You are on page 1of 23

Draft

PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA BERKELANJUTAN (INDONESIA SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) PERSYARATAN (REQUIREMENTS)

Draft ISPO Pembahasan 23 Desember 2010 Hotel Permata Bogor

TIM ISPO KEMENTERIAN PERTANIAN


PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA BERKELANJUTAN PERSYARATAN

No 1.

Prinsip/Kriteria SISTEM PERIZINAN DAN MANAJEMEN PERKEBUNAN Perizinan dan sertifikat. Pengelola perkebunan harus memperoleh perizinan serta sertifikat tanah sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Indikator

Panduan

1.1.

1. Telah memiliki Izin Lokasi dari pejabat yang berwenang; 2. Telah memiliki perizinan yang sesuai seperti : IUP, IUP-B, IUP-P. 3. Telah memiliki/dalam proses, sertifikat yang sesuai, seperti : HGU, HGB, Hak Pakai (HP), Surat Tanda Daftar, Sertifikat atau Girik

a. Izin Lokasi dari Gubernur/Bupati sesuai kewenangannya untuk areal APL dan kesepakatan dengan masyarakat /Masyarakat Hukum Adat/ ulayat tentang kesepakatan penggunaannya, besarnya kompensasi serta hak dan kewajiban masing-masing pihak.; b. Izin lokasi yang terletak dikawasan HPK harus terlebih dahulu mendapatkan pelepasan kawasan hutan dari Menteri Kehutanan. c. Izin lokasi untuk perkebunan kelapa sawit maksimum untuk satu perusahaan/grup adalah 100.000 ha untuk Indonesia. Pembatasan luas areal tersebut tidak berlaku bagi koperasi usaha perkebunan, perusahaan perkebunan yang sebagian

Draft ISPO Pembahasan 23 Desember 2010 Hotel Permata Bogor

No

Prinsip/Kriteria

Indikator

Panduan besar sahamnya dikuasai oleh negara baik Pemerintah, Provinsi atau Kabupaten/Kota atau Perusahaan Perkebunan yang sahamnya dimiliki oleh masyarakat dalam rangka go public. Khusus untuk provinsi Papua dan irian Jaya Barat luas maksimum provinsi dua kali provinsi lainnya. d. Bagi perusahaan perkebunan dengan luas areal tertentu ( 25 ha) dan atau kapasitas pengolahan kelapa sawit tertentu ( 5 ton TBS/jam) wajib memiliki Izin Usaha Perkebunan /IUP (> 1.000 ha dan harus memiliki PKS), memiliki IUP-B bagi pelaku usaha budidaya (25 - !000 ha) , dan IUP-P bagi pelaku usaha Pengolahan (harus didukung 20% bahan baku dari kebun sendiri). e. Untuk perkebunan rakyat (< 25 ha) dan atau unit pengolahan kelapa sawit < 5 ton TBS /jam wajib didaftar oleh instansi yang berwenang dengan bukti Surat Tanda Daftar. Untuk perkebunan rakyat (< 25 ha) penguasaan tanah atau bukti kepemilikan lain/surat tanah yang sah (girik dll.). f. Izin Lokasi dan IUP merupakan salah satu persyaratan bagi perusahaan untuk mengajukan permohonan HGU

1.2.

Lokasi Perkebunan Pengelola perkebunan harus 1. Rencana Tataruang sesuai dengan a. Tanah yang dapat ditunjuk dalam Izin

Draft ISPO Pembahasan 23 Desember 2010 Hotel Permata Bogor

No

Prinsip/Kriteria memastikan bahwa penggunaan lahan perkebunan telah sesuai dengan Rencana Umum Tataruang Wilayah Provinsi (RUTWP) atau Rencana Umum Tataruang Wilayah Kabupaten /Kota (RUTWK) sesuai dengan perundangan yang berlaku atau kebijakan lain yang sesuai dengan ketetapan yang ditentukan oleh pemerintah setempat.

Indikator ketentuan yang berlaku atau ketentuan lainnya yang ditentukan oleh pemerintah daerah setempat. 2. Dokumen Izin Lokasi perusahaan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang; 3. Rekaman perolehan dan hak atas tanah/tanah ulayat 4. Peta lokasi.

Panduan Lokasi adalah tanah yang menurut Tataruang Wilayah yang berlaku diperuntukkan bagi penggunaan yang sesuai dengan rencana pengembangan wilayah tersebut yang akan dilaksanakan oleh suatu perusahaan. b. Perusahaan pemegang Izin Lokasi wajib menghormati kepentingan pihak pihak lain atas tanah yang belum dibebaskan, tidak menutup atau mengurangi aksesibilitas dan melindungi kepentingan umum; c. Melaporkan perkembangan perolehan tanah dan penggunaannya.

1.3.

Sengketa Lahan dan Kompensasi Pengelola perkebunan harus memastikan bahwa lahan perkebunan yang digunakan bebas dari status sengketa dengan masyarakat/petani disekitarnya. Apabila terdapat sengketa maka harus diselesaikan secara musyawarah untuk mendapatkan kesepakatan sesuai dengan peraturan perundangan dan /atau ketentuan adat yang berlaku namun bila tidak terjadi kesepakatan maka penyelesaian 1. Tersedia mekanisme penyelesaian sengketa yang terdokumentasi untuk penyelesaian sengketa. 2. Tersedia peta lokasi lahan yang disengketakan. 3. Tersedianya salinan perjanjian yang telah disepakati. 4. Rekaman progres musyawarah untuk penyelesaian sengketa disimpan. a. Sengketa lahan dengan masyarakat sekitar kebun /petani diselesaikan secara musyawarah/mufakat. b. Penetapan besarnya kompensasi dan lamanya penggunaan lahan masyarakat untuk usaha perkebunan dilakukan secara musyawarah. c. Apabila penyelesaian sengketa lahan melalui musyawarah tidak menemui kesepakatan, maka lahan yang disengketakan harus diselesaikan melalui jalur hukum/pengadilan negeri.

Draft ISPO Pembahasan 23 Desember 2010 Hotel Permata Bogor

No

Prinsip/Kriteria sengketa lahan harus menempuh jalur hukum.

Indikator

Panduan

1.4.

Status Badan Hukum Perkebunan kelapa sawit yang dikelola harus mempunyai status badan hukum yang jelas sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Telah memiliki dokumen yang sah tentang status badan hukum berbentuk akta notaris yang disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham). Bentuk badan hukum antara lain : a. Perseroan Terbatas; b. Yayasan. c. Badan Usaha Milik Negara (BUMN/BUMD). d. Koperasi.

1.5.

Manajemen Perkebunan Perkebunan harus memiliki 1. Perusahaan telah memiliki Visi dan Misi perencanaan jangka panjang serta komitmen untuk memproduksi untuk memproduksi minyak sawit minyak sawit lestari. lestari. 2. Memiliki SOP untuk praktek budidaya dan pengolahan hasil perkebunan. 3. Memiliki struktur organisasi dan uraian tugas yang jelas bagi setiap unit pelaksana. 4. Memiliki perencanaan untuk menjamin berlangsungnya usaha perkebunan. 5. Memiliki sistem manajemen Keuangan Perusahaan dan keamanan ekonomi dan keuangan yang terjamin dalam jangka panjang. 6. Memiliki Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM). a. Visi dan Misi menjadi komitmen perusahaan dari pimpinan tertinggi dan seluruh karyawan; b. Tersedia rencana kerja jangka panjang dan jangka pendek pembangunan perkebunan; c. Tersedia hasil audit neraca keuangan perusahaan oleh akuntan publik; d. Tersedia laporan tahunan yang secara lengkap menjelaskan kegiatan perusahaan; e. Tersedia SOP perekrutan karyawan; f. Tersedia sistem penggajian dan pemberian insentif; g. Memiliki sistem jenjang karier dan penilaian prestasi kerja; h. Tersedia peraturan perusahaan tentang hak dan kewajiban karyawan ; i. Tersedia peraturan dan sarana keselamatan

Draft ISPO Pembahasan 23 Desember 2010 Hotel Permata Bogor

No

Prinsip/Kriteria

Indikator

Panduan dan kesehatan kerja (K3) ; j. Rekaman pelatihan yang telah diikuti oleh karyawan kebun; k. Identifikasi jenis pelatihan yang diperlukan oleh perusahaan.

1.6.

Rencana dan realisasi pembangunan perkebunan dan pabrik

1. Rekaman rencana dan realisasi pemanfaatan lahan (HGU, HGB, HP, dll) untuk pembangunan perkebunan (pembangunan tanaman, pabrik, kantor, perumahan karyawan, dll). 2. Rekaman rencana dan realisasi kapasitas pabrik kelapa sawit.

a. Realisasi pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukannya (untuk tanaman kelapa sawit) dan waktu yang diberikan; b. Realisasi pemanfaatan lahan sesuai dengan izin yang dikeluarkan (HGU, HGB, HP dll). c. Tersedia pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) dan kapasitasnya ; d. Tersedia bahan baku pabrik sesuai kapasitas PABRIK/MILL. a. Jenis informasi yang bersifat rahasia adalah kerahasiaan dagang atau bilamana pengungkapan informasi tersebut akan berdampak negatif terhadap lingkungan dan sosial; b. Sebelum dimulai kegiatan perusahaan dan Surat Keputusan ditandatangani oleh Bupati/Walikota Madya diadakan rapat koordinasi disertai konsultasi dengan masyarakat pemegang hak atas tanah dalam lokasi yang dimohon meliputi : 1) Penyebarluasan informasi mengenai rencana pembangunan (kebun), ruang lingkup dan dampaknya, rencana

1.7.

Pemberian informasi kepada instansi terkait sesuai ketentuan yang berlaku dan pemangku kepentingan lainnya terkecuali menyangkut hal yang patut dirahasiakan

1. Rekaman pemberian informasi kepada instansi terkait; 2. Daftar jenis informasi/data yang dapat diperoleh oleh pemangku kepentingan lainnya; 3. Rekaman permintaan informasi oleh pemangku kepentingan lainnya; 4. Rekaman tanggapan terhadap permintaan informasi

Draft ISPO Pembahasan 23 Desember 2010 Hotel Permata Bogor

No

Prinsip/Kriteria

Indikator

Panduan perolehan dan penyelesaian perolehan tanah; Informasi mengenai rencana pengembangan dan penyelesaian masalah yang ditemui; Pengumpulan informasi untuk memperoleh data social dan lingkungan; Peran serta masyarakat serta alternative bentuk dan besarnya ganti rugi tanah.

2)

3) 4) 2. PENERAPAN PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT. Penerapan pedoman teknis budidaya Pembukaan lahan 1. Rekaman cara pembukaan lahan yang telah dilakukan oleh perusahaan. 2. Rekaman pembukaan lahan yang telah dilakukan berdasarkan SOP yang ditetapkan oleh perusahaan; 3. Rekaman pembukaan lahan yang dilakukan dengan berpedoman pada kelestarian lingkungan dan meminimalisir terjadinya erosi dan kerusakan tanah

2.1.

2.1.1

a. Dokumentasi kegiatan pembukaan lahan dimana pembakaran sejak tahun 1999 sudah tidak diperkenankan. b. Pembukaan lahan dilakukan berdasarkan hasil AMDAL/RPL-RKL. c. Pada lahan dengan kemiringan di atas 40% tidak dilakukan pembukaan lahan. d. Pembuatan sistem drainase, terasering, penanaman tanaman penutup tanah (cover crops) untuk meminimalisir erosi dan kerusakan/ degradasi tanah. 1. Perusahaan harus menggunakan air secara

2.1.2

Perlindungan Terhadap Sumber

1. Rekaman pengelolaan air dan

Draft ISPO Pembahasan 23 Desember 2010 Hotel Permata Bogor

No

Prinsip/Kriteria dan Kualitas Air

Indikator pemeliharaan sumber mata air. 2. Program pemantauan kualitas air permukaan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar perkebunan. 3. Rekaman penggunaan air untuk pabrik kelapa sawit.

Panduan efisien dan menghindari kontaminasi limbah dengan air buangan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap pengguna air lainnya. 2. Perusahaan harus menghindari terjadinya erosi pada sempadan sungai. 3. Perusahaan harus melindungi/melestarikan sumber mata air yang ada di areal perkebunan.

2.1.3

Perbenihan Pengelola perkebunan dalam melaksanakan proses perbenihan kelapa sawit harus mengacu kepada baku teknis dan peraturan perundangundangan yang berlaku untuk menghasilkan bahan tanam yang berkualitas. 1. Tersedia prosedur atau SOP/instruksi kerja yang terdokumentasi untuk pelaksanaan perbenihan. 2. Rekaman asal benih yang digunakan. 3. Rekaman pelaksanaan perbenihan kelapa sawit disimpan. 4. Rekaman penanganan benih/bibit kelapa sawit yang tidak memenuhi persyaratan. Prosedur atau instruksi kerja/SOP pelaksanaan proses perbenihan harus dapat menjamin : a. Benih/bahan tanam yang digunakan merupakan benih bina yang berasal dari sumber benih yang telah mendapat pengakuan dari pemerintah dan bersertifikat dari instansi yang berwenang. b. Umur dan kualitas benih yang disalurkan sesuai ketentuan teknis. c. Harus ditetapkan penanganan terhadap benih yang tidak memenuhi persyaratan.

2.1.4

Penanaman Pengelola perkebunan kelapa sawit dalam melakukan penanaman harus sesuai baku teknis dalam mendukung produktivitas tanaman 1. Tersedia SOP atau instruksi kerja untuk penanaman yang terdokumentasi dan mengacu kepada Pedoman Teknis Pembangunan Kebun Kelapa Sawit yang berlaku. SOP atau instruksi kerja penanaman harus mencakup : a. Rencana dan realisasi penanaman. b. Pengaturan jumlah tanaman dan jarak tanaman sesuai dengan kondisi lapangan

Draft ISPO Pembahasan 23 Desember 2010 Hotel Permata Bogor

No

Prinsip/Kriteria

Indikator 2. Rekaman pelaksanaan penanaman tanaman disimpan; 3. Rekaman dari penanaman di lahan gambut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Panduan dan praktek budidaya perkebunan terbaik. c. Adanya tanaman penutup tanah. d. Pembuatan terasering untuk lahan miring. e. Pengelolaan tinggi muka air (drainase) sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2.1.5

Pemeliharaan tanaman dalam mendukung produktivitas tanaman

1. Tersedia SOP atau instruksi kerja untuk Pemeliharaan tanaman mencakup kegiatan: pemeliharaan yang terdokumentasi a. Mempertahankan jumlah tanaman sesuai mengacu kepada Pedoman Teknis standar yang ditetapkan dengan melakukan Pembangunan Kebun Kelapa Sawit. sisipan; 2. Rekaman pelaksanaan pemeliharaan b. Pemeliharaan terasering dan tinggi muka air tanaman disimpan. (drainase); c. Pemeliharaan piringan; d. Pemeliharaan tanaman penutup tanah (cover crop). e. Sanitasi kebun dan penyiangan gulma; f. Rekomendasi dan realisasi pemupukan; g. Laporan kegiatan pemeliharaan tanaman.

2.1.6

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Pengelola perkebunan kelapa sawit harus melakukan pengamatan dan pengendalian hama, penyakit tanaman dan gulma (Organisme Pengganggu Tumbuhan/OPT) sesuai ketentuan teknis dengan memperhatikan aspek lingkungan. 1. Tersedia SOP dan instruksi kerja yang terdokumentasi untuk pengamatan dan pengendalian OPT. 2. Tersedia SOP dan instruksi kerja terdokumentasi untuk penanganan limbah pestisida. 3. Rekaman pelaksanaan pengamatan dan pengendalian OPT disimpan; 4. Rekaman jenis dan penggunaan SOP dan instruksi kerja untuk pengendalian OPT harus dapat menjamin bahwa : a. Pengendalian OPT dilakukan secara terpadu (pengendalian hama terpadu/PHT), yaitu melalui teknik budidaya, kebersihan kebun, penggunaan musuh alami (parasitoid, predator dan agens hayati), secara mekanis dan penggunaan pestisida secara terbatas dan bijaksana.

Draft ISPO Pembahasan 23 Desember 2010 Hotel Permata Bogor

No

Prinsip/Kriteria

Indikator pestisida serta agens pengendali OPT lainnya (parasitoid, predator, agens hayat, feromon, dll.).

Panduan b. Dilakukan pengamatan untuk sistem peringatan dini (Early Warning Sistem / EWS) terhadap serangan OPT; c. Pestisida yang digunakan telah terdaftar di Komisi Pestisida Kementerian Pertanian d. Penanganan limbah pestisida dilakukan sesuai petunjuk teknis untuk meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan; e. Tersedia sarana pengendalian sesuai SOP atau instruksi kerja. f. Tersrdia tenaga (regu) pengendali yang sudah terlatih. g. Tersedia gudang penyimpanan alatdan bahan pengendalian OPT ;

2.1.7

Pemanenan Pengelola perkebunan memastikan bahwa panen dilakukan tepat waktu dan dengan cara yang benar. 1. Tersedia SOP atau instruksi kerja terdokumentasi untuk pelaksanaan pemanenan. 2. Rekaman pelaksanaan pemanenan disimpan. SOP dan instruksi kerja pelaksanaan pemanenan harus mencakup : a. Penyiapan tenaga kerja, peralatan dan sarana penunjangnya. b. Penetapan kriteria matang panen dan putaran panen.

2.2.

Penerapan pedoman teknis pengolahan hasil perkebunan. Pengangkutan Buah. Pengelola perkebunan harus 1. Tersedia instruksi kerja/ SOP yang Instruksi kerja / SOP pengangkutan buah

2.2.1

Draft ISPO Pembahasan 23 Desember 2010 Hotel Permata Bogor

10

No

Prinsip/Kriteria memastikan bahwa TBS yang dipanen harus segera diangkut ke tempat pengolahan untuk menghindari kerusakan.

Indikator

Panduan

terdokumentasi untuk pengangkutan berisikan ketentuan sbb: TBS. a. Ketersediaan alat transportasi serta sarana 2. Rekaman pengangkutan TBS disimpan; pendukungnya. b. Buah harus terjaga dari kerusakan, kontaminasi, kehilangan dan ketepatan waktu sampai di tempat pengolahan.

2.2.2

Penerimaan TBS di PABRIK/MILL Pengelola PABRIK/MILL memastikan bahwa TBS yang diterima sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. 1. Rekaman spesifikasi TBS dan harga pembelian di lokasi penerimaan TBS sesuai dengan ketentuan yang berlaku disimpan. 2. Tersedia instruksi kerja/ SOP penerimaan dan pemeriksaan/ sortasi TBS yang terdokumentasi. 3. Rekaman penanganan TBS yang tidak sesuai persyaratan disimpan. a. Instruksi kerja / SOP penerimaan dan pemeriksaan / sortasi TBS juga harus mencakup pengaturan terhadap TBS / brondolan yang tidak memenuhi syarat. b. Penetapan harga pembelian TBS mengikuti ketentuan yang berlaku, dan tersedia rekapitulasi ketetapan harga TBS dari instansi yang berwenang. c. Kriteria TBS yang diterima di PABRIK/MILL dan harga yang berlaku pada bulan berjalan dan bulan sebelumnya harus dibuat terbuka.

2.2.3

Pengolahan TBS. Pengelola PABRIK/MILL harus merencanakan dan melaksanakan pengolahan TBS menjadi CPO melalui penerapan praktek pengelolaan/pengolahan 1. Tersedia informasi yang menguraikan spesifikasi / standar CPO yang diolah. 2. Tersedia SOP atau instruksi kerja yang diperlukan baik untuk proses pengolahan maupun proses a. Harus ada perencanaan produksi. b. Peralatan dan mesin-mesin produksi harus dirawat dan dikendalikan untuk mencapai kesesuaian produk dan efisiensi. c. Peralatan pabrik kelapa sawit harus

Draft ISPO Pembahasan 23 Desember 2010 Hotel Permata Bogor

11

No

Prinsip/Kriteria terbaik (GHP/GMP).

Indikator pemantauan dan pengukuran kualitas CPO. 3. Rekaman hasil produksi (output), kesesuaian mutu produk dan pengendalian produk yang tidak sesuai, harus disimpan.

Panduan dipelihara untuk menjamin proses pengolahan TBS dapat memenuhi kualitas hasil yang diharapkan. d. Harus ditetapkan dan diterapkan sistem/ cara identifikasi produk yang mampu telusur untuk menjamin ketelusuran rantai suplai (hanya bagi pabrik yang menerapkan supply chain certification/ sertifikasi rantai suplai).

2.2.4

Pengelolaan limbah. Pengelola PABRIK/MILL memastikan bahwa limbah pabrik kelapa sawit dikelola sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 1. Tersedia SOP atau instruksi kerja mengenai pengelolaan limbah. 2. Rekaman mengenai pengukuran kualitas limbah cair. 3. Rekaman penyimpanan sementara limbah B3, 4. Rekaman pelaporan pemantauan pengelolaan limbah kepada instansi yang berwenang harus disimpan. Prosedur dan petunjuk teknis pengelolaan limbah antara lain mencakup tentang : a. Pengukuran kualitas limbah cair di outlet Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sesuai ketentuan yang berlaku; b. Tersedia Tempat Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) c. Dilakukan upaya untuk meningkatkan cadangan karbon (penempatan potongan pelepah dan tandan/janjang kosong di area kebun).

2.2.5

Pemanfaatan limbah. Pengelola perkebunan dan PABRIK/MILL harus memanfaatkan limbah untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi dampak lingkungan. 1. Tersedia instruksi kerja/ SOP pemanfaatan limbah yang terdokumentasi. 2. Tersedia surat izin pemanfaatan limbah cair untuk land application (LA) dari a. Pengelola perkebunan kelapa sawit dan PABRIK/MILL dapat memanfaatkan limbah antara lain: 1) Pemanfaatan limbah padat berupa serat cangkang dan janjang kosong untuk

Draft ISPO Pembahasan 23 Desember 2010 Hotel Permata Bogor

12

No

Prinsip/Kriteria

Indikator instansi terkait. 3. Rekaman pemanfaatan limbah padat dan cair disimpan.

Panduan bahan bakar; 2) Pemanfaatan tandan/janjang kosong untuk pupuk organik; 3) Pemanfaatan Land Application sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b. Penyimpanan limbah di pabrik tidak boleh menimbulkan pencemaran lingkungan atau menyebabkan terjadinya kebakaran PABRIK/MILL. c. Tersedia perhitungan pengurangan emisi bila menggunakan bahan bakar terbarukan termasuk biomassa dibandingkan dengan bahan bakar minyak bumi; d. Pemanfaatan limbah cair harus dilaporkan kepada instansi yang berwenang.

3.

PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN. Kewajiban kebun kelapa sawit yang memiliki PABRIK/MILL Pengelola perkebunan yang 1. Memiliki IPAL (Instalasi Pengolahan Air Untuk industri kelapa sawit yang melakukan LA

3.1.

Draft ISPO Pembahasan 23 Desember 2010 Hotel Permata Bogor

13

No

Prinsip/Kriteria memiliki PABRIK/MILL harus melaksanakan kewajiban pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai ketentuan yang berlaku. 2.

Indikator Limbah); Memiliki izin pemanfaatan limbah cair dari (x) bagi industri kelapa sawit yang melakukan LA (Land Aplication). Memiliki izin dari Pemerintah Daerah untuk pembuangan limbah cair ke badan air. Memiliki izin dari KLH untuk PABRIK/MILL yang membuang limbah cairnya ke laut. Semua rekaman terkait kegiatan (1 s/d 4) wajib dibuat laporannya dan disimpan.

Panduan (Land Aplication) wajib : a. Memantau limbah cair, kualitas tanah dan kualitas air tanah sesuai ketentuan yang berlaku; b. Melaporkan per tiga bulan hasil pemantauan air limbah yang dilakukan setiap bulan; melaporkan pengukuran air tanah, sumur pantau setiap 6 bulan sekali; dan pengukuran kualitas tanah 1 tahun sekali. c. Melaporkan kualitas udara emisi dari semua sumber emisi dan ambient setiap 6 bulan sekali kepada PEMDA dengan tembusan KLH; Untuk industri yang tidak melakukan L.A wajib: a. Memantau limbah cair setiap bulan. b. Melaporkan per tiga bulan sekali hasil pemantauan limbah cair, per enam bulan emisi udara dan ambien kepada PEMDA dengan tembusan KLH; Pengelola Limbah B3 di PABRIK/MILL harus melakukan hal sbb: a. Melaporkan tiga bulan sekali pengelolaan limbah B3 di Industri CPO-nya; b. Mengirimkan jenis LB3 yang dihasilkan ke pihak ketiga yang berizin; c. Membuat logbook/neraca (catatan keluar masuk limbah) untuk LB3 yang dihasilkan, dikelola lanjut dan yang tersimpan di TPS

3.

4.

5.

Draft ISPO Pembahasan 23 Desember 2010 Hotel Permata Bogor

14

No

Prinsip/Kriteria

Indikator

Panduan LB3; d. Melaporkan neraca LB3 dan manifest pengiriman LB3 secara berkala setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada KNLH cc. Pemda Provinsi dan Pemda Kab/Kota;

3.2.

Kewajiban terkait analisa dampak lingkungan AMDAL,UKL dan UPL. Pengelola perkebunan harus melaksanakan kewajibannya terkait analisa dampak lingkungan, UKL dan UPL sesuai ketentuan perundangundangan yang berlaku. 1. Memiliki dokumen AMDAL bagi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit yang mempunyai lahan >= 3.000 ha. 2. Memiliki dokumen UKL/UPL bagi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit yang mempunyai lahan < 3.000 ha 3. Rekaman terkait pelaksanaan penerapan hasil AMDAL,UKL/UPL termasuk laporan kepada instansi yang berwenang harus disimpan. a. Pelaku usaha perkebunan kelapa sawit sebelum melakukan usahanya wajib membuat dokumen lingkungan. b. Pelaku usaha perkebunan kelapa sawit memulai pembangunan kebun setelah memiliki dokumen lingkungan c. Pelaku usaha perkebunan kelapa sawit yang telah beroperasi wajib menerapkan hasil AMDAL, UKL/UPL; d. Melaporkan hasil pemantauan dan pengelolaan lingkungan secara rutin kepada instansi yang berwenang.

3.3.

Pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Pengelola perkebunan harus melakukan pencegahan dan penanggulangan kebakaran. 1. Tersedia Petunjuk Teknis pencegahan dan penanggulangan kebakaran 2. Tersedianya SDM yang mampu mencegah dan menangani kebakaran. a. Melakukan pelatihan penanggulangan kebakaran secara periodik b. Melakukan pemantauan kebakaran dan melaporkan hasilnya secara berkala (minimal

Draft ISPO Pembahasan 23 Desember 2010 Hotel Permata Bogor

15

No

Prinsip/Kriteria

Indikator 3. Tersedianya sarana dan prasarana pengendalian/penanggulangan kebakaran; 4. Tersedianya organisasi dan sistem tanggap darurat; 5. Rekaman pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan kebakaran, pemantauan kebakaran dan pelaporannya harus disimpan.

Panduan 6 bln sekali) kepada Gubernur, Bupati/ Walikota dan instansi terkait. c. Melakukan penanggulangan bila terjadi kebakaran.

3.4.

Pelestarian biodiversity Pengelola perkebunan harus menjaga dan melestarikan keaneka ragaman hayati pada areal perkebunan dan areal yang tidak ditanami. 1. Tersedia Petunjuk Teknis identifikasi Perlindungan flora dan fauna di lingkungan perkebunan; 2. Tersedia daftar flora dan fauna di kebun dan sekitar kebun. 3. Rekaman sosialisasi disimpan. a. Pengelola perkebunan melaksanaan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya keaneka ragaman hayati dan upaya pelestariannya. b. Dilakukan pendataan terhadap flora dan fauna di kebun dan sekitar kebun; c. Upaya-upaya perusahaan untuk konservasi flora dan fauna antara lain dengan pembuatan poster, papan peringatan dll.

3.5

Identifikasi dan perlindungan kawasan lindung Pengelola perkebunan harus melakukan identifikasi kawasan lindung yang merupakan kawasan yang mempunyai fungsi utama melindungi 1. Tersedia hasil identifikasi kawasan lindung 2. Tersedia peta kebun yang menunjukkan lokasi kawasan lindung. 3. Rekaman identifikasi dan sosialisasi a. Dilakukan inventarisasi kawasan lindung di sekitar kebun. b. Sosialisasi kawasan lindung kepada karyawan dan masyarakat/petani di sekitar kebun.

Draft ISPO Pembahasan 23 Desember 2010 Hotel Permata Bogor

16

No

Prinsip/Kriteria kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa dengan tidak membuka untuk usaha perkebunan kelapa sawit.

Indikator kawasan lindung disimpan.

Panduan

3.6.

Mitigasi Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Pengelola usaha perkebunan harus mengidentifikasi sumber emisi GRK. 1. SOP/Petunjuk Teknis Mitigasi Emisi GRK; 2. Tersedia rekaman tahapan alih fungsi lahan (land use trajectory); 3. Tersedia rekaman usaha pengurangan emisi GRK; 4. Rekaman pelaksanaan mitigasi disimpan. a. Dilakukan inventarisasi sumber emisi GRK; b. Sosialisasi upaya-upaya pengurangan emisi GRK (metan trapping, pengaturan tata air pada lahan gambut, pengelolaan pemupukan yang tepat, dll) dan cara perhitungannya. c. Melakukan pemanfaatan limbah padat (serat, cangkang, dll) untuk bahan bakar boiler dan perhitungan efisiensi penggunaan bahan bakar fosil.

3.7.

Konservasi kawasan dengan potensi erosi tinggi. Pengelola perkebunan harus melakukan koservasi lahan dan 1. Tersedia prosedur/petunjuk teknis konservasi kawasan dengan potensi Prosedur / petunjuk teknis untuk konservasi sempadan sungai harus dapat menjamin,

Draft ISPO Pembahasan 23 Desember 2010 Hotel Permata Bogor

17

No

Prinsip/Kriteria menghindari erosi sesuai ketentuan yang berlaku.

Indikator

Panduan

erosi tinggi termasuk sempadan sungai. bahwa : 2. Tersedia peta kebun dan topografi serta a. Kawasan dengan potensi erosi tinggi antara lokasi penyebaran sungai. lain adalah daerah sempadan sungai yang 3. Rekaman pelaksanaan konservasi tidak lagi ditanami kelapa sawit. kawasan dengan potensi erosi tinggi b. Dilakukan penanaman tanaman yang disimpan. berfungsi sebagai penahan erosi pada sempadan sungai apabila tanaman tsb belum ada pada daerah dimaksud. c. Apabila di kawasan sempadan sungai sudah ditanami kelapa sawit dan sudah menghasilkan (>4 tahun), maka perlu dilakukan program rehabilitasi pada saat peremajaan (replanting).

4.

TANGGUNG JAWAB TERHADAP PEKERJA. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Pengelola perkebunan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( SMK3 ) 1. Tersedia Dokumentasi Sistem Manajemen K3 yang ditetapkan oleh yang berwenang. 2. Telah terbentuk organisasi SMK3 yang didukung oleh sarana dan prasaranya untuk penerapannya. 3. Tersedia asuransi kecelakaan kerja (Jamsostek). 4. Rekaman penerapan SMK3 termasuk pelaporannya harus disimpan. a. Perlu dilakukan pelatihan dan kampanye mengenai K3 b. Dilakukan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko kecelakaan. c. Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja dengan resiko kecelakaan kerja tinggi. d. Riwayat kejadian kecelakaan / cidera harus disimpan e. Harus ada pelaporan secara periodik kepada Kementeria Tenaga Kerja dan Transmigrasii

4.1.

Draft ISPO Pembahasan 23 Desember 2010 Hotel Permata Bogor

18

No

Prinsip/Kriteria

Indikator

Panduan dari penerapan SMK3.

4.2.

Kesejahteraan dan peningkatan kemampuan pekerja / buruh. Pengelola perkebunan harus memperhatikan kesejahteraan pekerja dan meningkatkan kemampuannya. 1. Telah diterapkan peraturan tentang Upah Minimum. 2. Mempunyai sistem penggajian baku yang ditetapkan. 3. Tersedia sarana dan prasarana untuk kesejahteraan pekerja (perumahan, poliklinik, sarana ibadah, sarana pendidikan dan sarana olahraga) 4. Tersedia kebijakan perusahaan untuk mengikutsertakan karyawan dalam program jaminan sosial ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 5. Tersedia program pelatihan untuk peningkatan kemampuan karyawan. 6. Rekaman pelaksanaan yang berkaitan dengan kesejahteraan dan peningkatan kemampuan pekerjaharus dipelihara. a. Upah minimum yang dibayarkan sesuai dengan UMR daerah bersangkutan. b. Daftar karyawan yang mengikuti program Jamsostek; c. Daftar karyawan yang telah mengikuti pelatihan; d. Daftar kebutuhan pelatihan;

4.3.

Penggunaan Pekerja Anak dan Tidak Melakukan Diskriminasi berdasarkan Suku, Ras, Gender dan Agama

Draft ISPO Pembahasan 23 Desember 2010 Hotel Permata Bogor

19

No

Prinsip/Kriteria Pengelola perkebunan tidak boleh mempekerjakan anak di bawah umur dan melakukan diskriminasi.

Indikator 1. Memiliki kebijakan perusahaan tentang persyaratan umur pekerja sesuai dengan UU yang berlaku 2. Memiliki kebijakan perusahaan tentang peluang dan perlakuan yang sama untuk mendapat kesempatan kerja. 3. Rekaman daftar karyawan disimpan. 4. Tersedia prosedur penyampaian keluhan bagi pekerja. 5. Rekaman keluhan pekerja disimpan.

Panduan Bagi perusahaan yang mempekerjakan buruh wanita antara pukul 23.00 sampai dengan 07.00 wajib: a. Memberikan makanan dan minuman yang bergizi; b. Menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja; c. Menyediakan antar jemput di tempat penjemputan dan tempat kerja.

4.4.

Pembentukan Serikat Pekerja. Pengelola perkebunan harus memfasilitasi terbentuknya Serikat Pekerja dalam rangka memperjuangkan hak-hak karyawan / buruh. 1. Memiliki peraturan perusahaan terhadap keberadaan serikat pekerja. 2. Memiliki daftar pekerja yang menjadi anggota serikat pekerja. 3. Rekaman pertemuan-pertemuan baik antara perusahaan dengan serikat maupun intern serikat harus disimpan. 1. Tersedia Kebijakan perusahaan dalam pembentukan koperasi; 2. Tersedia Akte pendirian koperasi karyawan Kegiatan yang berkaitan dengan serikat pekerja ini direkam.

4.5.

Perusahaan mendorong dan memfasilitasi pembentukan koperasi pekerja

a. Untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan perlu pembentukan koperasi karyawan; b. Daftar karyawan yang menjadi anggota koperasi

5.

TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN KOMUNITAS Tanggung jawab sosial dan lingkungan kemasyarakatan

5.1.

Draft ISPO Pembahasan 23 Desember 2010 Hotel Permata Bogor

20

No

Prinsip/Kriteria Pengelola perkebunan harus memiliki komitmen sosial, kemasyarakatan dan pengembangan potensi kearifan lokal. Pengelola perkebunan memiliki tanggungjawab melekat untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat serta berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan.

Indikator 1. Tersedia komitmen tanggung jawab sosialdan lingkungan kemasyarakatan sesuai ketentuan yang berlaku dan didokumentasikan. 2. Rekaman realisasi komitmen tanggung jawab sosial dan lingkungan kemasyarakatan harus disimpan.

Panduan a. Berperan dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat pada umumnya; b. Ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dengan melakukan kemitraan. c. Melakukan pembangunan di sekitar kebun antara lain melalui berbagai kegiatan seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, pertanian, usaha mikro dan kecil, olah raga, kesenian, keagamaan, sosial ekonomi dll.

5.2.

Pemberdayaan Masyarakat Adat/ Penduduk Asli Pengelola perkebunan ikut berperan dalam mensejahterakan masyarakat adat/ penduduk asli. 1. Memiliki program untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat adat (penduduk asli). 2. Memiliki program untuk mempertahankan kearifan lokal. a. Ikut mempertahankan keberadaan penduduk asli b. Memberikan prioritas kesempatan kerja kepada masyarakat adat/penduduk asli.

Draft ISPO Pembahasan 23 Desember 2010 Hotel Permata Bogor

21

No

Prinsip/Kriteria

Indikator 3. Rekaman realisasi program bersama masyarakat adat/ penduduk asli disimpan.

Panduan

6.

PEMBERDAYAAN KEGIATAN EKONOMI MASYARAKAT Pengembangan Usaha Lokal Pengelola perkebunan memprioritaskan untuk memberi peluang pembelian / pengadaan barang dan jasa kepada masyarakat di sekitar kebun. Rekaman transaksi lokal termasuk pembelian lokal, penggunaan kontraktor lokal, dll. Perusahaan harus membina masyarakat di sekitar kebun yang punya potensi untuk dapat memenuhi persyaratan / kriteria sebagai pemasok / suplier.

6.1.

7.

PENINGKATAN USAHA SECARA BERKELANJUTAN Pengelola perkebunan dan pabrik/mill harus terus menerus meningkatkan kinerja (sosial, ekonomi dan lingkungan) dengan mengembangkan dan Tersedia rekaman hasil penerapan perbaikan/peningkatan yang dilakukan. Pengelola perkebunan dapat melakukan perbaikan / peningkatan secara berkelanjutan melalui : a. Perbaikan / peningkatan sebagai tindak lanjut keputusan-keputusan dari tinjauan

Draft ISPO Pembahasan 23 Desember 2010 Hotel Permata Bogor

22

No

Prinsip/Kriteria mengimplementasikan rencana aksi yang mendukung peningkatan produksi minyak sawit berkelanjutan.

Indikator

Panduan manajemen. b. Penerapan teknologi baru hasil penelitian baik intern maupun dari luar. c. Pelaksanaan tindakan korektif maupun preventif sebagai tindak lanjut terhadap adanya ketidak sesuaian, ketidak sesuaian potencial, customer complain, trend / kecenderungan proses,anlisis data, saran masukan baik dari intern maupun dari luar termasuk dari pemerintah dll. Tim ISPO Januari 2011

Draft ISPO Pembahasan 23 Desember 2010 Hotel Permata Bogor

23

You might also like