You are on page 1of 3

H. Atresia Duodeni Pengertian : Atresia adalah tidak terbentukknya atau tersumbatnya suatu saluran dari organ - organ.

Atresia duodeni adalah buntunya saluran pada duodenum yang biasanya terjadi pada ampula vateri atau tidak terbentuknya duodenum (bagian terkecil dari usus halus) sehingga tidak dapat dilalui makanan yang akan ke usus.

Etiologi : Penyebab dari atresia duodenum merupakan kelainan bawaan yang penyebabnya belum diketahui secara jelas. Namun kerusakan pada duodenum terjadi karena suplay darah yang rendah pada masa kehamilan sehingga duodenum mengalami penyempitan dan menjadi obstruksi. Akan tetapi dilhat dari jenis kelainan, atresia duodenal ini merupakan kelainan pengembangan embrionik saat masih dalam kehamilan.

Tanda dan Gejala : a. Perut kembung didaerah epigastrium b. Muntah pertama sangat banyak, yang berwarna kehijau hijauan (mengandung empedu) c. Muntah berikutnya terjadi ketika tidak mendapatkan makanan selama beberapa waktu. d. Tidak kencing setelah disusui e. Tidak ada gerakan usus setelah pengeluaran mekonium f. Berat badan menurun sukar bertambah g. Adanya riwayat polihidramnion pada pertengahan kehamilan h. Ikterik tampak 1/3 bayi i. Adanya gelombang peristaltic pada proses awal penyakit ini

Manifestasi Klinis : Atresia duodeni pada bayi baru lahir harus dicurigai bila bayi tersebut muntah segera setelah lahir dan secara progesif menjadi buruk dengan pemberian makanan. Feces akan terlihat seperti mikonium normal, tetapi pada pemeriksaan tidak mengandung sel epitelium berlapis. Adanya sel epitel menunjukkan keutuhan atau kenormalan usus tersebut. Dengan adanya peningkatan dehidrasi, maka dapat

menimbulkan demam, yaitu bersuhu 390C yang merupakan indikasi peritonitis akibat ruktur dari atresia. Kelainan ini seringkali ditemukan sindrom down.

Penanganan : a. Pada penderita atresia duodeni ini belum ditemukan obatnya. Jalan satu-satunya hanya dengan pembedahan. b. Pengobatan awal bayi dengan atresia duodenum meliputi dekompresi orogastrik dengan penggantian cairan secara intra vena c. Ekokardiogram dan fotorontgen dada serta tulang belakang harus dilakukan untuk mengevaluasi anomaly yang lain karena 1/3 bayi dengan atresia duodenum mempunyai anomaly bawaan yang dapat mengancam kehidupan. d. Koreksi definitive atresia duodenum biasanya ditunda untuk mengevaluasi dan mengobati anomaly lain yang berakibat fatal e. Duodenoduodenostomi yaitu operasi perbaikan atresia duodenum. Usus proksimal yang telah melebar dapat dikecilkan secara perlahan dalam upaya memperbaiki peristaltic. f. Pemasangan pipa gastrostomi dipasang untuk mengalirkan lambung dan melindungi jalan nafas g. Dukungan nutrisi intra vena atau pipa jejunum transanastomosis diperlukan sampai bayi mulai makan peroral h. Jika obstruksi disebabkan oleh pipa ladd dengan malotrasi operasi deprlukan tanpa boleh ditunda.setelah lipatan atau pipa peritoneum yang tidak normal dipisahkan, seluruh usus besar diletakan didalam perut sebelah kiri, setelah mula-mula membuang apendiks; dan usus halus diletakan disebelah kanan posisi janin tidak berputar atau non rotasi i. Apendektomi dilakukan menghindari setelah diagnose apendisitis dikemudian hari j. Memasang kateter naso gastric berujung balon kedalam jejerum sebelelah bawah obstruksi, balon ditiup dan dengan pelan-pelan menarik karetnya.Ini dilakukan jika terjadi malrotasi yang muncul bersama dengan obstruksi duodenum instrinsik seperti membrane atau stenosis k. Pada pancreas anulare paling baik ditangani dengan duodenostomi tanpa memisah pancreas, dengan meninggalkan sependek mungkin bagian lingkungan yang tidak berfungsi.Obstruksi duodenum diagframatika dikelola dengan duodenoplastik karena ada kemungkinan duktus koledokus dapat bermuara pada diagframa sendiri.

Sumber : http://www.duodenal-atresia.html http://adam.about.com/enclopedia/infectiousdiseases/duodenal-atresia.html Sudarti,M.Kes Askeb Neonatus,Bayi dan Anak Balita

You might also like