 0.85 4.41

4.84

94

95

96

97

98
-6.64

99

'00

'01

'02

'03

'04

-15 -20
-16.12

Bab IV - 22.

Kab. Malang

Jawa Timur

Nasional

Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa sebelum krisis pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang cenderung konstan, namun setelah memasuki krisis ekonomi pertumbuhannya mengalami penurunan, bahkan sampai 6,64%, tapi penurunan tersebut merupakan penurunan terendah dibanding propinsi dan nasional. Setelah krisis pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang menunjukkan trend yang positif sampai pada saat sekarang, namun lebih lambat dibanding rerata Jawa Timur dan Nasional, hal ini disebabkan karena kontribusi sektor ekonomi Kabupaten Malang yang dominan adalah sektor primer yang umumnya menghasilkan nilai tambah sedikit atau dengan kata lain harga jualnya sangat rendah, dibanding produk sektor industri dan jasa yang merupakan sektor ekonomi dominan pada rerata Jawa Timur dan Nasional. Oleh karena itu sebaiknya kontribusi ekonomi sektor primer diarahkan bergeser pada sektor industri, dalam hal ini agroindustri dan industri pertambangan. Begitupun sektor perdagangan Kabupaten Malang lebih ditekankan untuk meningkatkan komoditas ekspor agar mampu meningkatkan nilai tambah yang merupakan faktor utama penentu pertumbuhan ekonomi. Adapun pertumbuhan aktivitas ekonomi Kabupaten Malang selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.5. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Malang Tahun Atas Dasar Harga Konstan (2001-2004) (persen)
No 1. 1.1. 1.2. 2. 2.1. 2.2. 2.3. 3. 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. Kelompok Sektor/Sektor Kelompok Sektor Primer Pertanian Pertambangan dan Penggalian Kelompok Sektor Sekunder Industri Pengolahan Listrik dan Air Minum Bangunan Kelompok Sektor Tersier Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total 2001 2.95 2.83 8.39 6.36 5.85 12.87 2.41 4.61 4.49 2.80 12.00 3.32 4.41 2002 2.50 2.41 6.57 3.88 3.77 5.55 2.43 4.24 5.45 1.86 5.52 3.22 3.64 2003 3.95 3.96 3.44 2.45 2.69 0.05 3.81 4.25 6.45 2.60 2.25 2.43 3.82 2004 5.48 5.42 8.05 8.19 8.38 6.39 9.07 3.85 5.17 3.95 3.86 1.64 5.14 rerata 3.72 3.65 6.61 5.22 5.17 6.21 4.43 4.24 5.39 2.80 5.91 2.65 4.25

Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka 2004 (diolah)

Bab IV - 23.

Pertumbuhan ekonomi sektor sekunder menempati posisi pertama untuk laju pertumbuhan rerata Tahun 2001 2004 yaitu sebesar 5,22%, diikuti sektor tersier 4,24% serta pertumbuhan terendah adalah sektor primer sebesar 3,72%.

Tabel 2.6. Rerata Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Malang Tahun Atas Dasar Harga Konstan (2001-2004) (persen)
No 1. 1.1. 1.2. 2. 2.1. 2.2. 2.3. 3. 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. Kelompok Sektor/Sektor Kelompok Sektor Primer Pertanian Pertambangan dan Penggalian Kelompok Sektor Sekunder Industri Pengolahan Listrik dan Air Minum Bangunan Kelompok Sektor Tersier Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Rerata Kontribusi 30.46 29.76 0.70 18.50 14.58 2.28 1.64 50.76 23.02 8.08 5.28 14.41 Laju pertumbuhan 3.72 3.65 6.61 5.22 5.17 6.21 4.43 4.24 5.39 2.80 5.91 2.65 4.25

Total 100.00 Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka 2004 (diolah)

Tabel 2.6 menunjukkan kontribusi dan laju pertumbuhan sektor ekonomi. Kontribusi sektor ekonomi secara berurutan yang dominan adalah sektor pertanian (29,76%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (23,03%), sektor induatri pengolahan (14,58%) serta sektor jasa (14,41%), sedangkan laju pertumbuhan sektor tertinggi sektor listrik dan air minum (6,61%), sektor pertambangan dan penggalian (6,21%), sektor keuangan (5,91%), sektor perdagangan (5,39%) serta sektor industri pengolahan (5,17%). Untuk menetapkan target pertumbuhan ekonomi harus dilihat dua sisi keadaan perekonomian agar pilihan sektor mana yang mampu memacu laju pertumbuhan lebih tepat. Hal utama yang dilihat adalah kontribusi sektor. Sektor yang memiliki kontribusi dominan akan mampu menggerakkan aktivitas perekonomian, selain itu perlu juga melihat laju pertumbuhan sektor, namun bisa dikesampingkan apabila kontribusi sektor tersebut terlalu rendah, karena dalam jangka waktu lima tahun tidak mungkin ada pergerseran peran sektor secara berarti, sehingga untuk jangka waktu lima tahun ke depan peran sektor yang terlalu kecil dengan laju pertumbuhan tinggi tidak cukup berperan dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, misalnya sektor pertambangan memiliki laju pertumbuhan rerata 6,61% merupakan laju pertumbuhan tertinggi dibanding sektor yang lain, namun kontribusi dalam PBRB hanya 0,70% maka akan sangat sulit merubah atau meningkatkan PDRB secara keseluruhan, sebaliknya sektor pertanian yang memiliki kontribusi 29,76% dan rerata
Bab IV - 24.

pertumbuhannya di bawah rata-rata pertumbuhan Kabupaten Malang akan tetap memiliki arti penting dalam mempengaruhi aktivitas ekonomi secara keseluruhan.

Tabel 2.7. Sektor yang berperan dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Malang No. 1. Sektor Sektor Perdagangan Kontribusi (%) 23,02 Pertumbuhan (%) 5,39 Keterangan Nilai tambah tinggi terutama komoditi ekspor regional maupun internasional Menyerap banyak tenaga kerja Memiliki forward dan backward linkages Sangat berperan dalam wilayah regional Jatim Nilai tambah tinggi Menyerap tenaga kerja Menyerap produk primer lokal Menyerap tenaga kerja perorangan / rumah tangga

2.

Sektor Pertanian

29,76

3,65

3.

Sektor Industri Olahan Sektor Jasa

14,58

5,17

4.

14,41

2,65

Target Pertumbuhan ekonomi 5 6 % pada lima tahun ke depan dapat dicapai dengan kerja keras Pemerintah dan masyarakat dengan memperhatikan kontribusi dan laju pertumbuhan sektor. Empat sektor utama yang berpengaruh di Kabupaten Malang adalah sektor perdagangan, sektor pertanian, sektor industri pengolahan serta sektor jasa, yang memiliki dominasi dalam menyumbang besaran PDRB. Untuk mencapai target pertumbuhan 5 6 % akan dikupas satu persatu langkah langkah strategis yang harus dilakukan. Sektor perdagangan secara optimis dapat diharapkan karena memiliki kontribusi 23,02% dengan laju pertumbuhan diatas 5% atau tepatnya 5,39% (tabel 2.6). Pemerintah daerah hanya perlu menata regulasi perdagangan, baik pasar maupun pedagang kaki lima agar konsumen tetap berminat. Perlu diwaspadai regulasi yang mampu menghancurkan sektor perdagangan di wilayah misalnya berdirinya supermarket atau hypermarket di wilayah-wilayah perdagangan utama Kabupaten Malang, misalnya di kota-kota kecamatan, karena dikhawatirkan pasar tradisional yang menjadi tumpuan pendapatan masyarakat saat ini akan hancur. Selain itu perlu adanya pembangunan pasar produk pertanian di wilayah-wilayah perbatasan yang selama ini merupakan penghasil produk tetapi belum memiliki pasar sendiri, bahkan apabila memungkinkan dapat digunakan sebagai transaksi perdagangan oleh masyarakat luar daerah, dengan demikian retribusi dan nilai tambah bisa dinikmati oleh Kabupaten Malang. Sektor perdagangan juga sangat dipengaruhi oleh nilai ekspor komoditi Kabupaten Malang yang meningkat setiap tahunnya, yaitu sebesar $145.296.652,74 pada Tahun 2003, meningkat 4,93 % menjadi $152.460.735.03 pada Tahun 2004 dan
Bab IV - 25.

terakhir meningkat 16,25% menjadi $177.240.943,94 pada Tahun 2005,

sehingga

rerata kenaikan ekspor yang lebih dari 10% pertahun ini sangat penting untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Untuk mempertahankan nilai ekspor Kabupaten Malang diperlukan pembinaan inovatif yang mampu mempertahankan komoditi kita dalam lingkup perdagangan bebas. Sektor penting berikutnya yang mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi adalah sektor pertanian karena memiliki kontribusi yang dominan yaitu rerata 29,76% disamping itu sektor pertanian memiliki backward dan forward linkages, sehingga aktivitas sektor pertanian mampu menumbuhan sektor yang lainnya, misalnya aktivitas budidaya pertanian secara umum memerlukan pupuk, benih/bibit, tenaga kerja, obatobatan, alat dan mesin pertanian dan sebagainya; sedangkan pada saat/pasca panen memerlukan transportasi, tenaga kerja, alat dan mesin pengolah, packaging serta pemasaran. Sehingga peningkatan aktivitas pertanian mampu menarik input dari sektor industri benih, pupuk, obat-obatan, alat dan mesin pertanian serta tenaga kerja; ouput sektor pertanian digunakan sebagai input pada sektor industri pengolahan baik industri mikro, kecil, menengah maupun industri besar (misalnya penggilingan padi, lumbung desa modern, perusahaan makanan/minuman, pabrik gula, pabrik makanan ternak, industri krupuk/kripik dan sebagainya); produk pertanian juga mampu mengaktifkan perdagangan produk primer dan setengah jadi pada pedagang pengepul komoditas, pasar atau pusat perdagangan, serta menghidupkan restoran, warung dan pegusaha makanan perorangan. Dari uraian di atas sektor pertanian mampu menggerakkan multiplier effect yang sangat berperan dalam menghasilkan value added (nilai tambah) pada sektor primer, sekunder maupun tersier, sehingga sangat berperan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Untuk melihat lebih jauh kita lihat kontribusi dan laju pertumbuhan subsektor pertanian pada tabel 2.7 berikut:

Tabel 2.8. Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian Kabupaten Malang Tahun Atas Dasar Harga Konstan (2001-2004) (persen)
No 1. 1.1. 1.2. 1.3 1.4. 1.5 No 1. 1.1. 1.2. 1.3 Kelompok Sektor/Sektor Pertanian Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Kelompok Sektor/Sektor Pertanian Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan 2000 30.56 22.60 4.81 2.66 0.29 0.20 2000 2001 30.09 21.70 5.48 2.55 0.19 0.19 2001 2.83 0.23 18.85 0.08 2002 29.74 21.59 5.21 2.58 0.18 0.18 2002 2.41 3.11 -1.48 4.89 2003 29.78 21.59 5.12 2.68 0.20 0.19 2003 3.96 3.81 2.20 7.76 2004 29.86 21.36 5.24 2.71 0.25 0.30 2004 5.42 4.05 7.47 6.40 rerata 30.01 21.77 5.17 2.63 0.22 0.21 rerata 3.65 2.80 6.76 4.78
Bab IV - 26.

Kontribusi Sektor / Sub Sektor

Laju pertumbuhan Sektor / Sub Sektor

1.4. 1.5

Kehutanan Perikanan Total PDRB

-30.66 -4.53

0.08 2.89

15.11 6.67 3.82

31.46 64.51 5.14

4.00 17.39 4.25

4.41 3.64 Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka 2004 (diolah)

Dari tabel 2.7 Sektor pertanian pada lima tahun terakhir di dominasi oleh subsektor tanaman pangan yang memiliki kontribusi 21,77%, sedangkan subsektor perkebunan 5,17%, peternakan 2,63% serta subsektor kehutanan dan perikanan masingmasing sekitar 0,2%, sedangkan rerata pertumbuhan tertinggi subsektor perikanan 17,39% dan subsektor perkebunan 6,76%, pertumbuhan paling rendah hanya 2,80% adalah subsektor tanaman pangan. Sektor pertanian Kabupaten Malang sangat berperan dalam mendukung aktivitas sektor primer di Jawa Timur terutama sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan dan peternakan, sedangkan sektor perikanan dan kehutanan tidak cukup nampak di wilayah propinsi demikian pula di Kabupaten Malang kontribusinya tidak cukup berperan dalam menggerakkan sektor ekonomi. Selengkapnya dapat di lihat pada tabel 2.8 Tabel. 2.9 Daerah Penyumbang Sektor Pertanian di Jawa Timur
NO. TAN PANGAN PERKEBUNAN PETERNAKAN PERIKANAN Kb. Gresik Kb. Lamongan Kb. Sidoarjo Kb. Bondo KEHUTANAN Kb. Kediri Kb. Banyuwangi Kb. Tuban Kb. Lamongan Kb. Bondowoso Kb. Pasuruan Kb. Madiun Kb. Probolinggo Kb. Ngawi

1. Kb. Malang Kb. Jember Kb. Malang 2. Kb. Probolinggo Kb. Blitar Kb. Blitar 3. Kb. Jember Kb. Malang Kb. Bangkalan 4. Kb. Banyuwangi 5. Kb. Bojonegoro 6. Kb. Blitar 7. Kb. Lamongan 8. 9. Sumber: Majalah Perspektif Bappeprop Jatim, 2005

Melihat potensi sektor pertanian pada wilayah regional, maka subsektor pertanian yang mampu menggerakkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Malang adalah pertanian tanaman pangan, perkebunan dan peternakan, karena memiliki kemampuan ekspor di wilayah regional Jawa Timur. Hal ini dapat dipertahankan atau ditingkatkan dengan melaksanakan sepenuhnya Agenda Revitalisasi Pertanian yang meliputi Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian, Pemberdayaan Pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan) dengan kegiatan pengembangan agribisnis/agroindustri, dan penguatan kelembagaan petaninelayan, serta peningkatan produksi/produktivitas. Disamping itu diperlukan penanganan khusus regulasi penyaluran pupuk pada musim tanam dan Penguatan Lumbung Desa Modern yang mampu menampung hasil panen petani padi pada saat panen raya dan musim penghujan, karena dua hal ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani terutama petani padi, yang merupakan komoditi pangan dominan di Kabupaten Malang.

Bab IV - 27.

Sektor pendongkrak pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Malang berikutnya adalah sektor industri pengolahan dengan rerata kontribusi 14,58% dan memiliki laju pertumbuhan rerata melebihi rerata Kabupaten Malang yaitu sebesar 5,17% (tabel 2.6). Hal ini memberikan angin segar bagi Pemerintah Kabupaten Malang untuk memacu aktivitas sektor industri melalui pengembangan agroindustri karena kontribusi sektor primer khususnya pertanian cukup tinggi yaitu rerata 30,46% (tabel 2.2), sehingga pengembangan agroindustri sangat tepat terutama diarahkan pada pembinaan industri kecil menengah (IKM) dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang cukup banyak menampung tenaga kerja di Kabupaten Malang. Selain itu rencana pengembangan kawasan industri diharap mampu diwujudkan untuk pengelolaan kekayaan tambang Kabupaten Malang yang termasuk dalam Zona Tengah (pemetaan Regional Jawa Timur) yang meliputi kelompok mineral agregat, kelompok alumino silikat dan mineral lempung, disamping industri pengolahan hasil-hasil pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan dan kelautan serta kehutanan. Hal ini perlu direncanakan dengan serius, karena hambatan transportasi guna akses pengiriman input maupun output industri yang selama ini merupakan kendala akan segera diatasi dengan adanya Program Pembangunan Prioritas Jangka Menengah Propinsi Jawa Timur yaitu Jalan Tol MalangSurabaya, Jalan Lintas Selatan, Komuter, Komersialisasi Bandara Abdul Rahman Saleh serta Pengembangan Pelabuhan Pendaratan Ikan Pondok Dadap Kabupaten Malang. Sektor ke empat yang berperan dalam memacu pertumbuhan ekonomi adalah sektor jasa dengan kontribusi rerata 14,41% namun pertumbuhannya cukup lambat yaitu rerata 2,65%, untuk lebih jelasnya kontribusi subsektor jasa pada tabel berikut: Tabel 2.10. Kontribusi Sub Sektor Jasa Kabupaten Malang Tahun Atas Dasar Harga Konstan (2000-2004) (persen)
NO 1 a b KELOMPOK SEKTOR/SEKTOR Jasa - Jasa Pemerintahan Umum Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan dan Kebudayaan 2000 14,75 5,52 9,23 2,02 0,06 2001 14,59 5,30 9,29 2,01 0,06 2002 14,54 5,25 9,29 1,96 0,06 7,27 2003 14,33 5,18 9,15 1,90 0,05 7,20 2004 13,86 5,00 8,86 1,84 0,05 6,97 RERATA 14,41 5,25 9,16 1,95 0,06 7,16

3. Perorangan & Rmhtangga 7,15 7,22 Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka 2004 (diolah)

Apabila kita lihat lebih dalam ternyata peran sektor jasa terpenting adalah peran subsektor jasa swasta dengan rerata kontribusi selama lima tahun terakhir sebesar 9,16% yang disumbang oleh jasa perorangan sebesar rerata 7,16%, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Malang sangat dominan dalam aktivitas ekonomi sektor jasa. Untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pertumbuhan sektor jasa, pemerintah perlu menyiapkan program pemberdayaan pemuda dan perempuan dengan pelatihan-pelatihan kewirausahaan yang bergerak
Bab IV - 28.

dalam bidang jasa perorangan, misalnya pelatihan ketrampilan bengkel, pertukangan, perbaikan peralatan elektronik, ketrampilan kecantikan, menjahit dan sebagainya diiringi dengan penyertaan modal kerja. Serta tidak kalah pentingnya adalah kemudahan perijinan serta pembinaan teknis inovatif oleh unit teknis. Mengacu pada hasil analisis dan telaah terhadap kondisi eksisting pada bidang ekonomi, maka penyusunan program-program dalam RPJMD Kabupaten Malang untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5 6% lima tahun mendatang yang perlu digenjot aktivitasnya adalah: a. Sektor perdagangan yang didukung oleh jajaran perdagangan, Dinas Pasar dan Dinas Permukiman dan Sarana Prasarana Wilayah; b. Sektor Pertanian yang didukung oleh jajaran pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan serta kehutanan, diperkuat oleh bidang perkoperasian, industri, pengairan dan bina marga serta sarana prasarana wilayah; c. Sektor industri pengolahan yang didukung oleh jajaran koperasi, industri, investasi, permukiman dan sarana prasarana wilayah, perhubungan dan bina marga, pertanian, energi sumber daya mineral dan lingkungan hidup; d. Sektor jasa-jasa yang didukung bidang ketenagakerjaan dan pemberdayaan masyarakat. Selain sektor utama di atas Kabupaten Malang perlu mendukung Pembangunan Jangka Menengah Propinsi Jawa Timur sebagai berikut: a. Mendukung Program Pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) karena potensi garis pantai Kabupaten Malang cukup besar belum dikembangkan secara optimal. b. Peningkatan aktivitas sektor sekunder melalui pengembangan Kawasan Industri dengan mempertimbangkan Malang sebagai Kawasan Pertambangan Zona Tengah yang memiliki potensi kelompok mineral agregat, kelompok alumino silikat dan mineral lempung; pembinaan intensif industri kecil menengah di Jalur Lintas Selatan Kabupaten Malang yang melintasi Donomulyo Bantur Gedangan Dampit; membuka peluang investasi industri berbahan baku pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan serta perhutanan); semua langkah ini mengantisipasi pengembangan spasial Kota Surabaya yang mengalir ke arah Sidoarjo dan Malang, yang dikelompokkan dalam spasial perekonomian wilayah tengah dengan dominasi kegiatan industri, perdagangan dan jasa. c. Peningkatan aktivitas sektor tersier melalui peningkatan jalur pariwisata kawasan Taman Safari Prigen - Kebun Raya Purwodadi - Malang yang meningkatkan konsentrasi perdagangan di Pasar Lawang dan Singosari ; serta meningkatkan aktivitas wisata Wendit yang dilalui jalan tembus Bromo Tengger Semeru sebagai alur wisata potensial Jawa Timur, Pengembangan sektor pariwisata ini mendukung Program Peningkatan Daya Saing Wisata Kawasan Wisata Wendit, Kawasan Wisata Menuju Bromo serta Pusat Kerajinan Kendedes sebagai pintu Gerbang Wisata Kabupaten Malang. Sedangkan Pembangunan Jalan Lintas Selatan mendukung pengembangan Kawasan Wisata Balekambang.
Bab IV - 29.

d. Pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan ekonomi keluarga dan pengurangan pengangguran, melalui dana yang dialokasikan khusus untuk pengentasan kemiskinan dan penurunan angka pengangguran. e. Pengembangan kerjasama antar daerah guna untuk mendorong dan memperbesar pasar (enlarging market) bagi komoditi komoditi Kabupaten Malang baik primer, sekunder maupun tersier. 2.3. Bidang Sosial Budaya Daerah 2.3.1. Kependudukan Menurut hasil registrasi Tahun 2004 terjadi pertumbuhan penduduk sebesar 0,87% sehingga mencapai 2.284.352 jiwa, dengan komposisi 1.130.113 laki-laki dan 1.154.239 perempuan. Sampai dengan 30 Juni 2005 jumlah penduduk di Kabupaten Malang sebesar 2.420.419 jiwa dengan komposisi 1.214.340 laki-laki dan 1.206.079 perempuan. Kepadatan penduduk Kabupaten Malang antara tahun 2002 30 Juni 2005 berturut-turut adalah 639 jiwa/km2 ,644 jiwa/km2,650 jiwa/km2 dan 689 jiwa/km2.

2.3.2. Kesejahteraan Sosial Indikator yang digunakan dalam menilai kesejahteraan sosial adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Komponen penyusun IPM mencakup tiga elemen yakni harapan hidup (tahun) yang menghasilkan indeks harapan hidup, angka melek huruf (%) dan rata-rata lama sekolah (tahun) yang menghasilkan indeks pendidikan serta pengeluaran riil perkapita yang disesuaikan (000 Rp) yang menghasilkan indeks daya beli. Perhitungan terhadap IPM Kabupaten Malang pada tahun 2003 sebesar 66,00. Bila dibandingkan dengan IPM Propinsi Jawa Timur, maka IPM Kabupaten Malang masih diatas rata-rata IPM Propinsi Jawa Timur (63,66).

Tabel 2.11 Perbandingan IPM dan Komponen Penyusunnya pada Beberapa Kabupaten / Kota sekitar Tahun 2003 Nama Kab/Kota Kab. Kediri Kota Malang Kab. Blitar Kab. Malang Kab. Pasuruan Kab. Probolinggo Jawa Timur Indeks Harapan Hidup 73,0 69,7 73,8 70,8 65,1 58,6 69,7 Indeks Pendidikan 73,1 85,9 72,5 72,8 70,1 58,4 70,0 Indeks Daya Beli 59,0 49,4 56,7 55,1 50,0 54,7 51,3 IPM 68,4 68,3 67,7 66,0 62,1 57,0 63,7

Sumber: Indeks Pembangunan Manusia Prop Jatim, 2003

Tabel 2.11

di atas menggambarkan keadaan IPM di Kabupaten Malang dan

wilayah sekitarnya. Posisi Kabupaten Malang berada di atas rata-rata propinsi, tetapi masih berada dibawah Kabupaten Kediri, Kota Malang dan Kabupaten Blitar, sedangkan
Bab IV - 30.

Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo memiliki nilai IPM yang lebih rendah dari Kabupaten Malang. Tabel 2.12 Indeks Komponen Penyusun IPM di Kabupaten Malang Tahun 1996 2003 Tahun 1996 1999 2002 2003 Indeks Harapan Hidup 66,0 68,8 72,6 70,8 Indeks Pendidikan 65,27 68,37 72,6 72,8 Indeks Daya Beli 66,43 50,03 54,66 55,1

Sumber: Indeks Pembangunan Manusia Kab. Malang

Tabel di atas menunjukkan perkembangan dari tahun ke tahun Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Malang. Perkembangan positif hanya pada indeks pendidikan, sedangkan untuk indeks harapan hidup dan indeks daya beli berfluktuasi. Pada Tahun 2002 indeks harapan hidup mencapai angka tertinggi yaitu 72,6, sedangkan indeks daya beli terendah pada saat krisis moneter Tahun 1999, setelah itu meningkat sampai Tahun 2003. Namun kemungkinan daya beli masyarakat saat ini menurun akibat peningkatan harga energi di negara kita. Adapun keadaan penduduk miskin di Kabupaten Malang antara tahun 2002 sampai dengan 30 Juni 2005 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada tahun 2002, penduduk miskin di Kabupaten Malang sebesar 18,97% dan mengalami penurunan pada tahun 2003 menjadi 13,99%. Pada tahun 2004 berkurang menjadi 13,86%. Jumlah ini tidak mengalami perubahan sampai dengan 30 Juni 2005. Namun pada akhir Tahun 2005 sejak ada Program Bantuan Langsung Tunai I (BLT I) jumlah penduduk miskin menjadi 25,61% dari jumlah penduduk. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.13 Prsentase Penduduk Miskin di Kabupaten Malang Tahun 2002 2005 PENDUDUK MISKIN (%) 18,97 13,99 13,86 25,61 TOTAL PENDUDUK 2.250.036 2.264.757 2.284.352 2.393.959 Penerima BLT I

TAHUN 2002 2003 2004 2005

KETERANGAN

(Sumber : Kantor Statistik Propinsi dan Kabupaten Malang)


Peningkatan angka kemiskinan ini kemungkinan besar disebabkan oleh kebijakan Pemerintah Pusat menurunkan subsidi Bahan Bakar Minyak, dan melalui survey terindikasi (janda). Nilai IPM pada lima tahun mendatang diharapkan meningkat, namun melihat situasi dan kondisi saat ini akan sangat sulit, tetapi paling tidak posisi Kabupaten
Bab IV - 31.

bahwa kebanyakan kepala keluarga miskin adalah perempuan

Malang masih di atas rata rata Propinsi Jawa Timur. Nilai IPM Jawa Timur selengkapnya pada Tabel berikut: Tabel 2.14 Nilai IPM Kab/Kota Wilayah Jawa Timur 2003

NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

KOTA/KAB
KOTA MOJOKERTO KOTA MADIUN KAB. SIDOARJO KOTA KEDIRI KOTA SURABAYA KAB. GRESIK KAB. MOJOKERTO KAB. MAGETAN KAB. JOMBANG KAB. TULUNGAGUNG KAB. KEDIRI KOTA MALANG KOTA PROBOLINGGO KOTA PASURUAN KAB. TRENGGALEK KAB. BLITAR KAB. MADIUN

OPM
72.27 71.94 71.05 70.89 70.53 70.36 70.03 69.78 68.81 68.79 68.39 68.33 68.28 68.02 67.80 67.67 67.07

NO.
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35

KOTA/KAB
KAB. NGANJUK KAB. LAMONGAN KAB. BANYUWANGI KAB. NGAWI KAB. PACITAN KAB. TUBAN KAB. PONOROGO KAB. PASURUAN KAB. LUMAJANG KAB. BOJONEGORO KAB. PAMEKASAN KAB. BANGKALAN KAB. JEMBER KAB. PROBOLINGGO KAB. SITUBONDO KAB. SUMENEP KAB. BONDOWOSO KAB. SAMPANG

IPM
65.26 64.79 64.56 64.18 64.07 63.27 62.65 62.05 61.96 61.22 61.04 59.35 58.62 57.02 55.62 55.30 54.85 51.12

18 KAB. MALANG 65.94 36 Sumber: Majalah Perspektif Bappeprop Jatim, 2005

Perlu penanganan khusus untuk mempertahankan atau meningkatkan ranking posisi Indeks Pembangunan Masyarakat di Jawa Timur akibat burung), Chikungunya, demam berdarah serta maraknya gizi Pemkab Malang menggarap semua persoalan ini pengurangan subsidi buruk pada balita. Bahan Bakar Minyak (BBM), merebaknya penyakit menular seperti Avian Influenza (flu melalui Program Pemberdayaan

Masyarakat yang harus digarap secara sinergi oleh seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), serta gerakan pencegahan penyakit menular secara terpadu. Bidang Pendidikan bertekad untuk meningkatkan mutu anak didik melalui program andalan pada lima tahun mendatang yaitu Program Sekolah Unggulan yang sasarannya adalah adanya sekolah dasar unggulan pada setiap kecamatan, sekolah menengah pertama pada delapan kecamatan, sekolah menengah atas pada tiga kecamatan serta sekolah menengah kejuruan pada tiga kecamatan disertai peningkatan budaya menulis dan gemar membaca. Di sisi lain dalam rangka pemerataan pendidikan pada wilayah terpencil Pemerintah Daerah mengusahakan adanya insentif khusus bagi pendidik dibarengi peningkatan gizi muridnya melalui makanan tambahan. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Pendidikan selain menangani pendidikan secara khusus juga mengelola penanganan kebudayaan yang selama ini masih belum optimal. Tuntutan masyarakat seni budaya Kabupaten Malang agar
Bab IV - 32.

budaya asli menjadi primadona di Malang Raya harus diwujudkan dalam lima tahun ke depan, sehingga sektor budaya mampu menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat pelestari budaya, hal ini diwujudkan dalam Icon Kabupaten Malang 2006 2010 yaitu Festival Wisata dan Gelar Seni Budaya. Bidang Kesehatan senantiasa tanggap terhadap permasalahan yang ada sehingga lebih mengutamakan pelayanan dan kedekatan terhadap masyarakat. Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan Pemerintah Kabupaten Malang memantapkan keberadaan puskesmas ideal, revitalisasi posyandu serta pengembangan Badan Layanan Umum Kesehatan. Terlepas dari sisi kesehatan fisik, masyarakat juga harus ditingkatkan kesehatan spiritualnya melalui pemantapan kehidupan beragama dan perlindungan rasa aman dalam keluarga. Konflik antar dan inter agama serta kekerasan dalam rumah tangga yang merupakan Isu Nasional harus ditindaklanjuti di Kabupaten Malang agar ketenangan masyarakat dalam menjalankan kewajiban dalam pengamalan agama dan kepercayaannya tetap terjamin serta memberikan rasa aman pada perempuan dan anak-anak dalam keluarga melalui kebijakan Perlindungan Ibu dan Anak Dalam Rumah Tangga. Dalam rangka meningkatkan sportifitas jiwa dan kesehatan raga, Pemerintah Kabupaten Malang juga akan mengoptimalkan pemanfaatan sarana olahraga Stadion Kanjuruhan baik bagi anak didik maupun masyarakat luas. Sehingga diharapkan peningkatan kegemaran berolahraga dari berbagai cabang olah raga dapat diperlombakan di tingkat regional, nasional bahkan internasional. Dalam Rangka peningkatan daya beli masyarakat, Pemerintah Kabupaten Malang memberi perhatian khusus kepada rumah tangga miskin dan keluarga perdesaan berupa Bantuan Modal Kepada Usaha Produktif Dasawisma, pembinaan pemanfaatan pekarangan untuk tanaman pangan dan obat keluarga, peningkatan kegiatan padat karya serta memberikan pelayanan informasi pasar kerja dan perlindungan tenaga kerja. Penekanan pemberdayaan bagi perempuan dinilai tepat karena sebagian besar masyarakat miskin memiliki kepala keluarga perempuan. Peran pemuda sebagai tenaga kerja produktif juga perlu diperhatikan dengan cara memberikan pelatihan ketrampilan dan bantuan modal kerja sehingga mampu menciptakan lapangan kerja sendiri. Kedua langkah ini sangat penting untuk menurunkan angka penggangguran dan angka kemiskinan yang ada di Kabupaten Malang. Isu kemiskinan dan pengangguran ini merupakan isu Nasional yang sangat penting. Ketiga sektor di atas yaitu pendidikan, kesehatan dan daya beli masyarakat merupakan faktor penentu utama Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan sasaran utama seluruh kegiatan pembangunan. 2.4. Bidang Prasarana dan Sarana Daerah Kabupaten Malang Peningkatan kepadatan penduduk perlu diantisipasi dengan perencanaan tata
Bab IV - 33.

ruang yang tepat, karena penambahan infarstruktur yang tidak terencana dengan tepat dikhawatirkan akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan di kemudian hari, disamping itu sebagai wilayah yang berbatasan dengan Kota Malang yang telah jenuh perkembangannya, Kabupaten Malang harus mengantisipasi perluasan pengembangan wilayah perkotaan, karena bukan tidak mungkin permasalahan perkotaan akan berpindah ke wilayah Kabupaten Malang, seperti banjir, kesemrawutan pedagang kaki lima, kesemrawutan angkutan kota dan sebagainya. Terlepas dari dampak negatif perluasan perkembangan Kota Malang, wilayah Kabupaten Malang yang berbatasan dengan Kota Malang akan meningkat aktivitas ekonominya dengan berdirinya perguruan tinggi dan kompleks perumahan yang pada akhirnya akan menimbulkan pasar barang dan jasa, sehingga aktivitas ekonomi wilayah tersebut akan meningkat yang berimbas pada meningkatnya pendapatan penduduk serta terbukanya kesempatan kerja baru. Pemerintah Propinsi Jawa Timur sudah mengantisipasi hal ini dengan merencanakan jalan alternatif pemecah kemacetan/kepadatan lalu lintas yaitu Jalan Lingkar Kota Malang. Seiring dengan niat baik pemerintah propinsi, Pemerintah Kabupaten Malang dalam lima tahun ke depan harus mendukung pembangunan tersebut, disamping masih banyaknya jalan kabupaten pada perbatasan yang masih sangat buruk. Selain wilayah Lingkar Kota Malang, banyak kecamatan lain terutama di wilayah selatan yang belum terjangkau oleh sarana air bersih, listrik dan telekomunikasi, sehingga wilayahwilayah tersebut sulit untuk meningkatkan aktivitas ekonomi. Pembangunan Jalan Lintas Selatan merupakan awal yang bagus bagi pemerintah Kabupaten Malang untuk bersama-sama Pemerintah Propinsi memperbaiki/membangun sarana prasarana pendukung yang diperlukan. Arah pengembangan spasial metropolis Surabaya ke arah Kabupaten Malang juga perlu mendapat wadah dengan peyiapan penataan Kawasan Industri, sehingga ada kawasan khusus lengkap dengan analisa dampak lingkungan, kemudahan akses input dan output industri, penataan pemukiman sekitar bagi pekerja, lokasi layanan umum, kelengkapan sarana prasarana listrik, air bersih den telekomunikasi serta penataan draenase agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Kawasan industri ini pasti akan banyak diminati investor karena adanya pembangunan Jalan Tol Surabaya Malang, Komersialisasi Bandara Abdul Rahman Saleh serta Jalan Lintas Selatan. Saat tidak ini permasalahan dengan nilai utama Pemerintah yang Kabupaten tersedia, Malang sehingga dalam untuk bersama

pembangunan sarana prasarana fisik adalah luasnya wilayah yang harus dikerjakan sebanding anggaran menyelesaikannya pemerintah melaksanakan pembangunan kemitraan

masyarakat, terutama untuk membangun jalan, dan kemungkinan akan diperluas pada sarana irigasi dan sebagainya. Adapun kondisi sarana prasarana selengkapnya adalah sebagai berikut: a. Panjang Jalan Kondisi Baik

Bab IV - 34.

Panjang jalan kondisi baik terbagi atas kategori jalan kabupaten, jalan kecamatan dan jalan non status (termasuk jalan desa). Berdasarkan tabel 2.14, menunjukkan bahwa secara umum pada setiap tahunnya terjadi peningkatan jalan kabupaten, kecamatan dan non status (termasuk jalan desa) kondisi baik, hal ini terlihat dari proporsi kenaikan panjang jalan kondisi baik dari tahun 2002 2004. Sampai dengan akhir tahun 2004 tercatat bahwa panjang di Kabupaten Malang adalah 1.730Km. Aktivitas Tahun 2005 yang diisi dengan program kemitraan pembangunan fisik pasti menghasilkan kondisi sarana prasarana yang lebih baik, hanya saja belum tersedia data secara keseluruhan. b. Panjang Jalan Kondisi Rusak Indikator ini menggambarkan persentase jalan kabupaten kondisi rusak dibandingkan dengan jumlah panjang jalan kabupaten yang ada (existing) yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Malang. Selama periode tahun 2002 2004, kondisi panjang jalan kondisi rusak mengalami penurunan yang signifikan. Secara rata-rata, antara tahun 2002 2004, terjadi penurunan sebesar 43,05% panjang jalan kondisi rusak. Namun secara keseluruhan, panjang jalan kondisi rusak di Kabupaten Malang masih relatif tinggi jika dibandingkan dengan total panjang jalan. c. Panjang Jembatan Indikator ini terbagi atas dua kategori yakni panjang jembatan yang mantap dan panjang jembatan kondisi rusak. Jembatan yang mantap mengindikasikan persentase panjang jembatan yang mantap dibandingkan dengan jumlah panjang jembatan yang ada (existing) yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Malang. Dari tabel 2.15, menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan panjang jembatan mantap dari tahun 2002 2004 sebesar 72,96%.

Tabel 2.15. Sarana Prasarana Pekerjaan Umum 2002 2004 NO


1

URAIAN
PEKERJAAN UMUM Panjang Jalan Kondisi Baik - Jalan Kabupaten - Jalan Kecamatan - Jalan Non Status (termasuk Jalan Desa) Panjang Jalan Kondisi Rusak - Jalan Kabupaten Panjang Jembatan - Jembatan Yang Mantap - Jembatan Kondisi Rusak

SATUAN

2002

2003

2004

Km Km Km Km Meter Meter

780,87 126482 1753,45 677,162 1420 880

831,41 126482 1858,08 644,725 1740 560

899,75 126482 2097,22 576,184 1907 392

2 3

Persentase jumlah penduduk yang terlayani kebutuhan air bersih Kabupaten Malang dari tahun 20022004 menunjukkan kecenderungan meningkat. Berdasarkan persentase tersebut, maka rata-rata penduduk yang terlayani air bersih antara tahun
Bab IV - 35.

20022004 adalah 1.276.352 jiwa. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Kabupaten Malang, maka jumlah penduduk yang terlayani air bersih masih relatif terbatas. Secara spasial, sampai dengan akhir tahun 2004 dari 33 kecamatan yang ada di Kabupaten Malang terdapat 10 kecamatan yang belum dijangkau pelayanan air bersih oleh PDAM yaitu Kecamatan Kalipare, Wajak, Kromengan, Wonosari, Wagir, Kasembon, Tirtoyudo, Pagelaran, Gedangan dan Sumberpucung. Kendala yang dihadapi dalam penyediaan air bersih di 10 kecamatan yang dimaksud tersebut adalah terbatasnya alokasi dana untuk pembangunan penyediaan air bersih perdesaan. Tabel berikut menggambarkan bahwa antara tahun 20022004 adanya peningkatan jumlah kendaraan wajib uji kir, menurunnya angka pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas. Mutu pelayanan transportasi daerah juga ditunjukkan dengan jumlah layanan penumpang dan kendaraan menunjukkan trend yang meningkat.

Tabel 2.16. Perkembangan Sektor Perhubungan 2002 2004


No
1

Uraian
Peningkatan mutu pelayanan transportasi daerah - Kendaraan wajib uji kir - Angka pelanggaran lalu lintas - Angka kecelakaan lalu lintas

Satuan
unit

2002
20348 32392

2003
26921 31145 106

2004
28995 23517 52

kejadian

325

Peningkatan jumlah layanan penumpang dan kendaraan - Jumlah layanan arus penumpang - Jumlah layanan arus kendaraan Orang Unit SST 5915786 290769 65408 8113243 386805 73593 7947194 408335 74677

Layanan Telekomunikasi

Layanan telekomunikasi setiap tahun meningkat apabila dilihat dari jumlah SST (satuan sambungan telepon), namun belum menjangkau seluruh wilayah Kabupaten Malang, terutama pada wilayah selatan, keadaan ini menjadi hambatan para pengusaha home industri dalam menjalin relasi baik dalam mencari informasi bahan baku maupun pemasaran. Diharapkan dengan adanya Program Pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS) dan Pembangunan Pelabuhan Penangkapan Ikan oleh Propinsi merupakan langkah awal bagi pembangunan infrastruktur pendukung lainnya pada wilayah selatan yang selama ini tertinggal. Infrastruktur yang belum memadai di wilayah ini adalah listrik, air bersih dan telekomunikasi. Wilayah Kabupaten Malang yang memiliki RUTRK/RDTRK antara tahun 2002 2004 dalam keadaan stagnan. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) menunjukkan trend yang meningkat walaupun sifatnya fluktuatif dimana pada tahun 2004 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2002 dan 2003.

Bab IV - 36.

Tabel 2.17. Perkembangan Pengelolaan Pertanahan dan Penataan RuangTahun 2002 2004
NO 1 2 URAIAN Luas Wilayah yang memiliki RUTRK/RDTRK Frekuensi masyarakat yang mengurus IMB SATUAN ha pemohon 2002 146079,44 1820 2003 146079,44 1851 2004 146079,44 1849

Rawannya bencana alam berupa longsor dan banjir tidak terlepas dari penataan ruang dan lingkungan hidup. Kegiatan ekonomi yang langsung berhubungan dengan perusakan lingkungan salah satunya adalah pertambangan, berdasarkan tabel berikut, nampak bahwa kegiatan usaha pertambangan berizin antara tahun 20022004 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Indikator ini menggambarkan jumlah industri pertambangan yang telah berizin (memiliki Surat Izin Penambangan Daerah/SIPD). Peningkatan industri pertambangan yang telah berizin tersebut menggambarkan bahwa pemanfaatan potensi sumberdaya alam dan mineral cukup tertib dan berwawasan lingkungan.

Tabel 2.18. Perkembangan Indikator Kinerja Pertambangan & Energi 2002 2004
No 1 2 Uraian Jumlah kegiatan usaha pertambangan yang berizin Jumlah kegiatan pemanfaatan energi yang berizin Satuan perusahaan kegiatan 2002 56 1 2003 99 5 2004 130 11

Pada lahan kritis antara tahun 2002 2004 mengalami penurunan dengan ratarata penurunan 5,95%. Indikator kesadaran masyarakat dalam kegiatan penghijauan swadaya mendeskripsikan luasan kegiatan penghijauan pada lahan-lahan di luar kawasan hutan yang dilakukan secara swadaya. Swadaya dalam hal ini adalah kegiatan penghijauan yang dilaksanakan di lahan milik masyarakat. Perkembangan kegiatan penghijauan swadaya dari yahun 2002 2004 bersifat fluktuatif, secara rata-rata luas kegiatan penghijauan swadaya adalah 765 ha per tahun.

Tabel 2. 19. Perkembangan Indikator Kinerja Lingkungan Hidup 2002 2004


No 1 1.1 1.2 1.3 Uraian Peningkatan Kualitas Lingkungan hidup Perusahaan yang memenuhi baku mutu lingkungan hidup Jumlah titik udara ambien yang memenuhi baku mutu lingkungan Persentase penurunan lahan kritis perusahaan titik udara ha 14 17 39714 20 27 38904 28 36 35073
Bab IV - 37.

Satuan

2002

2003

2004

No 1.4 2 2.1 2.2 2.3 2.4

Uraian Kesadaran masyarakat dalam kegiatan penghijauan swadaya Lingkungan yang bersih dan indah Volume sampah dari masyarakat yang terangkut dari TPS ke TPA Ketersediaan penerangan jalan umum Berfungsinya lampu penerangan jalan umum Ketersediaan taman kota

Satuan ha

2002 800

2003 1000

2004 495

M3/hari titik lampu titik lampu buah

242,6 10820 7145 3

260 11120 7788 6

270 11520 8643 9

Terlepas berijin tidaknya pertambangan harus tetap dilakukan evaluasi karena keseimbangan lingkungan harus tetap terjaga terutama akibat adanya penambangan yang terus menerus yang menyebabkan daya dukung lahan menurun, hal ini perlu diwaspadai terutama saat berlimpahnya curah hujan yang tidak tertampung oleh palungpalung dalam tanah perbukitan yang dapat mengakibatkan banjir lumpur. Pada lima tahun ke depan diharapkan evaluasi tambang-tambang berijin atau tidak berijin ditingkatkan agar segala akibat buruk pengrusakan lahan bisa diminimalisir. Hal ini dimaksudkan agar bencana banjir dan longsor dapat dicegah lebih dini. Adapun daerah yang rawan longsor adalah Kecamatan Tirtoyudo dan beberapa daerah rawan banjir adalah Kecamatan Singosari (banjir bandang/lumpur), Kecamatan Dau, Kecamatan Bantur (5 tahun sekali), Kecamatan Tirtoyudo (banjir bandang akibat penebangan hutan Desa Pujiharjo, Purwodadi), Kecamatan Kasembon (Desa Bayem), Kecamatan Sumberpucung (Desa Trenyang), Kecamatan Bantur (Desa Sumberbening), Kecamatan Donomulyo (Desa Banjarejo), Kecamatan Sumbermanjing Wetan (Desa Kedungbanteng), Kecamatan Ampelgading (Desa Lebakharjo), Kecamatan Jabung (Desa Gading Kembar), Kecamatan Lawang (Desa Srigading) dan Kecamatan Wajak (Desa Patok Picis). Permasalahan longsor dan banjir adalah permasalahan lingkungan hidup yang perlu mendapat prioritas dalam program lima tahun ke depan.

2.5. Bidang Pemerintahan Umum 2.5.1. Politik Kesadaran masyarakat dalam berpolitik telah diwujudkan dalam kegiatan pemilihan presiden dan bupati/wakil bupati secara langsung pada tahun 2005. Suasana kondusif menjelang saat dan pasca pesta demokrasi berlangsung di Kabupaten Malang, hal ini dibuktikan dengan tidak adanya konflik horisontal serius yang terjadi serta tingkat partisipasi mencapai 80,70% pada PILPRES 2005, selengkapnya pada tabel 2.20: Tabel 2.20 Partisipasi Masyarakat dalam PILPRES 2005 di Kabupaten Malang NO URAIAN JUMLAH
Bab IV - 38.

1. 2. 3. 4. 5. 7. 8.

Jumlah Pemilih Surat Suara yang sah Surat Suara yang tidak sah Pemilih yang menggunakan hak Pemilih yang tidak menggunakan hak Pemilih tak terdaftar tapi memilih Tingkat Partisipasi (%)

1,739,947 1,358,922 45,153 1,394,008 335,872 10,067.00

80.70

(Sumber : KPU Kab. Malang)

2.5.2 Pemerintahan 2.5.2.1 Kelembagaan Perlunya penataan aparatur guna mendapatkan aparatur yang memiliki kemampuan (knowledge and skill) dan sikap mental (attitude) yang baik ditindaklanjuti dengan penataan kelembagaan agar terbentuk kelembagaan yang mantap dengan struktur dan fungsi yang optimal, karena struktur sesuai PP 8 Tahun 2003 saat ini terlalu dipaksakan dan kurang optimal dalam menjalankan kinerja dengan baik, sehingga banyak pekerjaan tidak terselesaikan pada Tahun 2005, hal ini dapat dilihat dari banyaknya anggaran yang tidak terserap pada instansi tertentu, karena beban kerja pada eselon tertentu yang berlebihan. Saat ini organisasi Pemerintah Kabupaten Malang dibentuk berdasar Peraturan Daerah Nomor 1 s.d 36 Tahun 2001 dan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2002 yang diperbaharui dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2004 dan terakhir dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2004 yaitu sebagai suatu langkah menuju struktur lembaga pemerintah yang miskin struktur dan kaya fungsi, sehingga terbentuk struktur organisasi sebagai berikut Sekretariat daerah yang terdiri dari 11 Bagian, Sekretariat DPRD, 8 Badan, 14 Dinas, 1 Kantor, 1 Satpol PP, dan BRSD 2.5.2.2 Aparatur

Kondisi SDM atau PNS di Kabupaten Malang per Desember 2005 berjumlah 17.235 orang dengan latar belakang pendidikan bervariasi dari tingkat Pendidikan SD sampai dengan S3 baik lulusan dari dalam negeri maupun luar negeri dengan gambaran jumlah menurut tingkat pendidikan sebagai berikut:

Tabel 2.21. Jumlah PNS Menurut Tingkat Pendidikan NO. 1. 2. 3. TINGKAT PENDIDIKAN S3 S2 S1 JUMLAH (ORANG) 1 280 8.066 % 0.01 1.62 46.80
Bab IV - 39.

4. 5. 6. 7. 8. 9.

DIII DII DI SLTA SLTP SD Jumlah

852 2.521 349 3.962 601 603 17.235

4.94 14.63 2.02 22.99 3.49 3.50

Kondisi SDM atau PNS di Kabupaten Malang per Juni 2005 berjumlah 17.235 orang dengan latar belakang pendidikan bervariasi dari tingkat Pendidikan SD sampai dengan S3 baik lulusan dari dalam negeri maupun luar negeri. Kompetensi PNS di Kabupaten Malang apabila dilihat dari tingkat pendidikan cukup menggembirakan karena lebih dari 70 % pernah mengenyam perguruan tinggi mulai DI sampai S3, dengan persentase terbanyak sarjana S1 yaitu 46,80 % Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pada masyarakat dan meningkatkan kinerja aparatur, telah dilakukan standarisasi atas kualitas pelayanan publik maupun aparatur. Standarisasi tersebut dengan sertifkat ISO 9001: 2000. Dengan sertifikasi pelayanan tersebut berarti telah dilakukan pelayanan publik maupun pelayanan aparatur dengan kualitas yang lebih baik. Pada tahun 2002, 2003 dan 2004 jumlah USK telah memenuhi standar kualitas sebanyak 9 USK atau baru 20% (dari 47 USK pada tahun 2002 dan 2003, sedangkan pada tahun 2004 menjadi 40 USK). Pada lima tahun ke depan peningkatan kompetensi aparatur perlu ditingkatkan dengan Diklat Fungsional, pengaplikasian Information Technology (IT) dan kursus singkat teknis mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan menyesuaikan situasi kondisi mutakhir yang mendesak. 2.5.2.3 Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap (UPTSA) Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan masyarakat Kabupaten Malang telah memiliki Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap (UPTSA). Dengan UPTSA tersebut pelayanan publik dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan yang terpadu, mekanismenya lebih sederhana, mudah, cepat, dan murah. Beberapa jenis pelayanan yang telah ditangani oleh UPTSA adalah: 1) Dinas Kehutanan a) Ijin proses penerbitan Surat Ketetapan Retribusi Daerah atas dokumen Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan (SKRD SKSHH) b) Ijin Perburuan 2) Dinas Koperindag a) Ijin Usaha Industri b) Badan Hukum Pendirian Koperasi 3) Dinas Lingkungan Hidup, Energi dan Sumber Daya Mineral a) Ijin pengambilan air bawah tanah sumur bor b) Ijin pengambilan air bawah tanah sumber mata air
Bab IV - 40.

c) Ijin pengambilan air bawah tanah sumur gali 4) Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan 1) Ijin usaha peternakan 5) Dinas Pengairan a) Ijin merubah status tanah sawah (S) menjadi tanah kering (D) b) Ijin membuat bangunan di atas perairan umum/jembatan c) Ijin pemakaian tanah negara 6) Dinas Permukiman, kebersihan dan Pertamanan a) IMB b) Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT) c) Ijin pemasangan reklame 7) Satpol PP a) Ijin gangguan (HO) 8) Dinas Tenaga Kerja dan Mobilisasi Penduduk a) Akte ijin pemakaian pesawat uap b) Pengesahan pemakaian bejana tekan c) Pengesahan pemakaian instalasi peyalur petir d) Pengesahan pemakaian pesawat tenaga dan produksi (mesin diesel) e) Pengesahan pemakaian Instalasi Listrik f) Pengesahan pemakaian pesawat angkat dan angkut g) Perijinan Lembaga Latihan Kerja Swasta h) Rekomendasi perpanjangan Ijin Memperkerjakan Tenaga Asing (IMTA) i) Persetujuan Tempat Penampungan TKI 2.6. Analisis Kewilayahan Secara rinci pembagian wilayah administratif Pemerintahan Kabupaten Malang adalah sebagai berikut: Kecamatan Kelurahan Desa Desa Persiapan Rukun Warga (RW) Rukun Tetangga (RT) : 33 : 12 : 377 :1 : 3.194 : 14.450

Kabupaten Malang terbagi menjadi 8 Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) dengan karakteristik yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dari potensi masing-masing wilayah sebagai berikut: 2.6.1. Potensi Ekonomi pada SWP 2.6.1.1 Potensi Ekonomi Sektor Primer

Bab IV - 41.

Sektor ekonomi primer terdiri dari sektor pertanian dan sektor penggalian. Beberapa SSWP memiliki potensi unggulan sektor primer adalah sebagai berikut: Tabel 2.22. Potensi Ekonomi Sektor Primer pada SWP Kabupaten Malang SWP
I II III IV V VI VII VIII

KECAMATAN
KASEMBON, NGANTANG, PUJON DAU, KARANGPLOSO, SINGOSARI, PAKIS, TAJINAN, BULULAWANG, PAKISAJI, WAGIR LAWANG JABUNG, TUMPANG, PONCOKUSUMO, WAJAK WONOSARI, NGAJUM, KEPANJEN,KROMENGAN, SUMBERPUCUNG, PAGAK, KALIPARE DONOMULYO BANTUR, GEDANGAN, PAGELARAN, GONDANGLEGI TUREN, DAMPIT, TIRTOYUDO, AMPELGADING, SBRMANJING WETAN

POTENSI
Perikanan, kehutanan, peternakan, perkebunan Tanaman pangan

Kehutanan, peternakan, perkebunan, penggalian Perikanan, tanaman pangan

(Sumber : Bapekab Malang, data diolah)

Tanaman pangan, penggalian, perkebunan Peternakan, tanaman pangan, penggalian Perkebunan, kehutanan, perikanan, penggalian

Pada tabel di atas dapat dengan jelas dilihat bahwa hanya SWP III yaitu Kecamatan Lawang yang tidak memiliki potensi di sektor primer yaitu sector pertanian dan penggalian atau dapat dikatakan bahwa Kecamatan Lawang bukan daerah agraris maupun penghasil galian. Sedangkan SWP II atau lingkar Kota Malang yang lokasinya berbatasan dengan Kota Malang cukup potensi dengan hasil pertanian tanaman pangan. SWP I yaitu Kecamatan Pujon, Ngantang dan Kasembon sangat potensial sebagai penghasil produk primer terutama subsektor perikanan, kehutanan, peternakan yang melebihi SWP lainnya di Kabupaten Malang atau dapat dikatakan sebagai pemasok 3 (tiga) jenis produk subsektor tersebut. Selain itu juga merupakan penghasil tanaman perkebunan yang cukup potensial. Daerah penghasil galian/tambang di Kabupaten Malang didominasi oleh 3 (tiga) SWP yaitu SWP IV (Jabung dan sekitarnya), VI (Donomulyo),VII (Bantur dan sekitarnya) serta SWP VIII (Turen dan sekitarnya) 2.6.1.2. Potensi Ekonomi Sektor Sekunder Sektor sekunder terdiri dari sektor industri pengolahan, sektor listrik dan air serta sektor bangunan, namun karena sektor listrik dan air bersih merupakan produksi yang tidak diusahakan oleh masyarakat, maka untuk perhitungan sektor ekonomi bisa diabaikan.

Bab IV - 42.

Tabel 2.23. Potensi Ekonomi Sektor Sekunder pada SWP Kabupaten Malang SWP
I II

KECAMATAN
KASEMBON, NGANTANG, PUJON DAU, KARANGPLOSO, SINGOSARI, PAKIS, TAJINAN, BULULAWANG, PAKISAJI, WAGIR LAWANG (Listrik, air bersih)

POTENSI

III

IV V

VI VII

JABUNG, TUMPANG, PONCOKUSUMO, WAJAK WONOSARI, NGAJUM, KEPANJEN,KROMENGAN, SUMBERPUCUNG, PAGAK, KALIPARE DONOMULYO BANTUR, GEDANGAN, PAGELARAN, GONDANGLEGI TUREN, DAMPIT, TIRTOYUDO, AMPELGADING, SBRMANJING WETAN

Industri Semen dan barang galian, industri kayu, industri tekstil dan kulit, industri makanan, industri alat angkut dan mesin, industri kertas dan cetak, industri lainnya. Industri tekstil, industri barang lainnya, industri kimia, industri kayu, industri makanan dan minuman, industri mesin dan alat angkut, industri barang galian, industri kertas dan cetak (Listrik dan air bersih), bangunan, industri barang lainnya bangunan

(Listrik dan air bersih), bangunan (Listrik dan air bersih), bangunan, industri barang lainnya, industri kertas dan cetak, Industri Semen dan barang galian industri mesin dan alat angkut. bangunan

VIII

(Sumber : Bapekab Malang, data diolah)

Satuan wilayah yang paling potensial pada subsektor industri adalah SWP III atau Kecamatan Lawang, berikutnya kawasan SWP II atau lingkar Kota Malang. SWP VII hanya memiliki beberapa jenis industri yang potensial, demikian halnya SWP IV hanya memiliki potensi pada satu jenis industri saja. Sedangkan SWP I, V, VI dan VIII kurang berpotensi pada subsektor industri. 2.6.1.3. Potensi Ekonomi Sektor Tersier Sektor tersier terdiri dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan dan sektor jasa. Adapun potensi sektor tersier pada SSWP sebagai berikut: Tabel 2.24. Potensi Sektor Tersier pada SWP Kabupaten Malang SWP KECAMATAN
KASEMBON, PUJON NGANTANG,

POTENSI SEKTOR TERSIER

II

Perdagangan, restoran, jasa penunjang komunikasi, lembaga keuangan bukan bank, sewa bangunan, jasa perusahaan, jasa pemerintahan umum, jasa sosial kemasyarakatan dan jasa perorangan dan rumah tangga DAU, KARANGPLOSO, Jasa angkutan rel, jasa pos dan telekomunikasi, SINGOSARI, PAKIS, lembaga keuangan bukan bank, jasa hiburan dan TAJINAN, BULULAWANG, kebudayaan
PAKISAJI, WAGIR
Bab IV - 43.

SWP

KECAMATAN
LAWANG

POTENSI SEKTOR TERSIER

Perdagangan, hotel, angkutan rel, pos dan telekomunikasi, bank dan lembaga keuangan bukan bank JABUNG, TUMPANG, Perdagangan, restoran, jasa penunjang IV PONCOKUSUMO, WAJAK komunikasi, sewa bangunan dan jasa perusahaan WONOSARI, NGAJUM, Perdagangan, hotel, restoran, angkutan rel, V KEPANJEN,KROMENGAN, angkutan jalan raya, jasa penunjang angkutan, SUMBERPUCUNG, PAGAK, pos dan telekomunikasi, bank, lembaga KALIPARE keuangan bukan bank, sewa bangunan, jasa perorangan dan rumah tangga DONOMULYO jasa penunjang angkutan, jasa penunjang VI komunikasi, bank, sewa bangunan, jasa perusahaan, jasa pemerintahan umum, jasa sosial kemsyarakatan dan jasa perorangan dan rumah tangga BANTUR, GEDANGAN, Angkutan jalan raya, jasa penunjang angkutan, VII PAGELARAN, jasa penunjang komunikasi, lembaga keuangan GONDANGLEGI bukan bank, sewa bangunan, jasa perusahaan, jasa pemerintahan umum, jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan kebudayaan dan jasa perorangan dan rumah tangga. TUREN, DAMPIT, Perdagangan, Angkutan jalan raya, jasa VIII TIRTOYUDO, penunjang angkutan, jasa penunjang AMPELGADING, komunikasi, bank, sewa bangunan, jasa SBRMANJING WETAN perusahaan, jasa pemerintahan umum, jasa sosial kemasyarakatan, dan jasa perorangan dan rumah tangga. (Sumber : Bapekab Malang, data diolah)

III

Sektor tersier atau jasa hotel hanya unggul di wilayah III dan V, subsektor angkutan rel unggul pada wilayah II,III,V.yaitu wilayah yang memiliki lintasan kereta api, walaupun titik berat pendapatan regional angkutan rel berada di SWP Lawang. Apabila dilihat pada tabel potensi sektor tersier ternyata Kawasan Lingkar Kota Malang (SWP II) merupakan wilayah yang paling sedikit memiliki keunggulan, hal ini disebabkan aktivitas jasa perdagangan Wilayah Lingkar Kota Malang terpusat ke Kota Malang, atau dengan kata lain kebutuhan tersier masyarakat wilayah ini dipenuhi oleh sarana prasarana yang berada di Kota Malang, sehingga pertumbuhan aktivitas ekonomi sektor tersier relatif terhambat, hal ini bisa dibandingkan dengan wilayah Lawang (III) dan Kepanjen dan sekitarnya (V) yang notabene merupakan wilayah yang aktivitas ekonominya berkembang cepat. 2.6.2. Pendapatan Perkapita Pendapatan per kapita menggambarkan pendapatan ratarata penduduk dalam satu tahun pada suatu wilayah tertentu, adapun pendapatan perkapita pada 8 SWP dan rerata Kabupaten Malang adalah sebagai berikut:

Tabel 2.25. Pendapatan Per Kapita ADHB ( Rupiah ) Th. 2000 - 2004 SWP 2000 2001 2002 2003 2004*
Bab IV - 44.

I II III IV V VI VII VIII

3,101,065.54 3,391,754.06 3,989,565.42 2,646,440.13 3,377,541.87 2,617,797.94 2,906,432.52 3,018,444.59

3,536,947.14 3,925,455.50 4,651,141.33 2,984,885.87 3,883,554.30 2,962,199.94 3,352,362.34 3,461,685.99

3,993,047.73 4,371,214.01 5,154,916.79 3,341,241.65 4,321,982.63 3,244,719.05 3,697,745.57 3,776,867.33

4,395,786.74 4,785,514.78 5,724,527.25 3,666,888.39 4,747,880.08 3,557,630.24 4,000,175.11 4,141,486.90

4,827,073.73 5,143,948.81 6,367,739.43 3,997,248.73 5,182,301.93 3,881,910.57 4,231,726.96 4,521,857.71

Kab. Mlg 3,142,227.10 3,611,272.95 4,005,956.23 4,390,077.38 4,762,028.77 Keterangan SWP : I: Kasembon, Ngantang dan Pujon, II. Lingkar Kota Malang, III: Lawang, IV: Jabung, Tumpang, Poncokusumo, Wajak, V: Kepanjen dan sekitarnya, VI: Donomulyo, VII: Bantur, Gedangan, Pagelaran, Gondanglegi, VIII: Turen, Dampit, Tirtoyudo, Ampelgading, Sumbermanjingwetan.

Apabila dilihat dari pendapatan perkapita mulai Tahun 2000 2004 maka wilayah yang memiliki pendapatan perkapita lebih tinggi dari rerata Kabupaten Malang adalah SWP II (Lingkar Kota Malang), SWP III (Kecamatan Lawang) dan SWP V (Kepanjen dan sekitarnya), sedangkan Satuan Wilayah yang berkembang pesat adalah SWP I (Kasembon dan sekitarnya) yang ditunjukkan dengan peningkatan pendapatan perkapita sejak Tahun 2003 yang melebihi rerata Kabupaten Malang. 2.6.3. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah mampu menggambarkan aktivitas ekonomi selama kurun waktu tertentu, disini digunakan penghitungan lima tahun terakhir, agar pergerakan aktivitas ekonomi lebih jelas dan akurat. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.26. PDRB ADHK dan Rerata Pertumbuhan Ekonomi pada 8 SWP Kabupaten Malang Tahun 2000 2004
rerata pertumb (%) I 4.69 152,425.51 158,274.02 165,767.41 173,089.46 183,069.98 II 4.59 703,304.46 739,685.31 771,279.49 799,731.28 841,599.12 III 4.56 125,386.09 132,178.54 136,638.38 141,691.70 149,847.29 IV 288,153.05 296,674.45 309,791.85 322,090.04 337,684.13 4.05 V 474,827.55 494,267.19 513,205.72 533,210.15 559,695.33 4.20 VI 66,801.32 68,987.56 71,494.50 74,261.69 77,643.49 3.83 VII 268,829.79 278,406.96 286,961.43 297,878.36 312,214.02 3.81 VIII 497,130.29 522,065.45 533,238.64 552,994.71 582,137.89 4.03 Kab. Mlg 2,576,858.04 2,690,539.51 2,788,377.39 2,894,947.42 3,043,891.23 4.25 Keterangan SWP : I: Kasembon, Ngantang dan Pujon, II. Lingkar Kota Malang, III: Lawang, IV: Jabung, Tumpang, Poncokusumo, Wajak, V: Kepanjen dan sekitarnya, VI: Donomulyo, VII: Bantur, Gedangan, Pagelaran, Gondanglegi, VIII: Turen, Dampit, Tirtoyudo, Ampelgading, Sumbermanjingwetan.

SWP

2000

2001

2002

2003

2004

Tabel di atas menunjukkan bahwa SWP yang memiliki rerata pertumbuhan ekonomi lebih besar dari Kabupaten Malang lebih sedikit dibanding yang lebih rendah,
Bab IV - 45.

adapun SWP yang memiliki aktivitas ekonomi lebih tinggi dibanding rerata Kabupaten Malang adalah sebagai berikut: SWP I (Ngantang dan sekitarnya), SWP II (Lingkar Kota Malang) serta SWP III (Kecamatan Lawang), sedang yang lainnya yaitu SWP IV sampai VIII memiliki rerata pertumbuhan lebih rendah dari Kabupaten Malang, dan yang paling lambat pertumbuhan ekonominya adalah SWP VII (Bantur dan sebagainya) dan SWP VI (Kecamatan Donomulyo), yaitu 3,81 % dan 3,83 %. 2.6.4 Kedudukan Satuan Pengembangan Wilayah dibanding Regional Kabupaten Malang Analisis Typologi Klassen digunakan untuk mengetahui posisi wilayah dibanding regionalnya. Pada analisis ini digunakan ukuran kinerja pendapatan perkapita dan rerata pertumbuhan ekonomi, sehingga dapat dilihat posisi SWP tersebut dalam hal aktivitas ekonomi dan kecenderungan kemajuan wilayahnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2.27. Klasifikasi Kinerja Sektor Ekonomi SWP di Kabupaten Malang menurut Klassen Typologi, 2000-2004
PDRB Per Kapita Laju pertumbuhan Tinggi Rendah

Tinggi

Rendah

Daerah maju dan cepat tumbuh - SSWP II - SSWP III Daerah maju tapi Tertekan - SSWP V

Daerah berkembang cepat SSWP I

Daerah relatif tertinggal - SSWP IV - SSWP VI - SSWP VII - SSWP VIII

Sumber : Bapekab Malang, data diolah Keterangan SWP : I: Kasembon, Ngantang dan Pujon, II. Lingkar Kota Malang, III: Lawang, IV: Jabung, Tumpang, Poncokusumo, Wajak, V: Kepanjen dan sekitarnya, VI: Donomulyo, VII: Bantur, Gedangan, Pagelaran, Gondanglegi, VIII: Turen, Dampit, Tirtoyudo, Ampelgading, Sumbermanjingwetan.

Dari analisis Klassen Typologi kinerja sektor ekonomi pada wilayah SWP dapat digolongkan pada 4 struktur yaitu: 1) Daerah maju dan cepat tumbuh: SSWP II (lingkar Kota Malang) dan SSWP III (Kecamatan Lawang) 2) Daerah berkembang cepat : SSWP I (Kasembon dan sekitarnya) 3) Daerah maju tapi tertekan : SSWP V (kepanjen dan sekitarnya) 4) Daerah relatif tertinggal : SSWP IV (Tumpang dan sekitarnya), SSWP VI (Donomulyo), SSWP VII (Gondanglegi dan sekitarnya) dan SSWP VIII (Turen dan sekitarnya) SWP yang berada pada kuadran I yaitu daerah yang maju dan tumbuh cepat merupakan wilayah yang mampu tumbuh karena adanya aktivitas ekonomi yang cukup tinggi, baik disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal, misalnya SWP III
Bab IV - 46.

(Kecamatan Lawang) disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan aktivitas sektor ekonomi wilayah itu sendiri (faktor internal), yang ditunjukkan dengan pesatnya pertumbuhan sektor industri sejalan dengan menurunnya aktivitas sektor ekonomi primer. Sedangkan aktivitas ekonomi Wilayah Lingkar Kota Malang (SWP II) mendapat imbas ekternalitas pertumbuhan Kota Malang, akibat daya dukung lahan Kota Malang yang tidak mampu menampung perkembangan pertumbuhan aktivitas ekonomi sektor sekunder dan tersier yang pada akhirnya mau tidak mau meluas ke pinggiran kota dan melebar ke Wilayah Lingkar Kota Malang, sebagai contoh berdirinya industri baru, perumahan, perluasan jasa pendidikan, lembaga keuangan bukan bank dan sebagainya. SWP I (Ngantang dan sekitarnya) merupakan wilayah yang cepat berkembang, wilayah ini memiliki potensi ekonomi primer perikanan, kehutanan, peternakan, perkebunan, serta sektor tersier perdagangan, restoran, jasa penunjang komunikasi, lembaga keuangan bukan bank, sewa bangunan, jasa perusahaan, jasa pemerintahan umum, jasa sosial kemasyarakatan dan jasa perorangan dan rumah tangga. Wilayah ini cepat berkembangan karena imbas lalu lintas ke tiga arah yaitu Kediri, Jombang dan ke Malang Raya terutama Kota Batu dan Malang, sehingga pemasaran produk primer sangat lancar. SWP V Kepanjen dan sekitarnya merupakan wilayah maju tapi tertekan, hal ini disebabkan karena potensi sektor ekonomi di wilayah ini adalah sektor primer. Produktivitas sektor primer umumnya rendah sehingga pendapatan perkapita rerata rendah dan sektor industri tidak dominan pada wilayah ini. Namun ada harapan untuk meningkatkan sektor tersier yang dominan yaitu perdagangan, hotel, restoran, angkutan rel, angkutan jalan raya, jasa penunjang angkutan, pos dan telekomunikasi, bank, lembaga keuangan bukan bank, sewa bangunan, serta jasa perorangan dan rumah tangga. Sedangkan wilayah tertinggal yang perlu mendapat penekanan perhatian untuk pemerataan pembangunan wilayah adalah SWP IV (Jabung, Tumpang, Poncokusumo, Wajak), SWP VI (Donomulyo), SWP VII (Bantur, Gedangan, Pagelaran, Gondanglegi) serta SWP VIII (Turen, Dampit, Tirtoyudo, Ampelgading, Sumbermanjingwetan). Wilayah ini merupakan wilayah yang mayoritas berada di bagian Timur dan Selatan dengan topografi pegunungan, sehingga pembangunan sarana prasarana memerlukan dana yang cukup tinggi. Namun dengan adanya Program Pembangunan Jalan Lintas Selatan dan Pembangunan Pelabuhan Penangkapan Ikan di Sumbermanjing Wetan Pemerintah Kabupaten Malang hanya perlu melakukan pendampingan pembangunan program prioritas propinsi tersebut.

BAB III. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN

Bab IV - 47.

3.1. Visi Visi Pemerintahan Kabupaten Malang untuk lima tahun ke depan (Th. 2006 2010) adalah: Terwujudnya Masyarakat Yang Agamis, Demokratis dan Sejahtera Yang sejalan dengan semangat dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat yang merupakan warisan leluhur pendahulu yang dikenal dengan sesanti: : Satata Gama Karta Raharja yang mempunyai makna Masyarakat Adil Dan Makmur Material Dan Spiritual Diatas Dasar Kesucian Yang Langgeng. Adapun uraian visi pembangunan Kabupaten Malang sebagai berikut:

Penjabaran Visi Kepala Daerah


Agamis a. Terwujudnya kerukunan antar dan intern umat beragama, b. Terpenuhinya hak-hak dasar dalam menjalankan ajaran agama, c. Terwujudnya kehidupan beragama yang mampu menjadi katalisator pembangunan. Demokratis a. Terwujudnya perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang partisipatif, b. Terwujudnya kehidupan berpolitik yang demokratis, c. Terwujudnya penegakkan hukum yang memenuhi rasa keadilan, d. Terwujudnya pelayanan publik yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Sejahtera a. Terpenuhinya hak dasar masyarakat yang berupa kemudahan akses pendidikan, akses kesehatan dan paritas daya beli, b. Tersedianya infra struktur secara merata dan terciptanya lapangan pekerjaan yang memadai.

3.1.1. Agamis a. Terwujudnya kerukunan antar dan intern umat beragama, dalam sub visi ini mencerminkan adanya keinginan untuk senantiasa menjaga agar dalam wilayah Kabupaten Malang tercipta kerukunan sesama antar pemeluk agama yang sama dan sesama antar pemeluk agama yang berbeda, sehingga hubungan harmonis semua masyarakat dapat terwujud. b. Terpenuhinya hak-hak dasar dalam menjalankan ajaran agama, merupakan keinginan agar masyarakat menghormati umat pemeluk agama/kepercayaan berbeda untuk menjalankan aktivitas/ mengamalkan ajaran agama/kepercayaannya, sehingga tidak ada konflik antar/inter
Bab IV - 48.

agama mengenai pendirian rumah ibadah, perayaan hari besar agama maupun aktivitas rutin agama lainnya. c. Terwujudnya kehidupan beragama yang mampu menjadi katalisator pembangunan. Hal ini merupakan cita-cita untuk meningkatkan kepedulian sosial dalam masyarakat sehingga mau bergotong-royong memerangi kemiskinan, pengangguran serta berperanserta dalam pembangunan fasilitas umum. 3.1.2. Demokratis a. Terwujudnya perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang partisipatif merupakan salah satu wujud partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah yang diimplementasikan dalam perwujudan jaringan aspirasi masyarakat, kemitraan maupun swadana pembangunan infrastruktur oleh masyarakat serta pemeliharaan sarana publik. b. Terwujudnya kehidupan berpolitik yang demokratis diimplementasikan dalam kebebasan penyampaian aspirasi, tingkat pastisipasi dalam pesta demokrasi serta pemeliharaan situasi keamanan yang kondusif. c. Terwujudnya penegakkan hukum yang memenuhi rasa keadilan dalam segala aspek kehidupan. d. Terwujudnya pelayanan publik yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat, hal ini sesuai dengan misi adanya pemerintahan / birokrasi sebagai pelayan masyarakat. 3.1.3. Sejahtera a. Terpenuhinya hak dasar masyarakat yang berupa kemudahan akses pendidikan, akses kesehatan dan paritas daya beli. Perwujudan dari visi ini sangat penting, karena merupakan inti dari tujuan pembangunan secara umum yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Society welfare). b. Tersedianya infrastruktur secara merata dan terciptanya lapangan pekerjaan yang memadai. Hal ini merupakan kunci yang sangat penting untuk memerangi kemiskinan dan pengangguran, karena dengan adanya pembangunan infrastruktur diharapkan ada imbas peningkatan aktivitas ekonomi baik secara langsung atau sebagai dampak multiplier effect , sehingga ada peningkatan produktivitas di segala sektor yang mampu meningkatkan lapangan pekerjaan. 3.2. Misi
Bab IV - 49.

Sebagai penjabaran atas Visi tersebut, dirumuskan misi selama masa jabatan 2006-2010 sebagai berikut : 1. Mewujudkan peningkatan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai agama dan sosial budaya; 2. Mewujudkan ketentraman dan ketertiban, supremasi hukum dan HAM; 3. Mewujudkan peningkatan pelayanan publik; 4. Mewujudkan percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan percepatan pembangunan infrastruktur 5. Mewujudkan pengentasan kemiskinan, pengurangan kesenjangan, perbaikan iklim ketenagakerjaan dan memacu kewirausahaan; 6. Mewujudkan peningkatan aksesibilitas dan kualitas pendidikan dan kesehatan; 7. Mewujudkan optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup;

BAB IV. STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MALANG

Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Malang saat ini dan kemungkinan permasalahan yang terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat perhatian dalam menyusun rencana pembangunan jangka menengah lima tahun. Dengan mengetahui permasalahan yang ada diharapkan semua program dan kegiatan mampu mengatasi permasalahan tersebut atau paling tidak dapat meminimalisir dampak semua permasalahan yang ada. 4.1 Analisis Lingkungan Strategi pembangunan daerah sangat diperlukan untuk menghasilkan langkah langkah konkret dalam implementasi pembangunan. Strategi yang baik harus menunjukkan konsistensi dan komitmen yang tinggi untuk mewujudkan visi dan misi seperti yang tertuang dalam BAB III. Sebelum melangkah pada strategi pembangunan lebih dulu dilakukan analisis kondisi dan potensi yang dimiliki Kabupaten Malang, sebagai berikut: 4.1.1 Analisis Lingkungan Internal a. Kekuatan (Strenght)
Bab IV - 50.

1. Kondisi Geografis a) Letak wilayah yang strategis mendukung sektor perdagangan. b) Topografi berupa pegunungan mendukung pengembangan pertanian, pertambangan dan pariwisata. 2. Kondisi Perekonomian a) Memiliki aktivitas ekonomi yang cukup tinggi. b) Perekonomian yang dominan pada pertanian dan perdagangan yang relatif tahan terhadap krisis moneter. c) Sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan merupakan penyumbang utama sektor primer di Regional Jawa Timur. d) Memiliki potensi pertambangan zona kawasan tengah yang terdiri dari kelompok mineral agregat, alumino silikat dan mineral lempung. e) Potensi pariwisata pantai, peninggalan cagar budaya dan wisata alam. 3. Sosial Budaya a) Potensi Budaya lokal yang beraneka ragam. 4. Sarana prasarana a) Tingginya partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur. 5. Pemerintahan umum a) Kondisi politik yang kondusif. b) Tersedianya aparatur dengan jenjang pendidikan sarjana. c) Tersedianya standarisasi kualitas pelayanan publik melalui sertifikasi ISO. d) Tersedianya Unit Pelayanan Satu Atap (UPTSA). b. Kelemahan (Weaknesses) 1. Kondisi Geografis a) Banyaknya daerah rawan bencana alam. b) Terpisahnya sebagian wilayah administratif oleh wilayah lain. c) Menurunnya fungsi konservasi. d) Banyaknya penyimpangan penggunaan lahan yang tidak sesuai RT/RW. 2. Kondisi Perekonomian a) Lambatnya pertumbuhan ekonomi. b) Lemahnya kerjasama antar daerah. c) Lemahnya pengawasan eksploitasi pertambangan galian C. d) Belum optimalnya pengelolaan sumberdaya alam. e) Belum optimalnya pengelolaan aset wisata 3. Sosial Budaya a) Rendahnya kualitas tenaga kerja. b) Belum meratanya penyebaran guru. c) Terbatasnya lapangan pekerjaan.
Bab IV - 51.

d) Rendahnya peranan wanita dalam pembangunan. e) Banyaknya jumlah penduduk miskin. f) Belum optimalnya layanan kesehatan. g) Belum optimalinya partisipasi publik 4. Sarana prasarana a) Kesenjangan pembangunan antar wilayah. b) Belum optimalnya sarana dan prasarana publik. 5. Pemerintahan umum a) Belum optimalnya penerapan e-government. 4.1.2. Analisis Lingkungan External a. Peluang (Opportunities) 1. Kondisi Geografis a) Sebagai jalur arus lalu lintas berbagai kota/kabupaten.

2. Kondisi Perekonomian a) Kebijakan Pemerintah Propinsi dalam pengembangan wisata Daerah Jawa Timur. b) Era Perdagangan bebas. c) Sebagai arah pengembangan spasial wilayah Jawa Timur 3. Sosial Budaya a) Kebijakan Pemerintah Pusat untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. b) Kebijakan Pemerintah Pusat untuk meningkatkan mutu kesehatan masyarakat. c) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi. d) Kebijakan Pemerintah Pusat dan Propinsi dalam pemberdayaan dan pengentasan masyarakat miskin. 4. Sarana prasarana a) Kebijakan Pemerintah Pusat dan Provinsi Jawa Timur untuk mengembangkan transportasi darat, laut dan udara sebagai pendukung peningkatan aktivitas ekonomi Kabupaten Malang. 5. Pemerintahan umum a) Diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Undang-undang Nomor 17 tahun 2004 tentang Keuangan Negara. b) Adanya tawaran kerjasama/kemitraan dari pihak ketiga baik dalam negeri maupun luar negeri (pemerintah, investor, universitas, LSM, dan masyarakat luas).
Bab IV - 52.

b. Ancaman (Threat) 1. Kondisi Geografis a) Jangkauan pelayanan pada masyarakat perbatasan belum optimal. 2. Kondisi Perekonomian a) Maraknya penyelundupan barang impor. 3. Sosial Budaya a) Bebasnya tayangan budaya luar. 4. Sarana prasarana a) Adanya bencana alam. 5. Pemerintahan umum a) Kesenjangan ADD dengan daerah lain. 4.2. Isu Strategis Dari analisis lingkungan internal maupun eksternal dapat dirumuskan sepuluh isu strategi yang penting untuk diperhatikan dalam perencanaan pembangunan lima tahun ke depan sebagai berikut:

Sepuluh Isu Strategis Pembangunan Kabupaten Malang


1. Peningkatan peran kehidupan umat beragama dalam aspek pembangunan daerah 2. Reposisi peran perempuan dalam pembangunan 3. Pengentasan kemiskinan dan pengangguran 4. Jangkauan dan mutu pendidikan 5. Jangkauan layanan kesehatan masyarakat 6. Revitalisasi pertanian 7. Revitalisasi IKM dan UMKM 8. Daya saing pariwisata 9. Pelayanan Prima 10.Good governance Beberapa isu strategis memiliki kaitan dengan peran sektoral, oleh karena itu dalam rangka mendukung keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan lima tahun ke depan, beberapa sektoral memiliki Icon yang berupa program maupun kegiatan unggulan spesifik yang mendukung pencapaian sasaran isu strategis sebagai berikut:
Bab IV - 53.

Tabel 4.1. Hubungan Icon Sektoral dengan Isu Strategis NO. 1 ICON SEKTORAL ISU STRATEGIS

Pertanian Pangan, Perkebunan, Peternakan, 6. Revitalisasi Pertanian Perikanan dan Kelautan 3. Pengentasan kemiskinan a. Lumbung Desa Modern dan pengangguran b. Sub Terminal Agribisnis Mantung c. Kawasan Industri Perkebunan d. Kawasan Peternakan Sapi, Kambing dan Unggas e. Pelabunan Pendaratan Ikan Sendang Biru f. Revitalisasi Penyuluhan dan Informasi Usaha Pertanian Industri, Perdagangan, Koperasi dan 7. Revitalisasi IKM dan UMKM Penanaman Modal 3. Pengentasan kemiskinan Sentra Industri Kecil dan pengangguran Pusat Promosi dan Pemasaran Hasil Industri Kecil dan Kerajinan Kendedes Malang Kabupaten Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Investasi

2 a. b. c. d. e. 3

Rumah Tangga Miskin 3. Pengentasan kemiskinan a. Bantuan Modal Kepada Usaha Produktif dan pengangguran Dasawisma b. Pemanfaatan Pekarangan untuk Tanaman Pangan dan Obat Keluarga Tenaga Kerja dan Pengangguran 3. Pengentasan kemiskinan a. Padat Karya dan pengangguran b. Informasi Pasar Kerja dan Perlindungan Tenaga Kerja Pariwisata a. Festival Wisata dan Gelar Seni Budaya b. Kawasan Wisata Wendit c. Kawasan Wisata Balekambang d. Kawasan Wisata Gunung Kawi e. Kawasan Wisata Menuju Bromo f. Pusat Kerajinan Kendedes sebagai Gerbang Wisata Kabupaten Malang Pendidikan dan Kebudayaan a. Sekolah Unggulan SD disetiap Kecamatan SMP di 8 lokasi SMA di 3 lokasi SMK di 3 lokasi b. Budaya Baca dan Menulis 8. Daya saing pariwisata 3. Pengentasan kemiskinan dan pengangguran

pintu

4.Jangkauan pendidikan

dan

mutu

Bab IV - 54.

NO. 7

ICON SEKTORAL Kesehatan a. Puskesmas Ideal b. Revitalisasi Posyandu c. Badan Layanan Umum Kesehatan Olah Raga - Stadion Kanjuruhan Pelayanan Publik a. Manajemen Mutu Pelayanan (ISO) b. Pelayanan Satu Atap c. Nomor Induk Kependudukan d. Aparatur Profesional dan Bersih

ISU STRATEGIS 5. Jangkauan layanan kesehatan masyarakat

4.Jangkauan pendidikan

dan

mutu

9. Pelayanan Publik 10. Good Governance

4.3. Strategi Pembangunan di Kabupaten Malang Dari isu strategis di atas dapat dirumuskan 7 (tujuh) strategi pembangunan sebagai berikut:

Tujuh Strategi Pembangunan Kabupaten Malang 1). Peningkatan Kesalehan Sosial

2). Peningkatan kualitas kehidupan politik dan penegakan hukum 3). Peningkatan Pelayanan Publik
4). Peningkatan Pembangunan Ekonomi dan Infrastruktur
5). Pengentasan Kemiskinan, Ketenagakerjaan Pengangguran dan Perbaikan Iklim

1).

Peningkatan Kesalehan Sosial


Salah satu kendala pembangunan pada umumnya adalah kondisi sosial

masyarakat yang tidak kondusif. Terjadinya perselisihan akibat kesenjangan sosial dan konflik antar / inter pemeluk agama akan berdampak pada kelancaran investasi yang menghambat pembangunan ekonomi. Dengan demikian kebijakan dibawah ini sangat penting: a. Peningkatan Kesalehan Sosial dalam kehidupan beragama b. Peningkatan Kesejahteraan Sosial c. Pengembangan Budaya yang berlandaskan nilai-nilai Luhur d. Peningkatan peran perempuan serta perlindungan dan anak.
Bab IV - 55.

2). Peningkatan kualitas kehidupan politik dan penegakan hukum


Dalam pelaksanaan kebijakan pembangunan, sangat diperlukan suasana yang kondusif, baik dalam bentuk regulasi dan transparansi serta adanya ketertiban di masyarakat. Sebagaimana hasil kajian di bab sebelumnya penegakan hukum merupakan hal yang sangat signifikan dalam mempengaruhi investasi. Dengan adanya ketertiban serta penegakan hukum yang tegas, akan memberikan kepastian usaha. Hal ini sangat penting bagi sektor swasta (pengusaha) maupun masyarakat didalam membuat perencanaan bisnis dan investasinya. Beberapa kebijakan yang dapat dilaksanakan untuk merealisasikan strategi ini adalah: a. Peningkatan Keamanan dan Ketertiban, Supremasi Hukum dan HAM b. Perwujudan Demokrasi yang makin Kokoh

3). Peningkatan Pelayanan Publik


Sebagaimana dijelaskan diatas, salah satu elemen dari Millenium Development Goals (MDGs) adalah bagaimana masyarakat bisa mengakses hak haknya, terutama hak hak dasar seperti pendidikan, kesehatan serta pekerjaan. Dengan demikian sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk selalu memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Dalam hal pendidikan, pemerintah harus mampu memberikan dan membuka akses yang sebesar-besarnya kepada masyarakat. Dalam layanan kesehatan, masyarakat sangat memerlukan layanan yang baik, khususnya didalam mengakses jasa kesehatan antara lain kemudahan memperoleh obat, perawatan kesehatan, pelayanan dokter maupun layanan jasa informasi (penyuluhan) mengenai kebersihan, hidup sehat, penyakit menular dsb. Selain itu, layanan publik yang bagus akan mampu merangsang investasi, antara lain berbagai perijinan investasi harus dibakukan dalam aturan main yang jelas dan akuntabel (berapa lama layanan serta biaya). Dengan demikian akan memberikan kepastian berusaha dan efisiensi usaha. a. Pemantapan Desentralisasi dan Otonomi daerah b. Penciptaan tata pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab Beberapa program yang dapat dilakukan untuk merealisasikan strategi tersebut, dapat berupa:

4). Peningkatan Pembangunan Ekonomi dan Infrastruktur


Infrastruktur sangat berpengaruh terhadap kondisi ekonomi suatu wilayah. Secara nasional berdasarkan kajian empiris yang dilakukan, pembangunan infrastruktur yang dimulai tahun 1970 sampai dengan 1995 ternyata mampu mengurangi jumlah orang miskin sampai dengan 30%. Dengan demikian infrastruktur merupakan faktor penting sebagai pendorong dan sekaligus sebagai faktor yang mampu mempengaruhi daya tarik investasi dan daya saing daerah dengan kata lain pembangunan infrastruktur sangat berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi.

Bab IV - 56.

Mengingat pembiayaan infrastruktur tidak sedikit, maka prioritas sangat perlu dilakukan. Infrastruktur yang kita perlukan adalah Jalan, sistem irigasi, penyediaan air bersih serta konservasi dan regulasi lingkungan dan tata ruang. Selain diluar empat infrastruktur tersebut permasalahan energi dan telekomunikasi juga merupakan kebutuhan yang mendesak agar mampu meningkatkan daya saing daerah, dimana pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Beberapa program yang dilakukan untuk mendorong aktivitas ekonomi, daya saing produk lokal dan merangsang investasi adalah sebagai berikut: a. Revitalisasi Pertanian b. Peningkatan Investasi dan Perdagangan lokal, regional dan internasional c. Peningkatan Daya saing Pariwisata d. Peningkatan daya saing industri melalui pemantapan Industri Kecil Menengah (IKM) e. Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Kecil, mikro dan Menengah (UMKM) f. Peningkatan Pengelolaan BUMD g. Pengembangan Pasar Daerah h. Peningkatan dan pengembangan Infrastruktur: - Sumber Daya Air - Transportasi dan Perhubungan - Perumahan dan Permukiman i. Percepatan pemerataan pembangunan infrastruktur energi, dan ketenagalistrikan j. Konservasi sumber daya alam, lingkungan dan penataan ruang 5). Pengentasan Kemiskinan, Pengangguran dan Perbaikan Iklim Ketenagakerjaan Salah satu permasalahan pembangunan yang sangat krusial adalah

pengangguran dan kemiskinan. Jumlah angka kemiskinan yang terus meningkat serta angka pengangguran menunjukkan lemahnya pembangunan ekonomi yang dilakukan, walaupun permasalahan ini tidak terlepas dari dampak kebijakan ekonomi makro nasional. Sebagaimana kita ketahui bersama tingkat kemiskinan dan pengangguran juga akan sangat dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan yang bisa dicapai. Dengan pertumbuhan ekonomi tinggi, diharapkan kesempatan kerja bisa diciptakan dan akan mampu menambah pendapatan masyarakat. Untuk itu, perbaikan iklim ketenagakerjaan yang kondusif perlu terus diciptakan, sehingga akan memberikan insentif bagi pengusaha untuk terus meningkatkan produksi dan memperluas usahanya. Kebijakan yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan, penanggulangan pengangguran perlu dilakukan secara lintas sektoral dan komprehensif. Kebijakan berikut ini merupakan program bersama dan memerlukan komitmen bersama, yaitu: a. Pengentasan Kemiskinan dan Pengangguran b. Perbaikan Iklim Ketenagakerjaan c. Pengembangan Kependudukan dan Keluarga Kecil Berkualitas
Bab IV - 57.

6). Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan

Berdasarkan teori ekonomi, salah satu sumberdaya pembangunan yang sangat penting adalah sumber daya manusia (SDM). Sebagai salah satu faktor produksi, kualitas SDM akan sangat mempengaruhi output/produksi suatu perekonomian, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Salah satu jalan untuk meningkatkan kualitas SDM adalah pendidikan dan peningkatan pelayanan kesehatan. PBB sudah menetapkan Mellinnium Development Goals (MDG) yang salah satunya adalah semangat untuk mengurangi jumlah kemiskinan dan pengangguran serta pemenuhan hak hak dasar masyarakat, seperti memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan yang layak serta peningkatan daya beli. Komitmen untuk terus meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan diwujudkan dengan penerapan kebijakan dibawah ini: a. Peningkatan akses terhadap pendidikan dan kesehatan b. Peningkatan sarana prasarana pendidikan dan kesehatan 7). Optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup Penetapan fungsi kawasan di Kabupaten Malang yang terbagi atas kawasan budidaya tahunan, kawasan budidaya tanaman semusim, kawasan lindung terbatas, kawasan lindung lainnya, kawasan penyangga, kawasan perlindungan mata air, kawasan perlindungan sungai, kawasan perlindungan waduk dan kawasan perlindungan pantai serta kawasan rawan bencana senantiasa dikawal dengan kegiatan yang diarahkan untuk menjaga agar pemanfaatan sumberdaya alam tidak merusak keseimbangan alam sehingga kelestarian lingkungan hidup dapat terjaga. Kabupaten Malang memiliki daerah yang dikategorikan rawan bencana letusan gunung berapi, longsor dan banjir. Kawasan rawan bencana letusan gunung berapi Semeru adalah Kecamatan Poncokusumo khususnya daerah Ngadas dan Gubugklakah. Daerah yang rawan terhadap longsor di Kabupaten Malang meliputi wilayah perbukitan dan daerah aliran sungai, salah satu kecamatan yang terkena longsor akibat hujan lebat adalah Kecamatan Tirtoyudo. Daerah rawan banjir tersebar di beberapa kecamatan yakni Kecamatan Singosari (banjir bandang/lumpur), Kecamatan Dau, Kecamatan Bantur (5 tahun sekali), Kecamatan Tirtoyudo (banjir bandang akibat penebangan hutan Desa Pujiharjo, Purwodadi), Kecamatan Kasembon (Desa Bayem), Kecamatan Sumberpucung (Desa Trenyang), Kecamatan Bantur (Desa Sumberbening), Kecamatan Donomulyo (Desa Banjarejo), Kecamatan Sumbermanjing Wetan (Desa Kedungbanteng), Kecamatan Ampelgading (Desa Lebakharjo), Kecamatan Jabung (Desa Gading Kembar), Kecamatan Lawang (Desa Srigading) dan Kecamatan Wajak (Desa Patok Picis), hal ini perlu diwaspadai terutama untuk kawasan-kawasan penambangan galian C karena dikhawatirkan akan menambah parah wilayah rawan bencana. Kekonsistenan Pemerintah Kabupaten Malang untuk menjaga fungsi lingkungan hidup diwujudkan dalam kebijakan:
Bab IV - 58.

a. Peningkatkan mutu pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup. b. Perbaikan sistem pengelolaan dan pelestarian sumber daya hutan. c. Peningkatkan kesadaran masyarakat akan standar baku mutu lingkungan.

4.4. Sasaran

3 Agenda dan 7 Strategi Pembangunan Kabupaten Malang


I. Agenda Mewujudkan Masyarakat yang Agamis

1. Peningkatan Kesalehan Sosial


II. Agenda Mewujudkan Masyarakat yang Demokratis

2. Peningkatan kualitas kehidupan politik dan penegakan hukum 3. Peningkatan Pelayanan Publik
III.Agenda Mewujudkan Masyarakat Sejahtera

4. Peningkatan

Pembangunan

Ekonomi

dan

Rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) Kabupaten Malang memuat 3 (tiga) agenda dan 7 (tujuh) strategi pembangunan yang akan dilaksanakan secara komprehensif, sehingga hasil pembangunan lima tahun ke depan diharap mampu membawa masyarakat Kabupaten Malang menjadi lebih meningkat dalam hal kesalehan, demokratisasi dan kesejahteraan melalui tujuh langkah strategis yang dijabarkan dalam kebijakan program pembangunan. Pelaksanaan prinsip anggaran berbasis kinerja mengandung makna bahwa semua program pembangunan harus mampu mencapai indikator sasaran yang terukur (indikator outcome) sehingga prinsip akuntabel, keterbukaan, trasparabel dan pemerataan dalam Good Governance dapat benar-benar mampu ditunjukan dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan. Untuk Kabupaten Malang yang digunakan sebagai indikator sasaran adalah indikator makro, sedangkan indikator program yang lebih rinci terdapat pada sasaran kinerja satuan unit perangkat daerah (SKPD). Ada beberapa
Bab IV - 59.

indikator yang belum dimiliki oleh Kabupaten Malang, sehingga dengan berjalannya waktu akan ada pemantapan database sesuai kebutuhan, sehingga saat ini belum bisa ditampilkan pada target capaian sasaran dalam lima tahun ke depan. Adapun indikator sasaran tujuh strategi pembangunan Kabupaten Malang adalah sebagai berikut:
4.4.1. Strategi 1: Peningkatan Kesalehan Sosial Kebijakan: 1. Peningkatan kesalehan sosial dalam beragama 2. Peningkatan kesejahteraan sosial 3. Pembinaan pemuda dan olahraga 4. Pengembangan budaya yang berlandaskan nilai-nilai luhur 5. Peningkatan peran perempuan serta perlindungan anak Indikator sasaran pada strategi pembangunan Peningkatan Kesalehan Sosial adalah: a. Jumlah konflik antar umat beragama di Kabupaten Malang b. Jumlah kegiatan keagamaan c. Dana Umat yang disalurkan d. Peningkatan peran perempuan dalam organisasi 4.4.2. Strategi 2: Peningkatan kualitas kehidupan politik dan penegakan hukum Kebijakan: 1. Peningkatan keamanan dan ketertiban, Supremasi Hukum dan HAM 2. Perwujudan Demokrasi yang makin Kokoh Indikator sasaran Peningkatan kualitas kehidupan politik dan penegakan hukum: a. Angka partisipasi pemilih b. Ratio pelanggaran hukum / HAM per 10.000 penduduk c. Ratio angka kriminalitas per 10.000 penduduk 4.4.3. Strategi 3: Kebijakan: 1. Pemantapan desentralisasi dan otonomi daerah 2. Penciptaan tata pemerintahan yang bersih dan bertanggungjawab Indikator sasaran Peningkatan pelayanan publik : a. Jangkauan layanan publik b. Persentase pegawai yang mengikuti diklat fungsional dan keahlian profesional b. Sertifikasi ISO 9000:2001 c. Ratio Jumlah penduduk dengan PNS Peningkatan pelayanan publik

Bab IV - 60.

4.4.4. Strategi 4: Kebijakan:

Peningkatan Pembangunan Ekonomi dan infra struktur

1. Revitalisasi Pertanian 2. Peningkatan investasi dan perdagangan lokal, regional dan internasional 3. peningkatan daya saing pariwisata 4. peningkatan daya saing industri melalui pemantapan Industri Kecil Menengah (IKM) 5. pemberdayaan koperasi dan usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM) 6. Peningkatan Pengelolaan BUMD 7. Pengembangan Pasar Daerah 8. Peningkatan infrastruktur sumberdaya air 9. Peningkatan infrastruktur transportasi dan perhubungan 10. Peningkatan infrastruktur Perumahan, Pemukiman 11. Percepatan pemerataan pembangunan infrastruktur energi dan ketenagalistrikan 12. Perencanaan dan pengendalian tataruang Indikator sasaran Peningkatan Pembangunan Ekonomi dan Infrastruktur sebagian besar merupakan indikator makro aktivitas perekonomian sebagai berikut: a. PDRB per kapita b. Pertumbuhan investasi c. Perkembangan sektor pertanian dalam PDRB d. PerkembanganJumlah kunjungan wisatawan e. Perkembangan jumlah IKM dan UMKM yang sehat 4.4.5. Strategi 5: Pengentasan kemiskinan, pengangguran dan perbaikan klim ketenagakerjaan Kebijakan: 1. Pengentasan kemiskinan dan pengangguran 2. Perbaikan iklim ketenagakerjaan 3. Pengembangan Kependudukan dan keluarga kecil berkualitas Indikator sasaran Pengentasan kemiskinan, pengangguran dan perbaikan iklim ketenagakerjaan sebagai berikut a. IPM b. Penurunan jumlah penduduk miskin c. Penurunan tingkat pengangguran terbuka 4.4.6. Strategi 6: Kebijakan: 1. Peningkatan akses terhadap pendidikan dan kesehatan yang berkualitas 2. Peningkatan sarana prasarana pendidikan dan kesehatan
Bab IV - 61.

Peningkatan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan

3. Pembinaan pemuda dan olahraga


Indikator sasaran Peningkatan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan sebagai berikut: a. Angka Partisipasi Murni b. Jumlah sekolah unggulan c. Akses keluarga terhadap sanitasi dan air bersih d. Meningkatnya cakupan imunisasi e. Menurunnya prevalensi gizi pada balita f. Perawatan pada balita gizi buruk g. Desa dengan garam beryodium baik

4.4.7. Strategi 7: Optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup
Kebijakan: a. Peningkatkan mutu pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup. b. Perbaikan sistem pengelolaan dan pelestarian sumber daya hutan. c. Peningkatkan kesadaran masyarakat akan standar baku mutu lingkungan. Indikator sasaran Optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup sebagai berikut: a. Meningkatnya penghijauan swadaya b. Meningkatnya perusahaan yang mempertahankan kualitas baku mutu udara c. Menurunnya perusahaan yang limbah cairnya BOD/COD tidak melebihi nilai ambang keamanan d. Meningkatnya kegiatan pertambangan berijin

Berikut disajikan Matrik Agenda, Strategi, dan Indikator Sasaran kebijakan Pemerintah Tahun Anggaran 2006 2010 yang merupakan implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Malang.

Bab IV - 62.

Tabel 4.2 Matrik Agenda , Strategi, Indikator dan Sasaran


TARGET AGENDA
1. Mewujudkan Masyarakat Yang Agamis 1.

STRATEGI
Peningkatan Kesalehan Sosial Kebijakan: 1.1. Peningkatan kesalehan sosial dalam beragama 1.2. Peningkatan kesejahteraan sosial 1.3. Pengembangan budaya yang berlandaskan nilai-nilai luhur 1.4. Peningkatan peran perempuan serta perlindungan anak 1.

INDIKATOR SASARAN
Jumlah Konflik Antar Umat Beragama

2006
1

2007
1

2008
1

2009
0

2010
0

Konflik
2. Jumlah Kegiatan Keagamaan

100 kl. 3. Dana umat yang disalurkan 3,5 M

105 kl.

110 kl.

115 kl.

120 kl.

4.

Peningkatan Peran perempuan dalam organisasi

4M

4,5 M

4,5 M

5M

S organisasi perempuan
26 2. Mewujudkan masyarakat yang demokratis 2. Peningkatan kualitas kehidupan politik dan penegakan hukum Kebijakan: 2.1. Peningkatan keamanan dan ketertiban, Supremasi Hukum dan HAM 2.2. Perwujudan Demokrasi yang makin Kokoh 5. Angka partisipasi pemilih 26 26 26 26

penduduk berhak mencoblos


6. Ratio pelanggaran hukum/HAM

peserta

pemilu

x100

68%

78%

83%

85%

85%

pelanggaran hukum 10.000 penduduk


7. Ratio angka kriminalitas per 10.000 penduduk

0.24

0.23

0.22

0.21

0.20

Bab IV - 63.

TARGET AGENDA STRATEGI INDIKATOR SASARAN 2006


1.11

2007
1.09

2008
1.07

2009
1.05

2010
1.01

korban kriminalitas 10.000 penduduk


3. Peningkatan pelayanan publik Kebijakan: 3.1. Pemantapan desentralisasi dan otonomi daerah 3.2. Penciptaan tata pemerintahan yang bersih dan bertanggungjawab 8. Jangkauan Layanan Publik

14 unit kerja 33 kec

14 unit kerja 33 kec.

14 unit kerja 33 kec

14 unit kerja 33 kec.

14 unit kerja 33 kec.

9.

Persentase pegawai yang mengikuti diklat fungsional dan keahlian profesional:

PNS ikut diklat + fungsional 100% PNS


10. Sertifikasi ISO 9000:2001

sertifikasi ISO th(t ) - th(t - 1) sertifikasi ISO th(t - 1)


11. Ratio jumlah PNS dengan jumlah Penduduk

pm

pm

pm

pm

pm

Penduduk

PNS

5 unit kerja

5 unit kerja

5 unit kerja

5 unit kerja

5 unit kerja

1:135 3. Mewujudkan kesejahteraa n 4. Peningkatan Pembangunan Ekonomi dan infra struktur Kebijakan: 4.1. Revitalisasi Pertanian 4.2. Peningkatan investasi dan perdagangan lokal, regional dan internasional

1:130

1:125

1:120

1:115

12. PDRB per kapita

5,9 juta

6,5 juta

7,1 juta

7,8 juta

8,7 juta

13. PDRB

Bab IV - 64.

TARGET AGENDA STRATEGI


4.3. peningkatan daya saing pariwisata 4.4. peningkatan daya saing industri melalui pemantapan Industri Kecil Menengah (IKM) 4.5. pemberdayaan koperasi dan usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM) 4.6. Peningkatan Pengelolaan BUMD 4.7. Pengembangan Pasar Daerah 4.8. Peningkatan infrastruktur sumberdaya air 4.9. Peningkatan infrastruktur transportasi dan perhubungan 4.10. Peningkatan infrastruktur Perumahan, Pemukiman 4.11. Percepatan pemerataan pembangunan infrastruktur energi dan ketenagalistrikan 4.12. Konservasi sumber daya alam dan penataan ruang

INDIKATOR SASARAN
pertumbuhan ekonomi th (t ) - th(t - 1) pertumbuhan ekonomi th(t - 1)
a. b. c. Optimistik Moderate Pesimistik

2006

2007

2008

2009

2010

5,5 5,48 5,43 x 100 %

5,7 5,65 5,55

5,9 5,825 5,68

6,1 6,00 5,80

6,3 6,18 5,93

14. Pertumbuhan investasi:

investasi th (t ) - th (t - 1) investasi th (t - 1)
Fasilitasi Non fasilitasi

15. Perkembangan sektor pertanian dalam PDRB ADHK:

10% 5%

10% 5%

10% 5%

10% 5%

10% 5%

PDRB sektor pertanian th (t ) - th(t - 1)


PDRB sektor per tanian th(t - 1)
16. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan:

wisatawan th (t ) - th(t - 1)
Wisatawan th(t - 1)
4,6 % 5,6 % 5,69 % 6% 6,18 % Domestik Mancanegara

17. Perkembangan jumlah unit IKM dan UKMK yang sehat :

IKM

& UKM yg. sehat th (t ) - th (t - 1)

IKM

& UKM th(t - 1)

Perusahaan terdaftar

Bab IV - 65.

TARGET AGENDA STRATEGI


INDIKATOR SASARAN
IKM (industri kecil non formal) KSP/USP sehat

2006
5% 3%

2007
5% 3%

2008
5% 3%

2009
5% 3%

2010
5% 3%

7.5% 3% 10% 5. Pengentasan kemiskinan, pengangguran dan perbaikan iklim ketenaga kerjaan Kebijakan: 5.1. Pengentasan kemiskinan dan pengangguran 5.2. Perbaikan iklim ketenagakerjaan 5.3. Pengembangan Kependudukan dan keluarga kecil berkualitas 18. IPM a. b. c. d. Angka Melek Huruf Rata-rata lama sekolah Angka harapan hidup Paritas daya beli 85,6 6,9 66,5 1.135.573

7.5% 3% 10%

7.5% 3% 10%

7.5% 3% 10%

7.5% 3% 10%

85,6 6,9 66,5 1.135.573

85,6 6,9 66,5 1.135.573

85,6 6,9 66,5 1.135.573

85,6 6,9 66,5 1.135.573

19. Penurunan Jumlah penduduk miskin:

penduduk miskin th(t ) - th(t - 1) 100% penduduk miskin th(t - 1)


20. penurunan tingkat penganguran terbuka:

penganggur an terbuka th(t ) - th(t - 1) penganggur an th(t - 1)

1,5 %

1,5%

1,5%

1,5%

1,5%

Bab IV - 66.

TARGET AGENDA STRATEGI INDIKATOR SASARAN 2006


1,5% 6. Peningkatan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan Kebijakan: 6.1. Peningkatan akses terhadap pendidikan dan kesehatan yang berkualitas 6.2. Peningkatan sarana prasarana pendidikan dan kesehatan 6.3. Pembinaan pemuda dan olahraga

2007
1,5%

2008
1,5%

2009
1,5%

2010
1,5%

21. Angka partisipasi murni sekolah (APM) SD/MI SMP/MTs SMA/MA 65,76% 34,42% 66,50% 35,50% 70,00% 36,40% 71,50% 37,35% 73,00% 38,00% 99,88% 99,88% 99,88% 99,88% 99,88%

22. Jumlah sekolah unggulan: SD SLTP SMA SMK

33 8 3 3 60% 85% <13 100% 60% 65% 90% <12 100% 70% 70% 90% <11 100% 80% 75% 95% <10 100% 85% 80% 100% <10 100% 90%

23. Akses keluarga terhadap sanitasi dan air bersih 24. Meningkatnya cakupan imunisasi 25. Menurunnya prevalensi kurang gizi pada balita 26. Balita gizi buruk mendapat perawatan 27. Desa dengan Garam beryodium baik

7.

Optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup Kebijakan: a. Peningkatkan mutu pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup. b. Perbaikan sistem pengelolaan dan

28. Meningkatnya penghijauan swadaya

Penghijauan th(t ) - th(t - 1) Penghijauan th(t - 1)

5%

5%

5%

5%

5%

Bab IV - 67.

TARGET AGENDA STRATEGI


pelestarian sumber daya hutan. Peningkatkan kesadaran masyarakat akan standar baku mutu lingkungan.

INDIKATOR SASARAN

2006

2007

2008

2009

2010

c.

29. Meningkatnya perusahaan yang mempertahankan kualitas baku mutu udara

Perusahaan th(t ) - th(t - 1) Perusahaan th(t - 1)


30. Menurunnya perusahaan yang limbah cairnya BOD/COD tidak melebihi nilai ambang keamanan

5%

5%

5%

5%

5%

Perusahaan th(t ) - th(t - 1) Perusahaan th(t - 1)


31. Meningkatnya kegiatan pertambangan berijin

Penggalian th(t ) - th(t - 1) Penggalian th(t - 1)

5%

5%

5%

5%

5%

7.5%

7.5%

7.5%

7.5%

7.5%

Bab IV - 68.

BAB V. ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana pengelolaan keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dalam Peraturan Daerah (Perda). Dalam hubungannya dengan RPJM, APBD merupakan komitmen politik penyelenggara pemerintahan daerah untuk mendanai strategi pembangunan pada satuan program dan kegiatan selama kurun waktu 5 tahun. Hubungan antara dokumen perencanaan strategik dengan anggaran, dapat dilihat dalam Gambar 5.1 sebagai berikut:

Visi Misi Strategi

Arah Kebijakan Keuangan Daerah

A P B D
Gambar 5.1. Kerangka hubungan antara Strategi, APBD, & Arah Kebijakan Keuangan Daerah

Arah kebijakan keuangan daerah yang diambil oleh Kabupaten Malang mengandung makna bahwa: 1. Arah belanja APBD Kabupaten Malang digunakan sepenuhnya untuk mendukung kebijakan dan prioritas strategis jangka menengah, 5 tahunan. 2. Untuk menjamin ketersediaan dana maka kebijakan pendapatan diarahkan untuk mendapatkan berbagai sumber pendapatan yang sustain dan jumlah yang memadai. Mengingat kebijakan masing-masing komponen APBD berbeda maka kebijakan Keuangan Daerah juga dirinci pada masing-masing komponen tersebut, meliputi kebijakan Pendapatan, Belanja, Pembiayaan, dan kebijakan umum.

Bab IV - 69.

Adapun, hubungan strategi dengan (arah kebijakan) komponen APBD dapat dilihat dalam Gambar 5.2 berikut ini:

A R A H Program/ Kegiatan P1 P2 Visi Misi Strategi P3 P4 P5 P~..

K E B I J A K A N

B E L A N J A
..... (-)

P E N D A P A T A N ..... (=)

P E M B I A Y A A N .....

Gambar 5.2. Kerangka hubungan antara strategi dan komponen APBD

Gambar 5.2 menunjukkan hubungan antara proses perencanaan kegiatan dengan keuangan. Satuan terkecil dari perencanaan strategik adalah program dan kegiatan. Melalui analisis belanja, standar pelayanan, dan standar harga atas komponen belanja tiap kegiatan, dapat dihitung kebutuhan belanja. Dengan demikian, arah kebijakan belanja Kab. Malang, pada prinsipnya adalah agar belanja dapat mendukung kebutuhan dana seluruh kegiatan. Belanja yang tidak strategik dan tidak memiliki nilai tambah (non value-added) diminimalisir. Pada tahap berikutnya, untuk menutup semua kebutuhan belanja, APBD harus mampu mengoptimalkan sumber-sumber pendapatannya. Semua potensi pendapatan semaksimal mungkin digali agar mampu menutup seluruh kebutuhan belanja. Kebijakan pendapatan diarahkan agar sumber-sumber pendapatan yang mendukung APBD selama ini harus diidentifikasi dengan baik, ditingkatkan penerimaannya (intensifikasi), dan diupayakan sumber-sumber pendapatan baru (ekstensifikasi) oleh Pemerintah Kab. Malang. Mengingat bahwa komponen anggaran menggunakan struktur

surplus/defisit maka atas selisih antara pendapatan dan belanja dihitung sebagai surplus/defisit dan dialokasikan ke pembiayaan. Dalam hal suatu APBD mengalami

Bab IV - 70.

defisit maka kebijakan pembiayaan mengupayakan sumber pemasukan kas untuk menutup defisit tersebut (pembiayaan penerimaan). Sebaliknya, apabila APBD mengalami selisih lebih maka atas surplus tersebut akan dialokasikan dalam pembiayaan pengeluaran pada pos-pos pembiayaan yang diperkenankan oleh peraturan.

5.1.

Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah

Pengelolaan pendapatan daerah Kabupaten Malang diarahkan pada sumber-sumber pendapatan yang selama ini telah menjadi sumber penghasilan Kas Daerah dengan tetap mengupayakan sumber-sumber pendapatan yang baru. 5.1.1. Asumsi/Perkiraan Pertumbuhan Perekonomian yang Mempengaruhi

Pengembangan Sumber Pendapatan Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab II, Kabupaten Malang merupakan wilayah yang memiliki tingkat aktivitas ekonomi cukup tinggi. Hal ini terlihat dari besarnya jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Malang yang menduduki peringkat 6 dari 33 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa Timur. Hal ini memberi harapan positif bagi pertumbuhan ekonomi di masa-masa datang, terutama sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor industri pengolahan dan sektor jasa yang memiliki kontribusi merata masing masing 29,76%, 23,02%, 14,58% dan 14,41%. Meskipun aktivitas perekonomian cukup tinggi namun dibanding dengan

Propinsi Jawa Timur dan Nasional pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang relatif lebih lambat, hal ini karena aktivitas ekonomi Kabupaten Malang berbasis pertanian dan perdagangan yang menggunakan sumberdaya primer dengan nilai tambah yang relatif lebih rendah dibanding sektor industri dan jasa yang merupakan komponen PDRB dominan nasional dan propinsi. 5.1.2. Sumber-sumber Pendapatan Daerah Pendapatan daerah berasal dari PAD, Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan yang Sah. Dalam Tahun Anggaran 2001 dan 2002, Rencana APBD yang menganut prinsip berimbang, pada sisi pendapatan dan belanja ditetapkan anggaran masing-masing sebesar Rp 481,6 M. Realisasi pendapatan sebesar Rp 495,4 M atau mencapai 102,9 M, sedangkan realisasi belanja sebesar Rp 502,1 M

Bab IV - 71.

atau mencapai 97,9 % diluar Urusan Kas dan Perhitungan masing-masing sebesar Rp. 45,5 dan 40,8. Untuk Tahun 2002 dianggarkan masing-masing sebesar Rp 542,8 M, Realisasi pendapatan daerah sebesar Rp 558,6 M atau mencapai 102,8 % diluar Urusan Kas dan Perhitungan masing-masing sebesar Rp. 42,1 M dan Rp. 35,9 M sedangkan realisasi belanja sebesar Rp. 507,2 M atau mencapai 93,4 %. Dalam APBD Kabupaten Malang tahun 2003 yang disusun dengan menganut anggaran berbasis Kinerja sesuai Kepmendagri No. 29 tahun 2002, Anggaran pendapatan dan belanja daerah masing-masing ditetapkan sebesar Rp 587,4 M dan Rp 636,1 M. Sementara realisasi pendapatan dan belanja daerah masing-masing sebesar Rp 602,4 M dan Rp 627,3 M atau secara berturut-turut tercapai 102,56 % dan 98,61%. Tahun 2004, pendapatan dan belanja daerah berturut-turut sebesar Rp 626,4 M dan Rp 646,5 M. Realisasi pendapatan dan belanja daerah masing-masing sebesar Rp 627,6 M dan Rp 599,1 M atau masing-masing tercapai 100,19% dan 92,67%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Target dan Realisasi Pendapatan dan Belanja PemerintahKabupaten Malang Tahun 2001 2005 Target (Milyar rupiah) Tahun Realisasi APBD II Belanja Daerah

Pendapatan 481,6 542,8 587,4 626,4

Belanja 481,6 542,8 636,1 646,5

Milyar (Rp) 495,4 558,6 602,4 627,6 730,5

% 102,9 102,9 102,56 100,19 96,91

Milyar (Rp) 461 507,2 627,3 599,1 646,4

% 95,8 93,44 98,61 92,67 88,45

2001 2002 2003 2004

2005 682,4 730,8 Sumber: Bagian Keuangan Pemkab Malang

Guna keperluan analisis atas perkembangan pendapatan daerah maka unsur pendapatan daerah pada sisi bagian sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu dan UKP dikecualikan karena dalam sistem anggaran berbasis kinerja yang diterapkan dalam tahun 2003 dan 2004, sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu termasuk dalam struktur pembiayaan. Pendapatan daerah Kabupaten Malang terdiri dari PAD (pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha perusahaan milik daerah dan lain-lain PAD yang sah), dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah.

Bab IV - 72.

5.1.2.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sumber PAD berasal dari: pajak daerah, retribusi daerah, bagian usaha daerah, lain-lain pendapatan. Walaupun PAD mengalami peningkatan di hampir semua Propinsi, Kabupaten/Kota, namun secara rata-rata PAD relatif lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhannya. PAD memberikan kontribusi terbesar kedua dalam pendapatan daerah. Pada tahun 2001, PAD memberikan kontribusi sebesar Rp 26,7 M (5,40%) terhadap pendapatan daerah. Pada tahun 2002 memberikan kontribusi sebesar Rp 33,4 M atau 5,98%. Tahun 2003 sebesar Rp 38 M yaitu 6,39% dan tahun 2004, memberikan kontribusi sebesar Rp 38,5 M (6,08%). Perkembangan anggaran dan realisasi PAD Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2001 sampai dengan 2005 dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut ini:

Tabel 5.2. Anggaran dan Realisasi PAD Kabupaten Malang Tahun 2001-2005 (Milyar)

URAIAN Anggaran Realisasi

2001 21,3 26,7

2002 26,7 33,4

2003 37,6 38,5

2004 43,5 38,1

2005 50,3 52,2

Sumber: Ringkasan APBD Tahun 2001-2005, Laporan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Bupati Malang Periode 2000-2005.

Kontribusi realisasi masing-masing komponen PAD Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2001 sampai dengan 2005 dapat digambarkan pada Tabel 5.3 berikut ini:

Tabel 5.3. Kontribusi Realisasi Terhadap PAD Kabupaten Malang Tahun 2001-2005 (Milyar) URAIAN Pajak Daerah Retribusi Daerah Perusahaan & Kekayaan Daerah yang Sah Lain-lain PAD 2001 14,1 9,2 0,24 2,9 2002 13,7 12 0,7 6,8 2003 18,5 10,5 1,2 8,1 2004 19,8 11,1 2,3 4,8 2005 24,2 17,7 2,4 7,8

Bab IV - 73.

Sumber: Ringkasan APBD Tahun 2001-2005, Laporan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Bupati Malang Periode 2000-2005.

Berdasarkan tabel di atas, PAD Kabupaten Malang bersumber dari: pajak daerah, retribusi daerah perusahaan dan kekayaan daerah yang sah, serta lain-lain PAD. a. Pajak Daerah Pajak daerah memberikan kontribusi terbesar pertama, yaitu: pada tahun 2001 memberikan kontribusi terhadap PAD sebesar Rp 14,1 M ( 53,14 % ). Pada tahun 2002 memberikan kontribusi sebesar Rp 13,7 M ( 41,28 % ). Kontribusi pada tahun 2003 sebesar Rp 18,5 M ( 48,19 % ). Pada tahun 2004, memberikan kontribusi sebesar Rp 19,8 M ( 51,93 % ). Sedangkan pada tahun 2005 memberikan kontribusi sebesar Rp 24,2 M ( 46,43 % ). Pajak Daerah tahun 2001 ditargetkan sebesar Rp 10 M dan terealisasi sebesar Rp 14,1 M atau 138,85%. Adapun pajak daerah tahun 2002 ditargetkan sebesar Rp 10,3 M dan terealisasi sebesar Rp 13,7 M atau 133,24%. Selanjutnya, tahun 2003 pajak daerah ditargetkan sebesar Rp 16,3 M dan terealisasi sebesar Rp 18,5 M atau 113,38%. Sedangkan tahun 2004 ditargetkan sebesar Rp 21,1 M tapi terealisasi sebesar Rp 19,8 M atau 93,60%. Pajak daerah tahun 2005 ditargetkan sebesar Rp 22,1 M dan terealisasi sebesar Rp. 24,2 M atau 109,7 %. b. Retribusi Daerah Retribusi daerah memberikan kontribusi terbesar kedua dalam PAD Kabupaten Malang. Sedangkan obyek-obyek retribusi adalah retribusi pelayanan kesehatan badan RSUD, retribusi pelayanan persampahan/kebersihan, retribusi penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk (KTP), retribusi penggantian biaya cetak akte catatan sipil, retribusi pelayanan pemakaman, retribusi pelayanan parkir di tepi jalan, retribusi penataan dan pengelolaan pasar, retribusi pengujian kendaraan bermotor, retribusi jasa usaha pemakaian kekayaan daerah, retribusi pengelolaan pelelangan ikan, retribusi jasa usaha terminal, retribusi jasa usaha rumah potong hewan, retribusi ijin mendirikan bangunan, retribusi peruntukan penggunaan tanah, retribusi ijin gangguan (HO), retribusi ijin trayek. c. Lain-Lain PAD yang Sah

Bab IV - 74.

Sedangkan yang memberikan kontribusi ketiga terhadap PAD adalah lainlain PAD Yang Sah. Pada tahun 2001, telah memberikan kontribusi terhadap PAD sebesar Rp 2 M yaitu 11,13%. Pada tahun 2002 memberikan kontribusi sebesar Rp 6 M yaitu 20,52%. Kontribusi pada tahun 2003 sebesar Rp 8 M atau 21,11%. Tahun 2004 sebesar Rp 4 M atau 12,64%, sedangkan Tahun 2005 sebesar Rp 7,8 M atau 14,92 %. Obyek-obyek Lain-lain PAD Yang sah diperoleh dari : hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, penerimaan jasa giro, penerimaan ganti rugi atas kekayaan daerah. Pada tahun 2002 sampai dengan 2005 telah mendapat kontribusi paling tinggi dari jasa giro/bunga deposito. d. Perusahaan dan Kekayaan Daerah yang Sah Perusahaan dan kekayaan daerah yang sah memberikan kontribusi terkecil dalam PAD. Perusahaan dan kekayaan daerah yang sah berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Perusahaan Daerah Jasa Yasa, deviden PT. Bank Jatim, Sumbangan PDAM, Sumbangan PD Jasa Yasa. Bagian dari perusahaan dan kekayaan daerah yang sah adalah bagian laba usaha daerah dan hasil penggunaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Perusahaan dan kekayaan daerah yang sah mendapat kontribusi terbesar dari bagian laba usaha daerah dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2005. e. Bagian Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Selanjutnya Bagian Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan memberikan kontribusi terkecil dalam PAD. Pada tahun 2001 sebesar Rp 249 juta atau 0,93 %, Tahun 2002 sebesar Rp 735 juta atau 2,20 %, Tahun 2003 sebesar Rp 1 M atau 3,30 %, tahun 2004 sebesar Rp 2 M atau 6,22 %, sedangkan pada Tahun 2005 sebesar Rp 2,4 M yaitu 4,77 %. Bagian Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan berasal dari : Perusahaan Daerah Air Minum( PDAM ), Perusahaan Daerah Jasa Yasa, deviden PT. Bank Jatim, Sumbangan PDAM, Sumbangan PD Jasa Yasa. Bagian dari Bagian Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan adalah bagian laba usaha daerah dan hasil penggunaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Bagian Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan mendapat kontribusi terbesar dari bagian laba usaha daerah dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2005.

Bab IV - 75.

5.1.3. Dana Perimbangan (Transfer) Dana perimbangan berasal dari: bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak, subsidi daerah otonom, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), bantuan pembangunan daerah, penerimaan lain-lain. Bagi hasil pajak meliputi: pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, bagi hasil pajak penghasilan pasal 21, bagi hasil pajak penghasilan pasal 25/29. Adapun bagi hasil bukan pajak terdiri dari: Propinsi Sumber Daya Hutan (PSDH), sumber daya perikanan, sumber pertambangan minyak bumi, pertambangan gas alam, pertambangan umum. Sedangkan dana perimbangan dari propinsi terdiri dari: pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak penghasilan dan pemanfaatan air bawah tanah, SP3, bagi hasil retribusi tera/tera ulang, penerimaan Ijin Kerja Tenaga Asing (IKTA). Dana perimbangan tahun 2001 ditargetkan sebesar Rp 459,7 M dan terealisasi sebesar Rp 468 M (101,82%). Adapun dana perimbangan tahun 2002 ditargetkan sebesar Rp 479,8 M dan terealisasi sebesar Rp 488,9 M (101,89%). Selanjutnya, tahun 2003 ditargetkan perolehan dana perimbangan adalah sebesar Rp 514,8 M dan terealisasi sebesar Rp 528,9 M (102,75%). Dana perimbangan tahun 2004 ditargetkan sebesar Rp 548,3 M dan terealisasi sebesar Rp 561,7 M (110,45%) dan terealisasi 599,9 (102,26%). Dana perimbangan tahun 2005 ditargetkan sebesar Rp. 586,7 M. Perkembangan anggaran dan realisasi dana perimbangan Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2001 sampai dengan 2005 dapat digambarkan pada Tabel 5.4 berikut ini:

Tabel 5.4. Anggaran dan Realisasi Dana Perimbangan Kabupaten Malang Tahun 2001-2005 (Milyar) URAIAN Anggaran Realisasi
Sumber:

2001 459,7 468

2002 479,8 488,9

2003 514,8 528,9

2004 548,3 561,7

2005 586,7 603,9

Ringkasan APBD Tahun 2001-2005, Laporan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Bupati Malang Periode 2000-2005.

Realisasi dana perimbangan Kabupaten Malang tiap tahunnya lebih besar jika dibandingkan dengan anggaran dana perimbangan. Realisasi dana perimbangan

Bab IV - 76.

dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 jumlahnya semakin meningkat. Pada tahun 2001 realisasi dana perimbangan sebesar Rp 468 M menjadi Rp 488,9 M pada tahun 2002 atau mengalami kenaikan sebesar 4,47%. Pada tahun 2003 sebesar Rp 528,9 M. Jika dibandingkan dengan tahun 2002 terjadi kenaikan sebesar 8,19%. Pada tahun 2004, realisasi dana perimbangan Kabupaten Malang sebesar Rp 561,7 M. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi kenaikan sebesar 6,20%, sedangkan pada tahun 2005 sebesar Rp. 599,9 M, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi peningkatan sebesar 6,80%. Realisasi dana perimbangan dari tahun ke tahun relatif tidak tetap atau bervariasi. Kontribusi dana perimbangan Kabupaten Malang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.5. Kontribusi realisasi Terhadap Dana Perimbangan Kabupaten Malang Tahun 2001-2005 (Milyar) URAIAN Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Bagi Hasil Pajak & Bantuan Propinsi 2001 21,4 1,2 435,2 10,1 2002 22,9 1,9 441,7 22,2 2003 34,7 1,6 464,3 2 26,2 2004 41,1 1,02 484,9 34,6 2005 41,9 0,83 513,5 4 43,6

Sumber: Ringkasan APBD Tahun 2001-2005, Laporan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Bupati Malang Periode 2000-2005.

Realisasi kontribusi dana perimbangan Kabupaten Malang secara berurut dari yang paling besar yaitu: Dana Alokasi Umum (DAU), bagi hasil pajak, bagi hasil pajak dan bantuan propinsi, bagi hasil bukan pajak, dan Dana Alokasi Khusus (DAK). a. Dana Alokasi Umum Untuk DAU, pada tahun 2001 memberikan kontribusi terhadap dana perimbangan sebesar Rp 435,2 M (92,98%). Pada tahun 2002, memberikan Rp kontribusi sebesar Rp 441,7 M (90,36%). Kontribusi pada tahun 2003 sebesar

464,3 M (87,79%). Pada tahun 2004, memberikan kontribusi sebesar Rp 484,9 M (86,34%), sedangkan pada tahun 2005, memberikan kontribusi sebesar Rp 513,5 M (85,60%). b. Bagi Hasil Pajak

Bab IV - 77.

Bagi Hasil Pajak memberikan kontribusi terbesar kedua dalam dana perimbangan. Pada tahun 2001, bagi hasil pajak memberikan kontribusi terhadap dana perimbangan sebesar Rp 21 M (4,59%). Pada tahun 2002 memberikan kontribusi sebesar Rp 22,9 M (4,70%). Kontribusi pada tahun 2003 sebesar Rp 34,7 M (6,56%). Pada tahun 2004, memberikan kontribusi sebesar Rp. 41,1 M (7,32%), sedangkan pada tahun 2005 memberikan kontribusi sebesar 41,9 (6,99%). c. Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Propinsi Sedangkan yang memberikan kontribusi ketiga terhadap dana perimbangan adalah bagi hasil pajak dan bantuan propinsi. Pada tahun 2001, bagi hasil pajak dan bantuan propinsi memberikan kontribusi terhadap dana perimbangan sebesar Rp 10 M (2,16%). Pada tahun 2002 memberikan kontribusi sebesar Rp 22 M (4,54%). Kontribusi pada tahun 2003 sebesar Rp 26,2 M (4,97%). Pada tahun 2004, memberikan kontribusi sebesar Rp 34,6 M (6,16%), sedangkan pada tahun 2005 memberikan kontribusi sebesar Rp 43,6 M (7,27%). d. Bagi Hasil Bukan Pajak Selanjutnya bagi hasil bukan pajak memberikan kontribusi terbesar keempat terhadap dana perimbangan. Pada tahun 2001, bagi hasil bukan pajak memberikan kontribusi terhadap dana perimbangan sebesar Rp 1,2 M (0,27%). Pada tahun 2002 memberikan kontribusi sebesar Rp 1,9 M (0,40%). Kontribusi pada tahun 2003 sebesar Rp 1,6 M (0,30%). Pada tahun 2004, memberikan kontribusi sebesar Rp 1,02 M (0,18%). Sedangkan pada tahun 2005 memberikan kontribusi sebesar Rp 0,827 M (0,14%) e. Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Khusus (DAK) memberikan kontribusi terkecil dalam dana perimbangan. Pada tahun 2001 dan 2002 tidak memberikan kontribusi terhadap dana perimbangan. Kontribusi pada tahun 2003 sebesar Rp 2 M (0,38%). Sedangkan pada tahun 2004 juga tidak memberikan kontribusi terhadap dana perimbangan. 5.1.4 Bagian Lain-lain Penerimaan Bagian lain-lain penerimaan berasal dari: lain-lain penerimaan yang sah dan lain-lain penerimaan dari propinsi. Sedangkan lain-lain pendapatan yang sah memberikan kontribusi terkecil dalam pendapatan daerah. Pada tahun 2001, lainlain pendapatan yang sah tidak memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah. Pada tahun 2002 memberikan kontribusi sebesar Rp 2,1 M (0.40%). kontribusi pada tahun 2003 sebesar Rp 34,9 M (5,80%). Pada tahun 2004,

Bab IV - 78.

memberikan kontribusi sebesar Rp 27,7 M (4,43%). Sedangkan pada tahun 2005 memberikan kontribusi sebesar Rp. 45,3 M (6,49%) Lain-lain pendapatan yang sah pada tahun 2002 ditargetkan sebesar Rp 2,1 M dan terealisasi sebesar Rp 2,1 M atau tercapai 100%. Selanjutnya, tahun 2003 ditargetkan perolehan sebesar Rp 34,9 M dan terealisasi sebesar Rp 34,9 M atau tercapai 100%. Tahun 2004 ditargetkan sebesar Rp 34,6 M dan terealisasi sebesar Rp 27,7 M. Tahun 2005 ditargetkan sebesar Rp 45,2 M dan terealisasi sebesar Rp. 45,3 M. Trend perubahan anggaran dan realisasi lain-lain pendapatan yang sah Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2001 sampai dengan 2005 dapat digambarkan pada Tabel 5.6 berikut ini:
Tabel 5.6. Anggaran dan Realisasi Lain-lain Pendapatan yang Sah Kabupaten Malang Tahun 2001-2005 (Milyar)

URAIAN

2001

2002

2003

2004

2005

Sumber:

Anggaran 2,1 34,9 34,6 45,2 Realisasi 2,1 34,9 27,7 45,3 Ringkasan APBD Tahun 2001-2005, Laporan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Bupati Malang Periode 2000-2005.

Anggaran dan realisasi lain-lain pendapatan yang sah Kabupaten Malang dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2003 berturut-turut mengalami kenaikan, namun sebaliknya pada tahun 2004 dan 2005 mengalami penurunan. Jumlah setiap tahunnya antara anggaran dan realisasi sama, namun pada tahun 2004 terjadi perbedaan tetapi tidak terlalu signifikan. Kontribusi realisasi bantuan dana penyeimbang dari pemerintah terhadap lain-lain pendapatan yang sah Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2001 sampai dengan 2005 dapat digambarkan pada Tabel 5.7 berikut ini:

Tabel 5.7 Kontribusi Realisasi Terhadap Lain-lain Pendapatan Yang Sah Kabupaten MalangTahun 2001-2005 (Milyar) URAIAN Bantuan Dana Penyeimbang dari Pemerintah 2001 2002 2 2003 34 2004 27 2005 24

Sumber: Ringkasan APBD Tahun 2001-2005, Laporan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Bupati Malang Periode 2000-2005.

Bab IV - 79.

Berdasarkan tabel di atas, realisasi lain-lain pendapatan yang sah Kabupaten Malang mendapat kontribusi dari bantuan dana penyeimbang dari pemerintah. Pada tahun 2002, bantuan dana penyeimbang dari pemerintah memberikan kontribusi terhadap lain-lain pendapatan yang sah sebesar Rp 2M. Kontribusi pada tahun 2003 sebesar Rp 34 M. Pada tahun 2004, memberikan kontribusi sebesar Rp 27,2 M. Sedangkan pada tahun 2005 memberikan kontribusi sebesar Rp. 29,9 M Selain dari empat sumber pendapatan utama yang telah diuraikan di atas, pendapatan daerah juga didorong oleh kontribusi sektor produk domestik regional bruto dalam perekonomian dan keuangan daerah. Peran sektor tersebut dikelompokkan menjadi 3 sektor pokok, yaitu kelompok sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor primer yang mencakup sektor pertanian, sektor pertambangan dan Galian. Peranan kelompok sektor primer tahun terakhir memberikan kontribusi sebesar 30,59%. peran kelompok sektor ini didominasi sektor pertanian yang memberikan kontribusi sebesar 29,86%. Kelompok Sektor Sekunder mencakup sektor industri pengolahan, sektor Listrik dan Air Bersih, dan sektor Bangunan. Kelompok sektor ini memberikan kontribusi terendah terhadap PDRB kota Malang, yaitu hanya 18,86%. Peran kelompok sektor ini didominasi sektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi sebesar 14,89% pada tahun terakhir. Kelompok sektor tersier yang terdiri dari dari sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan Bangunan dan Jasa Perusahaan, dan Sektor Jasa-Jasa. Kelompok sektor ini memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Malang yaitu sebesar 50,74%. Peran sektor ini didominasi sektor Perdagangan, Hotel & Restoran yang memberikan kontribusi sebesar 23,53%. 5.1.5. Pengembangan Sumber Pendapatan Daerah Untuk mendukung pembelanjaan daerah dalam rangka pelaksanaan berbagai program dan kegiatan strategik, berbagai upaya telah dan akan terus diupayakan. Tidak saja untuk meningkatkan jumlah penerimaan dari berbagai sumber pendapatan yang selama ini menyumbangkan nilai yang tidak sedikit bagi APBD, juga berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan sumber-sumber pendapatan baru. Secara umum, upaya peningkatan pendapatan daerah, lebih khusus diupayakan pada sumber PAD, mengingat controllability-nya yang tinggi

Bab IV - 80.

dibanding sumber-sumber pendapatan yang lain. Upaya yang akan dilakukan meliputi: 1. Program intensifikasi dan ekstensifikasi Program ini dimaksudkan antara lain untuk memecahkan permasalahan rendahnya tingkat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak yang berada di wilayah Kabupaten Malang. Indikator keberhasilan program ini adalah berupa peningkatan pendapatan daerah dari sektor Pajak Daerah dan PBB. Adapun target yang ditetapkan adalah peningkatan penerimaan sektor Pajak Daerah dan PBB sebesar 4% pada tahun 2006, 5% pada tahun 2007, 6% pada tahun 2008, 8% pada tahun 2009 dan 10% pada tahun 2010. Untuk mendukung program tersebut akan dialokasikan anggaran belanja, sebagai berikut: 1. Tahun 2006: 2. Tahun 2007: 3. Tahun 2008: 4. Tahun 2009: 5. Tahun 2010: Jumlah Rp 1.200.000.000,00 Rp 1.000.000.000,00 Rp 1.000.000.000,00 Rp 1.000.000.000,00 Rp 1.000.000.000,00 Rp 5.200.000.000,00

2. Program Koordinasi/Sinkronisasi Lintas Sektoral Program ini dimaksudkan untuk mendukung program pertama dalam mendukung peningkatan pendapatan pajak daerah dari aspek pembangunan ekonomi. Program ini juga dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan atas rendahnya rasio elastisitas pertumbuhan ekonomi terhadap pertumbuhan daerah. Indikator keberhasilan program ini adalah berupa pajak peningkatan

pembangunan yang mendukung potensi pajak daerah. Peningkatan pembangunan pada sektor ini diharapkan meningkat 10% pada tahun 2007 dan sebesar 30% untuk masing-masing tahun 2008, 2009, dan 2010. Kebutuhan dana untuk mendukung kegiatan pada program ini adalah: 1. Tahun 2007: 2. Tahun 2008: 3. Tahun 2009: 4. Tahun 2010: Jumlah Rp 200.000.000,00 Rp 200.000.000,00 Rp 200.000.000,00 Rp 200.000.000,00 Rp 800.000.000,00

3. Program Peningkatan Kualitas SDM Aparatur

Bab IV - 81.

Program

ini

dimaksudkan

untuk

memecahkan

permasalahan

atas

keterbatasan kualitas aparatur yang berhubungan dengan upaya penggalian dan pelayanan penerimaan pendapatan daerah. Indikator keberhasilan program ini adalah peningkatan kualitas SDM aparat dalam jangka pengelolaan pajak daerah melalui penyelenggaraan pelatihan yang relevan. Target kinerja pada program ini adalah pada tingkat 20% di tiap tahunnya (dari tahun 2006 s.d. 2010). Sedangkan dana yang dibutuhkan untuk kelancaran program tersebut adalah: 1. Tahun 2006: 2. Tahun 2007: 3. Tahun 2008: 4. Tahun 2009: 5. Tahun 2010: Jumlah Rp 125.000.000,00 Rp 125.000.000,00 Rp 125.000.000,00 Rp 125.000.000,00 Rp 125.000.000,00 Rp 625.000.000,00

5.2. Arah Pengelolaan Belanja Daerah Suatu arah pengelolaan belanja daerah dimaksudkan untuk menjamin agar seluruh kegiatan (strategik) dapat dibiayai oleh APBD. Belanja Daerah diarahkan untuk seefektif mungkin membiayai urusan penyelenggaraan pemerintahan dan prioritas pembangunan yang dialokasikan sesuai tugas pokok dan fungsi SKPD yang terformulasikan dalam program dan kegiatan. Untuk itu, perlu dianalisis perilaku belanja dan bagaimana pengembangannya ke depan.

5.2.1. Analisis Belanja Unsur belanja daerah terdiri dari belanja aparatur dan belanja publik. Pada tahun 2001 dan 2002 masih menggunakan istilah belanja rutin dan belanja pembangunan, sedangkan pada tahun 2003 sampai dengan 2005 menggunakan istilah belanja aparatur dan belanja publik. Kontribusi realisasi belanja daerah untuk belanja aparatur dan belanja publik dapat digambarkan Tabel 5.8 sebagai berikut:

Tabel 5.8. Kontribusi Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Malang Tahun 2001-2005 (Milyar)

URAIAN Aparatur

2001 372

2002 356

2003 155

2004 156

2005 157

Bab IV - 82.

Publik

88

150

471

461

461

Sumber: Ringkasan APBD Tahun 2001-2005, Laporan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Bupati Malang Periode 2000-2005.

Berdasarkan tabel di atas, realisasi belanja daerah Kabupaten Malang pada tahun 2001 dan 2002 lebih banyak dikontribusikan untuk belanja rutin sedangkan pada tahun 2003 dan 2004 lebih banyak dikontribusikan untuk belanja publik. Belanja rutin mendapat kontribusi dari belanja daerah, pada tahun 2001 sebesar Rp 372 M (80,85%). Pada tahun 2002, mendapat kontribusi sebesar Rp 356 M (70,28%). Selanjutnya pada tahun 2003, belanja daerah memberikan kontribusi kepada belanja aparatur sebesar Rp 155 M (24,77%). Pada tahun 2004, memberikan kontribusi sebesar Rp 137 M (22,99%). Belanja rutin atau aparatur dari tahun ke tahun mendapat kontribusi yang semakin menurun dari belanja daerah. Sedangkan belanja pembangunan atau publik dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2003 mendapat kontribusi yang selalu meningkat dari belanja daerah, hanya pada tahun 2004 saja yang mengalami penurunan. Pada tahun 2001, belanja pembangunan mendapat kontribusi sebesar Rp 88 M dari belanja daerah (19,15%). Pada tahun 2002 mendapat kontribusi sebesar Rp 150 M (29,72%). Selanjutnya pada tahun 2003, belanja daerah memberikan kontribusi kepada belanja publik sebesar Rp 471 M (75,23%). Pada tahun 2004, memberikan kontribusi sebesar Rp 461 M (77,01%). 5.2.1.1. Belanja Aparatur Belanja aparatur berasal dari: belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemerintahan, belanja modal. Belanja administrasi umum terdiri dari: belanja pegawai/personalia (pembayaran gaji, tunjangan-tunjangan, biaya perawatan dan pengobatan, pengembangan SDM), belanja barang dan jasa (pembayaran pokok hutang dan bunga/jasa bank, rekening listrik, air, telepon dan ongkos kantor lainnya), belanja perjalanan dinas (biaya dalam rangka melaksanakan tugas ke luar daerah), belanja pemeliharaan (membiayai pemeliharaan gedung dan kantor serta inventaris kantor). Pos-pos belanja operasi dan pemeliharaan sama dengan belanja administrasi umum, yaitu meliputi: belanja pegawai/personalia (pembayaran honorarium/upah, uang lembur dan insentif), belanja barang dan jasa(belanja bahan/material, biaya jasa pihak ke tiga, biaya cetak dan penggandaan, biaya sewa, biaya makan dan minum, dan biaya pakaian kerja), belanja perjalanan dinas

Bab IV - 83.

(biaya perjalanan dalam rangka pelaksanaan program), belanja pemeliharaan (membiayai peningkatan masa manfaat sarana dan prasarana dalam rangka pelayanan kepada masyarakat). Belanja aparatur daerah tahun 2001 ditargetkan sebesar Rp 380 M dan

terealisasi Rp 372 M (97,93%). Adapun belanja aparatur daerah tahun 2002 ditargetkan Rp 391 M dan terealisasi sebesar Rp 356 M (91,05%). Selanjutnya, tahun 2003 ditargetkan pengeluaran belanja aparatur daerah adalah Rp 161 M dan terealisasi sebesar Rp155 M (96,44%). Belanja aparatur daerah tahun 2004 ditargetkan sebesar Rp 172 M dan terealisasi sebesar Rp 156 M. Belanja aparatur daerah tahun 2005 ditargetkan Rp 200 M dan terealisasi sebesar Rp 157 M. Perkembangan anggaran dan realisasi Belanja Aparatur Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2001-2005 dapat digambarkan pada Tabel 5.9 berikut ini: Tabel 5.9 Anggaran dan realisasi Belanja Aparatur Kabupaten Malang 2001-2005 (Milyar) URAIAN Anggaran Realisasi 2001 380 372 2002 391 356 2003 161 155 2004 172 156 2005 200 157

Sumber: Ringkasan APBD Tahun 2001-2005, Laporan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Bupati Malang Periode 2000-2005.

Kontribusi realisasi belanja aparatur Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2001 sampai dengan 2005 dapat digambarkan pada Tabel 5.10 berikut ini:
Tabel 5.10. Kontribusi Realisasi Belanja Aparatur Kabupaten Malang Tahun 2001-2005 (Milyar)

URAIAN
Belanja Administrasi Umum Belanja Operasi dan Pemerintahan Belanja Modal

2001
-

2002
-

2003
113 13 27

2004
115 13 27

2005
115 13 27

Sumber: Ringkasan APBD Tahun 2001-2005, Laporan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Bupati Malang Periode 2000-2005.

Berdasarkan tabel di atas, realisasi belanja aparatur Kabupaten Malang dikontribusikan secara berurut dari yang paling besar yaitu: belanja administrasi umum, belanja modal dan belanja operasi dan pemerintahan. Pada tahun 2001 dan
Bab IV - 84.

2002, masing-masing pos bagian dari belanja rutin tidak dijabarkan. Dalam hal ini hanya dijabarkan secara akumulatif dari belanja rutin. a. Belanja Administrasi Umum Belanja administrasi umum, pada tahun 2003 dikontribusikan sebesar Rp 113 M (73,30%). Sedangkan pada tahun 2004 dan 2005 masing-masing dikontribusikan sebesar Rp 115 M (83,68%). b. Belanja Modal Belanja modal mendapat kontribusi kedua dalam belanja aparatur. Pada tahun 2003, belanja modal mendapat kontribusi dari belanja aparatur sebesar Rp 27 M (17,94%). Sedangkan pada tahun 2004, mendapat kontribusi sebesar Rp 27 M (20,24%). Di tahun 2005, kontribusi belanja modal ini juga bernilai Rp 27 M. c. Belanja Operasi dan Pemeliharaan Belanja operasi dan pemerintahan mendapat kontribusi terkecil dalam belanja aparatur. Pada tahun 2003, belanja operasi dan pemerintahan mendapat kontribusi dari belanja aparatur sebesar Rp 13 M (8,76%). Sedangkan pada tahun 2004, mendapat kontribusi sebesar Rp13 M (9,88%). Di tahun 2005, belanja operasi dan pemerintahan ini juga mempunyai kontribusi sebesar Rp 13 M. 5.2.1.2. Belanja Publik Belanja Publik berasal dari: belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemerintahan, belanja modal, belanja bagi hasil & bantuan keuangan, belanja tidak tersangka. Belanja administrasi umum terdiri dari: belanja pegawai/personalia (pembayaran gaji, tunjangan-tunjangan, biaya perawatan dan pengobatan, pengembangan SDM), belanja barang dan jasa (pembayaran rekening listrik, air, telepon dan ongkos kantor lainnya), belanja perjalanan dinas (biaya dalam rangka melaksanakan tugas ke luar daerah), belanja pemeliharaan (membiayai pemeliharaan gedung dan kantor serta inventaris kantor). Pos-pos belanja operasi dan pemeliharaan sama dengan belanja administrasi umum, yaitu meliputi: belanja pegawai/personalia (pembayaran honorarium/upah, uang lembur dan insentif), belanja barang dan jasa (belanja bahan/material, biaya jasa pihak III, biaya cetak dan penggandaan, biaya sewa, biaya makan dan minum, dan biaya pakaian kerja), belanja perjalanan dinas (biaya perjalanan dalam rangka pelaksanaan program), belanja pemeliharaan (membiayai peningkatan masa manfaat sarana dan prasarana dalam rangka pelayanan kepada masyarakat).

Bab IV - 85.

Belanja bagi hasil berupa bagi hasil retribusi kepada pemerintah desa. Sedangkan bantuan keuangan digunakan untuk bantuan keuangan kepada pemerintah desa, organisasi kemasyarakatan dan organisasi profesi. Belanja tidak tersangka digunakan untuk penanganan bencana alam, bencana sosial dan pengeluaran lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah daerah, yaitu penyediaan sarana prasarana yang berhubungan langsung dengan pelayanan masyarakat yang anggarannya tidak tersedia dalam tahun anggaran yang bersangkutan dan pengembalian atas kelebihan penerimaan yang terjadi dalam tahun anggaran yang telah ditutup. Belanja pembangunan daerah tahun 2001 ditargetkan sebesar Rp 100 M dan terealisasi sebesar Rp 88 M (87,57%). Adapun belanja pembangunan daerah tahun 2002 ditargetkan sebesar Rp 151 M dan terealisasi sebesar Rp 150 M (99,61%). Selanjutnya, tahun 2003 ditargetkan pengeluaran belanja publik daerah adalah sebesar Rp 474 M dan terealisasi sebesar Rp 471 M (99,35%). Belanja publik daerah tahun 2004 ditargetkan sebesar Rp 488 M dan terealisasi sebesar Rp 461 M (94,43%). Belanja publik daerah tahun 2005 ditargetkan sebesar Rp 495 M dan terealisir sebesar Rp 476 M. Perkembangan anggaran dan realisasi belanja pembangunan/publik

Kabupaten Malang tahun anggaran 2001 sampai dengan 2005 dapat digambarkan pada Tabel 5.11 berikut ini:
Tabel 5.11. Anggaran dan Realisasi Belanja Publik Kabupaten Malang Tahun 2001-2005 (Milyar) URAIAN Anggaran Realisasi 2001 100 88 2002 151 150 2003 474 471 2004 488 461 2005 495 476

Sumber: Ringkasan APBD Tahun 2001-2005, Laporan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Bupati Malang Periode 2000-2005.

Kontribusi realisasi belanja pembangunan/publik Kabupaten Malang Tahun Anggaran 2001 - 2005 dapat dilihat pada Tabel 5.12 berikut ini:

Tabel 5.12 Kontribusi Realisasi Belanja Publik Kabupaten Malang Tahun 2001-2005 (Milyar) URAIAN 2001 2002 2003 2004 2005

Bab IV - 86.

Belanja Belanja Belanja Belanja Belanja

Administrasi Umum Operasi dan Pemerintahan Modal Bagi Hasil & Bantuan Keuangan Tidak Tersangka

270 66 88, 44 1

295 44 43 74 3

308 36 30 96 4

Sumber: Ringkasan APBD Tahun 2001-2005, Laporan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Bupati Malang Periode 2000-2005.

Berdasarkan tabel di atas realisasi Belanja pembangunan/publik Kabupaten Malang dikontribusikan secara berurut dari yang paling besar yaitu: belanja administrasi umum, belanja modal, belanja operasi dan pemerintahan, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan, serta belanja tidak tersangka. Namun pada tahun 2004 dan 2005, belanja publik Kabupaten Malang dikontribusikan secara berurut dari yang paling besar yaitu: belanja administrasi umum, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan, belanja operasi dan pemerintahan, dan belanja modal, serta belanja tidak tersangka. Pada tahun 2001 dan 2002, masing-masing pos bagian dari belanja pembangunan tidak dijabarkan. Dalam hal ini hanya dijabarkan secara akumulatif dari belanja pembangunan. a. Belanja Administrasi Umum Belanja administrasi umum, pada tahun 2003 dikontribusikan sebesar Rp 270 M (57,36%) dari belanja publik. Sedangkan pada tahun 2004, dikontribusikan Rp 295 M (64,05%) dari belanja publik. Di tahun 2005, belanja administrasi umum dikontribusikan sebesar Rp 308 M. Belanja administrasi umum ini mengalami peningkatan setiap tahunnya. b. Belanja Modal Belanja modal pada tahun 2003 mendapat kontribusi dari belanja publik sebesar Rp 88 M (18,78%) dari belanja publik. Sedangkan pada tahun 2004, mendapat kontribusi sebesar Rp 43 M atau sebesar 9,4%. Di tahun 2005, belanja modal ini mendapat kontribusi sebesar Rp 30 M. Belanja modal ini mengalami penurunan setiap tahunnya. c. Belanja Operasi dan Pemeliharaan Pada tahun 2003, belanja operasi dan pemeliharaan mendapat kontribusi dari belanja publik sebesar Rp 66 M (14%). Sedangkan pada tahun 2004, mendapat kontribusi Rp 44M (9,62%). Di tahun 2005, belanja operasi dan pemerintahan ini mendapat kontribusi sebesar Rp 36 M. Belanja operasi dan pemerintahan dari tahun ke tahun mulai 2003 sampai dengan 2005 mengalami penurunan.

Bab IV - 87.

d. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan, pada tahun 2003 dikontribusikan sebesar Rp 44 M yaitu 9,45% dari belanja publik. Sedangkan pada tahun 2004, dikontribusikan sebesar Rp 74 M yaitu 16,18% dari belanja publik. Di tahun 2005, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan ini dikontribusikan sebesar Rp 96 M. Belanja administrasi umum ini mengalami peningkatan setiap tahunnya. e. Belanja Tidak Tersangka Belanja tidak tersangka pada tahun 2003 mendapat kontribusi dari belanja aparatur sebesar Rp 1 M (0,42%) dari belanja publik. Sedangkan pada tahun 2004, mendapat kontribusi sebesar Rp 3 M (0,75%). Di tahun 2005, belanja tidak tersangka ini mendapatkan kontribusi sebesar Rp 4 M. Belanja modal ini mengalami peningkatan nilai dalam setiap tahunnya. 5.2.2. Alokasi Belanja Untuk Pelaksanaan Program-Program Belanja yang dialokasikan untuk pelaksanaan program-program dari setiap dinas, sebagaimana yang terdapat dalam perencanaan Propeda Kabupaten Malang tahun 2002 sampai dengan tahun 2005 adalah pada tahun 2002 berupa belanja pembangunan dan pada tahun 2003 serta 2004 berupa belanja operasi dan pemeliharaan serta belanja modal. Alokasi belanja untuk pelaksanaan program tahun 2002 dianggarkan sebesar Rp 151 M dan terealisasi Rp 150 M (99,61%) yang berupa belanja pembangunan untuk 7 (tujuh) sektor pembangunan, yaitu: sektor pertanian; sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor jasa-jasa; sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor listrik dan air bersih. Alokasi belanja untuk pelaksanaan program-program dapat digambarkan pada Gambar 5.3 tahun 2002 sampai dengan tahun 2004 sebagai berikut:

Bab IV - 88.

ALOKASI BELANJA UNTUK PELAKSANAAN PROGRAM


RUPIAH (MILYAR) 250.00 200.00 150.00 100.00 50.00 2002 2003 TAHUN 2004 RENCANA REALISASI

Gambar 5.3. Grafik Alokasi Belanja Untuk Pelaksanaan Program-Program Kabupaten Malang Tahun 2002-2004 (Milyar) Berdasarkan grafik di atas, anggaran alokasi belanja lebih besar daripada realisasinya. Anggaran alokasi belanja mengalami peningkatan pada tahun 2003, namun menurun kembali pada tahun 2004. Setelah kita mengetahui perkembangan anggaran dan realisasi belanja dari tahun 2001 sampai tahun 2005, maka langkah selanjutnya adalah memprediksikan belanja untuk lima tahun ke depan mulai tahun 2006 sampai tahun 2010. Adapun rincian dari belanja tersebut adalah sebagai berikut: a. Belanja Aparatur Belanja aparatur ini terdiri dari tiga rincian yaitu: Belanja Administrasi Umum, Belanja Operasi dan Pemerintahan, serta Belanja Modal. Pertumbuhan belanja aparatur ini dari tahun ke tahun besarnya konstan yaitu senilai 0,43%. Adapun prediksi dari masing-masing rincian tersebut adalah: Tahun 2006 1. 2. 3. Belanja Administrasi Umum Belanja Operasi dan Pemerintahan Belanja Modal Jumlah Tahun 2007 1. 2. Belanja Administrasi Umum Belanja Operasi dan Pemerintahan : : Rp 238.065.381.365,00 Rp 40.842.748.065,00 : : : Rp 207.013.375.100,00 Rp 35.515.433.100,00 Rp 43.637.500.000,00 Rp 286.166.308.200,00

Bab IV - 89.

3.

Belanja Modal Jumlah

Rp 50.183.125.000,00 Rp 329.091.254.430,00

Tahun 2008 1. 2. 3. Belanja Administrasi Umum Belanja Operasi dan Pemerintahan Belanja Modal Jumlah Tahun 2009 1. 2. 3. Belanja Administrasi Umum Belanja Operasi dan Pemerintahan Belanja Modal Jumlah Tahun 2010 1. 2. 3. Belanja Administrasi Umum Belanja Operasi dan Pemerintahan Belanja Modal Jumlah : : : Rp 362.067.686.883,49 Rp 62.116.714.463,36 Rp 76.322.260.234,38 Rp 500.506.661.581,23 : : : Rp 314.841.466.855,21 Rp 54.014.534.315,96 Rp 66.367.182.812,50 Rp 435.223.183.983,68 : : : Rp 273.775.188.569,75 Rp 46.969.160.274,75 Rp 57.710.593.750,00 Rp 378.454.942.594,50

b.

Belanja Publik

Belanja publik ini terdiri dari lima rincian dimana prediksi masing-masing rincian tersebut tampak dibawah ini: Tahun 2006 1. 2. 3. 4. 5. Belanja Administrasi Umum Belanja Operasi dan Pemerintahan Belanja Modal Belanja Bagi Hasil & Bantuan Keuangan Belanja Tidak Tersangka Jumlah Tahun 2007 : : : : : Rp 340.429.689.800,00 Rp 164.398.260.545,00 Rp 116.079.448,455,00 Rp 135.891.340.000,00 Rp 4.500.000.000,00 Rp 761.298.738.800,00

Bab IV - 90.

1. 2. 3. 4. 5.

Belanja Administrasi Umum Belanja Operasi dan Pemerintahan Belanja Modal Belanja Bagi Hasil & Bantuan Keuangan Belanja Tidak Tersangka Jumlah

: : : : :

Rp 391.494.143.270,00 Rp 189.057.999.626,75 Rp 133.491.365.723,25 Rp 156.275.041.000,00 Rp 5.175.000.000,00 Rp 875.493.549.620,00

Tahun 2008 1. 2. 3. 4. 5. Belanja Administrasi Umum Belanja Operasi dan Pemerintahan Belanja Modal Belanja Bagi Hasil & Bantuan Keuangan Belanja Tidak Tersangka Jumlah Tahun 2009 1. 2. 3. 4. 5. Belanja Administrasi Umum Belanja Operasi dan Pemerintahan Belanja Modal Belanja Bagi Hasil & Bantuan Keuangan Belanja Tidak Tersangka Jumlah Tahun 2010 1. 2. 3. 4. 5. Belanja Administrasi Umum Belanja Operasi dan Pemerintahan Belanja Modal Belanja Bagi Hasil & Bantuan Keuangan Belanja Tidak Tersangka Jumlah : : : : : Rp 595.413.655.145,76 Rp 287.533.585.182,33 Rp 203.023.680.844,35 Rp 237.674.802.980,80 Rp 7.870.528.125,00 Rp 1.331.516.252.278,32 : : : : : Rp 517.751.004.474,58 Rp 250.029.204.506,38 Rp 176.542.331.169,00 Rp 206.673.741.722,50 Rp 6.843.937.500,00 Rp 1.157.840.219.372,45 : : : : : Rp 450.218.264.760,50 Rp 217.416.699.570,76 Rp 153.515.070.581,74 Rp 179.716.297.150,00 Rp 5.951.250.000,00 Rp 1.006.817.582.063,00

5.3. Arah Pembiayaan Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok

Bab IV - 91.

pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah. Dalam buku ini, guna keperluan analisis atas perkembangan pendapatan daerah dalam rangka transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, maka unsur pendapatan daerah bagian sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu dan UKP dikecualikan karena dalam sistem anggaran berbasis kinerja yang diterapkan dalam tahun 2003 dan 2004, sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu termasuk dalam struktur pembiayaan. Berdasarkan prediksi APBD tahun 2006-2010 Kabupaten Malang mengalami surplus/defisit dalam lima tahun berturut-turut dengan rincian berikut: 1. Tahun 2006 sebesar 2. Tahun 2007 sebesar 3. Tahun 2008 sebesar 4. Tahun 2009 sebesar 5. Tahun 2010 sebesar Rp 90.129.664.000,00 Rp 103.649.113.600,00 Rp 119.196.480.640,00 Rp 137.075.952.736,00 Rp 157.637.345.646,00 nilai sebagai

Adapun surplus tersebut dapat dimanfaatkan/dialokasikan dalam: 1. SiLPA. 2. Dana Cadangan. 3. Diinvestasikan pada investasi jangka panjang. 5.4. Kebijakan Umum Anggaran Arah dan Kebijakan Umum APBD merupakan penjabaran Visi - Misi Bupati Wakil Bupati Malang periode 2005 2010 dengan memperhatikan Rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Timur dan Hasil Rapat Kerja Rapat Kerja Pemerintah dan DPRD serta Hasil Musrenbang Desa, Kecamatan dan Kabupaten. Arah dan Kebijakan Umum APBD disusun berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan kondisi sumberdaya yang tersedia terutama keuangan daerah dan mengacu pada agenda pembangunan utama Kabupaten Malang. Arah dan Kebijakan Umum APBD merupakan Pedoman bagi Pemerintah Kabupaten Malang dalam menyusun APBD. Kebijakan umum anggaran Kabupaten Malang mempertimbangkan berbagai aspek dan isu aktual, Dalam penyusunan APBD juga memperhatikan beberapa hal lain,

Bab IV - 92.

seperti:

tingkat

pertumbuhan

ekonomi,

pengangguran,

kemiskinan,

dan

ketimpangan. Adapun permasalahan pokok Kabupaten Malang adalah: 1. Pertumbuhan ekonomi melamban dan pembangunan infrastruktur semakin mendesak. 2. Rumah tangga miskin dan pengangguran semakin bertambah. 3. Aksesibilitas dan kualitas pendidikan dan kesehatan masih rendah terutama bagi masyarakat miskin. 4. Pemanfaatan sumber daya alam belum optimal dan fungsi lingkungan hidup semakin berkurang. 5. Pengamalan nilai-nilai agama dan sosial budaya belum berperan maksimal dalam rangka meningkatkan kesalehan sosial. 6. Ketentraman dan ketertiban, supermasi hukum dan HAM belum sepenuhnya terwujud. 7. Pelayanan publik belum memuaskan dan sumber pembiayaan sangat terbatas. 5.4.1. Kebijakan umum Anggaran Pendapatan Daerah Kebijakan umum pendapatan daerah Kabupaten Malang terkait dengan PAD, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah lima tahun yang akan datang yaitu tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Prediksi realisasi pendapatan tahun 2006 sampai dengan 2010 dapat dijabarkan pada Tabel 5.13 sebagai berikut:

Tabel 5.13. Prediksi Realisasi Pendapatan Tahun 2006 - 2010 (Milyar) di Kabupaten Malang
URAIAN PAD Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan Yang Sah 2006 53 899 4,3 2007 60,9 1.033 4,9 2008 70,1 1.189 5,9 2009 80,6 1.367 6,5 2010 92,7 1.572 7,5

Sumber: Ringkasan APBD Tahun 2001-2005, Laporan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Bupati Malang Periode 2000-2005, Diolah.

a. PAD Realisasi PAD antara tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 ditunjukkan pada Tabel 5.14 seperti berikut:

Bab IV - 93.

Tabel 5.14. Realisasi PAD Antara Tahun 2001 Sampai Dengan Tahun 2005(Milyar) URAIAN
Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil BUMD dan Kekayaan Daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD

2001
14 9 0,2 2

2002 2003
13 12 0,7 6 18 10 1 8

2004
19 11,15 2 4

2005
21 11,67 4 5

Sumber: Ringkasan APBD Tahun 2001-2005, Laporan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Bupati Malang Periode 2000-2005 (diolah)

Atas dasar realisasi di atas, maka prediksi anggaran tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 terlihat pada Tabel 5.15 berikut:
Tabel 5.15. Prediksi Anggaran Tahun 2006 Sampai Dengan Tahun 2010 (Milyar)

URAIAN
Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil BUMD dan Kekayaan Daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD

2006
22,7 20,9 3,7 5,7

2007
23,1 24,0 4,3 6,6

2008
23,7 27,6 4,9 7,5

2009
24,5 31,8 5,6 8,7

2010
25,5 36,6 6,5 9,9

Sumber: Ringkasan APBD Tahun 2001-2005, Laporan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Bupati Malang Periode 2000-2005, Diolah.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan PAD per tahun sebesar 15%. Perkiraan pertumbuhan PAD setiap tahun tersebut diperoleh dari perkiraan pertumbuhan masing-masing bagian dari PAD, yaitu: Pajak daerah, Retribusi daerah, Hasil BUMD dan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan Lain-lain PAD. b. Dana Perimbangan Realisasi dana perimbangan antara tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 ditunjukkan pada Tabel 5.16 seperti berikut:
Tabel 5.16. Realisasi Dana Perimbangan Antara Tahun 2001 - 2005 (Milyar)

URAIAN
Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Bagi Hasil Pajak & Bantuan Propinsi

2001
21 1,2 435 10

2002
22 1,9 441 22

2003
34 1,6 464 2 26

2004
41 1 484 34

2005
44 0,8 495 39

Sumber: Ringkasan APBD Tahun 2001-2005, Laporan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Bupati Malang Periode 2000-2005, Diolah.

Bab IV - 94.

Atas dasar realisasi di atas maka prediksi anggaran dana perimbangan tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 terlihat pada Tabel 5.17 berikut:
Tabel 5.17. Prediksi Anggaran Dana Perimbangan Tahun 2006 - 2010 (Milyar) URAIAN Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Bagi Hasil Pajak & Bantuan Propinsi 2006 56 0,9 511 35,6 64 2007 66 0,87 526 40,9 87 2008 78 0,82 540 47,1 118 2009 92 0,78 555 54,14 161 2010 108 0,74 570 62,3 219

Sumber: Ringkasan APBD Tahun 2001-2005, Laporan Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Bupati Malang Periode 2000-2005, Diolah.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan dana perimbangan per tahun sebesar 15%. Perkiraan pertumbuhan dana perimbangan setiap tahun tersebut diperoleh dari perkiraan pertumbuhan masingmasing bagian dari dana perimbangan yang meliputi bagi hasil pajak, bagi hasil bukan, dana alokasi umum, dana alokasi khusus, bagi hasil pajak dan bantuan propinsi. 5.4.2. Kebijakan Umum Belanja Daerah Kebijakan umum belanja daerah Kabupaten Malang terkait dengan Belanja Aparatur dan Belanja Publik selama lima tahun yang akan datang, mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Prediksi realisasi belanja tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 dijabarkan pada Tabel 5.20 berikut:

Tabel 5.18. Prediksi Realisasi Belanja Tahun 2006 - 2010 (Milyar) di Kabupaten Malang URAIAN Aparatur Publik 2006 268 761 2007 329 875 2008 378 1.006 2009 435 1.157 2010 500 1.331

a. Belanja Aparatur Realisasi belanja aparatur dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 ditunjukkan dalam Tabel 5.21 berikut:

Bab IV - 95.

Tabel 5.19. Realisasi Belanja Aparatur Tahun 2001 - 2005 (Milyar) di Kabupaten Malang URAIAN Belanja Administrasi Umum Belanja Operasi dan Pemerintahan Belanja Modal 2001 2002 2003 113 13 27 2004 115 13 27 2005 115 13 27

Atas dasar realisasi diatas, maka prediksi anggaran tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 tampak pada Tabel 5.22 berikut:
Tabel 5.20. Prediksi Anggaran Belanja Aparatur Tahun 2006 - 2010 (Milyar) di Kabupaten Malang URAIAN Belanja Administrasi Umum Belanja Operasi dan Pemerintahan Belanja Modal 2006 207 35 43 2007 238 40 49 2008 273 46 57 2009 315 53 65 2010 362 61 75

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hanya belanja administrasi umum saja yang mengalami peningkatan, sedangkan belanja operasi dan pemerintahan serta belanja modal dari tahun ke tahun besarnya tetap. b. Belanja Publik Realisasi belanja publik dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 tampak pada tabel 5.23 berikut:

Tabel 5.21. Realisasi Belanja Publik Tahun 2001 - 2005 (Milyar) URAIAN Belanja Administrasi Umum Belanja Operasi dan Pemerintahan Belanja Modal Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan Belanja Tidak Tersangka 2001 2002 2003 270 66 88 44 1 2004 295 44 43 74 3 2005 308 36 30 96 4

Bab IV - 96.

Atas dasar realisasi diatas, maka prediksi anggaran belanja publik tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 tampak pada tabel 5.24 berikut:
Tabel 5.22. Prediksi Anggaran Belanja Publik Tahun 2006 - 2010 (Milyar) URAIAN Belanja Administrasi Umum Belanja Operasi dan Pemerintahan Belanja Modal Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan Belanja Tidak Tersangka 2006 340 164 116 135 4,5 2007 391 189 133 155 5 2008 450 217 153 178 6 2009 517 249 176 205 7 2010 594 287 203 236 9

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa untuk belanja administrasi umum, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan serta belanja tidak tersangka dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Sedangkan untuk belanja operasi dan pemerintahan serta belanja modal dari tahun ke tahun mengalami penurunan.

BAB VI. ARAH KEBIJAKAN UMUM

Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) maupun lintas SKPD yang akan dicapai, ditempuh dengan beberapa kebijakan yang sesuai dengan strategi pembangunan daerah Kabupaten Malang.

Strategi 1 : Kebijakan :

Peningkatan Kesalehan Sosial

1. Peningkatan Kesalehan Sosial dalam Beragama 2. Peningkatan Kesejahteraan Sosial 3. Pengembangan Budaya yang Berlandaskan Nilai-Nilai Luhur

Bab IV - 97.

6.1. Peningkatan Kesalehan Sosial Dalam peningkatan kualitas kehidupan beragama dan kesalehan sosial ini terdapat beberapa aspek yang menjadi sasaran perhatian antara lain: 6.1.1. Peningkatan Kesalehan Sosial dalam Beragama Kesalehan Sosial dalam Beragama mengandung maksud bahwa kehidupan masyarakat dalam hal beragama dan bersosial, hendaknya menganut prinsip saling menghargai dan menghormati kepercayaan dan keyakinan masing-masing dengan tanggungjawab sosial yang tinggi. Untuk itu, Pemerintah bersama masyarakat Kabupaten Malang dalam hal berinteraksi secara sosial, seyogyanya didasarkan pada nilai-nilai keagamaan secara terus menerus dan berkesinambungan (sustainable). Di samping itu, perlu jaminan agar masyarakat dapat melakukan kegiatannya secara benar, tertib dan teratur serta dengan disiplin yang tinggi, dan menjaga hubungan yang harmonis antara sesama manusia, dan manusia dengan lingkungannya. a. Permasalahan Kehidupan masyarakat dalam hal beragama dan bersosial di Kabupaten Malang, belum seperti yang diharapkan. Pengamatan menunjukkan, bahwa dalam kehidupan sehari-hari, masih dijumpai persoalan-persoalan yang bersumber pada pemahaman yang keliru dalam beragama dan berinteraksi secara sosial. Berkenaan dengan keagamaan, masih sering dijumpai konflik-konflik horisontal. Sementara yang berkaitan dengan masalah sosial juga masih sering ditemui perilaku-perilaku masyarakat yang tidak sejalan dengan agama dan keyakinan mereka. Dengan demikian Kesalehan Sosial dalam Beragama masih belum sesuai harapan. b. Sasaran Pembangunan Sasaran agar terciptanya kondisi yang kondusif dalam hal Kesalehan Sosial antar umat Beragama dalam lima tahun ke depan adalah meredam konflik horisontal yang bersumber dari isu-isu SARA. Adapun, rincian sasaran yang dimaksud adalah: 1) Meningkatkan kualitas kerukunan antar umat beragama; 2)
Bab IV - 98.

Meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap agama dan kehidupan sosial. c. Arah Kebijakan

keyakinan

masyarakat; 3) Meningkatkan peran dari tokoh-tokoh masyarakat dan agama dalam

Secara umum kebijakan pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Malang diarahkan kepada upaya minimisasi konflik sosial keagamaan dan peningkatan kesalehan sosial melalui berbagai program yang mampu meningkatkan kerukunan antar umat beragama. Sedangkan secara spesifik kebijakan peningkatan kesalehan sosial dalam beragama diarahkan pada: 1. Penyempurnaan berbagai kebijakan yang merintangi aksesibilitas masyarakat dalam mendapatkan pemahaman keagamaan yang komprehensif. 2. Mendorong partisipasi masyarakat dan dunia pendidikan keagamaan melalui kebijakan yang mampu meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap kehidupan sosial keagamaan. 3. Peningkatan pemenuhan dan aksesibilitas masyarakat terhadap ketersediaan tempat-tempat ibadah bagi pemeluknya. d. Program Pembangunan Berpijak dari sasaran dan arah kebijakan, maka program peningkatan kesalehan sosial dalam beragama tetap akan berpegang pada akar permasalahan dengan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan yang ada. Tidak semua permasalahan mampu dijawab melalui berbagai program yang dirancang hanya oleh Pemerintah Daerah Kabupaten saja, tetapi diperlukan kerjasama dengan pemerintah propinsi dan pemerintah pusat. Selama 5 (lima) tahun ke depan langkah kebijakan yang berkenaan dengan peningkatan kesalehan sosial dalam beragama di Kabupaten Malang dituangkan dalam program-program sebagai berikut: 1. Program Peningkatan Pelayanan Kehidupan Beragama. 2. Program Bantuan Sarana dan Prasarana Keagamaan. 3. Program Peningkatan Kerukunan Umat Beragama. 6.1.2. Peningkatan Kesejahteraan Sosial Kesejahteraan sosial merupakan tujuan akhir dari berbagai pembangunan di suatu daerah. Indikasi suatu masyarakat dikatakan sejahtera secara sosial, adalah apabila di daerah tersebut sudah tidak dijumpai lagi persoalan-persoalan yang

Bab IV - 99.

berkaitan dengan keberadaan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) antara lain: keterlantaran baik anak maupun lanjut usia, ketunasosialan, bencana alam dan konflik sosial, penyandang cacat, gelandangan dan pengemis, anak nakal dan korban narkotika, anak jalanan, wanita rawan sosial ekonomi, dan fakir miskin. a. Permasalahan Pengamatan menunjukkan, bahwa dalam kehidupan sehari-hari masih banyak dijumpai persoalan-persoalan yang berkenaan dengan kesejahteraan sosial. Kurun waktu lima tahun terakhir, jumlah PMKS mengalami penurunan dari 11,01% menjadi 9,87% dari jumlah penduduk, dimana secara absolut jumlah PMKS pada tahun 2004 sebesar 225.018 jiwa. Sementara jumlah penduduk Kabupaten Malang pada tahun 2004 sebesar 2.250.109 jiwa, perkiraan 2005 jumlah PMKS meningkat dengan adanya penurunan subsidi BBM, sehingga penanganan terpadu sangat diperlukan. b. Sasaran Pembangunan Sejalan dengan permasalahan di atas, sasaran dalam program pembangunan seyogianya berfokus pada upaya untuk menanggulangi dan atau menurunkan jumlah penduduk yang terperangkap dengan fenomena PMKS. Adapun, rincian sasaran yang dimaksud adalah: 1. Menurunkan jumlah penyandang PMKS dari tahun ke tahun. 2. Meningkatnya jumlah penyandang PMKS yang melaksanakan usaha sosial ekonomi produktif (USEP). 3. Meningkatkan bantuan dan perhatian pada korban bencana alam, terutama penanganan pasca bencana. 4. Meningkatkan bantuan dan perhatian terhadap keluarga pra-sejahtera dan Gakin. c. Arah Kebijakan Bila kita lihat kompleksitas PMKS dan kerentanan yang ada pada setiap proses upaya penanganannya maka akan kita sadari bahwa pemecahan masalah ini tidak bisa dilakukan secara sektoral. Tetapi multi dimensi dalam program lintas pembangunan yang menyangkut sinergitas peran pemerintah, lembaga Sosial (LSM). Secara umum kebijakan pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Malang bidang kesejahteraan sosial diarahkan pada upaya penurunan PMKS. Sedangkan secara spesifik kebijakan yang berkenaan dengan PMKS diarahkan pada: 1. Penampungan sementara terhadap para PMKS dan melakukan pembinaan serta memberikan keterampilan.

Bab IV - 100.

2. Mendorong partisipasi masyarakat dan lembaga sosial yang ada di daerah dalam pembinaan USEP. 3. Mendorong partisipasi masyarakat dan lembaga sosial di daerah untuk meringankan dan mengatasi penderitaan para korban bencana alam. 4. Mendorong partisipasi masyarakat dan lembaga sosial untuk mencegah dan mengatasi permasalahan sosial. 5. Peningkatan pemenuhan dan aksesibilitas masyarakat terhadap ketersediaan dana-dana bantuan. d. Program Pembangunan Dengan berpijak pada sasaran dan arah kebijakan, maka program penurunan jumlah penduduk yang menyandang PMKS tetap akan berpegang pada akar permasalahan dengan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan yang ada. Tidak semua permasalahan mampu dijawab melalui berbagai program yang dirancang hanya oleh Pemerintah Daerah Kabupaten saja, tetapi diperlukan kerjasama dengan pemerintah propinsi dan pemerintah pusat. Selama 5 (lima) tahun kedepan langkah kebijakan yang berkenaan dengan peningkatan kesalehan sosial dalam beragama di Kabupaten Malang dituangkan dalam program-program sebagai berikut: 1. Program Pemberdayaan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). 2. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial. 3. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial. 4. Program Bantuan Kesejahteraan Sosial. 6.1.3. Pengembangan Budaya yang berlandaskan Nilai-nilai Luhur Perkembangan masyarakat yang sangat cepat sebagai akibat dari globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi membutuhkan penyesuaian tata nilai dan perilaku. Dalam kondisi seperti itu, pengembangan kebudayaan diharapkan dapat memberikan arah bagi perwujudan identitas nasional dan daerah yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Di samping itu pengembangan kebudayaan dimaksudkan untuk menciptakan iklim kondusif dan harmonis sehingga nilai-nilai kearifan lokal akan mampu merespon modernisasi secara positif dan produktif sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan. Untuk mewujudkan keharmonisan dalam kehidupan masyarakat, perilaku budaya seperti kehalusan budi dalam pergaulan, rasa keadilan, keseimbangan antara hak dan kewajiban merupakan hakekat nilai-nilai penting yang harus ada

Bab IV - 101.

didalam interaksi setiap manusia. Terjadinya pergeseran nilai budaya dan masuknya budaya asing dapat menimbulkan benturan nilai ketahanan budaya. Dengan kuatnya budaya masyarakat diharapkan akan mempunyai kekuatan dalam menyelesaikan masalah dan membangun masa depan yang lebih baik. a. Permasalahan Pembangunan bidang kebudayaan di Kabupaten Malang saat ini masih dihadapkan pada berbagai permasalahan antara lain: 1. masih belum optimalnya upaya penyelamatan dan pemanfaatan benda cagar budaya sebagai aset peninggalan sejarah. 2. belum optimalnya apresiasi karya seni budaya daerah. 3. Kurang optimalnya fasilitasi apresiasi dan pengembangan bahasa dan sastra daerah/indonesia. 4. belum optimalnya pendayagunaan dan pengembangan perpustakaan serta media pembelajaran pendidikan dan kebudayaan. 5. masih rendahnya perhatian terhadap pelestarian budaya spiritual. b. Sasaran Pembangunan Agar tercipta kondisi yang kondusif dalam hal mempertahankan budaya lokal dalam lima tahun ke depan, caranya melalui inventarisasi dan pembinaan budaya yang bersumber pada nilai luhur daerah dan pelestarian nilai-nilai luhur budaya dengan cara selalu berpartisipasi dalam acara-acara pameran seni dan budaya baik regional maupun nasional. Sasaran tersebut mempunyai rincian: 1. Mengangkat dan meningkatkan kualitas seni topeng Malangan. 2. Berpartisipasi aktif dalam setiap acara pameran seni dan budaya. 3. Meningkatkan peran tokoh-tokoh masyarakat dan agama dalam kehidupan seni dan budaya.

c. Arah Kebijakan Kompleksitas dari permasalahan yang berkenaan dengan upaya revitalisasi ikon topeng Malangan, tidak bisa dilakukan secara sektoral. Tetapi multi dimensi dalam program lintas pembangunan yang menyangkut sinergi peran dan prilaku pemerintah dan masyarakat dalam melestarikan budaya lokal. Secara umum kebijakan pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Malang berhubungan

Bab IV - 102.

dengan bidang ini diarahkan pada upaya revitalisasi budaya lokal yang bersumber pada nilai-nilai luhur bangsa. Secara spesifik kebijakan yang berkaitan dengan bidang ini diarahkan pada: 1. Reaktualisasi nilai-nilai budaya daerah sebagai salah satu dasar pengembangan etika pergaulan sosial. 2. Meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap budaya daerah. 3. Berkembangnya potensi ekonomi lokal yang berbasiskan pengembangan budaya. d. Program Pembangunan Arah kebijakan dalam Pengembangan Kebudayaan yang Berlandaskan pada Nilainilai Luhur dijabarkan dalam program-program sebagai berikut: 1. Program Pengembangan Nilai-nilai Budaya. 2. Program Pembinaan Dan Pengelolaan Kekayaan Budaya. 6.1.4. Peningkatan Kualitas Kehidupan dan Peran Perempuan Serta

Perlindungan Perempuan dan Anak Pembangunan yang ditujukan pada kedudukan dan peranan perempuan diarahkan pada terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender, agar kualitas hidup perempuan dapat ditingkatkan sehingga mampu menjadi mitra sejajar laki-laki. Kebijakan ini dilakukan secara lintas bidang/program, lintas lembaga dan lintas daerah. Langkah-langkah yang akan ditempuh untuk melaksanakan kebijakan tersebut adalah dengan mengupayakan pengarusutamaan gender (gender mainstreaming) pada kebijakan dan program pembangunan. Langkah ini dilakukan di setiap tahapan pembangunan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi. a. Permasalahan Salah satu permasalahan pembangunan sosial dan budaya adalah masih rendahnya kedudukan dan peranan perempuan di sebagian besar bidang kehidupan dan pembangunan yang mengakibatkan ketimpangan gender. Ketimpangan gender ini diperburuk dengan masih banyaknya kebijakan dan program pembangunan serta hukum dan peraturan perundang-undangan yang belum responsif sehingga perempuan yang paling banyak menanggung berbagai bentuk ketidaksetaraan dan ketidakadilan, seperti tingginya angka buta huruf dan kematian ibu melahirkan, lemahnya sistem perlindungan tenaga kerja terutama tenaga kerja perempuan yang bekerja di luar negeri dan di sektor informal lainnya, serta tindak kekerasan.

Bab IV - 103.

Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan Nasional tampaknya belum mampu menumbuhkan komitmen dan memberikan pengaruh yang besar terhadap perubahan pola pikir para pengambil kebijakan dalam menyusun kebijakan, program dan kegiatan pembangunan. Permasalahan dan hambatan yang cukup besar dalam mengimplementasikan PUG dalam pembangunan di Kabupaten Malang, antara lain: 1. Belum dipahaminya konsep kesetaraan dan keadilan gender di kalangan para pengambil kebijakan dan pelaksana program. 2. Belum kuatnya kepedulian dan komitmen berbagai pihak dalam upaya PUG. 3. PUG belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah karena dalam perspektif jangka pendek kurang berperan secara langsung dalam peningkatan pendapatan daerah. b. Sasaran Pembangunan Sasaran pembangunan yang hendak dicapai pada lima tahun ke depan dalam rangka peningkatan kualitas kehidupan dan peran perempuan serta kesejahteraan dan perlindungan anak adalah: 1. Peningkatan kualitas kehidupan dan Peran Perempuan 2. Kesejahteraan dan Perlindungan Anak c. Arah Kebijakan Dalam kondisi yang bersifat kultural (terkait dengan nilai-nilai budaya patriarkal) dan bersifat struktural (dimapankan oleh tatanan sosial politik yang ada), diperlukan tindakan pemihakan yang jelas dan nyata guna mengurangi kesenjangan gender di berbagai bidang pembangunan. Untuk itu, diperlukan kemauan politik yang kuat agar semua kebijakan dan program pembangunan memperhitungkan kesetaraan dan keadilan gender, serta peduli anak. Prioritas dan arah kebijakan pembangunan yang akan dilakukan adalah: 1. Meningkatkan pemberdayaan ekonomi bagi perempuan. 2. Meningkatkan taraf pendidikan dan layanan kesehatan serta bidang pembangunan lainnya untuk mempertinggi kualitas hidup dan sumber daya kaum perempuan. 3. Meningkatkan kampanye anti trafficking dan anti Dalam Rumah Tangga (KDRT). kekerasan terhadap perempuan dan anak serta advokasi kepada korban trafficking dan Kekerasan

Bab IV - 104.

4. Mengeliminir berbagai tindak kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi, serta menyelenggarakan perlindungan perempuan dan anak dari korban kekerasan. 5. Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak serta penghapusan bentukbentuk pekerjaan terburuk bagi anak. d. Program Pembangunan Langkah-langkah yang akan ditempuh untuk mendukung peningkatan kualitas dan kehidupan peran perempuan serta kesejahteraan dan perlindungan anak dijabarkan ke dalam program-program pembangunan sebagai berikut: 1. Program Peningkatan Peran Perempuan. 2. Program Perlindungan Anak. 3. Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak.

Strategi 2 : Kebijakan:

Peningkatan Kualitas Kehidupan Politik dan Penegakan Hukum

2. Peningkatan Keamanan dan Ketertiban, Supremasi Hukum dan HAM 3. Perwujudan Kelembagaan Demokrasi yang makin Kokoh

6.2.

Peningkatan Kualitas kehidupan Politik dan Penegakan Hukum

6.2.1. Peningkatan Keamanan dan Ketertiban, Supremasi Hukum dan HAM Beragamnya kondisi sosial, ekonomi, budaya, etnis dan agama yang ada menjadikan Kabupaten Malang memiliki potensi ancaman yang dapat mengganggu ketentraman dan ketertiban masyarakat. Potensi ancaman ini harus dapat ditekan sehingga tidak menjadi bibit munculnya konflik horizontal dan vertikal serta terorisme. Gangguan terhadap ketentraman dan ketertiban secara umum masih dalam tingkat terkendali, meskipun demikian perkembangan variasi gangguan kejahatan dan aktualisasi konflik horisontal serta peningkatan konflik antar masyarakat harus diantisipasi. Meskipun upaya-upaya menjaga ketentraman dan ketertiban telah mampu menciptakan iklim yang relatif kondusif, namun besarnya wilayah Kabupaten Malang, ketentraman dan penanggulangan kriminalitas masih dihadapkan pada berbagai permasalahan yang menjadi prioritas untuk diantisipasi

Bab IV - 105.

dan diselesaikan pada tahun 2006. Meningkatnya perilaku anarki dan pelanggaran hukum di masyarakat, kecenderungan meningkatnya angka kriminalitas dan kenakalan remaja sebagai dampak dari masalah ekonomi maupun globalisasi informasi. Bila tidak dilakukan antisipasi secara dini akan berdampak pada penyelenggaraan perlindungan ketentraman masyarakat. a. Permasalahan Permasalahan yang dihadapi dalam penanganan ketentraman dan ketertiban umum diantaranya adalah: 1. Menurunnya masyarakat. 2. Menurunnya kesadaran masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara 3. Belum optimalnya jaminan rasa aman dan tentram bagi masyarakat. 4. Belum optimalnya kemampuan aparat dalam penanganan bencana dan gangguan lingkungan. b. Sasaran Pembangunan Sasaran dari Peningkatan Ketentraman, Ketertiban dan Penanggulangan Kriminalitas adalah sebagai berikut: 1. Terpeliharanya rasa persatuan dan kesatuan serta meningkatnya kesadaran masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. 2. Meningkatnya situasi trantib yang kondusif. 3. Meningkatnya kesadaran, kepatuhan dan disiplin masyarakat terhadap hukum. 4. Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan aparat penanggulangan bencana dalam pelaksanaan tugas dilapangan. c. Arah Kebijakan Pembangunan Sasaran tersebut dicapai dengan meningkatkan peran serta masyarakat dan meningkatkan profesionalisme institusi yang terkait dengan masalah ketentraman dalam rangka terjaminnya ketertiban umum, tertib dan tegaknya hukum, serta terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, kebijakan yang akan ditempuh meliputi: 1. Meningkatkan kemampuan mencegah, menangkal dan menindak kejahatan terutama melalui deteksi dini dan keterlibatan para tokoh masyarakat. 2. Meningkatkan profesionalisme aparat Satuan Polisi Pamong Praja melalui pembinaan manajemen. kinerja dengan meningkatkan sumber daya organisasi dan nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa pada sebagian

Bab IV - 106.

3. Meningkatkan kerja sama dengan kepolisian dalam upaya menciptakan ketentraman dan ketertiban. d. Program Pembangunan Arah kebijakan dalam Peningkatan Keamanan, Ketertiban dan Penanggulangan Kriminalitas dijabarkan ke dalam program pembangunan sebagai berikut: 1. Program pemeliharaan kamtrantibmas dan pencegahan tindak kriminal. 2. Program pengelolaan sumber daya dalam pemberdayaan potensi keamanan. 3. Program pembentukan produk hukum dan Legislasi Daerah 4. Program peningkatan kesadaran hukum dan hak asasi manusia. 6.2.2. Perwujudan Kelembagaan Demokrasi yang makin Kokoh Pelaksanaan demokrasi akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh kelembagaan demokrasi yang kokoh. Sampai saat ini, proses awal demokratisasi dalam kehidupan sosial dan politik di Kabupaten Malang dapat dikatakan telah berjalan pada jalur dan arah yang benar yang ditunjukkan antara lain dengan terlaksananya PILKADA Langsung, terbentuknya kelembagaan DPRD baru hasil pemilihan umum langsung, dengan aman dan tertib. Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Malang dalam Bidang Politik hanya bersifat membantu membina masyarakat dalam rangka menciptakan situasi dan kondisi dilaksanakan politik yang lebih baik. Namun dengan program/kegiatan yang tahun-tahun sebelumnya diantaranya peningkatan wawasan

kebangsaan telah mendukung penciptaan kondisi berdemokrasi yang tertib. Hasil pelaksanaan pembinaan politik kepada masyarakat ditunjukkan dengan kegiatan forum wawasan kebangsaan. Secara umum dapat dikatakan, masyarakat tampak makin sensitif terhadap berbagai gejala dan proses politik yang terjadi, serta ingin lebih banyak turut serta dalam proses pengambilan keputusan politik yang langsung berkaitan dengan kepentingan mereka. Kondisi masyarakat seperti ini dapat dikatakan sebagai sebuah model awal yang baik bagi demokratisasi. Teladan, pembinaan dan dorongan secara terus menerus untuk menerapkan nilai-nilai demokrasi, organisasi kemasyarakatan, LSM dan Pers merupakan hal yang akan terus dilakukan bagi peningkatan kualitas keikutsertaan (partisipasi) politik dan internalisasi nilai-nilai demokrasi dalam jiwa setiap individu masyarakat Kabupaten Malang.

Bab IV - 107.

Pelaksanaan pembangunan politik ditandai dengan semakin meningkatnya arus demokratisasi telah membawa implikasi pada berbagai permasalahan yang dihadapi, antara lain (a) Dinamika perubahan politik yang dinamis menyebabkan meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap peran lembaga legislatif sebagai wahana representasi politik masyarakat; (b) Adanya kecenderungan menurunnya partisipasi politik masyarakat. a. Sasaran Pembangunan Sasaran Perwujudan Kelembagaan Demokrasi yang Makin Kokoh adalah: 1. Terlaksananya peran dan pelembagaan yang lebih kokoh melalui peran dan fungsi lembaga politik, kemasyarakatan, pers dan pemerintahan dengan meningkatkan hubungan yang harmonis antara DPRD, parpol dan masyarakat. 2. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan kebijakan publik melalui forum publik. b. Arah Kebijakan Pembangunan Arah kebijakan dari Perwujudan Lembaga Demokrasi yang Makin Kokoh akan ditempuh melalui kebijakan: 1. Mewujudkan kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh mempertegas tugas, wewenang dan tanggungjawab. 2. Memperkuat peran masyarakat dalam rangka menuju tatanan masyarakat sipil/masyarakat madani (civil society). c. Program Pembangunan Arah kebijakan dalam Perwujudan Lembaga Demokrasi yang makin kokoh dijabarkan dalam program-program pembangunan sebagai berikut: 1. Program penyempurnaan dan penguatan kelembagaan demokrasi 2. Program perbaikan proses politik. 3. Program Penguatan Peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Strategi 3 Kebijakan

: Peningkatan Pelayanan Publik :

1. Pemantapan Desentralisasi dan Otonomi Daerah 2. Penciptaan Tata Pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab

Bab IV - 108.

6.3. Peningkatan Pelayanan Publik 6.3.1. Pemantapan Desentralisasi dan Otonomi daerah Desentralisasi dan otonomi daerah memiliki dampak pada penyelenggaraan Pemerintahan dan pembangunan didaerah. Sementara dampak terhadap birokrasi adalah harapan atas penyediaan pelayanan publik akan menjadi lebih sederhana dan cepat serta lebih baik. Setelah lima tahun usia desentralisasi dan otonomi daerah ternyata masih ditemukan berbagai permasalahan antara lain: aparat birokrasi belum melaksanakan fungsi dengan optimal yang sesuai dengan perannya dalam memberikan pelayanan publik dan sebagai dinamisator pembangunan. Sejalan dengan peningkatan pelayanan publik, kualitas dan kapabilitas aparat sebagai pelaku birokrasi seyogyanya sesuai dengan kebutuhan. Keberadaan pegawai pemerintah Kabupaten Malang tercatat sejumlah 17.371 orang dengan komposisi sebagai berikut: golongan I sebanyak 290 orang, golongan 2 sebanyak 3.088 orang, golongan 3 sebanyak 11.250 orang dan golongan 4 sebanyak 2.743 orang. Lebih lanjut jika dikompilasi berdasarkan status, untuk fungsional sebesar 12.375 orang, struktural 4.996 orang dan pegawai tidak tetap/tenaga kontrak sebanyak 1.456 orang. Pemerintah sebagai public service harus mewujudkan tugas pelayanan tersebut dalam kinerja pemerintah daerah. Masyarakat yang dilayani harus merasakan pelayanan yang optimal dalam wujud pelayanan prima dengan prinsip mengutamakan pelanggan, system yang efektif, melayani dengan hati nurani, perbaikan berkelanjutan dan memberdayakan pelanggan. Pelayanan prima juga harus mencerminkan karakteristik pelayanan umum yang sederhana, kejelasan dan kepastian, keamanan, keterbukaan, efisien, ekonomis, keadilan dan ketepatan waktu. Untuk mengimplementasikan pelayanan prima harus ada kesungguhan

(komitmen), penguasaan dan konsistensi yang sangat tinggi, oleh karena itu pemberdayaan aparatur sangat penting guna meningkatkan kompetensi pelayanan sektoral agar tidak mengecewakan masyarakat. Dengan spirit otonomi daerah Pemerintah Kabupaten Malang menata kembali kelembagaan maupun sumber daya manusia, sehingga diharapkan pelayanan publik akan lebih optimal. Upaya ini diperkuat dengan ditetapkannya Peraturan Bupati Malang Nomor 48 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Publik di

Bab IV - 109.

Lingkungan Pemerintah Kabupaten Malang. Dengan penekanan pelayanan publik yang berkualitas dan sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. a. Sasaran Pembangunan Sasaran yang hendak dicapai berkenaan dengan pemantapan pelaksanaan otonomi daerah adalah: 1. Meningkatnya kapasitas pengelolaan sumberdaya aparatur pemerintah daerah yang profesional dan kompeten. 2. Meningkatnya kualitas pelayanan dan informasi guna memudahkan informasi. b. Arah Kebijakan Pembangunan Pemantapan pelaksanaan otonomi daerah diarahkan untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat, pelayanan dan penerapan pelaksanaan pemerintahan daerah yang baik dilaksanakan melalui kebijakan: 1. Peningkatan kompetensi SDM. 2. Sosialisasi jenis pelayanan melalui leaflet, media elektronik dan IT. 3. Peningkatan sarana dan prasarana guna meningkatkan pelayanan dan mendekatkan pelayanan sampai wilayah kecamatan/desa/kelurahan. 4. Optimalisasi UPTSA. 5. Mengadakan evaluasi tahunan guna perbaikan yang berkelanjutan. 6. Menyederhanakan prosedur pelayanan publik/peningkatan pelayanan prima. c. Program Pembangunan Program yang akan ditempuh dalam Pemantapan otonomi daerah adalah: 1. Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan. 2. Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur. 3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Pemerintahan 4. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi. 5. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah Daerah. 6. Program Peningkatan Kapasitas Keuangan Pemerintah Daerah. 7. Program Peningkatan Pendapatan Daerah. 8. Program Pengembangan Ekonomi dan Kerjasama Daerah. 9. Program Peningkatan dan Pengelolaan Aset/Kekayaan Daerah 10. Program Peningkatan Pelayanan Administrasi. 11. Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur. 6.3.2. Penciptaan Tata Pemerintahan yang bersih dan bertanggungjawab akses

Bab IV - 110.

Belum terwujudnya penyelenggaraan pemerintah yang bersandarkan pada prinsip-prinsip good governance, serta belum terjalinnya sinergi antara aparatur pemerintahan Malang dan dunia usaha yang tata mengarah dalam yang mewujudkan bersih dan penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik, maka Pemerintah Kabupaten berusaha menyelenggarakan pemerintahan bertanggungjawab dengan melaksanakan azas-azas Good Governance. a. Sasaran Pembangunan Sasaran yang hendak dicapai berkenaan dengan pemantapan pelaksanaan otonomi daerah adalah: 1. Meningkatnya kualitas pejabat Pemerintah Kabupaten Malang yang memiliki kompetensi agar aparatur punya kemampuan teknis sesuai prinsip-prinsip good governance pada semua tingkat dan lini pemerintahan. 2. Kinerja aparatur yang menjalankan prinsip value for money, yaitu mampu mempertanggungjawabkan setiap rupiah yang dibelanjakan (akuntabel). 3. Terwujudnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik. b. Arah Kebijakan Pembangunan Penciptaan Tata Pemerintahan yang bersih dan bertanggungjawab diharap mampu mengemban amanah rakyat dalam pembangunan daerah baik dalam proses maupun pelaksanaannya, sehingga pemerintah harus mengikutsertakan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi kegiatan pembangunan . Oleh karena itu arah kebijakan yang harus diambil adalah: Menciptakan sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan yang bersih, efisien, efektif, transparan, profesional dan akuntabel. 1. Menerapkan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance) pada semua tingkat dan lini pemerintahan pada semua kegiatan. 2. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik. c. Program Pembangunan Program yang akan ditempuh dalam Penciptaan Tata Pemerintahan yang bersih dan bertanggungjawab adalah: 1. Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Pemerintahan. 2. Program Penelitian dan Pengembangan. 3. Program Perencanaan Pembangunan Partisipatif.

Bab IV - 111.

Strategi 4 : Peningkatan Pembangunan Ekonomi dan infrastruktur Kebijakan: 1. Revitalisasi Pertanian 2. Peningkatan Investasi dan Perdagangan Lokal, Regional dan Internasional 3. Peningkatan Daya Saing Pariwisata 4. Peningkatan Daya Saing Industri Melalui Pemantapan Industri Kecil Menengah (IKM) 5. Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Kecil, Mikro dan Menengah (UMKM) 6. Peningkatan Pengelolaan BUMD 7. Pengembangan Pasar Daerah 8. Peningkatan Infrastruktur Sumberdaya Air 9. Peningkatan Infrastruktur Transportasi dan Perhubungan 10. Peningkatan Infrastruktur Perumahan, Pemukiman 11. Percepatan Pemerataan Pembangunan Infrastruktur Energi dan Ketenagalistrikan 12. Perencanaan Dan Pengendalian Tata Ruang Tata Wilayah

6.4. Peningkatan Pembangunan Ekonomi dan Infrastruktur Dalam peningkatan pembangunan ekonomi dan infrastruktur terdapat beberapa aspek yang menjadi sasaran perhatian antara lain: 6.4.1. Revitalisasi Pertanian Pembangunan pertanian mencakup sub sektor tanaman bahan makanan, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan. Dalam era otonomi daerah, pemerintah Kabupaten Malang selalu berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai bidang pembangunan salah satunya melalui peningkatan ketahanan pangan daerah untuk menunjang nasional. Bidang Pertanian ketahanan pangan

selama ini mempunyai peran yang cukup strategis

dalam perekonomian dan mempunyai multiplier effect yang besar, karena di sektor ini sekitar 50,46% masyarakat Kabupaten Malang menggantungkan hidupnya. Selain itu mata rantai yang timbul dari sektor pertanian sangat besar sehingga dampak yang ditimbulkan dari sektor pertanian sangat luas. Sebagai bagian dari pembangunan masyarakat, pembangunan pertanian diupayakan agar sinergis dengan pembangunan sektor lainnya, bahkan merupakan titik pusat, sebagai sumber penggerak sektor lain dengan pengembangan sistem agribisnis termasuk agroindustri yang tahan terhadap goncangan ekonomi. Pada masa krisis, pertanian

Bab IV - 112.

merupakan sektor yang paling tahan terhadap badai krisis dan dapat menjadi penopang untuk tidak menjadikan krisis ekonomi berkelanjutan. a. Permasalahan Pembangunan di Bidang Pertanian kedepan menghadapi masalah antara lain semakin terbatas dan menurunnya daya dukung lahan dan kelangkahan sumber daya alam pertanian ditengah kondisi adanya kecenderungan peningkatan kuantitas dan kualitas kebutuhan pangan. Pada sisi lain kesempatan usaha pertanian sebagai upaya penanggulangan krisis ekonomi belum menunjukkan efektivitasnya dan belum mendorong terwujudnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan dan berkelanjutan. Pengembangan agibisnis terutama agroindustri mempunyai peluang/potensi dalam pengembangan lapangan yang kerja, sangat tetapi besar pelatihan serta dan berkemampuan menciptakan

penanganan proses produksi serta informasi pasar dan penerapan teknologi tepat guna belum optimal. Permasalahan kelangkaan pupuk pada saat tanam serta rendahnya harga pada saat panen raya merupakan permasalahan klasik yang perlu penanganan terpadu antar sektor, sehingga kebutuhan pupuk dalam jumlah, jenis, lokasi dan waktu harus selalu terpantau sehingga pendistribusian secara tepat dapat terlaksana. Adapun permasalahan ketahanan pangan meliputi: 1. Nilai Tukar Petani (NTP) masih rendah berarti pendapatan dan kesejahteraan petani masih rendah, menyebabkan rendahnya kemampuan ketahanan pangan keluarga. 2. Masih rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi pangan yang bergizi. 3. Belum optimalnya pengembangan sistem pengamanan pangan. 4. Ketrampilan Petani Masih rendah. 5. Distribusi dan ketersediaan pangan yang tidak merata, serta distribusi (waktu dan Lokasi) harga pangan yang tidak merata, serta keberadaan dan fungsi lumbung pangan masyarakat sebagai bagian dari penyangga pangan dan sudah dikenal di kalangan petani belum berjalan secara optimal. 6. Prasarana dan sarana distribusi pangan untuk menjangkau seluruh wilayah konsumen belum memadai, sehingga arus lalu lintas pangan antar wilayah dan antar waktu kurang lancar. 7. Kelembagaan petani yang belum sepenuhnya berfungsi secara optimal. b. Sasaran Pembangunan Sasaran pembangunan pertanian di Kabupaten Malang adalah meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian, menjaga stabilitas ketahanan pangan serta

Bab IV - 113.

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani/nelayan yang dirinci sebagai berikut: 1. Meningkatnya efisiensi dan produktivitas pembangunan pertanian, yang diupayakan melalui konsolidasi luasan usaha tani, ketepatan penyediaan sarana produksi pertanian dan terjaminnya sistem pengendalian hama dan penyakit maupun penanganan bencana alam banjir dan kekeringan yang setiap tahun terjadi secara fundamental. 2. Terjaganya sistem permintaan dan penawaran produk yang berimbang, sehingga akan mampu menjaga stabilitas harga produk pertanian. 3. Meningkatnya akses petani/nelayan kepada sumberdaya produktif, yang dicirikan oleh berkembangnya sistem usaha pertanian yang didukung oleh akses permodalan, informasi dan transportasi yang memadai maupun peningkatan kemampuan SDM petani/nelayan. 4. Meningkatnya kemampuan petani/nelayan dalam menghasilkan komoditas yang berdaya saing tinggi melalui perkuatan sistem penyuluhan maupun penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang memadai. 5. Terciptanya pola penganekaragaman pangan dan pemenuhan gizi yang semakin baik. 6. Terwujudnya pengelolaan lahan sesuai daya dukung lingkungan. c. Arah Kebijakan Dalam rangka mengoptimalkan perencanaan pembangunan sektor pertanian sebagai kelanjutan dari kebijakan Percepatan pemulihan ekonomi dan peningkatan produktivitas melalui pengembangan ekonomi kerakyatan, penguatan unit-unit usaha dan lembaga-lembaga ekonomi yang difokuskan dengan mengakomodir produk unggulan yang sesuai dengan potensi dan perkembangan di sektor pertanian. Untuk itu, dalam implementasinya diarahkan pada strategi kebijakan sebagai berikut: 1. Kebijakan dalam pengamanan ketahanan pangan diarahkan untuk: a). Mempertahankan tingkat produksi pangan di Kabupaten Malang. b). Melakukan penganekaragaman pangan untuk menurunkan ketergantungan pada beras dengan melakukan rekayasa sosial terhadap pola konsumsi masyarakat. 2. Kebijakan dalam peningkatan efisiensi, produktivitas, produksi, daya saing dan nilai tambah produk pertanian dan perikanan diarahkan untuk: a). Pengembangan usaha pertanian dengan pendekatan terpadu.

Bab IV - 114.

b). Peningkatan daya saing produk pertanian dan perikanan melalui dorongan untuk peningkatan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian dan perikanan, peningkatan standar mutu komoditas pertanian dan keamanan pangan serta mengupayakan perlindungan persaingan yang tidak sehat. c). Penguataan sistem pemasaran dan manajemen usaha resiko usaha pertanian maupun dalam mendukung agroindustri. d). Peningkatan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan untuk mendukung ekonomi dan tetap menjaga kelestariannya. 3. Kebijakan dalam peningkatan kemampuan petani dan nelayan serta pelaku pertanian dan perikanan lain beserta penguatan lembaga pendukungnya, diarahkan untuk: a). Penyuluhan dan pendampingan petani, termasuk peternak, nelayan, dan pembudidaya ikan. b). Menghidupkan dan memperkuat lembaga pertanian dan perdesaan untuk meningkatkan akses petani dan nelayan terhadap sumberdaya produktif. c). Peningkatan kemampuan/kualitas SDM pertanian/perikanan. d). Penerapan standar mutu produk. e). Peningkatan penganekaragaman pangan asal hewani dan ikani. f). Meningkatkan peran UPTD. g). Meningkatkan ketersediaan data dan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan, kontinyu dan tepat waktu. h). Mengembangkan infrastruktur pendaratan ikan khususnya di Pondokdadap Kecamatan Sumbermanjing Wetan. i). Meningkatkan pengamanan lingkungan budidaya peternakan dan perikanan terhadap penyakit hewan menular dan penyakit ikan. 4. Kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan hutan diarahkan untuk: a). Peningkatan nilai tambah dan manfaat hasil hutan kayu dengan hutan cadangan pangan. b). Peningkatan partisipasi tanaman. c). Peningkatan produksi hasil hutan non kayu untuk kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. d). Pengawasan peredaran hasil hutan untuk menjamin kelangsungan sistem distribusi legal. masyarakat luas dalam pengembangan hutan untuk mengatasi pengembangan petani dan nelayan dari

Bab IV - 115.

e). Akselarasi rehabilitasi hutan dan lahan didalam dan diluar kawasan hutan. f). Pemanfaatan lahan dibawah tegakan hutan rakyat. d. Program Pembangunan Arah kebijakan tersebut dijabarkan dalam program-program pembangunan pertanian sebagai berikut: 1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan. 2. Program Pengembangan Agribinis Tanaman Pangan, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan. 3. Program Pengembangan Sumberdaya Kelautan. 4. Program Pemantapan Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan. 5. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani/Peternak/ Nelayan. 6. Program Pemantapan Pemanfaatan Usaha Perhutanan Rakyat. 7. Program Pengembangan Usaha Perhutanan Rakyat. 6.4.2. Peningkatan Investasi dan Perdagangan Lokal, Regional dan Internasional Perkembangan nilai Investasi Fasilitasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) nilai Investasinya dari Tahun 2003 ke Tahun 2004 mengalami kenaikan sebesar Modal Asing (PMA) sebesar Rp Rp 48.059.709.280 pada atau 2,85 %, sedangkan Penanaman Tahun 2003 ke 2004 terdapat kenaikan nilai investasi atau 24,46 %. Kenaikan jumlah investasi tersebut

421.480.122.870

bukan disebabkan oleh kenaikan Investor yang masuk ke Kabupaten Malang, akan tetapi disebabkan oleh berkembangnya penanaman modal atau perluasan perusahaan. Adapun nilai Investasi sektor Industri Non Fasilitasi mengalami kenaikan pada Tahun 2003 sebesar Rp 1.045.581.550.780 menjadi Rp 1.171.317.824.480 pada Tahun 2004 atau naik 12,03%. Baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap terwujudnya sasaran pembangunan di bidang penanaman modal, antara lain adalah kegiatan pada bidang sosial, politik, bidang budaya, bidang ketenagakerjaan infrastruktur. a. Permasalahan Permasalahan yang masih dihadapi adalah: 1. Pemanfatan jaringan promosi belum otimal. 2. Pendayagunaan informasi potensi dan peluang investasi yang belum efektif. dan produktivitas, bidang ekonomi daerah dan bidang

Bab IV - 116.

3. Pelayanan penanaman modal di daerah masih belum dapat dilaksanakan secara efisien, cepat dan murah. 4. sarana prasarana penunjang penanaman modal yang belum sepenuhnya dapat disediakan secara maksimal. 5. Relatif rendahnya realisasi penanaman modal. b. Sasaran Pembangunan Sasaran yang hendak dicapai dalam upaya meningkatkan investasi dan perdagangan adalah: 1. Terwujudnya iklim investasi yang kondusif dan, Penyederhanaan prosedur perijinan dan perdagangan. 2. Berkembangnya Investasi berfasilitas (PMDN/PMA) maupun investasi non fasilitas. 3. Semakin terciptanya pemerataan investasi secara bertahap sesuai dengan potensi daerah, sehingga peranan investasi terhadap PDRB lebih meningkat agar dapat memicu pertumbuhan perekonomian daerah dan penciptaan lapangan kerja. 4. Berkembangnya pasar spesifik produk UKM/IKM. c. Arah Kebijakan Dalam rangka mewujudkan peningkatan investasi dan perdagangan,

diarahkan pada upaya: 1. Menjamin kepastian usaha, menjaga hak kepemilikan terutama berkenaan dengan kepemilikan lahan dan pengaturan yang adil pada mekanisme penyelesaian konflik di bidang investasi. 2. Meningkatkan pertumbuhan ekspor non migas di Kabupaten Malang berbasis SDA, teknologi dan produk unggulan daerah. 3. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota lainnya guna pengembangan investasi, promosi investasi, pelayanan investasi dan pengawasan pelaksanaan investasi yang berdaya saing. 4. Penyederhanaan sistem dan prosedur. 5. Secara bertahap, mendorong perluasan basis produk ekspor dengan tetap memperhatikan kriteria produk ekspor yang ramah lingkungan. 6. Peningkatan nilai tambah ekspor secara bertahap terutama dari dominasi bahan mentah ke dominasi barang setengah jadi dan barang jadi disertai upaya pengurangan ketergantungan bahan baku impor.

Bab IV - 117.

7. Penguatan kapasitas kelembagaan dalam bentuk pelatihan investasi, tata cara ekspor dan pembinaan secara sinergis, simultan dan berkelanjutan. d. Program Pembangunan Program yang akan ditempuh dalam Peningkatan Investasi dan Perdagangan adalah: 1. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Kerjasama Investasi. 2. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri. 3. Program Peningkatan Daya Saing Produksi Daerah. 4. Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor. 5. Program Pengamanan Perdagangan dan Perlindungan Konsumen. 6.4.3. Peningkatan Daya saing Pariwisata Pembangunan pariwisata mempunyai peranan penting karena disamping sebagai penggerak perekonomian, juga diharapkan meningkatkan kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Kabupaten Malang dengan geomorfologis terdiri dari pegunungan dan dataran serta perairan pantai membentuk patahan-patahan yang menimbulkan air terjun dan hamparan pantai berpasir putih memungkinkan pengembangan pariwisata yang ditunjang oleh sumberdaya alam komoditi unggulan seperti pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perternakan, perikanan, industri dan pertambangan. Pengembangan pariwisata dapat ditempuh melalui pengadaan paket wisata, pengembangan jalur wisata, pengadaan sarana dan prasarana penunjang seperti hotel dan penginapan serta peningkatan aksesibilitas dengan meningkatkan kondisi jalan dan menyediakan sarana transportasi menuju obyek wisata. Perkembangan jumlah wisatawan dalam negeri dari Tahun 2001 s.d. 2004 berfluktuasi yaitu : Tahun 2001 sebanyak 2.351.266 orang, Tahun 2002 sebanyak 2.258.639 orang, Tahun 2003 sebanyak 2.242.529 orang dan Tahun 2004 sebanyak 2.130.403 orang. Untuk Tahun 2005 diperkirakan sejumlah 2.174.134 orang. Sedangkan untuk wisatawan luar negeri tahun 2001 sebanyak 882 orang, Tahun 2002 sebanyak 4.084 orang, tahun 2003 sebanyak 4.186 orang, sedangkan pada Tahun 2004 sebanyak 3.977 orang. Untuk Tahun 2005 diperkirakan sejumlah 4.311 orang. Kondisi kunjungan wisatawan yang fluktuasi tersebut antara lain disebabkan oleh pengaruh krisis ekonomi dan adanya beberapa peristiwa terganggunya keamanan di beberapa kota besar di Indonesia.

Bab IV - 118.

Saat ini berbagai potensi pariwisata di

Kabupaten Malang masih belum

dikelola secara optimal terutama wisata pantai, wisata alam pegunungan termasuk air terjun, wisata budaya sejarah maupun kerajinan rakyat sehingga kemungkinan pengembangan masih terbuka lebar. a. Permasalahan Secara umum permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi pada masingmasing obyek wisata dalam pengembangannya memiliki kesamaan, yakni sebagai berikut: 1. Sarana dan prasarana transportasi untuk menjangkau obyek masih mengalami kesulitan terutama kondisi jalan yang rusak. 2. Kurangnya keterpaduan perencanaan antar obyek wisata. 3. Kurangnya peran serta masyarakat dalam mengembangkan obyek pariwisata. 4. Obyek wisata di kawasan pantai selatan seperti di kecamatan Donomulyo, Bantur, Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Ampelgading dan Tirtoyudo masih alami dan belum dikembangkan. 5. Promosi tentang keunikan obyek sangat terbatas. 6. Terbatasnya sarana dan prasarana penginapan. b. Sasaran Pembangunan Sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan pariwisata adalah: 1. Terciptanya penataan dan pengembangan wilayah Pariwisata yang selaras dan terpadu serta berwawasan lingkungan. 2. Meningkatnya kuantitas dan kualitas produk pariwisata yang memiliki daya saing. 3. Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung di Kabupaten Malang meliputi: a) Wisatawan Mancanegara b) Wisatawan Nusantara 4. Meningkatnya kualitas SDM pariwisata, meningkatnya peran serta masyarakat dalam pembangunan pariwisata, meningkatnya fungsi kelembagaan pariwisata dan meningkatnya kerjasama promosi. c. Arah Kebijakan Arah Kebijakan untuk mencapai sasaran tersebut adalah: 1. Meningkatkan dan menumbuhkan potensi pariwisata yang ada, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan serta pelestarian budaya leluhur.

Bab IV - 119.

2. Meningkatkan

kuantitas

dan

varietas

potensi

unggulan

pariwisata

dan

diversifikasi produk pelayanan pariwisata yang standar, berdaya saing serta memenuhi rasa aman dan nyaman; 3. Memberdayakan pengembangan pemasaran pariwisata terpadu agar tepat sasaran dan efisien serta menggalang peran serta masyarakat dengan cara memposisikan masyarakat sebagai subyek pengembangan pariwisata, sehingga dapat mewujudkan iklim usaha pariwisata yang kooperatif dan dinamis. 4. Meningkatkan kualitas SDM pariwisata yang profesional dalam rangka mewujudkan kinerja pelayanan. d. Program Pembangunan Program Pembangunan Peningkatan daya saing wisata di Kabupaten Malang pada lima tahun ke depan adalah: 1. Program Pengembangan Obyek Tujuan Pariwisata. 2. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata. 3. Program Penataan Wilayah dan Agenda Pariwisata 4. Program Pengembangan Wisata Budaya 6.4.4. Peningkatan daya saing industri melalui Pemantapan Industri Kecil Menengah (IKM) Sebagai bagian dari penggerak pertumbuhan ekonomi, peningkatan daya saing industri menempati posisi yang strategis. Perkembangan Usaha Industri Formal ditinjau dari aspek kelembagaan mengalami kenaikan yang disebabkan oleh kondisi keamanan yang kondusif dan akibat penyederhanaan prosedur perijinan investasi serta upaya merangsang masuknya investasi industri antara lain dengan menurunkan pajak penerangan jalan untuk industri. Di samping itu dilakukan pula langkahlangkah strategis yang meliputi, kegiatan promosi potensi, presentasi dan konsultasi ke beberapa Departemen dan Lembaga terkait di tingkat Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi Jawa Timur. Sementara itu, jumlah perusahaan yang terdaftar pada periode 2001 s.d 2004 mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu : Tahun 2001 sebesar 7.207 perusahaan, Tahun 2002 sebesar 7.797 perusahaan, Tahun 2003 sebesar 8.583 perusahaan dan Tahun 2004 sebesar 9.272 perusahaan. a. Permasalahan Upaya peningkatan daya saing industri, masih menghadapi berbagai

permasalahan meliputi: (1) panjangnya mata rantai distribusi dan terbatasnya

Bab IV - 120.

jaringan informasi pasar dalam negeri maupun global; (2) Belum optimalnya perlindungan HAKI, Standarisasi produk IKM; (3) Keterkaitan antar pengusaha kecil dengan besar/BUMN; (4) Belum optimalnya kualitas sumber daya dan lembaga pendukung pasar; (5) Belum optimalnya Industri Kecil Menengah menggunakan bahan baku potensi unggulan daerah serta masih tingginya ketergantungan sebagian produk pada komponen bahan baku import; (6) Belum optimalnya penggunaan teknologi tepat guna dalam pengembangan industri; (7) Masih terbatasnya sarana promosi industri kecil dan menengah. b. Sasaran Pembangunan Sasaran yang akan dicapai dalam peningkatan daya saing industri adalah: 1. Terciptanya iklim usaha yang lebih kondusif baik bagi Industri yang sudah ada maupun investasi baru dalam bentuk tersedianya layanan umum yang baik. 2. Meningkatnya keterampilan, keahlian dan kompetensi tenaga kerja industri sehingga mampu meningkatkan produktivitas industri dan mampu bersaing di pasar global. 3. Mendukung perkuatan daya saing produk industri kecil menengah. 4. Mewujudkan 5. Mendukung kebijakan penyediaan publik sarana berupa dan penyederhanaan prasarana regulasi untuk untuk pengembangan dan perluasan industri. (Infrastruktur) mengembangkan dunia usaha industri. 6. Meningkatnya jumlah industri kecil, menengah dan besar, meningkatnya nilai investasi naik serta penyerapan tenaga kerja . 7. Meningkatnya jumlah industri kecil non formal/industri kecil rumah tangga serta meningkatnya nilai investasi serta penyerapan tenaga kerja. c. Arah Kebijakan Dalam rangka mewujudkan sasaran di atas, arah kebijakan pembangunan Industri di Kabupaten Malang adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan nilai tambah dan produktivitas melalui pengembangan Industri dalam rangka pengembangan rantai nilai untuk membentuk Industri-Industri yang kuat, meningkatkan nilai tambah dari setiap produk yang dibuat baik pada industri ataupun pada rantai nilainya, memperpanjang rantai nilai baik dengan meningkatkan inovasi maupun penguasaan pasar, meningkatkan efisiensi rantai nilai untuk meningkatkan keseluruhan produktivitas. 2. Mengembangkan IKM agar perannya setara dengan industri besar sehingga merupakan fondasi perekonomian yang kokoh dan mewujudkan IKM yang

Bab IV - 121.

mandiri serta mendukung industri besar dalam satu kerangka kerjasama yang sederajat dan saling menguntungkan. 3. Mendorong investasi industri baru. d. Program Pembangunan Program-program Pembangunan yang dilaksanakan dalam peningkatan daya saing industri di Kabupaten Malang adalah: 1. Program Pengembangan Industri Kecil, Menengah dan Kerajinan. 2. Program Peningkatan Ketrampilan SDM Industri. 3. Program Peningkatan Nilai Tambah Industri. 4. Program Pengendalian dan Penerapan Standar Industri. 6.4.5. Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Pembangunan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan langkah strategis karena sektor tersebut memiliki peranan yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah serta sebagai upaya dalam penciptaan lapangan kerja baru. Hal ini ditunjukkan melalui keberadaan UMKM yang merupakan bagian terbesar dari kegiatan ekonomi - sosial penduduk. Dalam masa krisis, usaha skala Mikro, Kecil, dan Menengah telah

memperlihatkan ketangguhannya. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi ke depan diarahkan untuk lebih menguatkan keberpihakan pada pemberdayaan usaha ekonomi rakyat melalui penumbuhan dan pengembangan usaha yang komprehensif dan terpadu sehingga keberadaan UMKM dapat menjadi pilar utama dalam mendorong perekonomian daerah. Hal ini disebabkan oleh karena Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah memiliki potensi cukup seluruh pelosok Kabupaten Malang. Kemampuan UKM untuk bersaing di era perdagangan bebas, baik di pasar domestik maupun pasar ekspor sangat ditentukan oleh dua kondisi utama yang perlu dipenuhi. Pertama, lingkungan internal UKM harus kondusif, yang mencakup aspek kualitas SDM, penguasaan teknologi dan informasi, struktur organisasi, sistem manajemen, kultur/budaya bisnis, kekuatan modal, jaringan bisnis dengan pihak luar dan tingkat kewirausahaan. Kedua, lingkungan eksternal harus juga kondusif yang terkait dengan kebijakan pemerintah, aspek hukum, kondisi persaingan pasar dan kondisi ekonomi-sosial-kemasyarakatan, kondisi infrastruktur, tingkat besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak dengan jumlah pelaku ekonomi terbesar dan tersebar di

Bab IV - 122.

pendidikan masyarakat serta perubahan ekonomi global. Selain kedua kondisi tersebut, strategi pemberdayaan UKM untuk dapat memasuki pasar global menjadi sangat penting bagi terjaminnya kelangsungan hidup UKM. Saat ini perlu upaya yang sungguh-sungguh untuk menciptakan kedua kondisi tersebut. Oleh karena itu, upaya pemberdayaan UMKM menjadi tugas bersama antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat, sehingga mampu menjadi pilar utama ekonomi daerah yang tangguh yang mampu menggerakkan sektor riil, dan secara bertahap diharapkan dapat mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan. a. Permasalahan Pemberdayaan Koperasi dan UKM belum bisa optimal karena dihadapkan kepada berbagai permasalahan: 1. Belum optimalnya fungsi dan peran kelembagaan Koperasi dan UKM. 2. Kualitas SDM Koperasi belum memadai untuk tugas-tugas bidang teknis perkoperasian. 3. Belum optimalnya pelaksanaan kemitraan usaha antar usaha kecil mikro, koperasi dan UKM dengan pelaku usaha lainnya. 4. akses usaha kecil mikro, koperasi dan UKM terhadap pembiayaan dan permodalan masih lemah. 5. belum berkembangnya diversifikasi usaha dan sistem distribusi koperasi dan UKM. 6. masih lemahnya daya saing usaha kecil mikro, koperasi dan UKM dalam mengakses pasar domestik maupun global. 7. Lemahnya jaringan antar koperasi dan UKM. 8. Promosi dan pemasaran Usaha Kecil Mikro, Koperasi dan UKM belum optimal serta keterbatasan informasi pasar tentang produk-produk unggulan daerah. b. Sasaran Pembangunan Sasaran umum pemberdayaan Koperasi dan UMKM dalam tahun 2006 2010 mendatang adalah: 1. Meningkatnya produktivitas dan nilai ekspor produk usaha kecil dan menengah. 2. Berkembangnya usaha mikro di pedesaan dan/atau di daerah tertinggal dan kantong-kantong kemiskinan. 3. Meningkatnya kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi sesuai dengan jatidiri koperasi. sumber-sumber

Bab IV - 123.

4. Kenaikan omzet koperasi. 5. Kenaikan jumlah KSP/USP yang berpredikat sehat. 6. Kenaikan jumlah koperasi aktif yang melaksanakan RAT. c. Arah Kebijakan Berdasarkan permasalahan umum yang dihadapi oleh Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, maka arah kebijakan yang akan dilaksanakan dalam tahuntahun mendatang adalah: 1. Mengembangkan UKM yang diarahkan untuk memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, penciptaan lapangan kerja, peningkatan produktivitas dan daya saing. Sedangkan pengembangan usaha skala mikro diarahkan untuk memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. 2. Memperkuat kelembagaan melalui penerapan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik (good governance) dan berwawasan gender. 3. Memperluas basis dan kesempatan berusaha serta menumbuhkembangkan wirausaha baru berkeunggulan prima untuk mendorong pertumbuhan, peningkatan ekspor dan penciptaan lapangan kerja. 4. Mengembangkan KUMKM untuk lebih berperan sebagai penyedia barang dan jasa dipasar domestik yang semakin berdaya saing dengan produk impor. 5. Membangun tatanan kelembagaan dan organisasi Koperasi, meningkatkan kepedulian dan dukungan pemangku kepentingan (stakeholders) dan meningkatkan kemandirian gerakan koperasi. d. Program Pembangunan Berdasarkan permasalahan dan arah kebijakan tersebut, maka programprogram dalam pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang akan diimplementasikan pada lima tahun ke depan adalah: 1. Program Pemberdayaan Usaha Skala Mikro. 2. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif KUKM. 3. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. 4. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi. 6.4.6. Peningkatan Pengelolaan BUMD

Bab IV - 124.

Dalam rangka pengembangan potensi BUMD diperlukan langkah-langkah antisipasi strategis. Diharapkan, ada nilai tambah bagi peran manajemen BUMD yang dalam operasionalnya Pemerintah Kabupaten Malang selaku pemilik dapat membangun kompetensi dengan harapan tidak tergantung pada Pemda. Diakui bahwa Kinerja BUMD belum begitu menggembirakan. Salah satu aset dari BUMD adalah Perusahaan Daerah Air Minum, Perusahaan Daerah, Jasa Yasa, PT. Bank Perkreditan Artha Kanjuruhan Pemkab Malang, PT. Radio Kanjuruhan FM, PT. Kigumas yang merupakan sumber pendapatan asli daerah. a. Permasalahan Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan BUMD adalah masih belum optimalnya manajemen pengelolaan BUMD. Diperlukan langkah-langkah strategis agar penerimaan dari BUMD meningkat. b. Sasaran Pembangunan Sasaran yang hendak dicapai dalam pengelolaan BUMD adalah: 1. Meningkatnya kinerja dalam pengelolaan perusahaan daerah. c. Arah Kebijakan Kebijakan pengelolaan BUMD diarahkan pada: 1. Menciptakan peluang dan kesempatan untuk dapat menarik investor sebagai solusi alternatif bagi pembiayaan pembangunan BUMD. 2. Meningkatkan efisiensi usaha dan daya saing Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) serta terwujudnya kemitraan antara BUMD dengan mitra usaha lainnya sekaligus sebagai salah satu sumber PAD. 3. Memantapkan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG), yaitu transparansi, akuntabilitas, keadilan dan responsibilitas pada pengelolaan BUMD. d. Kebijakan Pembangunan Program yang akan ditempuh dalam peningkatan pengelolaan BUMD adalah: 1. Intensifikasi Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah. 6.4.7. Pengembangan Pasar Daerah Saat ini kinerja pasar daerah masih belum optimal karena dari 31 pasar sebanyak 60% kondisi fisiknya kurang bagus. Selain itu SDM pasar yang belum memadai dan pedagang pasar yang masih belum memahami hak dan kewajibannya

Bab IV - 125.

menimbulkan ketentraman, ketertiban, kebersihan dan kenyamanan pasar masih belum bisa diwujudkan secara maksimal. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka perlu dilakukan penanggulangan melalui upaya pembangunan dan pemeliharaan fisik pasar, peningkatan kualitas dan kemampuan SDM aparatur, peningkatan kesadaran pedagang terhadap hak dan kewajibannya serta perlunya penyediaan sarana dan prasarana kerja yang memadai termasuk peningkatan ketertiban konsumen. a. Permasalahan Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan pasar adalah: 1. Belum akuratnya data pedagang sebagai potensi penerimaan Retribusi Pasar. 2. Rendahnya kesadaran para pedagang untuk membayar retribusi sesuai ketentuan dan ikut berpartisipasi dalam ketertiban. 3. (3)belum terwujudnya kebersihan dan keindahan pasar. 4. fasilitas sarana dan prasarana yang belum memadai. 5. kualitas SDM aparatur masih rendah. Memperbaiki/merubah Perda Pasar yang dirasakan kurang memadai. b. Sasaran Pembangunan Sasaran yang hendak dicapai dalam Pasar Daerah adalah: 1. Peningkatan rehabilitasi/perbaikan dalam pembangunan sarana dan prasarana pasar daerah. 2. Terlaksananya pengendalian ketertiban dan kebersihan pasar. c. Arah Kebijakan Meningkatkan sarana dan prasarana pasar dalam rangka retribusi pasar. d. Kebijakan Pembangunan Program yang akan ditempuh dalam peningkatan pengelolaan BUMD dan Pasar daerah adalah: 1. Program Peningkatan Sarana Prasarana Pasar Daerah. 2.Program Peningkatan Kebersihan, Ketertiban dan Keamanan Pasar 3.Program Optimalisasi Penerimaan Retribusi Pasar memberikan dan keindahan pasar untuk meningkatkan pelayanan terhadap

kenyamanan dan peningkatan pelayanan serta meningkatkan potensi penerimaan

Bab IV - 126.

6.4.8. Pembangunan Infrastruktur Sumberdaya Air Air merupakan kebutuhan pokok manusia untuk melangsungkan kehidupan dan meningkatkan kesejahteraannya. Pembangunan di bidang sumber daya air pada dasarnya adalah upaya untuk memberikan akses secara adil kepada seluruh masyarakat untuk mendapatkan air agar mampu berperikehidupan yang sehat, bersih, dan produktif. Selain itu, pembangunan di bidang sumber daya air juga ditujukan untuk mengendalikan daya rusak air agar tercipta kehidupan masyarakat yang aman. Secara umum sumber air di wilayah Kabupaten Malang bersumber dari air permukaan dan air tanah. Sumber air permukaan yang berasal dari DAS Berantas, Waduk Selorejo dan Waduk Karangkates banyak dimanfaatkan untuk keperluan irigasi, sumber air baku air minum, air baku industri serta untuk pembangkit tenaga listrik. Sedangkan sumber air tanah akifer dalam (kedalaman lebih dari 40 m) banyak dieksploitasi untuk keperluan sumber air industri. Proyeksi 76.051.757,7
3

kebutuhan

air,

baik

untuk

kebutuhan air yang

pertanian dapat

maupun

rumahtangga dan industri di Kabupaten Malang pada Tahun 2010 mencapai m /tahun, sementara potensi
3 3

dimanfaatkan

diperkirakan hanya mencapai 122.370.688 m /tahun. Potensi air tersebut berasal dari air permukaan sebesar 45.889.008 m /tahun dan air tanah sebesar 76.481.680 m /tahun. a. Permasalahan Berdasarkan telaah dan pengamatan terhadap kondisi sumberdaya air di Kabupaten Malang, maka dapat dirumuskan tentang berbagai permasalahan yang terkait dengan sumberdaya air ini. Permasalahan-permasalahan tersebut adalah: 1. Ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan Sumberdaya Air dalam perspektif ruang dan waktu. Secara alamiah Kabupaten Malang menghadapi kendala dalam memenuhi kebutuhan air karena distribusi yang tidak merata baik secara spasial maupun waktu, sehingga air yang dapat disediakan tidak selalu sesuai dengan kebutuhan, baik dalam perspektif jumlah maupun mutu. Dari segi spasial (pada tahun 2005), Kabupaten Malang yang dihuni oleh 2.315.122 jiwa, 65% diantaranya merupakan kawasan Agronomi, dan 80 persennya adalah petani
3

Bab IV - 127.

yang memanfaatkan air permukaan dengan sistem irigasi semi teknis sampai dengan teknis. Dari segi distribusi waktu sepanjang tahun, 80 persen air tersedia pada musim hujan yang berdurasi lima bulan, sedangkan 20 persen lainnya tersedia pada musim kemarau dengan durasi tujuh bulan. Ketersediaan air yang sangat melimpah pada musim hujan, yang selain menimbulkan manfaat, pada saat yang sama juga menimbulkan potensi bahaya kemanusiaan berupa banjir. Sedangkan pada musim kemarau, kelangkahan air pada beberapa daerah pertanian apabila tidak ditata akan menimbulkan potensi bahaya kekeringan. Tahun 2002, banjir telah melanda wilayah Malang Selatan seperti daerah Tirtoyudo dengan tingkat intensitas rendah sampai dengan tinggi. 2. Meningkatnya ancaman terhadap keberlanjutan daya dukung Sumber daya Air, baik Air Permukaan maupun Air Tanah. Kerusakan lingkungan yang semakin luas akibat kerusakan hutan secara signifikan telah menyebabkan penurunan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam menahan dan menyimpan air. Hal yang memprihatinkan adalah indikasi terjadinya proses percepatan laju kerusakan daerah tangkapan air. Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya laju deforestrasi sebesar 36.651 ha diluar kawasan hutan dan didalam kawasan hutan sebesar 40.543 ha pada periode th 2005. Kecenderungan meluasnya area DAS kritis telah mengarah pada tingkat kelangkahan dan peningkatan daya rusak air yang semakin serius. Selain itu, kelangkahan air yang terjadi cenderung mendorong pola penggunaan sumber air yang tidak bijaksana, antara lain pola eksploitasi air tanah secara berlebihan yang mengakibatkan terjadinya penurunan permukaan dan kualitas air tanah, intrusi air laut, dan amblesan permukaan tanah. Kerusakan air tanah sangat sulit untuk dipulihkan, sehingga apabila hal tersebut terjadi terus-menerus mengakibatkan bencana lingkungan yang berimplikasi luas. 3. Menurunnya kemampuan penyediaan Air. Berkembangnya daerah permukiman dan industri telah menurunkan area resapan air dan mengancam kapasitas lingkungan dalam menyediakan air. Pada sisi lain, kapasitas infrastruktur penampung air seperti waduk dan bendungan makin menurun sebagai akibat meningkatnya sedimentasi, sehingga

Bab IV - 128.

menurunkan keandalan penyediaan air untuk irigasi maupun air baku. Kondisi ini diperparah dengan kualitas operasi dan pemeliharaan yang rendah sehingga tingkat layanan prasarana sumberdaya air menurun semakin tajam. 4. Meningkatnya potensi konflik Air. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kualitas kehidupan masyarakat, jumlah kebutuhan air baku bagi rumah tangga, permukiman, pertanian maupun industri juga semakin meningkat. Kebutuhan air yang semakin meningkat pada satu sisi dan ketersediaan yang semakin terbatas pada sisi yang lain, secara pasti akan memperparah tingkat kelangkahan air. Semakin parahnya kelangkaan tersebut berpeluang memicu terjadinya berbagai bentuk konflik air, baik antarkelompok pengguna, antarwilayah, maupun antargenerasi. Konflik air yang tidak terkendali berpotensi berkembang menjadi konflik dengan dimensi yang lebih luas, bahkan lebih jauh dapat memicu berbagai bentuk disintegrasi. 5. Kurang optimalnya tingkat layanan Jaringan Irigasi. Pada tahun 2005, dari 44 Daerah Irigasi, 623 Jaringan Irigasi terbangun di Kabupaten Malang berpotensi melayani 43.384 hektar sawah. Dari jaringan irigasi yang telah dibangun tersebut diperkirakan sekitar 5.200 hektar, atau hampir 12 persen, masih belum atau tidak berfungsi. Belum atau tidak berfungsinya jaringan irigasi dengan luasan yang sangat signifikan tersebut disebabkan antara lain karena belum lengkapnya sistem jaringan, ketidaktersediaan air, belum siapnya lahan sawah, ketidaksiapan petani penggarap, atau terjadinya mutasi lahan. Selain itu, pada jaringan irigasi yang berfungsi juga mengalami kerusakan terutama disebabkan oleh rendahnya kualitas operasi dan pemeliharaan. Diperkirakan total area kerusakan jaringan irigasi tersebut mencapai sekitar 36 persen. Selain penurunan keandalan layanan jaringan irigasi, luas sawah produktif beririgasi juga makin menurun karena alih fungsi lahan menjadi non-pertanian terutama untuk perumahan. 6. Lemahnya koordinasi, Kelembagaan, dan Ketatalaksanaan. Perubahan paradigma pembangunan sejalan dengan semangat reformasi memerlukan beberapa langkah penyesuaian tata kepemerintahan, peran masyarakat, peran BUMN/BUMD, dan peran swasta dalam pengelolaan infrastruktur sumber daya air. Penguatan peran masyarakat, pemerintah

Bab IV - 129.

daerah, BUMN/BUMD, dan swasta diperlukan dalam rangka memperluas dan memperkokoh basis sumber daya. Meskipun prinsip-prinsip dasar mengenai hal tersebut telah diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, namun masih diperlukan upaya tindak lanjut untuk menerbitkan beberapa produk peraturan perundangan turunan dari undangundang tersebut sebagai acuan operasional. Pada aspek institusi, lemahnya koordinasi antarinstansi dan antardaerah otonom telah menimbulkan pola pengelolaan sumber daya air yang tidak efisien, bahkan tidak jarang saling berbenturan. Pada sisi lain, kesadaran dan partisipasi masyarakat, sebagai salah satu prasyarat terjaminnya keberlanjutan pola pengelolaan sumber daya air, masih belum mencapai tingkat yang diharapkan karena masih terbatasnya kesempatan dan kemampuan. 7. Rendahnya Kualitas Pengelolaan Data dan Sistem Informasi. Pengelolaan sumber daya air belum didukung oleh basis data dan sistem informasi yang memadai. Kualitas data dan informasi yang dimiliki belum memenuhi standar yang ditetapkan dan belum tersedia pada saat diperlukan. Selain itu, akses publik terhadap data masih belum dapat terlayani secara baik. Berbagai instansi mengumpulkan serta mengelola data dan informasi tentang sumber daya air, namun pertukaran data dan informasi antar instansi masih banyak mengalami hambatan. Masalah lain yang dihadapi adalah sikap kurang perhatian dan penghargaan akan pentingnya data dan informasi. 8. Kerusakaan prasarana Sumberdaya Air akibat Endapan Sedimen dan Bencana Alam. Endapan lumpur yang ada pada hampir 80 persen saluran irigasi juga merusak jaringan irigasi sehingga menyebabkan tidak maksimalnya aliran air. Endapan lumpur dan sampah pada sungai-sungai juga telah mengganggu dan menurunkan kapasitas aliran air. Kondisi ini sangat membahayakan dan berpotensi mengakibatkan banjir. Bencana alam di akhir Tahun 2003 yang melanda Tirtoyudo Rawa Terate telah mengakibatkan kerusakan pada sumber-sumber air termasuk prasarananya. Bencana juga telah merusak wilayah pantai beserta potensinya. b. Sasaran Pembangunan Sasaran umum pembangunan sumber daya air adalah:

Bab IV - 130.

1. Tercapainya

pola

pengelolaan

sumber

daya

air

yang

terpadu

dan

berkelanjutan. 2. Terkendalinya potensi konflik air. 3. Terkendalinya pemanfaatan air tanah. 4. meningkatnya kemampuan pemenuhan kebutuhan air bagi rumah tangga, permukiman, pertanian, dan industri dengan prioritas utama untuk kebutuhan pokok masyarakat dan pertanian rakyat. 5. berkurangnya dampak bencana banjir dan kekeringan. 6. terkendalinya pencemaran air. 7. terlindunginya daerah pantai dari abrasi air laut. 8. meningkatnya partisipasi aktif masyarakat. 9. meningkatnya kualitas koordinasi dan kerjasama antar instansi. 10. terciptanya pola pembiayaan yang berkelanjutan. 11. tersedianya data dan sistem informasi yang aktual, akurat dan mudah diakses. 12. pulihnya kondisi sumber-sumber air dan prasarana sumber daya air, ketersediaan air baku bagi masyarakat, pengendalian banjir terutama pada daerah perkotaan. c. Arah Kebijakan Pengelolaan sumber daya air dilaksanakan dengan memperhatikan keserasian antara konservasi dan pendayagunaan, antara hulu dan hilir, antara pemanfaatan air permukaan dan air tanah, antara pengelolaan demand dan supply, serta antara pemenuhan kepentingan jangka pendek dan kepentingan jangka panjang. Pada masa lalu fokus pembangunan lebih ditujukan pada pendayagunaan. Ke depan upaya konservasi akan lebih diutamakan sehingga akan terjadi keseimbangan antara upaya untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek dan upaya untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang. Selain itu, pola hubungan hulu-hilir akan terus dikembangkan agar tercapai pola pengelolaan yang lebih berkeadilan. Pengembangan dan penerapan sistem conjuctive use antara pemanfaatan air permukaan dan air tanah akan digalakkan terutama untuk menciptakan sinergi dan menjaga keberlanjutan ketersediaan air tanah. Untuk itu, pemanfaatan air tanah akan dibatasi, terutama untuk pemenuhan kebutuhan air baku rumah tangga dan usaha pertanian yang secara finansial mempunyai prospek menguntungkan. Upaya yang terlalu menitikbertakan pada sisi penyediaan (supply) terbukti kurang efisien dan efektif dalam rangka memecahkan masalah pengelolaan sumber

Bab IV - 131.

daya air. Untuk itu, upaya tersebut perlu disertai dengan upaya melakukan rasionalisasi permintaan dan penggunaan air melalui demand management. Pendekatan vegetatif dalam rangka konservasi sumber-sumber air adalah hal yang sangat perlu dilakukan karena begitu penting fungsi vegetatif dalam konteks lingkungan. Namun disadari bahwa hasil dari upaya vegetatif tersebut bersifat jangka panjang. Untuk itu, dalam 5 (lima) tahun kedepan upaya vegetatif perlu diimbangi upaya-upaya lain, antara lain rekayasa keteknikan, yang lebih bersifat quick yielding. Pembangunan tampungan air berskala kecil akan lebih dikedepankan, sedangkan pembangunan tampungan air dalam skala besar perlu pertimbangan yang lebih hati-hati karena menghadapi masalah yang lebih kompleks, terutama terkait dengan isu sosial dan lingkungan. Pola pembangunan berskala kecil ini akan mengurangi derajat konsentrasi biaya dan resiko pada suatu areal dan penduduk tertentu. Upaya konservasi sumber-sumber air dilakukan tidak hanya untuk melestarikan kuantitas air, tapi juga diarahkan untuk memelihara kualitas air. Selain itu, upaya konservasi air tanah terus akan ditingkatkan dengan pengisian kembali (recharging), pembuatan sumur resapan, atau dengan aplikasi teknologi lain yang tersedia dan layak. Untuk melindungi sumber daya air dan bencana banjir, perlu dilakukan pelestarian situ-situ dan pengamanan daerah aliran sungai. Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi pada lima tahun ke depan difokuskan pada upaya peningkatan fungsi jaringan irigasi yang sudah dibangun tapi belum berfungsi, rehabilitasi pada areal irigasi berfungsi yang mengalami kerusakan, dan peningkatan kinerja operasi dan pemeliharaan. Upaya peningkatan fungsi jaringan akan dilakukan hanya pada areal yang ketersediaan airnya terjamin dan petani penggarapnya sudah siap. Upaya rehabilitasi akan diprioritaskan pada areal irigasi di daerah lumbung padi. Mengingat luasnya jaringan irigasi yang belum berfungsi, maka pada lima tahun ke depan tidak perlu lagi dilakukan upaya pengembangan jaringan sawah beririgasi baru, kecuali menyelesaikan proyek-proyek yang sudah dimulai dan tengah dikerjakan. Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi diselenggarakan dengan berbasis partisipasi masyarakat dalam seluruh proses kegiatan. Untuk mengendalikan kecenderungan meningkatnya alih fungsi lahan, akan dikembangkan berbagai skema insentif kepada petani agar bersedia mempertahankan lahan sawahnya.

Bab IV - 132.

Pendayagunaan sumber daya air untuk pemenuhan kebutuhan air baku diprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga terutama di wilayah rawan defisit air, wilayah tertinggal, dan wilayah strategis. Pemanfaatan air tanah untuk pemenuhan kebutuhan air baku akan dikendalikan dan sejalan dengan itu akan dilakukan pula upaya peningkatan penyediaan air baku dari air permukaan. Pengendalian daya rusak air terutama dalam hal penanggulangan banjir mengutamakan pendekatan non-konstruksi melalui konservasi sumberdaya air dan pengelolaan daerah aliran sungai dengan memperhatikan keterpaduan dengan tata ruang wilayah. Peningkatan partisipasi masyarakat dan kemitraan di antara pemangku kepentingan terus diupayakan tidak hanya pada saat kejadian banjir, tetapi juga pada tahap pencegahan serta pemulihan pasca bencana. Penanggulangan banjir diutamakan pada wilayah berpenduduk padat dan wilayah strategis. Pengamanan pantai-pantai dari abrasi terutama dilakukan pada daerah pusat kegiatan ekonomi. Pengembangan dan pengelolaan sumber daya air memerlukan penataan kelembagaan melalui pengaturan kembali kewenangan dan tanggung jawab masing-masing pemangku kepentingan. Lembaga dewan sumber daya air dan komisi irigasi perlu dibentuk dan diperkuat, yang ditujukan selain sebagai instrumen kelembagaan untuk mengendalikan berbagai potensi konflik air, juga untuk memantapkan mekanisme koordinasi, baik antar institusi pemerintah maupun antara institusi pemerintah dengan institusi masyarakat. Walaupun domain kewenangan pemerintah, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota telah ditetapkan, upaya kerjasama kemitraan antar ketiga tingkatan pemerintah tersebut akan terus didorong agar keterpaduan pengelolaan sumber daya air dalam satu wilayah sungai dapat dijamin. Dalam upaya memperkokoh civil society, keterlibatan masyarakat, BUMN/D dan swasta perlu terus didorong. Peran modal sosial dalam pengelolaan sumber daya air sangat penting, terutama dalam hal mendorong rasa memiliki masyarakat pengguna air, yang merupakan faktor penting untuk menjamin kelanjutan fungsi infrastruktur. Pengembangan modal sosial akan dilakukan dengan pendekatan budaya, terutama untuk menggali dan merevitalisasi kearifan lokal (local wisdom) yang secara tradisi banyak tersebar di masyarakat Indonesia. Kebijakan pengembangan dan pengelolaan sumber daya air perlu didukung dengan ketersediaan data yang tepat, akurat dan dapat diakses dengan mudah oleh pihak-pihak yang memerlukan. Untuk itu, penataan dan penguatan sistem pengolahan data dan informasi sumber daya air dilakukan secara terencana dan dikelola secara berkesinambungan

Bab IV - 133.

sehingga tercipta basis data yang dapat dijadikan dasar acuan perencanaan pengembangan dan pengelolaan sumber daya air. Potensi pemerintah daerah, pengelola, dan pemakai sumber daya air perlu dimanfaatkan seoptimal mungkin. Pelayanan sumber daya air dilakukan dengan memprioritaskan pada penyediaan air baku bagi masyarakat dengan mempertimbangkan kondisi sumber-sumber air permukaan yang tercemar air laut, dan pengendalian banjir dengan pendekatan flood management. Selanjutnya, akan dilakukan upaya mengembalikan fungsi bangunan tampungan air, memfungsikan kembali jaringan irigasi, dan mengamankan pantai dari kerusakan akibat erosi dan sedimentasi dengan lebih mengutamakan pendekatan vegetatif. d. Program Pembangunan Untuk mencapai sasaran umum kebijakan di atas maka dilakukan kegiatankegiatan yang tercakup dalam 5 (lima) program, yaitu: 1. Program Perencanaan Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sumberdaya Air; 2. Program Operasi, Pemeliharaan Dan Pengelolaan Jaringan Irigasi Dan Perairan Umum; 3. Program Pembinaan Dan Pemanfaatan Infrastruktur Perairan Umum; 4. Program Penataan Kelembagaan Pengelolaan Sumberdaya Air,dan 5. Program Pembangunan Sarana Prasarana Pengairan Pengendalian Banjir Dan Pengamanan Pantai.

6.4.9. Peningkatan Infrastruktur Transportasi secara umum berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah. Pada umumnya infrastruktur transportasi mengemban fungsi pelayanan publik dan sebagai industri jasa. Transportasi merupakan sarana yang membantu pergerakan manusia dari suatu tempat ke tempat lainnya, oleh karena itu perlu adanya suatu pengelolaan yang terpadu sehingga membantu kelancaran bagi manusia untuk melakukan pergerakan interaksi fungsional antar pusat kegiatan satu dengan yang lainnya. Sistem jaringan jalan mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap pola perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah, tumpuan pergerakan regional dilayani oleh jaringan pergerakan kendaraan bermotor di jalan raya dan sebagian kereta api.

Bab IV - 134.

Sistem jaringan jalan di Kabupaten Malang secara keseluruhan didominasi oleh transportasi jalan raya dengan sarana dan prasarana yang telah menjangkau seluruh wilayah kecamatan yang ada. Dalam perkembangannya sampai saat ini prasarana transportasi telah ditingkatkan melalui program-program pembangunan jalan dan jembatan serta rehabilitasi jalan dan jembatan yang ada. Pengembangan sistem jaringan prasarana jalan yang terintegrasi di Malang Raya maka Kabupaten Malang telah merencanakan hasil-hasil ekonomi, suatu konsep untuk mendukung dan berusaha dan terciptanya menjamin pemerataan pertumbuhan pembangunan, memperluas meningkatkan kesempatan menyeimbangkan

kesinambungan pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan Propinsi dan Nasional. Melalui pembangunan dan peningkatan prasarana jalan akan terbentuk suatu sistem jaringan yang mampu melayani pendistribusian barang secara efektif serta upaya mengeliminir permasalahan-permasalahan dalam transportasi yang disebabkan oleh aspek prasarana seperti misalnya tidak memadainya akses jalan layang menghubungkan antar wilayah di Kabupaten Malang yang disebabkan oleh kondisi jalan yang masih berupa tanah dan batu, serta kondisi jalan aspal yang rusak dan rusak berat. Secara umum, kendala yang dihadapi sektor transportasi meliputi aspek kapasitas, kondisi, jumlah dan kuantitas orasarana dan sarana fisik, kelembagaan dan peraturan, sumberdaya manusia, teknologi, pendanaan/ investasi, serta manajemen, operasi dan pemeliharaan. Sehingga sasaran umum pembangunan transportasi adalah meningkatnya jumlah dan kualitas pelayanan transportasi, terutama keselamatan transportasi daerah, meningkatnya kualitas pelayanan transportasi yang berkesinambungan dan ramah lingkungan, serta sesuai dengan standar pelayanan yang dipersyaratkan, meningkatnya mobilitas dan distribusi wilayah, meningkatnya pemerataan dan keadilan pelayanan transportasi baik antar wilayah maupun antar golongan masyarakat di perkotaan dan perdesaan, maupun wilayah perbatasan. Selain perhubungan dalam bentuk konkrit seperti jalan dan jembatan, untuk peningkatan aktivitas global masyarakat ekonomi dan sosial juga harus memiliki masyarakat memerlukan sarana jaringan telekomunikasi untuk telekomunikasi untuk meminimalisir biaya dan mempercepat komunikasi. Pada Era memanfaatkan kemajuan teknologi dalam bentuk Information Technology (IT). 6.4.9.1. Prasarana jalan

Bab IV - 135.

Panjang jalan tahun 2005 di Kabupaten Malang adalah sebagai berikut: Jalan Nasional dalam kondisi baik115,63 Km, Jalan Propinsi dalam kondisi baik 118 Km, Jalan Kabupaten 1.476,14 Km, dalam kondisi baik 944,14 Km, dalam kondisi rusak 194,26 Km, dan dalam keadaan rusak berat 337,74 Km, Jalan Kota adalah 191,17 Km, dalam kondisi baik 75,51 Km, dalam keadaan rusak 100,74 Km, dan dalam keadaan rusak berat 14,92 Km, Jalan Desa 5.500 Km, dalam keadaan baik 2.381,1 Km, dan sepanjang 3.121,38 Km merupakan jalan batu dan jalan tanah. Sedangkan jumlah Jembatan 277 buah, panjang 2.299 M, kondisi baik 231 buah, panjang 1.975 M atau 85,91%, kondisi rusak 46 buah, panjang 324 M atau 14,09%. Sedangkan untuk sarana perhubungan khususnya telekomunikasi belum merata menjangkau seluruh Kabupaten Malang walaupun tiap tahun ada pertumbuhan jumlah Satuan Sambungan Telepon (SST) dari tahun ke tahun. a. Permasalahan Berdasarkan telaah dan pengamatan terhadap kondisi prasarana jalan di Kabupaten Malang, maka dapat dirumuskan berbagai permasalahan yang terkait dengan prasarana jalan ini. Permasalahan-permasalahan tersebut adalah: 1. Belum optimalnya pengelolaan prasarana jalan dan jembatan. 2. Masih rendahnya jumlah jalan dan jembatan yang mantap. 3. Masih rendahnya jumlah kapasitas jalan. 4. Masih kurangnya layanan telekomunikasi. 5. Kurangnya sarana dan prasarana transportasi desa miskin yang mantap. 6. Kurang optimalnya kualitas kerja dan kualitas tingkat kompetensi aparatur. 7. Masih rendahnya aksesibilitas sarana dan prasarana jalan yang mendukung sektor Pariwisata. b. Sasaran Pembangunan Sasaran Umum pembangunan prasarana Jalan adalah: 1. Terwujudnya pengelolaan prasarana Jalan dan Jembatan pada ruas jalan di wilayah Kabupaten antara lain: (a) Terbinanya pengelolaan sarana dan prasarana trasportasi; (b) Tersedianya data Jalan dan Jembatan yang mutakhir (Km/Kecamatan); (c) Bertambahnya bangunan pelengkap Trotoar (M/%); (d) Bertambahnya kondisi PJU yang baik (titik/%); (e) Bertambahnya pohon pelindung tepi Jalan (btg). 2. Terwujudnya peningkatan sistem jaringan Jalan dan Jembatan untuk mendukung kawasan potensial ekonomi dalam rangka pengembangan wilayah

Bab IV - 136.

yang antara lain: (a) Terjaga/bertambahnya kondisi jalan yang baik/mantap (Km/%); (b) Bertambahnya jumlah panjang Jembatan yang mantap (Km/%). 3. Terwujudnya peningkatan daya dukung serta kapasitas ruas Jalan yang memadai ditandai dengan: (a) Bertambahnya jaringan dan panjang ruas jalan yang meningkat kapasitasnya (Km/%) 4. Terwujudnya sarana dan prasarana transportasi yang menunjang pengembangan Desa miskin ditandai oleh: (a) Bertambahnya prasarana transportasi Desa miskin yang mantap (Km/%). 5. Terwujudnya kualitas kerja dan kualitas tingkat kopentensi aparatur yang baik ditandai oleh: (a) Meningkatnya dukungan peralatan kantor dan komputer(unit); (b) Meningkatnya kemampuan teknis aparatur. 6. Terwujudnya aksesibilitas sarana dan prasarana jalan yang menunjang pariwisata, hal ini akan ditandai oleh bertambahnya panjang jalan penunjang pariwisata yang mantap. 7. Tercapainya pemerataan layanan telekomunikasi di seluruh Kabupaten Malang. c. Arah Kebijakan Arah kebijakan pembangunan prasarana Jalan, Jembatan dan Sarana Telekomunikasi di Kabupaten Malang Adalah: 1. Meningkatkan pengelolaan prasarana jalan dan jembatan. 2. Penanganan seluruh ruas Jalan dan Jembatan dengan mengutamakan pemeliharaan rutin dan berkala. 3. Meningkatkan daya dukung dan kapasitas Jalan dan Jembatan untuk mengatasi pertumbuhan lalu lintas. 4. Membangun prasarana transportasi yang medukung pengembangan Desa miskin. 5. Meningkatkan profesionalisme dan SDM bidang penyelenggara prasarana Jalan dan Jembatan. 6. Membangun sistem jaringan Jalan yang menunjang kawasan strategis potensial dan pariwisata. 7. Meningkatkan pelayanan telekomunikasi di seluruh wilayah kecamatan d. Program Pembangunan 1. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan. 2. Program Peningkatan/Pembangunan Jalan dan Jembatan. 3. Program Pengembangan dan Tata Laksana terkait kebinamargaan 4. Peningkatan Pelayanan Telekomunikasi.

Bab IV - 137.

6.4.9.2. Transportasi Darat dan Perhubungan 6.4.9.2.1. Lalu Lintas Angkutan Jalan Angkutan jalan merupakan alat transportasi utama yang berperan penting dalam mendukung pergerakan barang dan manusia, serta mempunyai kontribusi terbesar dalam menampung pangsa angkutan dibandingkan yang lain. a. Permasalahan 1. Masih kurangnya tingkat kesadaran masyarakat di Jalan. 2. Perkembangan jumlah kendaraan yang tidak seimbang dengan kapasitas jalan. 3. Belum optimalnya dalam penataan strategi manajemen dan rekayasa lalu lintas. b. Sasaran Pembangunan 1. Berkurangnya angka kecelakaan lalu lintas jalan raya. 2. Terpenuhinya persyaratan teknis dan laik jalan. 3. Menurunnya tingkat pelanggaran lalu lintas. c. Arah Kebijakan 1. Peningkatan keselamatan lalu lintas jalan secara komphrehensif dan terpadu dari berbagai aspek (perencanaan, pembinaan dan penegakan hukum, penanganan dampak kecelakaan dan daerah rawan kecelakaan, sistem informasi kecelakaan lalu lintas dan kelaikkan sarana serta izin pengemudi. 2. Meningkatkan manajemen dan rekayasa lalu lintas serta tentang pelayanan operasional transportasi. 3. Peningkatan pembinaan teknis pengguna transportasi yang berkelanjutan. d. Program Pembangunan pembinaan teknis

1. Program Pengelolaan Sarana dan Prasarana Tranportasi Darat. 2. Peningkatan Standart Keselamatan dan Keamanan Sarana dan Prasarana LLAJ. 3. Peningkatan Ketertiban, Pengawasan Lalu Lintas dan Laik Jalan Kendaraan
Bermotor.

4. Pembinaan/Peningkatan SDM Pengguna Transportasi Jalan. 5. Program Pembangunan, Rehabilitasi, Pemeliharaan Prasarana, Fasilitas.
Transportasi dan Penataan Lalu Lintas Angkutan Jalan. 6.4.9.2.2. Jalan Rel (Kereta Api)

Bab IV - 138.

Angkutan Kereta Api merupakan alat transportasi utama yang berperan penting untuk memperlancar perpindahan orang dan/atau barang secara masal, menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas serta pendorong penggerak pengembangan daerah/wilayah. a. Permasalahan Keterbatasan kondisi prasarana jalan rel kereta api (rel, bantalan, jembatan KA dan sistem pensinyalan dan telekomunikasi KA) yang telah melampaui batas umur teknis, pemeliharaan/perawatan yang terbatas. b. Sasaran Pembangunan 1. Peningkatan kinerja pelayanan terutama keselamatan angkutan kereta api dan penanganan keamanan operasi pada sepanjang lintas jalan rel kereta api. 2. Terpenuhinya kelancaran mobilisasi fasilitas pergantian antar moda angkutan barang dan jasa. c. Arah Kebijakan 1. Meningkatkan keselamatan angkutan kereta api dan kualitas pelayanan melalui melalui pemulihan kondisi pelayanan prasarana dan sarana angkutan perkeretaapian. 2. Meningkatkan peran angkutan perkeretaapian dan strategi pelayanan angkutan yang lebih berdaya saing secara antarmoda dan intermoda. d. Program Pembangunan

1. Program Pembangunan, Rehabilitasi, Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas


Perkeretaapian. 6.4.9.3. Transportasi Laut Transportasi laut mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan perokonomian Kabupaten Malang. Peranan itu adalah meningkatnya pangsa pelayaran laut baik pada angkutan dalam negeri maupun ekspor-impor. a. Permasalahan Terbatasnya dukungan sarana dan prasarana, tingkat aksesibilitas dan kemampuan pendanaan guna pengembangan moda angkutan laut. b. Sasaran Pembangunan 1. Terpenuhinya standar dermaga/pelabuhan. c. Arah Kebijakan 1. Meningkatkan peran sarana dan prasarana angkutan laut.

Bab IV - 139.

d. Program Pembangunan 1. Pembangunan dan Rehabilitasi Fasilitas Penunjang Dermaga/Pelabuhan. 6.4.9.4. Transportasi Udara Transportasi udara memiliki keunggulan komparatif apabila dibandingkan dengan transportasi yang lain, sekaligus menjadi sarana transportasi bagi wisatawan, pengusaha dan masyarakat. a. Permasalahan 1. Terbatasnya dukungan sarana dan prasarana, tingkat aksesibilitas dan kemampuan pendanaan guna pengembangan moda angkutan udara. b. Sasaran Pembangunan 1. Terjaminnya c. Arah Kebijakan 1. Memenuhi stabdar keamanan dan keselamatan penerbangan yang dikeluarkan oleh International Civil Aviation Organization. d. Program Pembangunan 1. Program Pembangunan, Transportasi Udara. Rehabilitasi, Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas keselamatan, kelancaran dan kesinambungan pelayanan transportasi udara.

6.4.10. Pembangunan Infrastruktur Perumahan dan Permukiman Pemenuhuhan kebutuhan masyarakat akan hunian yang layak dan sehat merupakan salah satu tujuan utama pembangunan perumahan dan permukiman. Pemenuhan kebutuhan rumah antara lain dilakukan oleh masyarakat secara swadaya berkisar 70% s/d 80% dan sisanya oleh Perumnas,REI dan swasta lainnya. Selain terbatasnya ketersediaan perumahan dan permukiman yang perlu mendapatkan perhatian, tumbuhnya permukiman kumuh antara lain disebabkan oleh keterbatasan kemampuan ekonomi masyarakat sehingga mereka mengisi ruang-ruang yang illegal di pusat-pusat perkotaan yang kerap tidak diiringi dengan penyediaan fasilitas pelayanan bagi rumah-rumah masyarakat tersebut. 6.4.10.1. Perumahan a. Permasalahan

1. Masih kecilnya investasi perumahan untuk masyarakat (perumnas dan real


estate) sedangkan kebutuhan akan rumah semakin meningkat.

Bab IV - 140.

2. Terbatasnya kemampuan pemerintah daerah untuk mendukung penyediaan


perumahan beserta sarana dan prasarananya.

3. Masih banyaknya rumah tidak layak huni, dan terbatasnya kemampuan


masyarakat berpenghasilan rendah akan tempat tinggal dan lingkungan hunian yang sehat. b. Sasaran Pembangunan

1. Terwujudnya pemenuhan kebutuhan masyarakat di Kabupaten Malang akan


hunian yang layak dan sehat.

2. Terciptanya masyarakat yang produktif secara ekonomi dan berkemampuan


untuk mewujudkan lingkungan pernukiman yang sehat, harmonis dan berkelanjutan.

3. Tercapainya penurunan luasan kawasan pemukiman kumuh.


c. Arah Kebijakan

1. Mendorong pembangunan perumahan yang bertumpu pada kemandirian


(swadaya) kelompok masyarakat. d. Program Pembangunan Untuk mencapai sasaran dan arah kebijakan sebagaimana disebutkan diatas maka kegiatan-kegiatan pokok akan dilakukan melalui program-prgram sebagai berikut: 1. Program Pengembangan Perumahan Rakyat. 6.4.10.2. Fasilitas Penanggulangan Bahaya Kebakaran Fasilitas ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sarana dan prasarana infrastruktur pemadam kebakaran di lingkungan permukiman rakyat yang padat dan kumuh. a. Permasalahan 1. Terbatasnya sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran dilingkungan permukiman. b. Sasaran Pembangunan 1. Tertanggulanginya jumlah korban kebakaran. c. Arah Kebijakan 1. Terwujudnya lingkungan permukiman masyarakat yang dilengkapi oleh sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran. d. Program Pembangunan

Bab IV - 141.

1. Program Peningkatan dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana PPBK (Program Penanggulangan Bahaya Kebakaran). 6.4.10.3. Air Bersih/Air Minum Pembangunan sarana dan prasarana air minum yang telah dilakukan mengalami banyak kemajuan, namun cakupan pelayanan air minum masih jauh dari memadai, terlebih di daerah perdesaan hanya mencapai 5,5% a. Permasalahan 1. Masih rendahnya tingkat pelayanan air minum bagi masyarakat perdesaan dan perkotaan. b. Sasaran Pembangunan

1. Meningkatnya pelayanan air minum Perdesaan. 2. Meningkatnya pelayanan air minum Perkotaan.
c. Arah Kebijakan 1. Meningkatkan peranserta seluruh stakeholder dalam upaya mencapai sasaran target cakupan pelayanan air minum di perkotaan dan pedesaan. 2. Meningkatkan kinerja pengelolaan air minum di perkotaan dan pedesaan. d. Program Pembangunan 1. Program Pengembangan Pelayanan Air Minum Perkotaan dan Perdesaan. 2. Program Peningkatan Layanan Air Bersih. 6.4.10.4. Air Limbah Domestik (Sanitasi) Pembangunan sarana dan prasarana penyehatan lingkungan (sanitasi) yang telah dilakukan mengalami banyak kemajuan, namun demikian untuk prasarana dan sarana pengolahan air limbah dasar belum mencapai hasil yang optimal. a. Permasalahan 1. Masih besarnya angka penyakit yang ditimbulkan akibat buruknya sanitasi lingkungan. 2. Masih rendahnya penyediaan sarana sanitasi yang memenuhi syarat. 3. Semakin menurunnya kualitas air permukaan yang merupakan bagian hulu dari buangan air limbah domestik. b. Sasaran Pembangunan 1. Meningkatnya jumlah sarana dan prasarana air limbah yang memenuhi syarat. c. Arah Kebijakan

1. Meningkatkan cakupan pelayanan sarana dan prasarana sanitasi di perdesaan.

Bab IV - 142.

2. Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat dalam realisasi


pembangunan dan pengelolaan sarana dan prasarana sanitasi. d. Program Pembangunan

1. Program Pengembangan dan Pengelolaan PS Sanitasi (air limbah domestik).


6.4.10.5. Persampahan Pembangunan sarana dan prasarana penyehatan lingkungan (sampah) yang telah dilakukan mengalami banyak kemajuan, namun demikian untuk sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten Malang belum mencapai hasil yang optimal. a. Permasalahan

1. Masih rendahnya tingkat pelayanan kebersihan/persampahan. 2. Masih rendahnya dukungan sarana dan prasarana dasar pengelolaan kebersihan:
Alat angkut - sarana pemindahan - TPA yang memenuhi syarat

3. Masih

rendahnya

tingkat

partisipasi

masyarakat

terhadap

pengelolaan

kebersihan. b. Sasaran Pembangunan

1. Meningkatnya pelayanan kebersihan perkotaan.


c. Arah Kebijakan

1. Meningkatkan upaya realisasi pembangunan dan pengelolaan sampah. 2. Meningkatkan peranserta dan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan dan
pemeliharaan sarana persampahan, serta kesadaran berperilaku hidup bersih dan sehat. d. Program Pembangunan

1. Program Pengembangan dan Pengelolaan Kebersihan (persampahan). 2. Program Peningkatan Kebersihan dan Pertamanan.
6.4.10.6. Drainase a. Permasalahan 1. Masih banyaknya kawasan/daerah yang rawan banjir akibat hujan sesaat. 2. Masih rendahnya PSD drainase yang memenuhi syarat dan mendukung keindahan kawasan perkotaan dan perdesaan. b. Sasaran Pembangunan

1. Menurunnya daerah genangan akibat hujan.


c. Arah Kebijakan 1. Meningkatkan peran serta seluruh stakeholder dalam mencapai sasaran pembangunan drainase guna pengendalian banjir. d. Program Pembangunan

Bab IV - 143.

1. Program

Pengembangan

dan

Normalisasi

Saluran

Drainase

Lingkungan

Permukiman. 6.4.10.7. Jalan Lingkungan a. Permasalahan 1. Masih rendahnya PSD Jalan Lingkungan yang mendukung lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat. b. Sasaran Pembangunan 1. Meningkatnya prasarana jalan lingkungan yang layak. c. Arah Kebijakan 1. Meningkatkan peran serta seluruh stakeholder dalam mencapai sasaran pembangunan jalan lingkungan. d. Program Pembangunan 1. Program Pengembangan dan Peningkatan Jalan Lingkungan. 6.4.10.8. Pembangunan Gedung/Kantor Pemerintahan a. Permasalahan 1. Terbatasnya gedung dan fasilitas pemerintahan. b. Sasaran Pembangunan 1. Meningkatkan jumlah sarana dan prasarana pemerintahan. c. Arah Kebijakan PembangunanPembangunan 1. Terwujudnya kompleks perkantoran Pemerintah yang memadai. d. Program Pembangunan

1. Program Pembangunan Gedung Pemerintah dan Jasa Konstruksi. 2. Program Pengembangan Sarana dan Prasarana Perdesaan dan Perkotaan.
6.4.10.9. Taman Kota dan Assesoris Keindahan Kota a. Permasalahan

1. Masih rendahnya sarana taman kota guna mendukung keindahan kota. 2. Masih rendahnya sarana dan prasarana asesoris kota yang mendukung keindahan
kota. b. Sasaran Pembangunan 1. Terpeliharanya asesoris keindahan kota. c. Arah Kebijakan Pembangunan 1. Terwujudnya lingkungan perkotaan yang indah dan asri. d. Program Pembangunan 1. Program Pengembangan dan Pengelolaan Asesoris Keindahan Kota. 6.4.10.10. Fasilitas Olah Raga (Stadion)

Bab IV - 144.

a. Permasalahan 1. Perlunya pemeliharaan dan peningkatan manajemen pengelolaan stadion. b. Sasaran Pembangunan 1. Terpeliharanya fasilitas olahraga. c. Arah Kebijakan Pembangunan 1. Terwujudnya masyarakat yang sehat dengan berolahraga. d. Program Pembangunan 1. Program Peningkatan dan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Olah Raga. 6.4.11. Percepatan pemerataan pembangunan infrastruktur energi dan ketenagalistrikan 6.4.11.1. Energi a. Permasalahan

1. Ketergantungan pada minyak bumi yg masih besar sedangkan cadangannya


sedikit.

2. Masih rendahnya pemanfaatan energi terbaharukan (air, angin, biomassa,


biogas, panas bumi, matahari dan gelombang laut) untuk mengurangi ketergantungan pada minyak bumi. b. Sasaran Pembangunan 1. Pemenuhan kebutuhan energi bagi masyarakat. c. Arah Kebijakan Pembangunan 1. Meningkatkan kebutuhan energi bagi masyarakat. d. Program Pembangunan 1. Penguasaan, pengembangan migas dan energi lainnya serta aplikasi teknologi energi, 6.4.11.2. Ketenagalistrikan a. Permasalahan

1. Kebutuhan listrik yang lebih besar dari potensi yang ada. 2. Kurangnya pemanfaatan energi alternatif (microhidro, biomassa,tenaga surya,
tenaga angin) sebagai tenaga listrik yg masih menggunakan BBM.

3. Kurangnya mengembangkan Pembangkit Skala Kecil (PSK) listrik perdesaan.


b. Sasaran Pembangunan

1. Pemenuhan kebutuhan energi listrik di pedesaan.


c. Arah Kebijakan Pembangunan 1. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan listrik di pedesaan. d. Program Pembangunan 1. Penguasaan dan pengembangan aplikasi serta teknologi ketenaga listrikan.

Bab IV - 145.

6.4.12. Perencanaan dan Pengendalian Tata Ruang Tata Wilayah a. Permasalahan

1. Perkembangan

Kota

Malang

dan

penduduk

yang

sangat

pesat

serta

mengantisipasi perkembangan spasial wilayah Kota Surabaya ke arah Malang khususnya sektor industri, perdagangan dan jasa

2. Lemahnya pengendalian dan pengawasan pemanfaatan ruang daerah.


b. Sasaran Pembangunan

1. Tersedianya produk tata ruang yang sesuai dengan perkembangan wilayah 2. Meningkatnya kesesuaian pemanfaatan tata ruang
c. Arah Kebijakan Pembangunan

1. Terwujudnya pemerataan dan pemanfaatan ruang yang terpadu dalam


mengantisipasi perkembangan penduduk dan perkembangan wilayah pedesaan.

2. Tercapainya keseimbangan pemanfaatan ruang antara perkotaan dan pedesaan. 3. Meningkatnya pengendalian dan pengawasan pemanfaatan ruang daerah
pedesaan dan perkotaan. d. Program Pembangunan

1. Perencanaan Tata Ruang. 2. Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang.

Strategi 5. Pengentasan Kemiskinan, Pengangguran dan Perbaikan Iklim Ketenaga Kerjaan Kebijakan: 1. Pengentasan Kemiskinan dan Pengangguran 2. Perbaikan Iklim Ketenagakerjaan 3. Pengembangan Kependudukan Dan Keluarga Kecil Berkualitas

6.5. Kemiskinan Pengangguran dan Perbaikan Iklim Ketenagakerjaan Dalam kemiskinan pengangguran dan perbaikan iklim ketenagakejaan ini terdapat beberapa aspek yang menjadi perhatian, antara lain: 6.5.1. Pengentasan Kemiskinan dan Pengangguran

Bab IV - 146.

Kemiskinan merupakan masalah kompleks sebagai akibat dari berbagai faktor yang saling berhubungan, antara lain: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, dan kondisi lingkungan. Dengan demikian Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Kompleksitas masalah kemiskinan tentu tidak bisa dijawab melalui program pembangunan yang bersifat parsial apalagi kontradiktif, tetapi diperlukan sebuah rumusan kebijakan yang bersifat holistik, dimana ada keterkaitan satu sama lain meskipun tidak bisa menghindari pendekatan sektoral. Rumusan kebijakan pembangunan hendaknya disatukan oleh dua isu sentral dan mendasar yaitu penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja. Program yang khusus ditujukan untuk mengatasi masalah kemiskinan diorientasikan pada upaya peningkatan pendapatan dan pengurangan beban masyarakat miskin melalui pendekatan pemberdayaan usaha, pemberdayaan manusia dan pemberdayaan lingkungan. Implementasi pendekatan program disesuaikan dengan kondisi potensi dan masalah yang dihadapi oleh masyarakat miskin setempat dengan menghindari penyeragaman program. Variabel makro ekonomi mempunyai andil yang sangat besar. Tingginya laju inflasi, rendahnya investasi, disparitas pertumbuhan ekonomi antar daerah dan antara desa dengan perkotaan serta aksesibilitas sumber-sumber ekonomi, secara langsung akan mempengaruhi kerawanan tingkat kemiskinan. Tercatat jumlah keluarga miskin menurut pendataan BPS dalam rangka Bantuan Langsung Tunai (BLT) pada tahun 2005 angka sementara sejumlah 154.190 RTM. Diharapkan pada tahun 2006 akan turun. Dalam upaya Pengentasan Kemiskinan, langkah-langkah yang telah dilakukan antara lain: memberikan bantuan modal melalui pinjaman lunak, Masyarakat, pendampingan Program peningkatan akses pada masyarakat Pengembangan Kecamatan (PPK), miskin, pengadaan sarana air bersih, pendampingan Program Pemberdayaan pendampingan Program Pengentasan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), penunjang OPK Raskin dan pembinaan dalam pengembangan ekonomi kerakyatan. Kebijakan pengurangan subsidi BBM menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa yang berakibat pada turunnya daya beli masyarakat, khususnya masyarakat miskin. Program dana kompensasi untuk penanggulangannya telah berjalan dengan baik di Kabupaten Malang. Disamping program-program yang bersifat penyelamatan

Bab IV - 147.

atau

jangka

pendek,

juga

telah

diimplementasikan

program

lain

untuk

penanggulangan kemiskinan yang bersifat jangka panjang dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat. Dengan mempertimbangkan dampak dari pengurangan Subsidi BBM akan dilakukan upaya-upaya mengatasi kemiskinan dan pengangguran dalam jangka pendek diantaranya dengan Program Padat Karya dan lebih mengoptimalkan Kerjasama dengan Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Pusat. a. Permasalahan Penanganan masyarakat miskin di Kabupaten Malang belum terpadu antara leading sector yang bertanggung jawab dalam hal tersebut. Sejumlah permasalahan mendasar lain yang terjadi dalam penanganan masyarakat miskin adalah belum tersedianya data base yang jelas dan selalu diperbaharui. Belum jelasnya standar/ukuran dalam menentukan masyarakat miskin, termasuk belum tersedianya data tentang latar belakang dan pemicu kemiskinan. Program-program pengentasan kemiskinan terlalu bergantung pada program pemerintah Propinsi dan atau Pusat karena program-program yang disebutkan di atas belum dapat diukur efektivitasnya dalam upaya pengentasan kemiskinan. b. Sasaran Pembangunan Sasaran penanggulangan kemiskinan terkait dengan sasaran pembangunan yang tercantum dalam agenda lain adalah: 1. Menurunnya persentase penduduk yang sebesar 1,5%. 2. Terbukanya kesempatan kerja dan berusaha. 3. Terbukanya akses permodalan dalam menciptakan dan mengembangkan usaha. 4. Peningkatan kapasitas kelembagaan desa dan kapasitas kelompok masyarakat (Pokmas) dalam mengelola usaha baik secara mandiri maupun kolektif. 5. Terbukanya akses masyarakat miskin dalam pemanfaatan SDA dan terjaganya kualitas lingkungan hidup. c. Arah Kebijakan Pembangunan Dengan memahami kompleksitas masalah kemiskinan dan kerentanan yang ada pada setiap proses upaya pengentasannya, menyadarkan kita betapa pemecahan masalah ini tidak bisa dilakukan secara sektoral, tetapi multi dimensi dalam program lintas pembangunan yang menyangkut sinergitas peran pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. Secara umum kebijakan pembangunan Pemerintah Kabupaten Malang diarahkan pada: 1. Mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha melalui kebijakan yang mampu mengentaskan kemiskinan. berada dibawah garis kemiskinan

Bab IV - 148.

2. Peningkatan akses dan layanan permodalan dan pengembangan usaha bagi masyarakat miskin dengan memberikan skim khusus (bunga rendah) tetapi tetap memperhatikan mekanisme pasar yang ada. 3. Pemeliharaan dan pengembangan kesempatan kerja yang didukung oleh tenaga kerja yang terampil dalam suasana hubungan kerja yang harmonis antar pelaku produksi, adanya perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja serta peningkatan upah buruh berdasarkan standar kebutuhan hidup minimal. 4. Pengembangan potensi wilayah baik pada daerah pesisir, sekitar hutan, persawahan, pertambakan, dan daerah-daerah sekitar kawasan industri dengan mengembangkan produk unggulan yang spesifik dan kompetitif serta mempunyai dampak langsung terhadap percepatan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. 5. Pemenuhan kebutuhan infrastruktur dasar dan sarana ekonomi sesuai dengan karakteristik kebutuhan, sehingga mampu membuka akses dan meningkatkan peluang kelompok masyarakat miskin untuk meningkatkan produktivitas sesuai dengan basis mata pencahariannya. d. Program Pembangunan Program-program yang akan diimplementasikan dalam penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Malang adalah: 1. Program Gardu Taskin. 2. Program Pemenuhan Pelayanan Dasar Bagi Masyarakat Miskin. 3. Program Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Bagi Masyarakat Miskin. 4. Program Pengembangan Infrastruktur Perdesaan bagi Masyarakat Miskin. 5. Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Desa. 6.5.2. Perbaikan Iklim Ketenagakerjaan Stabilitas ekonomi yang semakin membaik dari tahun ke tahun memang dapat mendorong kinerja bidang lainnya. Namun demikian hal tersebut tidak seimbang dengan ketersediaan lapangan kerja bagi para angkatan kerja di Kabupaten Malang. Akibatnya peningkatan angka pertumbuhan ekonomi diikuti dengan peningkatan jumlah pengangguran. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menggambarkan persentase

penduduk usia kerja yang menjadi angkatan kerja pada periode tertentu. TPAK dihitung dari perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk usia kerja, hasilnya fluktuatif. Tahun 2002 sebesar 67,55% dan tahun 2004 turun menjadi 66,35% yang berarti terjadi kenaikan angka pengangguran.

Bab IV - 149.

Dalam mengatasi masalah meningkatnya jumlah angkatan kerja Pemerintah Kabupaten Malang telah melakukan beberapa upaya khususnya untuk menstimulasi munculnya lapangan pekerjaan baru dan mempersiapkan pencari kerja agar siap pakai, dengan cara menempatkan tenaga kerja melalui program Antar Kerja Lokal (AKL), program Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) dan program Antar kerja Antar Negara (AKAN). a. Permasalahan Bidang Ketenagakerjaan di Kabupaten Malang masih dihadapkan pada berbagai permasalahan mendasar yang memerlukan perhatian dan keterpaduan penanganan antara lain: (1) Masih banyaknya jumlah penganggur dan setengah penganggur; (2) Terbatasnya kesempatan kerja; (3) Belum optimalnya pelayanan pencari kerja di kecamatan; (4) Belum optimalnya informasi Pasar kerja (IPK) dan Bursa kerja ; (5) Relatif redahnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja; (6) Pelatihan kerja dan standar kualifikasi tenaga kerja belum memenuhi kebutuhan pasar kerja; (7) Terbatasnya pengelolaan sumberdaya pelatihan dan lembaga pelatihan kerja baik Pemerintah maupun swasta. b. Sasaran Pembangunan Sasaran yang hendak dicapai berkaitan dengan upaya perbaikan iklim

ketenagakerjaan dalam lima tahun mendatang antara lain: 1. Kenaikan jumlah calon tenaga kerja yang dilatih dan diterima di dunia kerja. 2. Naiknya jumlah penempatan tenaga kerja. 3. Penurunan angka kasus perselisihan antara pekerja dengan pengusaha. 4. Kenaikan jumlah perusahaan yang melaksanakan Undang-undang Ketenagakerjaan. 5. Kenaikan jumlah transmigran. c. Arah Kebijakan Pembangunan Arah Kebijakan yang ditempuh untuk menciptakan lapangan kerja formal dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja dilaksanakan dengan: 1. Menciptakan kesempatan kerja melalui investasi. Dalam hal ini Pemerintah akan menciptakan iklim usaha yang kondusif dengan peningkatan investasi. Iklim usaha yang kondusif memerlukan stabilitas ekonomi, politik dan keamanan, biaya produksi yang rendah, kepastian hukum serta peningkatan ketersediaan infrastruktur.

Bab IV - 150.

2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang dilakukan antara lain dengan pelatihan ketrampilan yang berbasis kompetensi. 3. Mengoptimalkan program-program perluasan kesempatan kerja yang dilakukan oleh pemerintah, antara lain adalah program Padat Karya Produktif, pengembangan UKM dan sektor informal produktif, koordinasi dengan PJTKI untuk penempatan tenaga kerja ke luar negeri, serta program-program pengentasan kemiskinan. 4. Peningkatan fungsi Lembaga Bipartit dan Tripartit. 5. Mendukung pelaksanaan transmigrasi. d. Program Pembangunan Program Pembangunan Perbaikan iklim ketenagakerjaan di Kabupaten Malang pada lima tahun ke depan adalah: 1. Program Peningkatan Kualitas Dan Produktivitas Tenaga Kerja. 2. Program Penempatan dan Pengembangan Kesempatan Kerja. 3. Program Peningkatan Kesejahteraan dan Perlindungan Tenaga Kerja. 6.5.3 Pembangunan Sistim Administrasi Kependudukan dan Keluarga Kecil Berkualitas Sesuai amanat pasal 13 ayat (1) dan pasal 14 ayat (1) huruf I Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemeritahan Daerah, disebutkan bahwa pelayanan kependudukan dan catatan sipill merupakan urusan wajib yang kewenangan pemerintah daerah propinsi dan kabupaten/kota, menjadi dalam

pelaksanaannya diperlukan pembinaan oleh pemerintah. Pembinaan tersebut sesuai pasal 217 huruf b Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 berupa pemberian pedoman dan standar pelaksanaan urusan pemerintahan. Sejalan dengan arah penyelenggaraan administrasi kependudukan tersebut maka pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil sebagai sub-sub pilar dari administrasi kependudukan perlu ditandatangani sebaik-baiknya agar dapat memberikan manfaat dalam perbaikan pemerintahan dan pembangunan. Dengan mengacu pada kebijakan tersebut, pembangunan administrasi kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil berkualitas merupakan agenda penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Peran administrasi kependudukan yang di dalamnya mencakup antara lain pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil dalam pembangunan adalah

Bab IV - 151.

pendayagunaan data dan informasi sesuai dengan kebutuhan penduduk dan kondisi daerah, selain itu data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil berupa statistik kependudukan dan laporan-laporan merupakan aset bangsa yang sangat berharga karena dapat didayagunakan oleh semua pihak baik untuk kepentingan pelayanan publik maupun perencanaan pembangunan yang berwawasan kependudukan. Sedangkan dalam konteks mewujudkan keluarga kecil berkualitas, perlu dilakukan melalui pengendalian kuantitas penduduk serta peningkatan kualitas insani dan sumber daya manusia dengan pola pemberdayaan keluarga, kesehatan reproduksi remaja dan keluarga berencana melalui sasaran pengendalian kelahiran, memperkecil kematian, dan peningkatan kualitas program KB. a. Permasalahan Permasalahan 1. Belum pembangunan dibidang administrasi kependudukan dan

keluarga kecil berkualitas di Kabupaten Malang, antara lain: optimalnya koordinasi pelaksanaan kebijakan administrasi Kependudukan. 2. Belum optimalnya database kependudukan dan belum tertibnya pencatatan serta pelaporan data kependudukan. 3. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap arti pentingnya manfaat tertib administrasi kependudukan dan pencatatan sipil. 4. Kurang optimalnya pelayanan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil. 5. Rendahnya kualitas dan cakupan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. 6. Rendahnya pemahaman dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja. 7. Rendahnya pelayanan kontrasepsi bagi keluarga miskin (Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera-1). 8. Rendahnya keikutsertaan kaum pria dalam ber-KB. b. Sasaran Pembangunan Sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan di bidang administrasi kependudukan dan keluarga kecil berkualitas adalah: 1. Terwujudnya tertib administrasi kependudukan guna mendukung penyediaan dokumen pendaftaran penduduk. 2. Terwujudnya pemahaman masyarakat terhadap arti pentingnya manfaat pendaftaran penduduk dan catatan sipil. 3. Meningkatnya pemahaman dan kualitas pelayanan terhadap masyarakat.

Bab IV - 152.

4. Menurunnya TFR (Totality Fertility Rate) dan menurunnya prosentase Pasangan Usia Subur (PUS) yang tidak terlayani (Unmet Weel). 5. Meningkatnya peserta KB Aktif dan turunnya angka drop out (DO) bagi peserta KB. 6. Menurunnya perkawinan usia muda bagi perempuan di bawah umur 20 tahun. 7. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.

c. Arah Kebijakan Kebijakan pembangunan di bidang administrasi kependudukan dan keluarga berencana diarahkan untuk terwujudnya tertib pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil serta pengendalian pertumbuhan penduduk dan meningkatkan kualitas keluarga kecil berkualitas dengan: 1. Menjadikan faktor kependudukan sebagai titik sentral pembangunan yang berkelanjutan. 2. Terwujudnya pengelolaan data informasi hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil melalui pembangunan SIAK yang mantap untuk akomodasi hakhak kependudukan serta perlindungan sosial. 3. Mengelola sistem dan pelayanan administrasi kependudukan sesuai dengan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (good governance). 4. Menciptakan sistem informasi administrasi kependudukan terpadu berbasis teknologi informasi melalui komitmen berbagai pihak. 5. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan kebutuhan pelayanan pendaftaran penduduk, pencatatan sipil dan keluarga berencana. 6. Menertibkan penyimpanan dokumen pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. 7. Mengikutsertakan pelatihan Diklat guna menciptakan tenaga pelayanan yang terampil dibidang layanan. 8. Mengendalikan tingkat kelahiran penduduk melalui upaya memaksimalkan akses dan kualitas pelayanan KB terutama bagi keluarga miskin dan rentan serta daerah terpencil; peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi bagi pasangan usia subur tentang kesehatan reproduksi; melindungi peserta keluarga berencana dari dampak negatif penggunaan alat dan obat kontrasepsi; peningkatan kualitas penyediaan dan pemanfaatan alat dan obat kontrasepsi

Bab IV - 153.

serta peningkatan pemakaian kontrasepsi yang lebih efektif dan efisien untuk jangka panjang. 9. Meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi remaja dalam rangka menyiapkan kehidupan berkeluarga yang lebih baik, serta pendewasaan usia perkawinan melalui upaya peningkatan pemahaman kesehatan reproduksi remaja; penguatan institusi masyarakat dan pemerintah yang memberikan layanan kesehatan reproduksi bagi remaja; serta pemberian konseling tentang permasalahan remaja. 10. Meningkatkan pemberdayaan dan ketahanan keluarga dalam kemampuan pengasuhan dan penumbuhkembangan anak, peningkatan pendapatan keluarga khususnya bagi keluarga miskin, peningkatan kualitas lingkungan keluarga. 11. Memperkuat kelembagaan dan jejaring pelayanan KB bekerjasama dengan masyarakat luas, dalam upaya pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk dan pembudayaan keluarga kecil berkualitas.

d. Program Pembangunan Program yang akan ditempuh dalam Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Kecil Berkualitas adalah: 1. Program Keluarga Berencana. 2. Program Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga. 3. Program Penguatan Pelembagaan Keluarga Kecil Berkualitas. 4. Program Penataan Administrasi Kependudukan. 5. Program Pengembangan Mobilitas Penduduk.

Strategi 6. Peningkatan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan Kebijakan: 1. Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan 2. Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan 3. Pembinaan Pemuda dan Olah Raga

6.6. Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan Dalam peningkatan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan terdapat beberapa aspek yang menjadi sasaran perhatian antara lain:

Bab IV - 154.

6.6.1. Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Dunia pendidikan menghadapi tiga tantangan besar: pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut untuk dapat mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai. Kedua, dalam menghadapi era global dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten agar output-nya mampu bersaing dalam pasar kerja global. Ketiga, sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, perlu dilakukan penyesuaian untuk mewujudkan proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keberagaman kebutuhan/keadaan daerah dan peserta didik, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat. Pembangunan Pendidikan merupakan prioritas pembangunan nasional

dengan demikian secara otomatis juga merupakan prioritas pembangunan di daerah. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia mengandung makna, bahwa peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan faktor penentu bagi pemantapan kesiapan menyongsong tantangan kedepan yang semakin berat dan komplek. Dalam rangka meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa, setiap warga negara berhak mendapatkan layanan pendidikan. Sebagai konsekuensi dari komitmen tersebut, setiap warga negara tanpa mengenal latar belakang, baik yang normal maupun yang berkelainan, serta yang berkemampuan cerdas maupun yang rendah, memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu setidak-tidaknya selama 9 tahun. Potensi di bidang pendidikan adalah jumlah Taman Kanak-kanak (TK) swasta 922 unit, SD/MI/swasta 1.459 unit, SLTP/MTS/Swasta 412 unit, SLTA/MA/Swasta 159 unit, jumlah guru negeri/swasta 26.511 orang dengan jumlah murid TK/siswa 446.078 orang. Rasio Guru dengan murid 1 : 17, namun rasio khusus guru negeri 1 : 40. Beberapa sekolah unggulan seperti Sekolah Menengah Kejuruan Keteknikan dengan kualifikasi Nasional dan Sekolah Menengah Kelautan bekerjasama dengan Departemen Kelautan dan Perikanan. Perkembangan Pembangunan Pendidikan di antaranya ditunjukkan dengan Angka Partisipasi Murni (APM) yang pada periode 2002, 2003 dan 2004 di jenjang SD/MI sebesar 94,97%, 98,40% dan 99,88%. Sementara itu, di jenjang SMP/MTs sebesar 61,26%, 57,43% dan 58,01%, dan pada jenjang APM SM/MA adalah 22,70%, 25,44% dan 25,40%.

Bab IV - 155.

Ketersediaan Guru Berkualifikasi, dalam kurun waktu 2002 - 2004 untuk jenjang SD/MI adalah sebesar 67,71%, 68,64% dan 69,,29% yang menunjukkan peningkatan kinerja bila dibandingkan capaian tahun 2001 yang sebesar 65,29%; pada jenjang SMP/MTS sebesar 77,43%, 80,12% dan 81,26% yang menunjukkan peningkatan kinerja bila dibandingkan capaian tahun 2001 sebesar 74,68%; sedangkan pada jenjang SM/MA adalah sebesar 79,39%, 82,77% dan 85,38% yang menunjukkan peningkatan kinerja apabila dibandingkan capaian tahun 2001 sebesar 75,38%. Ketersediaan Guru Berkeahlian/Bidang Studi/Guru Mata Pelajaran, tahun 2002, 2003 dan 2004 pada jenjang SMP/MTs adalah sebesar 70,98%, 71,68% dan 72,90% ini menunjukkan peningkatan bila dibandingkan capaian tahun 2001 sebesar 67,64%; dan pada jenjang SM/MA adalah sebesar 72,98%, 73,03% dan 73,52% yang menunjukkan peningkatan apabila dibandingkan capaian tahun 2001 sebesar 67,64%. a. Permasalahan Pembangunan bidang pendidikan di Kabupaten Malang masih dihadapkan pada berbagai permasalahan, yaitu: 1. Kurangnya pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu. 2. Rendahnya kualitas pembelajaran. 3. Kurangnya relevansi pendidikan. 4. Pada tahun 2004 masih banyak sarana dan prasarana utamanya gedung SD mengalami rusak berat. 5. tidak meratanya penempatan dan kebutuhan tenaga pengajar serta masih kurangnya jumlah tenaga pengajar. 6. belum jelasnya pembagian kewenangan dan tanggung jawab antar pemerintah daerah dengan pemerintah propinsi terhadap lembaga pendidikan tingkat SLTP dan SMU dalam hal pembangunan dan perbaikan prasarana pendidikan. b. Sasaran Pembangunan Sasaran yang ingin dicapai dalam peningkatan akses pendidikan yang berkualitas pada lima tahun ke depan adalah: 1. Meningkatnya mutu pendidikan dengan indikator: a). Kenaikan rata-rata NUN SD, SLTP dan SLTA b). Kenaikan jumlah siswa yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri 10% per tahun

Bab IV - 156.

c). Kenaikan jumlah siswa SMK yang lulus dan mendapat pekerjaan. d). Rasio kenaikan guru berkualifikasi layak SD, SLTP dan SLTA Terwujudnya pemerataan pendidikan dengan Indikator: Pencapaian Angka Partisipasi Kasar (APK) SD, SLTP dan SLTA Pencapaian Angka Partisipasi Murni (APM) SD, SLTP dan SLTA Kenaikan angka melek huruf

2. Meningkatnya proporsi anak yang terlayani pada pendidikan dini. 3. Terbentuknya sekolah unggulan di setiap kecamatan. 4. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan. c. Arah Kebijakan Dalam rangka mewujudkan sasaran tersebut, Peningkatan Kualitas Pendidikan Masyarakat akan dilaksanakan dalam kerangka arah kebijakan sebagai berikut: 1. Peningkatan Mutu dan Relevansi Pendidikan. Meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan secara terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen melalui: a). Peningkatan kualitas pendidikan dengan cara peningkatan profesionalisme yang bermuara pada peningkatan kualitas kelembagaan, ketenagaan, sarana dan prasarana kualitas pembelajaran. b). Meningkatkan kompetensi pendidikan kejuruan dan pendidikan non formal untuk meningkatkan kualitas lulusan dalam rangka memasuki dunia kerja. c). Meningkatkan layanan pendidikan ketrampilan bagi anak luar biasa agar dapat hidup mandiri. d). Mengintrodusir model sekolah unggulan di setiap kecamatan 2. Kebijakan Pemerataan Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu dengan: a). Penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. b). Peningkatan sarana prasarana. c). Peningkatan pelayanan Pendidikan Luar Sekolah. d. Program Pembangunan Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut, langkah-langkah yang akan ditempuh dijabarkan dalam program-program pembangunan sebagai berikut : 1. Program Pendidikan Pra Sekolah (Usia Dini TK). 2. Program Pendidikan Dasar.
Bab IV - 157.

3. Program Pendidikan Menengah Umum dan Kejuruhan. 4. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendidikan. 5. Program Pendidikan Luar Sekolah (PLS). 6. Program Pembinaan Tenaga Kependidikan. 7. Program penunjang pengembangan pendidikan dan kebudayaan. 8. Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan. 6.6.2. Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan Upaya mencapai keberhasilan pembangunan manusia seutuhnya adalah terciptanya masyarakat yang sehat baik fisik maupun mental. Selama ini apresiasi masyarakat terhadap kesehatan masih relatif rendah, utamanya bagi keluargakeluarga miskin. Tingginya angka kematian yang disebabkan oleh penyakit menular ataupun faktor ketidaktahuan masyarakat dalam menyikapi kesehatan, harus menjadi perhatian utama semua pihak khususnya pemerintah Kabupaten Malang. Dalam bidang kesehatan, kondisi umum pembangunan kesehatan antara lain dapat dilihat dari status kesehatan dan gizi masyarakat serta pola penyakit. Status kesehatan masyarakat antara lain dapat dinilai melalui berbagai indikator kesehatan seperti usia harapan hidup, angka kematian bayi, angka kematian balita, angka kematian ibu melahirkan dan keadaan gizi masyarakat. Usia harapan hidup meningkat dari 65,2 tahun pada tahun 1997 menjadi 67,5 pada tahun 2003 dan untuk lima tahun kedepan usia harapan hidup masyarakat ditargetkan terus mengalami kenaikan. Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan peluang hidup ini adalah perhatian masyarakat terhadap pentingnya kesehatan dan ditunjang dengan kemudahan mengakses sarana dan prasarana kesehatan. Kondisi umum kesehatan seperti dijelaskan di atas antara lain dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Selanjutnya, pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan manajemen kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang diperkuat dengan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling, telah didirikan di seluruh kecamatan di Kabupaten Malang. Meskipun fasilitas pelayanan kesehatan dasar seperti Puskesmas terdapat di semua kecamatan dan ditunjang oleh Puskesmas Pembantu, namun pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih menjadi kendala. Fasilitas ini belum sepenuhnya dapat dijangkau oleh masyarakat. Karena

Bab IV - 158.

masalah biaya dan jarak transportasi. Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah rumah sakit. Jumlah rumah sakit di kabupaten Malang sebanyak 9 unit 1 diantaranya milik Pemerintah Daerah, Puskesmas 38 unit, Puskesmas Keliling dan Pembantu 138 unit, Balai Pengobatan lainnya termasuk Posyandu 2.744 unit, jumlah Dokter 79 orang dan Paramedis 1.144 orang. Rasio pelayanan kesehatan dilihat dari tersediaannya sarana menujukkan rasio 1 : 822 orang sedang rasio pelayanan dokter 1 : 30.380 dan rasio pelayanan paramedis dan non paramedis 1 : 1.963. akses terhadap air bersih dan sanitasi masing-masing 63%. Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat Rumah Sakit Daerah Kabupaten Malang; ditetapkan sebagai Rumah Sakit Percontohan Nasional Tipe C Plus. a. Permasalahan Masalah pembangunan kesehatan yang masih dihadapi saat ini adalah: 1. Belum meratanya jangkauan pelayanan kesehatan khususnya bagi keluarga miskin di pedesaan. 2. Belum optimalnya upaya peningkatan kesehatan individu dan keluarga. 3. Masih kurangnya mutu pelayanan kesehatan meliputi pelayanan kesehatan dasar, rujukan penunjang medis, matra. 4. Kecenderungan meningkatnya beberapa penyakit menular dan tidak menular. 5. Adanya beberapa penyakit menular dan bencana yang berpotensi menjadi masalah luas pada kesehatan masyarakat. b. Sasaran Pembangunan Adapun sasaran pembangunan kesehatan berikut: 1. Meningkatkan pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin. 2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat di Puskesmas dan jaringannya, pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan di Puskesmas, serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak serta perbaikan gizi masyarakat melalui peningkatan pengetahuan masyarakat tentang gizi, penurunan prevalensi gizi kurang, dan peningkatan pengamatan kasus gizi. 3. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, cakupan sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat yang bisa diakses masyarakat dan kualitas pelayanan kesehatan rujukan serta pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan di Rumah Sakit. di Kabupaten Malang adalah sebagai

Bab IV - 159.

4. Meningkatkan

ketersediaan

obat

sesuai

dengan

kebutuhan

masyarakat,

keamanan obat dan makanan, mutu obat dan perbekalan kesehatan serta pemerataan distribusinya, meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya NAPZA serta mengurangi dampak negatif yang ditimbulkannya, serta meningkatkan kualitas dan keanekaragaman tanaman obat, peningkatan kesadaran masyarakat akan manfaat obat bahan alam Indonesia. 5. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran untuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta meningkatkan cakupan posyandu ke arah kemandirian. c. Arah Kebijakan Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan kesehatan diarahkan pada: 1. Peningkatan kualitas pelayanan pada setiap strata pelayanan. 2. Pengembangan jaminan kesehatan bagi penduduk terutama keluarga miskin 3. Peningkatan kualitas,kuantitas dan pendayagunaan tenaga kesehatan. 4. Peningkatan kualitas lingkungan sehat dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat serta mendorong pemberdayaan masyarakat. 5. Peningkatan pembinaan dan pengawasan obat dan perbekalan kesehatan. 6. Pemerataan dan peningkatan kualitas fasilitas atau sarana dan prasarana kesehatan. 7. Pengembangan manajemen bidang kesehatan. d. Program Pembangunan Dalam rangka untuk mencapai sasaran tersebut Program Pembangunan yang dilaksanakan adalah: 1. Program Upaya Kesehatan Masyarakat dan Perorangan. 2. Program Perbaikan Gizi Masyarakat. 3. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan. 4. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit. 5. Program Lingkungan Sehat dan Promosi Kesehatan. 6. Program Peningkatan Sumber Daya Kesehatan. 7. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kesehatan. 6.6.3. Pembinaan Pemuda dan Olah Raga Pemuda adalah aset bangsa yang merupakan tumpuan masa depan suatu kehidupan. Di pundak pemudalah segala tanggung jawab masa depan bangsa terbebankan. Untuk itu antara pemuda dan olah raga, dua hal yang tidak

Bab IV - 160.

terpisahkan berkenaan dengan pembinaan dan pemberdayaan-nya. Gaung suatu daerah ditentukan juga oleh keberadaan pemuda dan olah raga. Karena keberhasilan suatu daerah dalam membina suatu cabang olah raga tentu akan membawa nama daerah bersangkutan berikut pemudanya. a. Permasalahan Perkembangan pemuda dan olah raga Kabupaten Malang, belum dapat disejajarkan dengan daerah tetangga, misalnya Kota Malang dengan Aremania dan Kabupaten Pasuruan dengan Laskar Sakerah-nya. Sehingga dibidang ini Kabupaten Malang dari sisi prestasi belum dapat dibanggakan bila dibandingkan dengan daerah tetangga serta pada event-event nasional Kabupaten Malang tidak diperhitungkan sama sekali. b. Sasaran Pembangunan Sejalan dengan permasalahan diatas, sasaran yang harus dicapai adalah revitalisasi pemuda dan olah raga dalam event-event pesta olah raga dalam skala regional, nasional bahkan internasional. c. Arah Kebijakan Kompleksitas permasalahan pemuda dan olah raga menyadarkan kita bahwa pemecahan masalah ini tidak bisa dilakukan secara sektoral. Tetapi multi dimensi dalam program lintas pembangunan yang menyangkut sinergi antara pemerintah dan lembaga Sosial (LSM). Secara umum kebijakan pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Malang yang berkenaan dengan bidang ini, diarahkan kepada upaya revitalisasi pemuda dan olah raga. Sedangkan secara spesifik kebijakan yang berkaitan dengan bidang ini diarahkan pada: 1. Inventarisasi potensi olah raga di setiap Kecamatan. 2. Pembentukan Persatuan sepak Bola Kabupaten Malang (PERSEKAM). 3. Meningkatkan prestasi pemuda dan olah raga. 4. Meningkatkan partisipasi pemuda dalam event-event nasional. d. Program Pembangunan 1. Program Pembinaan dan Peningkatan Partisipasi Pemuda. 2. Program Pembinaan dan Peningkatan Prestasi Olahraga. 3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Pemuda dan Olah Raga.

Bab IV - 161.

Strategi 7:
Kebijakan:

Optimalisasi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup

1. Peningkatan Mutu Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup 2. Perbaikan Sistem Pengelolaan dan Pelestarian Sumber Daya Hutan 3. Peningkatan Kesadaran Masyarakat Akan Standar Baku Mutu Lingkungan

6.7.

Optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup

6.7.1. Peningkatan mutu pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup a. Permasalahan

1. Masih banyak penambangan liar. 2. Lemahnya pemulihan kerusakan lingkungan pertambangan dan pengendalian
bencana ke-geologian.

3. Kurangnya pelestarian hutan mangrove di pesisir pantai. 4. Kurang terpenuhinya kebutuhan air bersih di Malang Selatan.
b. Sasaran Pembangunan

1. Meningkatnya penambangan yang berizin. 2. Berkurangnya hutan kritis. 3. Meningkatnya hutan mangrove.
c. Arah Kebijakan Pembangunan

1. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan SDA. 2. Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup.
d. Program Pembangunan 1. Rehabilitasi dan Pemulihan Sumber Daya Alam (Hutan, Lahan dan Air). 2. Perlindungan Sumber Mata Air. 3. Pengembangan Swadaya Masyarakat di bidang Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) 4. Kecil Menanam Besar Memanen (KMBM)

Bab IV - 162.

6.7.2 Perbaikan Sistem Pengelolaan dan Pelestarian Sumber Daya Hutan a. Permasalahan

1. Lemahnya penegakan hukum terhadap pengrusakan hutan, pelaku pencemaran


(air, udara).

2. Lemahnya pengendalian dan pemantauan terpadu antar sektor. 3. Masih tingginya polutan di sungai yang kurang memenuhi standar baku mutu. 4. Masih rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan
sumber daya hutan, tanah dan air.

5. Luasnya lahan kritis yang mencapai 36.651 Ha. 6. Sedimentasi yang menyebabkan pendangkalan pada waduk dan bendungan. 7. Menurunnya debit pada sumber-sumber mata air akibat kerusakan vegetasi
permanen di daerah tangkapan air. b. Sasaran Pembangunan

1. 2. 3. 4. 5.

Meningkatnya perusahaan yang memenuhi standar baku mutu. Meningkatnya area penghijauan swadaya masyarakat (Ha). Berkurangnya Luas lahan kritis (Ha). Menurunnya Jumlah material sedimen (M3). Jumlah sumber mata air yang dapat dilestarikan (unit).

c. Arah Kebijakan Pembangunan

1. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memenuhi standar baku mutu. 2. Memperbaiki sistem pengelolaan hutan termasuk meningkatkan pengawasan dan
penegakan hukumnya.

3. Melestarikan sumber daya yang tersedia (sumber mata air) dalam pengelolaan
hutan. d. Program Pembangunan

1. Pengembangan Usaha Perhutanan Rakyat 2. Pola Kemitraan Pengelolaan Hutan (PKPH)


6.7.3. Peningkatan Kesadaran Masyarakat akan Standar Baku Mutu Lingkungan a. Permasalahan

1. Adanya perusahaan yang menghasilkan limbah tidak memenuhi standar baku


mutu lingkungan.

2. Belum semua pengusaha melakukan analisis dampak lingkungan .


b. Sasaran Pembangunan

Bab IV - 163.

1. Meningkatnya perusahaan yang mengeluarkan limbah memenuhi standar baku


mutu.

2. Menurunnya social cost dampak polusi limbah. 3. Meningkatnya hutan mangrove.


c. Arah Kebijakan Pembangunan 1. Meningkatkan kesadaran masyarakat pengusaha untuk pengelolaan limbah sesuai standar baku mutu. 2. Menurunkan kadar polusi lingkungan. d. Program Pembangunan 1. Pengawasan dan Pengendalian Perusahaan Penghasil Limbah. 2. Peningkatan Sumberdaya Aparatur Pengawas Pencemaran Lingkungan.

BAB VII. PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

7.1. Program Pembangunan Daerah

Bab IV - 164.

Berdasarkan penjelasan pada babbab sebelumnya tentang kelemahan dan kekuatan potensi ekonomi dan pembangunan kabupaten Malang, maka kebijakan pembangunan dapat disusun. Kebijakan pembangunan yang diusulkan memiliki beberapa bagian, seperti berdasarkan pembagian SKPD (Satuan Kerja Pembangunan Daerah), Lintas SKPD untuk kebijakan/program yang memiliki keterkaitan dan lintas dinas. Pendekatan yang dilakukan dalam penyusunan kebijakan pembangunan adalah pendekatan sektoral dan spatial. Pendekatan sektoral akan diterapkan oleh dinas sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Sedangkan pendekatan spatial diterapkan untuk kebijakan/program lintas dinas. 7.1.1. Program SKPD Program SKPD ini merupakan program sektoral yang menjadi tanggung jawab langsung dinas teknis, seperti pertanian, industri dan perdagangan. Dengan program program yang ada merupakan program yang tidak memiliki keterkaitan dengan program lain secara jelas dan tegas. Implementasi program SKPD ini lebih mudah, khususnya didalam

pengorganisasiannya. Hal ini mengingat program SKPD ini hanya bertumpu kepada satu unit kerja tertentu. 7.1.2. Program Lintas SKPD Pada jenis kegiatan ini, sangat dimungkinkan kerjasama dan pembagian kerja (job description) yang jelas dan tegas. Mengingat program program lintas SKPD ini memerlukan manajemen pengelolaan yang baik, maka diperlukan aturan main yang jelas tentang siapa yang mengelola, pembiayaan serta pentahapan program. Hal ini perlu terus dilakukan untuk menghindari adanya pembiayaan ganda, tumpang tindih serta kontra produktif dengan program yang dilakukan. 7.1.3. Program Kewilayahan Dalam program kewilayahan ini dilakukan pada program progam yang bukan hanya berbasis satuan kerja yang ada, tetapi bisa lintas satuan kerja dan wilayah. Penanganan air bersih, sampah, transportasi, penanggulangan banjir merupakan isu yang harus ditangani secara wilayah. Jika hal itu hanya ditangani dengan pendekatan sektoral maka, problematika yang ada tidak bisa diselesaikan secara efektif dan efisien.

Bab IV - 165.

Program kewilayahan menggambarkan bagaimana daerah harus terus melakukan kerjasama dengan daerah lain (inter-regional network). Dengan memiliki jaringan dengan daerah lain yang baik, maka diharapkan pelayanan publik (sampah, air bersih, jalan, energi, dsb) semakin baik. Pada tabel 7.1. dibawah ini digambarkan tentang ringkasan program berupa kebijakan yang ada pada dokumen RPJMD ini. Beberapa kebijakan merupakan kewenangan suatu Dinas, sedangkan yang lain merupakan kebijakan lintas SKPD. Untuk aspek perwilayahan, program program lintas sektoral (lintas SKPD) akan lebih bermanfaat dari pada program program SKPD. Untuk itu, kerjasama antar daerah merupakan faktor kunci keberhasilan program ini.

Tabel 7.1. Kebijakan berdasarkan jenis program


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Nama Kebijakan Jenis Program Lintas SKPD Lintas SKPD Lintas SKPD Lintas SKPD Lintas SKPD Lintas SKPD Lintas SKPD Lintas SKPD Lintas SKPD Lintas SKPD Lintas SKPD Lintas SKPD Lintas SKPD Lintas SKPD Lintas SKPD Lintas SKPD

Peningkatan Kesalehan Sosial dalam beragama Peningkatan Kesejahteraan Sosial Pengembangan Budaya yang berlandaskan nilainilai Luhur Peningkatan Kualitas Kehidupan dan Peran Perempuan Serta Perlindungan Anak. Peningkatan Keamanan dan Ketertiban, Supremasi Hukum dan HAM Perwujudan Kelembagaan Demokrasi yang makin Kokoh Pemantapan Desentralisasi dan Otonomi daerah Penciptaan Tata Pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab Revitalisasi Pertanian Peningkatan Investasi dan Perdagangan lokal, regional dan internasional Peningkatan Daya Saing Pariwisata Peningkatan daya saing industri melalui pemantapan Industri Kecil Menengah (IKM) Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Kecil, Mikro dan Menengah (UMKM) Peningkatan Pengelolaan BUMD Pengembangan Pasar Daerah Peningkatan dan Pembangunan Infrastruktur : - Sumber Daya Air - Transportasi dan Perhubungan - Perumahan dan Permukiman Percepatan pemerataan pembangunan

17

Lintas SKPD

Bab IV - 166.

No 18 19 20 21 22 23 24 25 26 28

Nama Kebijakan

Jenis Program Lintas SKPD Lintas SKPD Lintas SKPD Lintas SKPD Lintas SKPD Lintas SKPD Lintas SKPD Lintas SKPD Lintas SKPD Lintas SKPD

infrastruktur energi dan ketenagalistrikan Perencanaan dan Pengendalian Tata Ruang Tata Wilayah Pengentasan Kemiskinan dan Pengangguran Perbaikan Iklim Ketenagakerjaan Pembangunan Sistem Administrasi Kependudukan dan Keluarga Kecil Berkualitas Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan Pembinaan Pemuda dan Olah Raga Peningkatan mutu pengelolaan Sumber Daya Alam dan lingkungan hidup Perbaikan sistem pengelolaan dan pelestarian sumberdaya hutan Peningkatan kesadaran masyarakat akan standar baku mutu lingkungan

7.2. Rencana Kerja Rencana kerja merupakan beberapa hal yang harus dilakukan oleh pemerintah kabupaten terkait dengan program program yang yang dimiliki oleh suatu pemerintahan daerah. Didalam implementasinya, rencana kerja yang dilakukan ini meliputi rencana kerja kerangka regulasi dan kerangka pendanaan. 7.2.1. Rencana Kerja Kerangka Regulasi Rencana kerja kerangka regulasi adalah bagaimana pemerintah daerah mampu mengkondisikan suatu program dengan membuat kebijakan yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu program. Hal ini terkait dengan fungsi pemerintah yakni stabilisasi, distribusi dan alokasi. Dengan membuat kerangka regulasi ini peran pemerintah akan semakin efisien, dimana suatu program tidak harus dibebankan secara menyeluruh pembiayaan dan eksekusi nya kepada pemerintah. 7.2.2. Rencana Kerja Kerangka Pendanaan Hal yang dimaksud dengan rencana kerja kerangka pendanaan adalah bagaimana suatu pemerintah daerah mampu membuat rencana kerja berdasarkan perkiraan jumlah dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Dengan demikian, rencana kerja yang akan dilakukan oleh pemerintah daerah ini sangat tergantung

Bab IV - 167.

kepada jumlah dan struktur anggaran yang dimiliki. Oleh karena itu, rencana kerja yang berbasis kerangka pendanaan sangat kaku dan tergantung jumlah dana. Diharapkan dimasa mendatang, rencana kerja yang berbasis kerangka kerja pendanaan ini akan semakin berkurang. Dengan kata lain, rencana kerja yang dibuat pemerintah daerah lebih banyak berdasarkan kerangka regulasi, sedangkan pembiayaan/pendanaan masyarakat sendiri. lebih banyak dibiayai oleh pihak ketiga maupun

BAB VIII. PENUTUP

8.1. Program Transisi Dalam pelaksanaan program, pemerintah memiliki keterbatasan baik berupa dana maupun tahun anggaran yang dibatasi hanya 1 tahun. Dengan demikian ada beberapa program yang sifatnya berkelanjutan dan jangka panjang (multiyears) seperti penanggulangan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat dan pembangunan infrastruktur kunci. Programprogram itu memiliki kebutuhan dana yang cukup besar sehingga harus dilakukan beberapa tahap. Selain itu, pendekatan pembangunan yang berubah dari top-down ke pendekatan partisipatif, membawa dampak proses penyiapan program dan pemberdayaan yang lebih lama. Oleh karena itu, program- program yang termasuk dalam program transisi memerlukan kajian yang lebih mendalam menyangkut sinergi dan multiplier effek yang ditimbulkan. Dalam implementasi program transisi ini, memerlukan komitmen dari semua unsur pemerintahan (governance) meliputi legislatif, eksekutif serta masyarakat luas. Mengingat program seperti ini memerlukan kesabaran dan kesamaan visi, agar tidak terjadi penyalahgunaan dari pembiayaan yang cukup besar tersebut.

Bab IV - 168.

8.2. Kaidah Pelaksanaan Selanjutnya perlu diperhatikan koordinasi antar program, agar tercipta efisiensi dan efektifitas baik dalam pembiayaan maupun lama waktu pelaksanaan. Untuk itu, diperlukan kaidah pelaksanaan yang menjamin terciptanya tata pamong (governance) yang baik, khususnya untuk mengurangi tumpang tindih (overlapping) pelaksanaan antar program. Selain itu, tujuan adanya kaidah ini adalah kelanjutan program yang dilakukan. Dengan tata pamong yang baik, diharapkan implementasi program menjadi lebih terukur dampaknya. 8.2.1. RPJM Daerah merupakan pedoman bagi SKPD dalam menyusun Renstra SKPD Dokumen RPJM Daerah ini, yang disusun mulai Tahun 20062010 merupakan penerjemahan visi dan misi bupati terpilih. Dengan demikian setelah dokumen ini tersusun dan dikeluarkan peraturan bupati, maka dokumen ini perlu diterjemahkan dalam kegiatankegiatan yang akan dilakukan oleh satuan kerja di lingkungan pemerintahan daerah. Walaupun demikian perlu ditegaskan disini, bahwa satuan kerja yang ada diharapkan bekerja dengan prinsipprinsip efektifitas dan efisiensi. Dengan SKPD yang mengacu terus kepada RPJM Daerah maka tata pamong yang baik (efisiensi dan efektifitas) akan mudah tercipta. 8.2.2. RPJM Daerah akan digunakan dalam penyusunan RKPD Sebagaimana dijelaskan diatas, RPJM Daerah sebagai pedoman untuk penyusunan programprogram dan kegiatan tahunan. Untuk itu, kegiatan kegiatan yang diusulkan didalam RKPD harus memiliki hubungan dan keterkaitan yang erat dengan RPJM Daerah. Dengan kata lain, penetapan prioritas program dan kegiatan akan muncul dalam RKPD yang diusulkan baik oleh eksekutif dan legislatif. Dalam RPJM Daerah, programprogram yang ditawarkan memiliki dimensi umum dan masih perlu diterjemahkan dalam kegiatankegiatan riil. Setelah kegiatan riil dijadwalkan dalam RKPD, maka pembiayaan dapat disusun. Dengan menggunakan prinsip money follows function maka kegiatankegiatan yang diusulkan akan memunculkan pembiayaan.

Bab IV - 169.

Sumber pembiayaan yang ada saat ini masih bersumber pada pemerintah (APBD). Dengan sumber pembiayaan hanya dari APBD yang terbatas, berdampak pada pilihanpilihan kegiatan yang diusulkan. Untuk itu dimasa mendatang pembiayaan dari pihak ketiga, yakni swasta maupun masyarakat (public-private partnership), perlu digali dan dimanfaatkan. Dengan semakin banyaknya alternatif sumbersumber pembiayaan, maka kegiatan yang diusulkan akan semakin besar cakupan dan area/luasan programnya. 8.2.3. Penguatan peran para stakeholders/pelaku dalam pelaksanaan RPJM Daerah Sebagaimana dijelaskan diatas, RPJM Daerah ini disusun dengan

menggunakan proses partisipasi publik. Dimulai dengan pembentukan pokja (kelompok Kerja) yang melibatkan perwakilan antar dinas di lingkungan pemerintah Kabupaten dengan koordinasi oleh Bapekab. Setelah itu, hasil kerjanya ini disosialisasikan kepada stakeholers baik dari kalangan perguruan tinggi, LSM maupun masyarakat. Setelah adanya masukan dan kritik, perbaikan laporan dilakukan dengan menghadirkan beberapa pakar untuk penajaman konsep. Setelah itu, dokumen RPJM Daerah ini disosialisasikan kembali kepada masyarakat (stakeholders) dan masukan masyarakat di terjemahkan kembali dalam programprogram yang diusulkan. Dengan melalui beberapa proses tersebut, diharapkan terjadi proses penguatan stakeholders tersebut. Stakeholders yang kuat, akan mendorong proses penyusunan program yang transparan, munculnya kesadaran mengawasi proses penyusunan dan implementasi program (safe guarding) dari mereka. ini akan menjamin efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan. 8.2.4. Merupakan dasar evaluasi dan laporan pelaksanaan atas kinerja lima tahunan dan tahunan Dengan adanya dokumen RPJM Daearah ini, akan sangat membantu kepala daerah untuk melihat sejauh mana capaian dari kebijakan yang sudah dilakukan serta penerjemahan visi dan misi yang telah ditetapkan. Dengan adanya pandangan tersebut, diharapkan RPJM Daerah ini menunjukkan indikatorindikator yang jelas dan terukur agar diperoleh cara yang mudah untuk melihat keberhasilan pemimpin/kepala daerah. Dengan demikian, stakeholders yang kuat akan mendorong demokratisasi dan tentunya hal

Bab IV - 170.

Sebagaimana dijelaskan diatas, RPJM Daerah ini juga akan menjadi acuan bagi RKPD yang merupakan kegiatan pokok tahunan. Dengan demikian kepala daerah nantinya akan mampu melihat tingkat keberhasilan yang dicapai dari indikator kinerja tahunan maupun lima tahunan yang sudah ada dalam RPJMD.

BUPATI MALANG

SUJUD PRIBADI

Bab IV - 171.

You might also like