You are on page 1of 12

HEMODIALISA Pengertian Hemodialisis adalah proses pembuangan zat-zat sisa metabolisme, zat toksik lainnya melalui membran semi

i permeabel sebagai pemisah antara darah dan cairan diaksat yang sengaja dibuat dalam dializer (Hudak dan Gallo 1996). Hemodialisa merupakan suatu tindakan yang digunakan pada klien gagal ginjal untuk menghilangkan sisa toksik, kelebihan cairan dan untuk memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dengan prinsip osmosis dan difusi dengan menggunakan sistem dialisa eksternal dan internal (Tucher, 1998). Hemodialisa adalah terapi pengganti pada gagal ginjal terminal dengan mengalirkan darah ke dalam suatu zat yang terdiri dari 2 kompartemen yaitu : - Kelompok darah yang didalamnya mengalir darah dibatasi oleh selaput semipermiabel buatan. - Kompartemen yang berisi cairan dialisat bebas pirogen berisi larutan dengan komposisi elektrolit mirip serum normal. (Soeparman, 1993) Membran semipermeabel merupakan lapisan yang sangat tipis dan mempunyai lubang sub mikroskopis (pori-pori) yang sengaja dibuat. Tujuan 1. Membuang sisa produk metabolisme protein seperti : urea, kreatinin dan asam urat. 2. Membuang kelebihan air dengan mempengaruhi tekanan banding antara darah dan bagian cairan. 3. Mempertahankan atau mengembalikan sistim buffer tubuh. 4. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh. Indikasi 1. GGA dan GGK laju filtrasi glomerulus < 5 ml 2. Intoksikasi obat dan zat kimia 3. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat 4. Sindrom hepatorenal dengan kriteria : K+ darah > 6 meq/l pH darah < 7,10 asidosis Ureum > 200 mg% Oliguria / an uria > 5 hr Prinsip HD - Difusi Perpindahan zat terlaur (salut) dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah oleh tenaga yang ditimbulkan oleh perbedaan konsentrasi zat terlarut di ke dua sisi membran dialisis. - Konveksi : (ultrafiltrasi osmosis) Perpindahan zat terlarut dan pelarut melalui membran oleh karena tenaga hidrostatik yang bekejra pada membran. Tekanan hidrostatik (+) kompartemen darah ditambah tekanan (-) kompartemen dialisat yang mendorong air melalui membran. Penambaban glukosa dalam cairan dialisat yang tinggi osmolalitas juga akan menimbulkan efek osmosis dan akan menarik cairan. Akses Pembuluh Darah 1. Kateter dialisis perkutan yaitu pada vena permoralis atau vena subclavia 2. Cimino dengan membuat fistula interna arteriovenosa operasi (LA. Radialis dan V. sefalika pergelangan tangan) pada tangan non dominan. Darah dipirau dari A ke V sehingga vena membesar. Hubungan ke sistim dialisis dengan 1 jarum di distal (garis arteri) dan di proksimal (Garis vena). Lama pemakaian 4 tahun Masalah yang mungkin timbul : :

Nyeri pada punksi vena, trombosis Aneurisma, kesulitan hemostatik post dialisa. Iskemia tangan Kontra Indikasi Penyakit perdarahan Kerusakan prosedur sebelumnya. Ukuran pembuluh darah klien/halus

Prosedur HD Ada 3 unsur penting untuk sirkuit HD : 1. Sirkuit darah Dari klien mengalir darah dari jarum/kanul arteri dengan pompa darah (200-250 ml/mnt) ke kompartemen darah ginjal buatan kemudian mengembalikan darah melalui vena yang letaknya proksimal) terhadap jarum arteri. Sirkuit darah punya 3 monitor : tekanan arteri, tekanan vena dan detektor gelembung udara. 2. Sirkuit dialisat/cairan dialisat Cairan yang terdiri dari air, elektrolit Air bersih, bebas dari elektrolit, mikroorganisme atau bahan asing lain perlu diolah dengan berbagai cara. Konsentrat dialisat berisi komposisi elektrolit : : 135 145 meq/l Ca :2,5 3,5 meq/l + : 0 4,0 meq/l Mg : 0,5 2,0 meq/l Na : 90 112 Dext : 0 250 meq/l 5% : 33 - 45 K+ Aceta t/bicarbonat Cl3. Membran ginjal buatan Dializer mempunyai struktur yang memungkinkan darah dan cairan dialisat mengalir secara optimal di ke 2 sisi yang bersebelahan daripada membran. Membran dializer yang ideal adalah : kliren semua zat toxic yang cukup tinggi Ultrafiltrasi yang wajar Biocompatible dan tidak toxic. Permeabilitas zat yang dibutuhkan rendah Murah Prosedur Pelaksanaan HD 1. Tahap persiapan a. Mesin sudah siap pakai b. Alat lengkap (set HD) - Dializer - Av blood line - Av vistula - Cairan dialisat pekat - Infus set - Spult 1 cc, 5 cc, 10 cc dan 20 cc - Kassa steril - Hanschoen steril - Pinset, dock, klem steril - Gunting dan plester c. Obat-obatan - Lidocain - betadin - kalmetason - Alkohol - heparinn - Anti histamin & NaCl 0,9 % d. Adm - Informed concent - Formulir HD dan travelling dialisis 2. Tahap pelaksanaan

Penjelasan pada klien dan keluarga Timbang Berat badan Atur posisi, observasi TTV Siapkan sirkulasi mesin Persiapkan tindakan steril pada daerah punksi f. Lakukan penurunan vena (out let dan in let) dengan AV fistula fixasi kemudian tutup dengan kasa steril g. Berikan bolus heparin dosis awal Heparin 5000 Ui encerkan 1 cc menjadi 10 cc dengan NaCl h. Memulai HD : - Hubungkan sirkulasi mesin dengan klien - Jalankan pompa darah dengan 26 100 ml/ sampai sirkulasi darah terisi semua. - Cairan priming ditampung ukur jumlahnya. - Hubungkan selang-selang untuk semua monitor - Pompa heparin dijalankan - Catat keluhan dan masalah sebelum HD 3. Tahap penghentian a. Siapkan alat yang dibutuhkan b. Ukur TTV c. 5 menit pre HD berakhir 26 diturunkan sekitar 100 cc/l, UFR : 0 d. Blood pump stop e. Ujung ABL di klem, jarum dicabut, bekas tusukan inlet di tekan dengan kassa steril yang diberi betadin. f. Hubungkan ujung ABL dengan infus set. g. Darah dimasukan ke dalam tubuh dengan di dorong Na Cl 0,9 % ( 50.100 cc) h. Setelah outlet dicabut, bekas punksi outlet ditekan dengan kassa steril + betadin. i. Ukur TTV j. Timbang berat badan Komplikasi 1. Ketidakseimbangan cairan Parameter : TD, Nadi, BB, Intake, output, turgor, tekanan arteri pulmonal. a. Hipervolemia - TD meningkat, nadi dan nafas meningkat, CVP meningkat, dispnea, reles basah, batuk, edema, peningkatan berat badan >> sejak dialisis terakhir, intake meningkat. - Ro thorax : ukuran ditolerir kg/24 jam diantara waktu dialisis, batasi intake natrium, catat intake dan output. Ultraviltrasi - TD meningkat, mual, muntah, berkeringat dan pingsan. - 4-5 kg air dibuang selama 2 6 jam b. Hipovolemia - Peningkatan TD, peningkatan nadi, nafas meningkat, turgor menurun, mulut kering, CVP menurun, urine menurun - Keringat >>, muntah, diare, berat badan menurun - Monitor berat badan, flebotami + NaCl 100-200 ml. Pantau tekanan darah, plasma ekspander (albumin) - Tidak boleh ultrafiltrasi. c. Hipotensi - Oleh karena hipovolemia, ultrafiltrasi ber >>, kehilangan darah ke dalam dializer, inkompabilitas membran, pendialisa therapi anti hipertensi. - Pantau BB, posisi horizontal, menurunkan ultrafiltrasi, cairan NaCl/plasma ekspander, penurunan Na (135-145 meg/l). - Cek TTV 4-6 jam, antihipertensi, sedatif/tranguilizer dihindari.

a. b. c. d. e.

Hipertensi - Karena ke >> cairan, sindroma disoguilibrum, respon renim terhadap ultrafiltrasi, anxietas. - TD diastolik > 120 mmHg therapi hidralazin 10 mg - Percaya diri dan ketenangan pada staf e. Sindrom Disequilibrium pialisis - Gelisah, kacau mental, kedutan, mual, muntah, sakit kepala - Dialisis lambat waktu singkat cegah gejala - fenitoin 2. Ketidakseimbangan elektrolit a. Na + - Intake Na + >> rasa haus hepertensi dan >> cairan - Kram otot (perpindahan Na+, H2O) NaCl hipertonik (NaCl 32), dextra 50%, peningkatan berat badan 1 kg/hr. b. K+ K+ menurun hipokalemia, efek digitalis, disritmia fatal c. Bicarbonat (C = 25 30 meq/l) - Uremia Bicnat menurun untuk buffer asidosis - Tambahan asetat/bicarbonat pada dialisat - Intoleransi asetat kontraksi miokard menurun, mual, muntah, sakit kepala d. Ca + (C : 3-3,5 meq/l) - Intervensi diet dan obat-obatan e. Fosfor - Ggk antasid, Ca2+, untuk mengikat fosfor dalam GI dan mencegah penyerapannya masalah pada tulang. - Tambahan Ca+ bicarbonat /asetat selama atau sesudah makanan f. Mg - Hindari antasid/laxatif Mg2+, susu Mg2+ - Batasi diit Mg2+ 3. Infeksi a. Hindari kateter indwelling b. Teknik aseptik perubahan suhu tubuh c. Oral hygiene cegah bakteri pneumonia d. Infeksi paru : - depresi reflek batuk - Gangguan sistim syaraf pusat pernafasan - Peningkatan viskositas sekresi paru oleh karena dehidrasi dan pernafasan mulut - Kongesti paru oleh karena >> cairan (media bakteri dan menghalangi upaya pernafasan. Ubah posisi Nafas dalam dan batuk efektif Imobilisasi dini Humidifikasi adekuat Hidrasi Aspirasi trakeal/suction Therapi O2 4. Perdarahan dan heparinisasi Kondisi medis : ulkus /gastritis, anti koagulasi >> Darah dalam sisteim ekstrakorporal Heparinisasi sistemik masa pembekuan klien dan dializer sama dosis awal dosis kecil interval kecepatan konstan (Pompa infus) @6-10 meningkat 3060 pantau cloothing time (CT) teraktivasi / masa tromboplastin.

d.

PENGKAJIAN Data Demografi Nama, nama panggilan, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suhu, pendidikan, pekerjaan, lama bekerja, alamat, tanggal masuk, jam, cara masuk dan sumber informasi. Persepsi dan manajemen kesehatan Alasan masuk/keluhan utama Faktor pencetus Riwayat pengobatan/pembedahan Masalah kesehatan lain yang diderita Upaya yang dilakukan untuk mengatasi Penampilan umum klien Riwayat Kesehatan Dahulu Kemungkinan adanya penyakit DM, nefrosklerosis akibat hipertensi, glomerulonefritis kronis/GGA yang tidak teratasi, obstrukusi, infeksi pada traktus urinarius, operasi ginjal/batu ginjal, riwayat intoksikasi. Riwayat Kesehatan Keluarga Adanya anggota keluarga yang menderita DM, penyakit ginjal polikistik, penyakit kardiovaskuler, hipertensi, acidosis tubulus ginjal. Riwayat Kesehatan Sekarang Aktifitas/istirahat : Kelelahan, kelemahan, malaise Sirkulasi : Palpitasi, nyeri dada Eliminasi : Urine sedikit, perut kembung, diare, konstipasi Makanan/cairan : Peningkatan/penurunan berat badan, mual, muntah, oedema, sering haus. Integritas ego : stress, perasaan tidak berdaya, cemas. Neurosensori : sakit kepala, penglihatan kabur. Nyeri/kenyamanan : Nyeri punggung, sakit kepala, kram otot Pernafasan : Nafas pendek, sesak nafas pada malam hari batuk sputum kental. Keamanan : Kulit gatal Seksualitas : penurunan libido, amenorea, infertilitas. Pemeriksaan Fisik Aktifitas/istirahat : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak. Sirkulasi : Hipertensi, distensi vena yugolaris, nadi kuat, edema jaringan umum, pintting edema pada kaki, telapak tangan. Distritmia jantung Nadi lemah, halus, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, friction rub perikardial, pucat kulit coklat kehijauan, kuning, kecenderungan perdarahan. Eliminasi : Perubahan warna urine seperti kuning pekat, merah, coklat,berawan. Oliguria, dapat menjadi anuria Makanan/cairan : Distensi abdomen/ascites, pembesaran hati (tahap akhir), perubahan turgor kulit/kelembaban, edema (umum, tergantung), ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah, penurunan otot, penurunan lemak sub kutan, penampilan tidak bertenaga. Integritas Ego : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung, perubahan kepribadian. Neurosensori : Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma, kejang, fasikulasi otot, aktifitas kejang, rambut tipis, kuku rapuh dan tipis. Nyeri/keamanan : Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah.

Pernafasan Keamanan

: Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/kedalaman (Kusmaull), batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru). : Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi) normotermia dapat secara aktual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu rendah. Pteki, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, deposit fosfat kalsium (kalsifikasi metastatik) pada kulit, jaringan lunak sendi, keterbatasan gerak sendi.

Pemeriksaan Penunjang Urine : - Volume biasanya < 400 ml/24 jam - Warna keruh mungkin karena pus, bakteri, lemak, partikel koloid, fosfat atau urat sedimen kotor, kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin. - Berat jenis : kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat) - Osmolalitas : < 350 m osm/kg menunjukkan kerusakan tubular dan rasio urine /serum sering 1 : 1. - Klirens kreatinin mungkin menurun - Natrium > 40 meq/l karena ginjal tidak mampu mereabsorpsi natrium. - Protein : Protein usia (3-4+) menunjukkan kerusakan glomerulus bila Sel darah merah dan fragmen juga ada. Darah : - BUN/Kreatinin meningkat, kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir. - Hitung darah lengkap : HB menurun pada anemia, HB menurun 7-8 g/dl. - Sel darah merah : waktu hidup menurun pada defisiensi eritropoitin seperti azotermia. - GDA : pH menurun, asidosis metabolik (kurang dari 7,2 terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal untuk mengekstesikan hidrogen dan amonia atau hasil akhir katabolisme protein, bicnat menurut, PCO2 menurun. - Natrium serum : mungkin rendah bila ginjal kehabisan Na. - Kalium : meningkat sehubungan retensi sesuai dengan perpindahan seluler (asidosis). - Magnesium/fosfat meningkat. - Kalsium menurun - Protein (albumin menurun, kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan. - Osmolalitas serum : > 285 m Osm/kg. - EKG : abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam/basa. KEMUNGKINAN DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan GI track, anoreksia,mual/muntah, stomatitis. 2. Gangguan mobilitas fisik b.d terapi perubahan prosedur dialisis yang lama, takut/bahaya nyata terhadap lepasnya aliran dialisat/kateter, penurunan kekuatan/tahanan : gangguan kuskuloskeletal, gangguan persepsi/kognitif. 3. Kurang perawatan diri b.d gangguan persepsi kognitif, intoleran aktifitas : penurunan kekuatan. 4. Resiko konstipasi b.d penurunan masukan cairan, penurunan motilitas usus, perubahan pola diit. 5. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologis seperti toksin uremik, ketidakseimbangan elektrolit, hipovolemia, perpindahan cairan : hiperglikemi. 6. Gangguan citra diri b.d krisis situasional, penyakit kronis 7. Cemas b.d krisis situasional, ancaman pada konsep diri, perubahan pada status kesehatan, status sosial ekonomi. 8. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat, keterbatasan kognitif. 9. Resiko kelebihan volume cairan b.d tidak adekuatnya gradien osmotik dialisat, retensi cairan. 10. Resiko kekurangan volume cairan b.d efek ultrafiltrasi selama dialisis.

11. Resiko cedera b.d akses vaskuler dan komplikasi sekunder terhadap penyusunan dan pemeliharaan akses vaskuler.

INDIKASI
1. Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA untuk sementara sampai fungsi ginjalnya pulih. 2. Pasien-pasien tersebut dinyatakan memerlukan hemodialisa apabila terdapat indikasi: a. Hiperkalemia b. Asidosis c. Kegagalan terapi konservatif d. Kadar ureum / kreatinin tinggi dalam darah e. Kelebihan cairan f. Mual dan muntah hebat

PERALATAN
3. Dialiser atau Ginjal Buatan Komponen ini terdiri dari membran dialiser yang memisahkan kompartemen darah dan dialisat. Dialiser bervariasi dalam ukuran, struktur fisik dan tipe membran yang digunakan untuk membentuk kompartemen darah. Semua factor ini menentukan potensi efisiensi dialiser, yang mengacu pada kemampuannya untuk membuang air (ultrafiltrasi) dan produk-produk sisa (klirens). 4. Dialisat atau Cairan dialysis Dialisat atau bath adalah cairan yang terdiri atas air dan elektrolit utama dari serum normal. Dialisat ini dibuat dalam system bersih dengan air keran dan bahan kimia disaring. Bukan merupakan system yang steril, karena bakteri terlalu besar untuk melewati membran dan potensial terjadinya infeksi pada pasien minimal. Karena bakteri dari produk sampingan dapat menyebabkan reaksi pirogenik, khususnya pada membran permeable yang besar, air untuk dialisat harus aman secara bakteriologis. Konsentrat dialisat biasanya disediakan oleh pabrik komersial. Bath standar umumnya digunakan pada unit kronis, namun dapat dibuat variasinya untuk memenuhi kebutuhan pasien tertentu. 5. Sistem Pemberian Dialisat Unit pemberian tunggal memberikan dialisat untuk satu pasien: system pemberian multiple dapat memasok sedikitnya untuk 20 unit pasien. Pada kedua system, suatu alat pembagian proporsi otomatis dan alat pengukur serta pemantau menjamin dengan tepat kontrol rasio konsentrat-air. 6. Asesori Peralatan Piranti keras yang digunakan pada kebanyakan system dialysis meliputi pompa darah, pompa infus untuk pemberian heparin, alat monitor untuk pendeteksi suhu tubuh bila terjadi ketidakamanan, konsentrasi dialisat, perubahan tekanan, udaara, dan kebocoran darah. 7. Komponen manusia 8. Pengkajian dan penatalaksanaan

PROSEDUR HEMODIALISA
Setelah pengkajian pradialisis, mengembangkan tujuan dan memeriksa keamanan peralatan, perawat sudah siap untuk memulai hemodialisis. Akses ke system sirkulasi dicapai melalui salah satu dari beberapa pilihan: fistula atau tandur arteriovenosa (AV) atau kateter hemodialisis dua lumen. Dua jarum berlubang besar (diameter 15 atau 16) dibutuhkan untuk mengkanulasi fistula atau tandur AV. Kateter dua lumen yang dipasang baik pada vena subklavikula, jugularis interna, atau femoralis, harus dibuka dalam kondisi aseptic sesuai dengan kebijakan institusi. Jika akses vaskuler telah ditetapkan, darah mulai mengalir, dibantu oleh pompa darah. Bagian dari sirkuit disposibel sebelum dialiser diperuntukkan sebagai aliran arterial, keduanya untuk membedakan darah yang masuk ke dalamnya sebagai darah yang belum mencapai dialiser dan dalam acuan untuk meletakkan jarum:

jarum arterial diletakkan paling dekat dengan anastomosis AV pada vistula atau tandur untuk memaksimalkan aliran darah. Kantong cairan normal salin yang di klep selalu disambungkan ke sirkuit tepat sebelum pompa darah. Pada kejadian hipotensi, darah yang mengalir dari pasien dapat diklem sementara cairan normal salin yang diklem dibuka dan memungkinkan dengan cepat menginfus untuk memperbaiki tekanan darah. Tranfusi darah dan plasma ekspander juga dapat disambungkan ke sirkuit pada keadaan ini dan dibiarkan untuk menetes, dibantu dengan pompa darah. Infus heparin dapat diletakkan baik sebelum atau sesudah pompa darah, tergantung peralatan yang digunakan. Dialiser adalah komponen penting selanjutnya dari sirkuit. Darah mengalir ke dalam kompartemen darah dari dialiser, tempat terjadinya pertukaran cairan dan zat sisa. Darah yang meninggalkan dialiser melewati detector udara dan foam yang mengklem dan menghentikan pompa darah bila terdeteksi adanya udara. Pada kondisi seperti ini, setiap obat-obat yang akan diberikan pada dialysis diberikan melalui port obat-obatan. Penting untuk diingat, bagaimanapun bahwa kebanyakan obat-obatan ditunda pemberiannya sampai dialysis selesai kecuali memang diperintahkan. Darah yang telah melewati dialysis kembali ke pasien melalui venosa atau selang postdialiser. Setelah waktu tindakan yang diresepkan, dialysis diakhiri dengan mengklem darah dari pasien, membuka selang aliran normal salin, dan membilas sirkuit untuk mengembalikan darah pasien. Selang dan dialiser dibuang kedalam perangkat akut, meskipun program dialisis kronik sering membeli peralatan untuk membersihkan dan menggunakan ulang dialiser. Tindakan kewaspadaan umum harus diikuti dengan teliti sepanjang tindakan dialysis karena pemajanan terhadap darah. Masker pelindung wajah dan sarung tangan wajib untuk digunakan oleh perawat yang melakukan hemodialisis. B. 1. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. 2. a. b. c. d. e. f. g. h. i. Pedoman Pelaksanaan Hemodialisa Perawatan sebelum hemodialisa Sambungkan selang air dengan mesin hemodialisa Kran air dibuka Pastikan selang pembuang air dan mesin hemodialisis sudah masuk kelubang atau saluran pembuangan Sambungkan kabel mesin hemodialisis ke stop kontak Hidupkan mesin Pastikan mesin pada posisi rinse selama 20 menit Matikan mesin hemodialisis Masukkan selang dialisat ke dalam jaringan dialisat pekat Sambungkan slang dialisat dengan konektor yang ada pada mesin hemodialisis Hidupkan mesin dengan posisi normal (siap) Menyiapkan sirkulasi darah Bukalah alat-alat dialysis dari set nya Tempatkan dializer pada tempatnya dan posisi inset (tanda merah) diatas dan posisi outset (tanda biru) di bawah. Hubungkan ujung merah dari ABL dengan ujung insetdari dializer. Hubungkan ujung biru dari UBL dengan ujung out set dari dializer dan tempatkan buble tap di holder dengan posisi tengah.. Set infus ke botol NaCl 0,9% - 500 cc Hubungkan set infus ke slang arteri Bukalah klem NaCl 0,9%, isi slang arteri sampai ke ujung slang lalu diklem. Memutarkan letak dializer dengan posisi inset di bawah dan out set di atas, tujuannya agar dializer bebas dari udara. Tutup klem dari slang untuk tekanan arteri, vena, heparin

j. k. l. m. n. o. p. q. r. s. 3. a. b. c. d. e. 1) 2) 3) C.

Buka klem dari infus set ABL, VBL Jalankan pompa darah dengan kecepatan mula-mula 100 ml/menit, kemudian naikkan secara bertahap sampai dengan 200 ml/menit. Isi bable-trap dengan NaCl 0,9% sampai cairan Berikan tekanan secara intermiten pada VBL untuk mengalirkan udara dari dalam dializer, dilakukan sampai dengan dializer bebas udara (tekanan lebih dari 200 mmHg). Lakukan pembilasan dan pencucian dengan NaCl 0,9% sebanyak 500 cc yang terdapat pada botol (kalf) sisanya ditampung pada gelas ukur. Ganti kalf NaCl 0,9% yang kosong dengan kalf NaCl 0,9% baru Sambungkan ujung biru VBL dengan ujung merah ABL dengan menggunakan konektor. Hidupkan pompa darah selama 10 menit. Untuk dializer baru 15-20 menit untuk dializer reuse dengan aliran 200-250 ml/menit. Kembalikan posisi dializer ke posisi semula di mana inlet di atas dan outlet di bawah. Hubungkan sirkulasi darah dengan sirkulasi dialisat selama 5-10 menit, siap untuk dihubungkan dengan pasien )soaking. Persiapan pasien Menimbang berat badan Mengatur posisi pasien Observasi keadaan umum Observasi tanda-tanda vital Melakukan kamulasi/fungsi untuk menghubungkan sirkulasi, biasanya mempergunakan salah satu jalan darah/blood akses seperti di bawah ini: Dengan interval A-V shunt / fistula simino Dengan external A-V shunt / schungula Tanpa 1 2 (vena pulmonalis) Intrepretasi Hasil Hasil dari tindakan dialysis harus diintrepretasikan dengan mengkaji jumlah cairan yang dibuang dan koreksi gangguan elektrolit dan asam basa. Darah yang diambil segera setelah dialysis dapat menunjukkan kadar elektrolit, nitrogen urea, dan kreatinin rendah palsu. Proses penyeimbangan berlangsung terus menerus setelah dialysis, sejalan perpindahan zat dari dalam sel ke plasma.

D. a. b. c. d. e. f. g. a. b. c. d. e. f.

Komplikasi 1. Ketidakseimbangan cairan Hipervolemia Ultrafiltrasi Rangkaian Ultrafiltrasi (Diafiltrasi) Hipovolemia Hipotensi Hipertensi Sindrom disequilibrium dialysis 2. Ketidakseimbangan Elektrolit Natrium serum Kalium Bikarbonat Kalsium Fosfor Magnesium 3. Infeksi 4. Perdarahan dan Heparinisasi

10

a. b. c. d. e. f. g. a. b. c. d.

5. Troubleshooting Masalah-masalah peralatan Aliran dialisat Konsentrat Dialisat Suhu Aliran Darah Kebocoran Darah Emboli Udara 6. Akses ke sirkulasi Fistula Arteriovenosa Ototandur Tandur Sintetik Kateter Vena Sentral Berlumen Ganda

11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HEMODIALISA

Oleh :

ANDRA SAFERI WIJAYA, S.Kep

PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
2011

12

You might also like