You are on page 1of 4

GANGGUAN KEPRIBADIAN ANTISOSIAL

Abstrak Bab ini membahas pengertian medis tentang gangguan kepribadian antisocial (ASPD) termasuk penelitian mengenai etiologi, prevalensi, patologi, diagnosis banding, dan penatalaksanaanya. ASPD, dan berkaitan dekat dengan psikopat, tampaknya merupakan hubungan erat pengaruh lingkungan terhadap genetic. Studi epidemiologi mengindikasikan ASPD dan psikopat lebih banyak muncul pada laki-laki daripada perempuan, penemuan yang didukung dengan penelitian kepribadian umum. Teori patologi mengenainya sangat banyak, tetapi umumnya dilihat dr perbedaan defisit, psikopat telah diasosiasikan secara empiris dengan proses afek yang abnormal, abnormalitas neuroanatomis, gangguan sistem psikofisiologis aurousal, defisit pada fungsi kognitif, dan konstelasi kepribadian maladaptive. Walaupun secara diagnostik terpercaya, ASPD dan psikopat sangat komorbid dengan sifat ketergantungan dan gangguan kepribadian narsistik karena criteria yang sama, membuatnya susah untuk dibedakan. Akhirnya penatalaksanaan psikopat dan ASPD menjadi kontroversi, walaupun penemuan metaanalisis mendemonstrasikan hasil yang positif, dan cukup bukti mengindikasikan bahwa kedua gangguan ini resisten terhadap intervensi yang khas.

1. DEFINISI
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) menetapkan gangguan kepribadian antisocial (ASPD) sebagai pola pervasif mengabaikan dan pelanggaran hak orang lain. Criteria diagnostik utama ASPD termasuk aktivitas criminal, kecurangan, impulsive, agresi, kenekatan, ketidakbertanggungjawaban, dan ketidakpedulian sampai penganiayaan terhadap orang lain. Konseptualitas DSM IV mengenai ASPD didasarkan secara substansial pada manifestasi klinis psikopat diuraikan oleh Cleckley. Kenyataannya, peryataan dalam DSM IV mengindikasi psikopat adalah istilah lain dari gangguan ini. Tetapi bebrapa peneliti berkomentar bahwa pola ASPD dan psikopat tidak dapat dibedakan karena kesalahan DSM memasukkan ASPD ke dalam teori psikopat Cleckley. Telah dikembangkan media penilaian psikopat, Psychopathy Checklist Revised (PCL-R) meliputi beberapa sifat tidak ditemukan dalam DSM IV. Definisi ASPD: glib charm, berkurangnya rasa emoati, afek dangkal, dan arogan. Selain itu, Cleckley mengidentifikasi sifat psikopat lain tidak ada dalam DSM IV dan criteria PCL-R, terutama tidak adanya kegelisahan yang merupakan sifat dasar psikopat. Hal ini menolong dalam hal mengerti ASPD dari perspektif struktur kepribadian

umum, khususnya, sifat-sifat maladaptive dalam populasi. Penulis lebih suka menggunakan the vefactor model of personality (FFM). Seperti dinilai melalui NEO Personality InventoryRevised (NEO PI-R), FFM termasuk lima domain luas, masing-masing dengan enam aspek spesifik, sebagai pendeskripsi kepribadian dasar. Domainnya termasuk neurotisme (N: kecemasan, sifat permusuhan, sifat depresi, kesadaran dirim impulsive, kerentanan), ekstraversi (E: kehangatan, gregariousness, ketegasan, aktivitas, mencari kesenangan, emosi yang positif), dan sifat berhati-hati (C: kompeten, jiwa pemimpin, bertanggungjawab, berprestasi, disiplin diri, musyawarah mufakat). Penelitian besar telah dilakukan menggunakan FFM untuk mengerti psikopat dan ASPD. Penting nya konseptual FFM mengemukakan persamaan dan perbedaan antara pola psikopat dan ASPD termasuk kerangka kerja umumnya. Misalnya, walaupun ASPD dan psikopat diwakilan dengan aspek tingkat kejujuran rendah (penipuan), altruism rendah (ekploitasi) dan pemenuhan rendah (agresi antagonistic); psikopat juga termasuk aspek kesopanan yang rendah (arogan), pelelangan pikiran yang rendah (sifat tak berperasaan), dan kercayaan yang rendah (kecurigaan). ASPD dan psikopat membagi beberapa aspek C, termasuk sifat bertanggungjawab yang rendah (tidak peka), disiplin diri yang rendah (lalai), dan kurang pertimbangan. Walaupun psikopat diwakilkan dengan kompetensi yang tinggi (efisien). Dengan mempertimbangkan N, ASPD dan psikopat diwakilkan dengan tingkat kemarahan dan impulsive yang tinggi. Tetapi psikopat juga dicirikan dengan aspek N termasuk kesadaran diri yang rendah, berkurangnya kecemasan, tidak realistic, dan kerentanan yang rendah (tidak takut), dimana ASPD diwakilkan dengan kerentanan yang tinggi dan depresi. Dalam E, psikopat dan ASPD diwakilkan dengan mencari kegembiraan yang tinggi dan dominan, tetapi pasien psikopat juga rendah dalam kehangatan (dingin dan menjaga jarak). Walaupun ASPD dan psikopat sepertinya saling tumpang tindih, perbedaan menganggap aspek kepribadian mengindikasikan arti divergensi secara potensial. Divergensi ini digambarkan pada perbedaan epidemiologi dan patologi dua konseptualisasi alternative. Untuk alasan ini, diagnosis ini akan dibahas secara terpisah pada bab yang bersangkutan. Sebagai tambahan, antara dua konsep itu, beberapa penelitian telah dilakukan untuk psikopat, terutama dalam domain patologi. Dan lagi, walaupun kami tidak ingin menggunakan gangguan bergantian, berat literature mengenai psikopat layak untuk dipertimbangkan.

2. ETIOLOGI Hasil studi twin and adoption menyatakan bahwa ada hubungan yang kuat antara komponon genetic terhadap perilaku antisocial. Secara umum, faktor genetic diperkirakan 50% dari variasi perilaku antisocial, walaupun perkiraan ini hanya dipengaruhi oleh interaksi antara gen, atau antara gen dan lingkungan. Tetapi ketika kontribusi genetic adiktif dan nonadiktif dinilai, kontribusi aspek genetic berperanan

kuat. Waldman dan Rhee mengemukakan hasil metaanalisis dari 51 studi twin and adoption mengenai perilaku antisocial yang menyatakan bahwa adanya konstribusi substasial dari faktor genetic adiktif (ukuran pengaruh 0,32) dan nonadiktif (ukuran pengaruh 0,089) heritabilitas perilaku antisocial juga didukung oleh studi mengenai perangai hewan. Studi seleksi (dimana perkawinan kakak beradik dilakukan turun temurun) telah berhasil menghasilkan turunan dengan sifat spesifik, termasuk agresivitas, yang mengindikasikan bahwa yang biasanya diturunkan adalah perangainya. Hasil ini membuktikan bahwa gen spesifik yang diturukan mempengaruhi perilaku antisocial. Walaupun tidak ada gen yang secara jelas diidentifikasi sebagai precursor penyebab ASPD dan psikopat, beberapa kandidat telah ditentukan, termasuk gen yang disinyalir sebagai predisposisi attention- decit hyperactivity disorder (ADHD) dan gen yang
berhubungan dengan sistem neurotransmitter perilaku agresif dan criminal, seperti sistem dopaminergik dan serotoninergik (17, 20, 21). Dalam lingkup ini, Minzenberg dan Siever menetapkan beberapa

poliformisme genetis yang merupakan focus penelitian belakangan ini mengenai perilaku antisocial dan agresif (20). Termasuk sisterm serotoninergik, alel yang terlibat dalam sintesis (U dan LL), transport (s), penerima (5HT1B), dan metabolisme (MAO-A) dari serotonin neuron telah diasosiasikan dengan kemarahan, perilaku agresif, dan impulsivitas, karena mempunyai beberapa reseptor polimorfisme (DRD2, DRD3, DRD4) dari sistem dopaminergik, dan catechol-O- methyltransferase (COMT), suatu

polymorfisme yang dihubungkan dengan pemecahan dopamin and norepinefrine (lihat referensi 20). Dan lagi, walaupun variasi dari genetic ini telah dihubungkan dengan beberapa gejala dari ASPD dan psiko[at, temuan awal ini belum dianggap sebagai bukti kesimpulan dari setiap kontribusi genetic tertentu. Banyaknya faktor-faktor lingkungan telah dilibatkan pada etiologi perilaku antisocial. Secara bersama, atau umum, lingkungan mempengaruhi sekitar 15 to 20% variasi kriminalitas dan kenakalan. Penemuan ini sangat kuat bahkan ketika dibandingkan dengan gangguan psikiatri lain dengan pengaruh lingkungan yang sudah diketahui, seperti gangguan afektif dan penyalahhgunaan obat (23), dan mengindikasikan sesuatu yang berbeda mengenai pengaruh lingkungan terhadap perilaku antisocial. Pola belajar perilaku agresif sepertinya lebih banyak terjadi pada lingkungan yang mempunyai angka insiden perilaku ini yang tinggi, atau antisocial dan kekerasan termaafkan (24). Tidak mengejutkan, faktor lingkungan bersama dengan pendapatan keluarga yang rendah, daerah kumuh, perhatian orang tua yang kurang, rumah tangga dengan orang tua tunggal, orang tua yang antisocial, permasalahan dengan saudara, konflik orang tua, disiplin keras, pengabaian, keluarga besar, ibu muda, dan ibu yang depresi menunjukkan sebagai faktor risiko dari perilaku antisocial (25). Efek dari faktor-faktor ini tidak terbatas pada pembelajaran, tetapi juga pengabaian dan penyalahgunaan fisik dapat mempengaruhi perilaku antisocial dan agresif, seperti desensitisasi terhadap rasa sakit, meniru gaya, perubahan pada penghargaan diri, dan kontak hokum (26).

Pengaruh lingkungan sendiri merupakan contributor substansial. Faktor dari diri sendiri berpengaruh 30% terhadap variasi perilaku antisocial (15). Singkat kata, varian yang tersisa tidak diperhitungkan dibanding pengaruh genetic (50%) atau lingkungan (20%). Faktor lingkungan sendiri meliputi permasalahan dengan teman, individu social dan pengalaman akademis, seks bebas, atau cacat fisik seperti cedera kepala. Sayangnya, efek interaktif antara genetic dan lingkungan dangat sulit untuk dipisahkan, karena terdapat hubungan sebab-akibat. Contohnya, orang yang secara genetic rentan berperilaku antisocial akan selanjutnya menimbulkan lingkungan yang berhubungan dengan criminal, seperti hubungan persaudaraan, kesulitan akademis, kekerasan orang tua, tambahan pula, individu dengan antisocial menerima gen mereka dari orang tua dengan antisocial yang juga menunjukkan perilaku nakal dan tidak bertanggungjawab, jadi, mrnciptakan lingkungan rumah yang tidak stabil dan criminal. Mengenai interaksi lingkungan sekitar dengan faktor genetic telah mengarahkan desain penelitian kea rah mencari perbedaannya. Studi yang secara eksplisit menunjukan bahwa isu ini menemukan bahwa lingkungan meneruskan peranan besar pada penyebab perilaku antisocial di luar faktor genetic. Misalnya, setelah mengontrol komponen genetic pada penganiayaan fisik, Jaffee et al (27) menemukan bahwa pengaruh dari lingkungan dengan peganiayaan fisik. Jadi, independen satu sama lain, gen dan lingkungan berperan penting pada criminal dan kenalakan. Tetapi, karena kuatnya interaksi antara komponen-komponen ini, tetap saja sulit untuk diukur.

You might also like