You are on page 1of 5

Bioetika Kedokteran

Bioetika Bioetika menurut F. Abel adalah studi interdisipliner tentang problem yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran, pada skala mikro maupun makro, termasuk dampaknya terhadap masyarakat luas serta sistem nilainya pada masa kini dan masa mendatang. Bioetika dapat diartikan sebagai pandangan yang lebih luas dari etika kedokteran karena begitu saling mempengaruhi antara manusia dan lingkungan hidup. Bioetika merupakan genus, sedangkan etika kedokteran merupakan spesies. Kedua hal tersebut saling berkaitan dalam applikasinya sehari-hari dalam kasus-kasus medis. Pembagian teori etika Ditinjau dari segi inti : 1. Etika kebijaksanaan : a. Dasar agama/kepercayaan : moralitas agama non-samawi. b. Dasar filsafat : etika kebahagian (Yunani). 2. Etika kewajiban : a. Dasar agama : moralitas agama samawi (etika teonom) b. Dasar filsafat : Immanuel Kant (etika otonom). Ditinjau dari segi metodologisnya : 1. Etika Substantif Dasarnya etika kebijaksanaan atau etika kewajiban. 2. Etika Prosedural : a. Dasar Keadilan : contoh John Rawls b. Dasar Komunikasional : contoh Juergen Habermas Ditinjau dari segi subyek pelaksananya : 1. Etika maksim (prinsip subyektif bertindak, sikap dasar hati nurani ketika bersikaptindak-perilaku-konkrit). Misalnya etika kebijaksanaan. Bisa dilihat konteksnya, keterarahan pada maksim tertentu yang merangkai dalam satu jalinan makna (seperti tanggungjawab), dapat memperlihatkan watak seseorang dan dapat membedakan antara legalitas dan moralitas. 2. Etika norma-norma Dasarnya ialah peraturan-peraturan (hukum) sehingga tak bisa membedakan legalitas - moralitas. Dalam menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan pasien baik yang tergolong sederhana atau mudah, dokter akan mengahadapi berbagai masalah etika. Dalam memecahkan masalah tersebut dokter dituntut untuk dapat melakukan suatu tindakan pengambilan keputusan yang tepat. Dampak-dampak yang ditimbulkan dalam mengambil sebuah tindakan tertentu dapat memberi hasil yang positif maupun negatif. Keputusan yang diambil oleh seorang dokter pada dasarnya dibagi menjadi dua, yakni a. keputusan medis yang dipengaruhi oleh indikasi medik dan pengetahuan biomedik

b. keputusan etis yang dipengaruhi oleh info medik, keputusan pasien, kualitas hidup, dan fitur kontekstual. Dalam pengambilan keputusan, dokter tidak boleh hanya memperhatikan hal medis saja, tetapi juga harus melihat segi etisnya, sebab dalam kedokteran pasien tidak hanya sebagai objek tetapi juga sebagai subjek. Hal inilah yang sering kali membuat dokter sulit untuk mengambil keputusan sebab pengambilan keputusan etis bukanlah hal yang mudah. Dalam dunia kedokteran, terdapat berbagai macam prinsip yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Namun, yang digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan terdiri dari empat prinsip yang biasa disebut sebagai Kaidah Dasar Bioetik (KDB). Terdapat empat prinsip utama di dalam Kaidah Dasar Bioetik, yaitu beneficence, non-maleficence, autonomy, dan justice. a. Beneficence Beneficence atau tindakan berbuat baik mengacu pada tindakan yang dilakukan demi kebaikan pasien. Beneficence bersifat sangat umum dalam dunia kedokteran. Artinya bahwa hampir setiap saat prinsip ini diterapkan dalam mengambil keputusan. Adapun prinsip-prinsip dari beneficence adalah sebagai berikut: 1. General beneficence : melindungi & mempertahankan hak yang lain mencegah terjadi kerugian pada yang lain, menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain, 2. Specific beneficence : menolong orang cacat, menyelamatkan orang dari bahaya. 3. Mengutamakan kepentingan pasien (altrualisme). 4. Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan dokter/rumah sakit/pihak lain tetapi juga sebagai saudara yang patut ditolong. 5. Maksimalisasi akibat baik yang dapat diterima pasien. 6. Menjamin nilai pokok : apa saja yang ada, pantas (elok) kita bersikap baik terhadapnya (apalagi ada yg hidup) Beneficence biasanya diterapkan dalam kasus yang simpel dan umum. Kondisi pasien sadar dan tidak begitu parah. Pengobatan yang diberikan wajar tidak berlebihan ataupun dikurang-kurangi. Intinya, dokter mengutamakan kepentingan pasien dan bertindak demi kebaikan pasien.

b. Non-maleficence / Primum non nocere Prinsip dasar non-maleficence adalah primum non nocere, yang artinya pertamatama jangan menyakiti. Prinsip ini melarang dokter berbuat jahat atau membuat derita pasien, serta mewajibkan dokter untuk meminimalisasi akibat buruk. Kewajiban dokter untuk menganut non-maleficence berdasarkan hal-hal berikut : 1. pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko kehilangan sesuatu yang penting

2. dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut 3. tindakan dokter terbukti efektif 4. manfaat bagi pasien lebih besar daripada kerugian dokter Dalam kaidah non-maleficence, dikenal juga prinsip double effect, yakni bahwa tindakan yang merugikan tidak selalu dianggap tindakan yang buruk. Tindakan ini boleh dilakukan jika bertujuan memperoleh akibat baik, dan tidak ada cara lain yang lebih tepat. Prinsip double effect: tindakan tersebut secara intrinsik tidak salah, setidaknya netral niatnya memperoleh akibat baik tidak boleh dari akibat buruk akibat buruk bukan tujuan untuk mencapai pokok tujuan pertimbangan yang layak: tidak ada cara lain yang lebih tepat c. Justice Justice atau keadilan berarti menangani kasus yang sama dengan cara yang sama. Prinsip justice selengkapnya adalah sebagai berikut: Treat similar cases in a similar way = justice within morality. Hal ini mengindikasikan kesamaan rindakan pada kasus yang sama. Memberi perlakuan sama untuk setiap orang (keadilan sebagai fairness) yakni : a. Memberi sumbangan relatif sama terhadap kebahagiaan diukur dari kebutuhan mereka (kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan pasien yang memerlukan /membahagiakannya) b. Menuntut pengorbanan relatif sama, diukur dengan kemampuan mereka (kesamaan beban sesuai dengan kemampuan pasien). Tujuan : Menjamin nilai tak berhingga setiap pasien sebagai mahluk berakal budi (bermartabat), khususnya : yang-hak dan yang-baik Jenis keadilan : a. Komparatif (perbandingan antar kebutuhan penerima) b. Distributif (membagi sumber) : kebajikan membagikan sumber-sumber kenikmatan dan beban bersama, dengan cara rata/merata, sesuai keselarasan sifat dan tingkat perbedaan jasmani-rohani; secara material kepada : Setiap orang andil yang sama Setiap orang sesuai dengan kebutuhannya Setiap orang sesuai upayanya. Setiap orang sesuai kontribusinya Setiap orang sesuai jasanya Setiap orang sesuai bursa pasar bebas c. Sosial : kebajikan melaksanakan dan memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bersama : Utilitarian : memaksimalkan kemanfaatan publik dengan strategi menekankan efisiensi social dan memaksimalkan nikmat/keuntungan bagi pasien. Libertarian : menekankan hak kemerdekaan social ekonomi (mementingkan prosedur adil > hasil substantif/materiil).

Komunitarian : mementingkan tradisi komunitas tertentu Egalitarian : kesamaan akses terhadap nikmat dalam hidup yang dianggap bernilai oleh setiap individu rasional (sering menerapkan criteria material kebutuhan dan kesamaan). d. Hukum (umum) : Tukar menukar : kebajikan memberikan / mengembalikan hak-hak kepada yang berhak. pembagian sesuai dengan hukum (pengaturan untuk kedamaian hidup bersama) mencapai kesejahteraan umum. d. Autonomy Menurut pandangan Kant, otonomi kehendak otonomi moral yakni kebebasan bertindak, memutuskan (memilih) dan menentukan diri sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan atau campur-tangan pihak luar (heteronomi), suatu motivasi dari dalam berdasar prinsip rasional atau self-legislation dari manusia. Kaidah ikutannya ialah Tell the truth, hormatilah hak privasi liyan, lindungi informasi konfidensial, mintalah consent untuk intervensi diri pasien; bila ditanya, bantulah membuat keputusan penting. Autonomy erat terkait dengan doktrin informed-consent, kompetensi (termasuk untuk kepentingan peradilan), penggunaan teknologi baru, dampak yang dimaksudkan (intended) atau dampak tak laik-bayang (foreseen effects), letting die. Ciri khusus autonomy, yaitu: kesukarelaan serta tanpa paksaan atau manipulasi memahami perspektif pasien menolong ia bermusyawarah mencoba mempersuasi pasien negosiasi rencana terapi timbal balik terpaut dalam diskusi dengan pasien mempersilahkan pasien memutuskan Norma dalam etika kedokteran (EK) : Merupakan norma moral yang hirarkinya lebih tinggi dari norma hukum dan norma sopan santun (pergaulan) Fakta fundamental hidup bersusila : Etika mewajibkan dokter secara mutlak, namun sekaligus tidak memaksa. Jadi dokter tetap bebas,. Bisa menaati atau masa bodoh. Bila melanggar : insan kamil (kesadaran moral = suara hati)nya akan menegur sehingga timbul rasa bersalah, menyesal, tidak tenang. Sifat EK : 1. Etika khusus (tidak sepenuhnya sama dengan etika umum) 2. Etika sosial (kewajiban terhadap manusia lain / pasien).

3. Etika individual (kewajiban terhadap diri sendiri = selfimposed, zelfoplegging) 4. Etika normatif (mengacu ke deontologis, kewajiban ke arah norma-norma yang seringkali mendasar dan mengandung 4 sisi kewajiban = gesinnung yakni diri sendiri, umum, teman sejawat dan pasien/klien & masyarakat khusus lainnya) 5. Etika profesi (biasa): bagian etika sosial tentang kewajiban & tanggungjawab profesi bagian etika khusus yang mempertanyakan nilai-nilai, norma-norma/kewajibankewajiban dan keutamaan-keutamaan moral Sebagian isinya dilindungi hukum, misal hak kebebasan untuk menyimpan rahasia pasien/rahasia jabatan (verschoningsrecht) Hanya bisa dirumuskan berdasarkan pengetahuan & pengalaman profesi kedokteran. Untuk menjawab masalah yang dihadapi (bukan etika apriori); karena telah berabad-abad, yang-baik & yang-buruk tadi dituangkan dalam kode etik (sebagai kumpulan norma atau moralitas profesi) Isi : 2 norma pokok : sikap bertanggungjawab atas hasil pekerjaan dan dampak praktek profesi bagi orang lain; bersikap adil dan menghormati Hak Asasi Manusia (HAM). 6. Etika profesi luhur/mulia : Isi : 2 norma etika profesi biasa ditambah dengan : Bebas pamrih (kepentingan pribadi dokter < kepentingan pasien) = altruisme. Ada idealisme : tekad untuk mempertahankan cita-cita luhur/etos profesi = lesprit de corpse pour officium nobile 7. Ruang lingkup kesadaran etis : prihatin terhadap krisis moral akibat pengaruh teknologisasi dan komersialisasi dunia kedokteran. Bioetika kedokteran merupakan salah satu etika khusus dan etika sosial dalam kedokteran yang memenuhi kaidah praksiologik (praktis) dan filsafat moral (normatif) yang berfungsi sebagai pedoman (das sollen) maupun sikap kritis reflektif (das sein), yang bersumber pada 4 kaidah dasar moral beserta kaidah turunannya. Kaidah dasar moral bersama dengan teori etika dan sistematika etika yang memuat nilainilai dasar etika merupakan landasan etika profesi luhur kedokteran. Pemahaman awal kaidah dasar moral akan menimbulkan kesadaran moral, yang dengan latihan dan paparan terhadap kasus-kasus kedokteran yang sebelumnya dan berkembang di masa mendatang diharapkan akan membekali kemampuan reflektif-analitik dokter, termasuk mahasiswa kedokteran, yang dengan mekanisme pendidikan dalam rangka saling mengingatkan terus menerus dan mencegah penyimpangan (amar maruf nahi mungkar) antar anggota profesi pada akhirnya akan menumbuhkan tangungjawab etis sesuai dengan moralitas profesi kedokteran. Tanggungjawab etis yang merupakan suara hati seorang dokter akan mempertahankan perilaku etis seluruh anggota profesi agar korps dokter ke depan tetap merupakan profesi mulia dengan setiap anggotanya masing-masing memiliki kesucian hati nurani.

You might also like