You are on page 1of 21

MODUL ORGAN FORENSIK Seorang Dokter Diduga Melakukan Pengguguran Kandungan secara Ilegal

KELOMPOK III Laura Estelia Mailiani Safitri H. Maimunah Muhammad Yusuf Nadhilla Nurayu Lathifa Phoespha Mayangsarie Rifti Shella Pratiwi Trinda Paramitha Maya Liana Mayandra Mahendrasti Melia Indasari Melissa Rosari Hartono Melly Utami 030.08.142 030.08.151 030.08.152 030.08.167 030.08.170 030.08.191 030.08.207 030.08.225 030.08.245 030.09.147 030.09.148 030.09.149 030.09.150 030.09.151

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA 15 Oktober 2011 BAB I PENDAHULUAN Ilmu Kedokteran forensik adalah salah satu cabang spesialistik dari ilmu kedokteran yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta

keadilan. Kewajiban dokter adalah untuk membuat keterangan ahli yang telah diatur dalam pasal 133 KUHP, dimana yang berwenang mengajukan permintaaan keterangan ahli adalah penyidik. Dalam suatu perkara pidana dimana korban meninggal, dokter diharapkan dapat menjelaskan penyebab kematian yang bersangkutan, bagaimana mekanisme terjadinya kematian tersebut, serta membantu perkiraan saat kematian. Pada kasus pengguguran kandungan yang menurut hukum ialah tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat usia kandungannya. Juga tidak dipersoalkan, apakah dengan pengguguran kehamilan tersebut lahir bayi hidup atau mati (Yurisprudensi Hoge Raad HR 12 April 1898). Yang dianggap penting adalah bahwa sewaktu pengguguran kehamilan dilakukan, kandungan tersebut masih hidup (HR 1 November 1897, HR 12 April 1898). Pengertian pengguguran kandungan menurut hukum tentu saja berbeda dengan pengertian abortus menurut kedokteran, yaitu adanya faktor kesengajaan dan tidak adanya faktor usia kehamilan.

BAB II LAPORAN KASUS Anda kebetulan sedang berdinas jaga di laboratorium di sebuah rumah sakit tipe B. Seorang anggota polisi membawa sebuah botol ukuran 2 liter yang disebutnya sebagai botol dari sebuah alat suction curret milik seorang dokter di kota anda. Masalahnya adalah bahwa dokter tersebut disangka telah melakukan pengguguran kandungan yang illegal dan di dalam botol tersebut terdapat campuran darah dan jaringan hasil suction. Polisi menerangkan dalam surat permintaannya, bahwa darah dan jaringan dalam botol berasal dari tiga perempuan yang saat ini sedang diperiksakan ke Bagian Kebidanan di rumah sakit anda. Penyidik membutuhkan pemeriksaan laboratorium yang dapat menjelaskan apakah benar telah terjadi pengguguran kandungan dan apakah benar bahwa ketiga perempuan yang sedang diperiksa di kebidanan adalah perempuan yang kandungannya digugurkan oleh dokter tersebut. Hasil

pemeriksaan tersebut penting agar dapat dilanjutkan ke proses hokum terhadap dokter tersebut. Anda tahu bahwa harus ada komunikasi antara anda dengan dokter kebidanan yang memeriksa perempuan-perempuan di atas, agar pemeriksaan medis dapat member manfaat yang sebesar-besarmya bagi penyidikan dan penegakan hukum.

BAB III PEMBAHASAN KASUS Perkiraan Kronologis Kejadian

Aspek Hukum Pasal 346 KUHP. Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun. Pasal 348 KUHP (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

HR 1 November 1897. Pengguguran dalam kandungan hanya dapat dipidana apabila pada waktu perbuatan itu dilakukan, kandungannya hidup. Undang-undang tidak mengenal suatu dugaan menurut hukum, darimana dapat disimpulkan bahwa ada kehidupan atau kepekaan hidup. HR 12 April 1898. Untuk pengguguran yang dapat dihukum vide pasal-pasal 346 348 KUHP disyaratkan bahwa kandungan ketika perbuatan dilakukan masih hidup dan adalah tidak perlu bahwa kandungan itu mati karena pengguguran. Keadaan bahwa anak itu lahir hidup, tidak menghalangi bahwa kejahatan telah selesai dilakukan. Undang-undang tidak membedakan antara tingkat kehidupan kandungan yang jauh atau kecil, akan tetapi mengancam dengan hukuman pengguguran yang tidak tepat. HR 20 Desember 1943. Dari bukti-bukti yang dipakai oleh Hakim dalam keputusannya harus dapat disimpulkan bahwa wanita itu mengandung kandungan yang hidup dan bahwa terdakwa mempunyai niat dengan sengaja hendak menyebabkan pengguguran dan kematian. Pasal 349 KUHP. Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan. Pasal 283 KUHP. Barang siapa mempertunjukkan alat atau cara menggugurkan kandungan kepada anak di bawah usia 17 tahun atau di bawah umur dikenakan pidana penjara paling lama sembilan bulan. Pasal 299 KUHP. Barang siapa menganjurkan atau merawat atau memberi obat kepada seorang wanita dengan memberi harapan agar gugur kandungannya dikenakan pidana penjara paling lama empat tahun. Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah Abortus Provocatus Criminalis. Yang menerima hukuman adalah:

Ibu yang melakukan aborsi

Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi Selain aspek hukum diatas pada kasus Mawar, berusia 14 tahun, dimana telah terjadi

pemerkosaan oleh pamannya dapat dikenakan : Pasal 285. Barang siapa dengan kekerasan dan ancaman kekerasan memaksa seseorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan diancam karena melakukan pemerkosaan , dengan pidana penjara paling lama 12 tahun. Pasal 287 KUHP. Laki-laki menyetubuhi perempuan bukan istrinya, yang diketahui belum cukup 15 tahun , atau belum pantas dikawin ,namun merupakan delik aduan sehingga pasal ini akan berlaku apabila terdapat aduan dari aduan dari pihak korban, dengan pidana maksimal 9 tahun. Aspek Etik Profesi Aspek medikolegal : Visum et repertum hanya dibuat atas permintaan penyidik Pemeriksaan dapat dilakukan sebelumnya (tidak terlalu lama) Keterangan hasil pemeriksaan dapat diberikan kepada korban Harus ada chaperone (saksi pemeriksaan, jenis kelamin sama dengan korban) Harus ada persetujuan pemeriksaan Bila korban tidak diantar polisi, pastikan identitas dengan cara lain.

Informed consent : Informasi : - Manfaat pemeriksaan - Prosedur yang akan dilakukan - Penyelidikan lanjutan yang diperlukan dan tujuannya Consent : oleh yang bersangkutan atau keluarga terdekat (proxy consent hanya boleh bila yang bersangkutan tak mampu memberikannya) Prosedur Medikolegal

Prosedur mediko-legal adalah tata-cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai aspek yang berkaitan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum. Secara garis besar prosedur mediko-legal mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran. Ruang lingkup medikolegal dapat disimpulkan sebagai yang berikut: a. b. c. d. e. f. Pengadaan visum et repertum, Tentang pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka, Pemberian keterangan ahli pada masa sebelum persidangan dan pemberian Kaitan visum et repertum dengan rahasia kedokteran, Tentang penerbitan Surat Keterangan Kematian dan Surat Keterangan Medik, Tentang kompetensi pasien untuk menghadapi pemeriksaan penyidik.

keterangan ahli di dalam persidangan,

Prosedur medikolegal yang dilakukan pada kasus ini adalah : 1. Pelaporan 2. Penyelidikan 3. Penyidikan 4. Pemberkasan perkara 5. Pengadilan 6. Vonis dari hakim Adapun dasar dari prosedur medikolegalnya adalah : Kewajiban Dokter Membantu Peradilan yang diatur dalam

KUHAP Pasal 133 KUHAP Pasal 134 KUHAP Pasal 179 KUHAP Pasal 120 KUHAP Pasal 168 KUHAP Pasal 170 KUHAP Pasal 184

Hak menolak untuk menjadi saksi/ahli diatur dalam

Bentuk Bantuan Dokter bagi Peradilan dan Manfaatnya

Pemeriksaan Medis I. Tersangka

KUHAP Pasal 186 KUHAP Pasal 187 KUHAP Pasal 65 KUHP Pasal 216 KUHP Pasal 222

Sanksi bagi pelanggar kewajiban dokter

a. Tanda-tanda kehamilan Perubahan pada payudara Pigmentasi Hormonal Kekerasan mekanik local dapat dilakukan dari luar maupun dari dalam. Kekerasan dari luar dapatdilakukan sendiri oleh ibu atau oleh orang lain, seperti melakukan gerakan fisik berlebihan,pemijatan/pengurutan perut bagian bawah, kekerasan yang langsung pada perut atau uterus,pengaliran listrik pada serviks dan sebagainya. Perlu dibuktikan adanya usaha penghentian kehamilan, misalnya tanda kekerasan pada genitalia interna atau eksterna, daerah perut bagianbawah. Uterus diperiksa apakah ada pembesaran, krepitasi, luka atau perforasi. Lakukan pula tesemboli udara pada vena cava inferior dan jantung. Periksa alat genitalia interna apakah pucat,mengalami kongesti atau adanya memar. Kekerasan dapat pula berasal dari dalam dengan melakukan: Manipulasi vagina dan serviks uteri, misalnya dengan penyemprotan air sabun atau airpanas pada portio, aplikasi asam arsenic, kalium permanganate pekat atau jodiumtinktur. Pemasangan laminaria stift atau kateter ke dalam serviks Manipulasi serviks dengan jari tangan Manipulasi uterus dengan melakukan pemecahan selaput amnion. Pemecahan selaputamnion dapat dilakukan dengan memasukkan alat apa saja yang cukup panjang dan kecil melalui serviks.

b. Tanda-tanda kekerasan

Manipulasi uterus dengan penyuntikan kedalam uterus. Penyuntikan atau penyemprotan biasa dilakukan dengan menggunakan Higginson Syiringe, sedangkancairannya adalah air sabun, desinfektan atau dengan air biasa/air panas. Penyemprotan ini dapat menyebabkan emboli udara.

c. Pemeriksaan Ginekologi

Inspeksi vulva : pendarahan pervagina ada atau tidak jaringan Inspekula : ostium uteri masih terbuka atau sudah tertutup ada Colok vagina : portio masih terbuka atau sudah tertutup tidak Pada pemeriksaan bimanual uterus membesar atau tidak sesuai Riwayat Ginekologi, riwayat penyakit/kelainan ginekologi serta

hasil konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva. atau tidak cairan dan jaringan berbau busuk yang keluar dari ostium. nyeri saat portio digoyang. dengan riwayat haid dan tidak mendatar. pengobatannya dapat memberikan keterangan penting, terutama operasi yang pernah dialami. Perlu diketahui.

Menarche Siklus haid teratur atau tidak, dan menopause. Selalu harus

ditanyakan tanggal haid terakhir yang masih normal. Jikalau haid terakhirnya tidak jelas normal, maka perlu juga ditanyakan tanggal haid. Perlu juga diketahui riwayat tiap kehamilan sebelumnya. Apakah berakhir dengan keguguran, ataukah dengan persalinan, apakah persalinannya normal atau operasi.
d. Pemeriksaan Toksikologi

Pemeriksaan toksikologi dilakukan untuk mengetahui adanya obat/zat yang dapat mengakibatkan abortus. Racun umumnya digunakan dengan harapan agar janin mati tetapi masih cukup kuat untuk tetap bertahan. Pernah dilaporkan penggunakan minyaak eter tertentuyang merangsang saluran pencernaan hingga terjadi kolik abdomen, jamu perangsang kontraksi uterus dan hormone wanita yang merangsang kontraksi uterus melalui hyperemia mukosa uterus. Hasil yang diperoleh sangat bergantung pada dosis/takaran,

sensitivitas individu dan keadaan kandungan (usia gestasi). Bahan-bahan tadi ada yang biasa terdapat pada:

Jamu peluntur Nenas muda Bubuk beras dicampur lada hitam

Ada juga bahan-bahan lain yang agak beracun dan beracun seperti:

Garam logam berat Laksan Strichnin Prostigmin Pilokarpin Dikumarol Kina Kombinasi kina atau menosilin dengan ekstrak hipofisis Sitostatika (aminopterin)

(oksitosin) terbukti sangat efektif. Penggunaan obat-obat abortifasien sebenarnya tidak ada yang efektif tanpa menimbulkan gangguan pada sang ibu. Cara yang lebih efektif adalah dengan melakukan manipulasi mekanik oleh tangan yang terampil. e. Barang Bukti Pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk melakukan identifikasi hubungan antara tersangka dengan jaringan dan darah yang ada di dalam botol. Pemeriksaan tes kehamilan masih bisa dilakukan beberapa hari sesudah bayi dikeluarkan dari kandungan, dijumpai adanya colostrum pada peremasan payudara, nyeri tekan di daerah perut, kongesti pada labia mayora, labia minora dan serviks. Tanda-tanda tersebut biasanya tidak mudah dijumpai karena kehamilan masih muda. Bila segera sesudah melahirkan mungkin masih didapati sisa plasenta yang pemastiannya perlu pemeriksaan secara histopatologi (patologi anatomi), luka, peradangan, bahan-bahan yang tidak

lazim dalam liang senggama, sisa bahan abortivum. Pada masa kini bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan DNA untuk pemastian hubungan ibu dan janin. Untuk mengidentifikasi hubungan antara tersangka dengan barang bukti kita perlu melakukan beberapa pemeriksaan diantaranya: Pemeriksaan Darah Pemeriksaan bercak darah merupakan salah satu pemeriksaan yang paling seringdilakukan pada laboratorium forensik. Karena darah mudah sekali tercecer pada hampir semua bentuk tindakan kekerasan, penyelidikan terhadap bercak darah ini sangat berguna untuk mengungkapkan suatu tindakan kriminil. Pemeriksaan darah pada forensik sebenarnya bertujuan untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut. Sebelum dilakukan pemeriksaan darah yang lebih lengkap, terlebih dahulu kita harus dapat memastikan apakah bercak berwarna merah itu darah. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan guna menentukan :

Bercak tersebut benar darah Darah dari manusia atau hewan Golongan darahnya, bila darah tersebut benar dari manusia

Bercak yang menempel pada suatu objek dapat dikerok kemudian direndam dalamlarutan fisiologis, atau langsung direndam dengan larutan garam fisiologis bila menempel pada pakaian. Ada banyak tes penyaring yang dapat dilakukan untuk membedakan apakah bercak tersebut berasal dari darah atau bukan, karena hanya yang hasilnya positif saja yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Pemeriksaan mikroskopik. Pemeriksaan mikroskopik meliputi adanya sel trofoblas yang merupakan tanda kehamilan, kerusakan jaringan yang merupakan jejas atau tanda usaha penghentian kehamilan. Ditemukannya sel radang PMN

f.

menunjukkan tanda intravitalitas. Tentukan pula umur janin atau usia kehamilan, karena sekalipun undang-undang tidak mempermasalahkan usia kehamilan, namun penentuan usia kehamilan kadang kala diperlukan oleh penyidik dalam rangka penyidikan perkara secara keseluruhan.

g. Pemeriksaan toksikologi

Pemeriksaan toksikologi dilakukan untuk mengetahui adanya obat atau zat yang dapat mengakibatkan abortus. Perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap hasil usaha penghentian kehamilan, misalnya berupa IUFD, kematian janin di dalam rahim dan pemeriksaan mikroskopik terhadap sisa-sisa jaringan. Abortus yang dilakukan oleh ahli yang terampil mungkin tidak meninggalkan bekas dan bila telah berlangsung satu hari atau lebih, maka komplikasi yang timbul atau penyakit yang menyertai mungkin mengaburkan tanda-tanda abortus criminal.

h. Pemeriksaan DNA

Pemeriksaan DNA pertama kali diperkenalkan oleh Jeffrey pada tahun 1. Beliau menemukan bahwa pita DNA dari setiap individu dapat dilacak secara simultan pada banyak lokus sekaligus dengan pelacak DNA (DNA probe) yang diciptakannya. Pola DNA ini dapat divisualisasikan berupa urutan pita-pita yang berbaris membentuk susunan yang mirip dengan gambaran barcode pada barang di supermarket. Uniknya ternyata pita-pita DNA ini bersifat spesifik individu, sehingga tak ada orang yang memiliki pita yang sama persis dengan orang lain. Perkembangan lebih lanjut pada bidang forensik adalah ditemukannya pelacak DNA yang hanya melacak satu lokus saja (single locus probe). Berbeda dengan tehnik Jeffreys yang menghasilkan banyak pita, disini pita yang muncul hanya 2 buah saja. Ditemukannya metode penggandaan DNA secara enzimatik (metode Polymerase Chain Reaction atau PCR) oleh kelompok Cetus, membuka lebih banyak kemungkinan pemeriksaan DNA. Dengan metode ini bahan sampel yang amat minim jumlahnya tidak lagi menjadi masalah karena DNAnya dapat diperbanyak

jutaan sampai milyaran kali lipat di dalam mesin yang dinamakan mesin PCR atau thermocycler. Dengan metode ini waktu pemeriksaan juga banyak dipersingkat, lebih sensitif serta lebih spesifik pula. Pada metode ini analisis DNA dapat dilakukan dengan sistim dotblot yang berbentuk bulatan berwarna biru, sistim elektroforesis yang berbentuk pita DNA atau dengan pelacakan urutan basa dengan metode sekuensing. Dengan pemeriksaan DNA Single Locus mampu membedakan DNA dari tiap individu, sehingga pembuktian cairan di dalam botol pada kasus ini dapat terselesaikan.

i.

hCG (human Chorionic Gonadotropin) Hormon hCG (human Chorionic Gonadotropin) ini disekresikan ke dalam sirkulasi ibu hamil dan diekskresikan melalui urin. Hormon hCG ini dapat dideteksi pada sekitar 26 harisetelah konsepsi dan peningkatan ekskresinya sebanding meningkatnya usia kehamilan di antara 30-60 hari. produksi puncaknya adalah pada usia kehamilan 60-70 hari dan kemudian menurun secara bertahap dan menetap hingga akhir kehamilan setelah usia kehamilan 100-130 hari

II. Barang bukti Dari penemuan botol dari sebuah alat suction curret, yaitu metode aborsinya adalah suction, kemungkinan janin yang diaborsi berusia kurang lebih 2 bulan. Di dalam botol tersebut terdapat campuran darah dan jaringan hasil suction, dimana sebelumnya harus dipastikan terlebih dahulu darah yang terdapat di dalam botol itu adalah darah manusia atau bukan. Berikut adalah tahapan tes untuk memastikannya : 1. 2. 3. Test penyaring bisa berupa Benzidin atau Fenoftalin Test penentuan berupa Teichman atau Wagenaar Reaksi cincin atau reaksi prespitasi dalam agar

Bila terbukti darah manusia dilanjutkan pemeriksaan golongan darah dan pemeriksaan DNA. Interpretasi Hasil Pada kasus di atas, seorang dokter diduga melakukan pengguguran kandungan terhadap salah satu dari ketiga perempuan yang sedang diperiksa di bagian kebidanan sebuah rumah sakit. Karena pada pemeriksaan salah satu wanita tersebut ditemukan adanya : Tanda-tanda kekerasan mekanik lokal pada organ reproduksi (uterus, vagina, Zat/obat yang digunakan untuk membantu proses aborsi pada pemeriksaan Sel trofoblas (tanda kehamilan, tanda kerusakan jaringan akibat usaha Peningkatan hormone hCG (human chorionic gonadothropin) Kecocokan DNA tersangka dengan jaringan aborsi serviks, dsb) sebagai tanda adanya usaha aborsi provokatus. toksikologi penghentian kehamilan), sel PMN (tanda intravitas) pada pemeriksaan mikroskopik

Visum et Repertum

BAB IV TINJAUAN PUSTAKA Abortus Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat fetus kurang dari 500 gram dan tidak ada harapan untuk hidup. Jenis-jenis abortus.

I.

Abortus spontan Adalah abortus yang berlangsung tanpa tindakan, dalam hal ini dibedakan sebagai

berikut:
1.

Abortus imminens, Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada

kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
2.

Abortus insipiens, Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan

sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
3.

Abortus inkompletus, Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada Abortus kompletus, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.

kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
4.

Etiologi 1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah : a. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X b. Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang sempurna c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan alkohol
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun 3. Faktor

maternal

seperti

pneumonia,

typus,

anemia

berat,

keracunan

dan

toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester

kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus. Gambaran Klinis 1.
2.

Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun,

tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat

3.

Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil

konsepsi
4.

akibat kontraksi uterus


5.

konsepsi, tercium bau busuk dari vulva b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium. c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri. Patofisiologi Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus. Komplikasi 1. 2. Perdarahan, perforasi syok dan infeksi Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan

pembekuan darah.

Pemeriksaan penunjang 1. 2. 3. 4. a. Tes urine b. Hemoglobin dan hematokrit c. Trombosit d. Kultur darah dan urine II. Abortus provokatus Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan, yaitu dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya bayi dianggap belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan belum mencapai 28 minggu, atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat beberapa kasus bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup. Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik: 1. Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus, pengguguran yang dilakukan dengan disertai indikasi medik, karena kehamilan tersebut mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, kadang-kadang dilakukan sesudah pemerkosaan abortus yang dilakukan. Syarat-syaratnya: a. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi. b. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi). c. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat. d. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah. e. Prosedur tidak dirahasiakan. f. Dokumen medik harus lengkap. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati Pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup Pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion Data laboratorium :

2.

Abortus Provokatus Kriminalis, aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alatalat atau obat-obat tertentu. sering terjadi pada kehamilan yang tidak dikehendaki. Ada beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya:

a. Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil. b. Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak lagi. c. Kehamilan di luar nikah. d. Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga. e. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat. f. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga). g. Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan kehamilan yang tidak diinginkan. Pelaku Abortus Provokatus Kriminalis Wanita bersangkutan. Dokter atau tenaga medis lain (demi keuntungan atau demi rasa simpati). Orang lain yang bukan tenaga medis (misalnya dukun)

Cara cara Abortus Provokatus Kriminalis Secara Mekanik : a. Latihan olahraga berlebihan b. Naik kuda berlebihan c. Mendaki gunung, berenang, naik turun tangga d. Tekanan / trauma pada abdomen e. Memasukkan alat-alat yang dapat menusuk kedalam vagina : pensil, paku, jeruji sepeda f. Alat merenda, kateter atau alat penyemprot untuk menusuk atau menyemprotkan cairan kedalam uterus untuk melepas kantung amnion g. Alat untuk memasang IUD

h. Alat yang dapat dilalui arus listrik i. Aspirasi jarum suntik Metode hisapan sering digunakan pada aborsi yang merupakan cara yang ilegal secara medis walaupun dilakukan oleh tenaga medis. Tabung suntik yang besar dilekatkan pada ujung kateter yang dapat dilakukan penghisapan yang berakibat ruptur dari chorionic sac dan mengakibatkan abortus. Cara ini aman asalkan metode aseptic dijalankan, jika penghisapan tidak lengkap dan masih ada sisa dari hasil konsepsi maka dapat mengakibatkan infeksi. Tujuan dari merobek kantong kehamilan adalah jika kantong kehamilan sudah rusak maka secara otomatis janin akan dikeluarkan oleh kontraksi uterus. Ini juga dapat mengakibatkan dilatasi saluran cerviks, yang dapat mengakhiri kehamilan. Semua alat dapat digunakan dari pembuka operasi sampai jari-jari dari ban sepeda. Paramedis yang melakukan abortus suka menggunakan kateter yang kaku. Jika digunakan oleh dokter maupun suster, yang melakukan mempunyai pengetahuan anatomi dan menggunakan alat yang steril maka risikonya semakin kecil. Akan tetapi orang awam tidak mengetahui hubungan antara uterus dan vagina. Alat sering digunakan dengan cara didorong ke belakang yang orang awam percayai bahwa keadaan cerviks di depan vagina. Permukaan dari vagina dapat menjadi rusak dan alat mungkin masuk ke usus bahkan hepar. Penetrasi dari bawah atau tengah vagina dapat juga terjadi perforasi. Jika cerviks dimasuki oleh alat, maka cerviks dapat ruptur dan alat mungkin masuk lewat samping. Permukaan luar dapat cedera dengan pengulangan, usaha yang ceroboh yang berusaha mengeluarkan benda yang terlalu tebal ke saluran yang tidak membuka. Jika sukses melewati saluran dari uterus, mungkin langsung didorong ke fundus, yang akan merusak peritoneal cavity. Bahaya dari penggunaan alat adalah pendarahan dan infeksi. Perforasi dari dinding vagina atau uterus dapat menyebabkan pendarahan, yang mungkin diakibatkan dari luar atau dalam. Sepsis dapat terjadi akibat penggunaan alat yang tidak steril atau kuman berasal dari vagina dan kulit. Bahaya yang lebih ringan(termasuk penggunaan jarum suntik) adalah cervical shock. Ini dapat membuat dilatasi cerviks, dalam keadaaan pasien yang tidak dibius, alat mungkin menyebabkan vagal refleks, yang melalui sistem saraf parasimpatis, yang dapat mengakibatkan cardiac arrest. Ini merupakan mekanisme yang berpotensi menimbulkan ketakutan yang dapat terjadi pada orang

yang melakukan abortus kriminalis. Kekerasan Kimiawi / Obat-obatan atau Bahanbahan yang Bekerja Pada Uterus Berbagai macam zat yang digunakan baik secara lokal maupun melalui mulut telah banyak digunakan untuk menggugurkan kandungan. Beberapa zat mempunyai efek yang baik sedangkan beberapa lainnya berbahaya. Zat yang digunakan secara lokal contohnya fenol dan lysol, merkuri klorida, potassium permagnat, arsenik, formaldehid, dan asam oxalat. Semua mempunyai bahaya sendiri, baik dari korosi lokal maupun efek sistemik jika diserap. Pseudomembran yang nekrotik mungkin berasal dari vagina dan kerusakan cerviks mungkin terjadi. Potasium permangat adalah zat yang muncul selama perang yang terakhir dan berlangsung beberapa tahun, 650 kasus dilaporkan hingga tahun 1959, yang parah hanya beberapa. Ini dapat menyebabkan nekrosis pada vagina jika diserap yang dapat mempunyai efek sistemik yang fatal termasuk kerusakan ginjal. Permanganat dapat menyebabkan pendarahan vagina dari nekrosis, yang mana dapat membahayakan janin Secara kimiawi Emmenagogum : obat untuk melancarkan haid. Cara kerja : Indirect Congesti + engorgement mucosa Bleeding Kontraksi Uterus Foetus dikeluarkan. Direct : Bekerja langsung pada uterus/saraf motorik uterus. Misal : Aloe, Cantharides (racun irritant), Caulopylin, Borax, Apiol, Potassium permanganate, Santonin, Senega, Mangan dioksida, dll. Purgativa/Emetica : obat-obatan yang menimbulkan kontraksi GI tract. Misal : Colocynth (Aloe) Castor oil (Magnesim sulfate, Sodium sulfate). Ecbolica : menimbulkan kontraksi uterus secara langsung. Misal : Apiol, Ergot, Ergometrine, Extract secale, Extract pituatary, Pituitrine, Exytocin. Cara kerja ergot : Merangsang alpha 1 receptor pada uterus Kontraksi uterus yang kuat dan lama Garam dari logam : biasanya sebelum mengganggu kehamilannya sudah membahayakan keselamatan ibu. Dengan tujuan menimbulkan tonik kontraksi pada uterus. Misal : Arsenicum, HgCl, Potassium bichromate, Ferro sulfate, ferri chloride Tanda kehamilan

Diagnosis kehamilan ditegakkan atas dasar adanya tanda kehamilan. Tanda kehamilan dibagi menjadi 2 yakni : 1. Tanda pasti a. Pada inspeksi didapatkan gerakan janin pada minggu ke 16-18. b. Pada palpasi didapatkan gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin pada minggu ke 20. c. Pada auskultasi didapatkan detak jantung janin pada miggu ke 18-20. d. Pada pemeriksaan Rontgen didapatkan kerangka fetus pada minggu ke 16. e. Pada pemeriksaan USG didapatkan gestasional sac pada minggu ke 4. 2. Tanda tidak pasti a. b. 3. Tanda mungkin (probable signs) Pembesaran perut dan uterus. Perlunakan serviks dan serviks-uterus (Tanda Piscaseck) Kontraksi uterus (Braxton Hicks) Ballotment (palpasi kepala janin) Tes hormon -HCG urine, kadar -HCG urine maksimal pada minggu 5- 18 Tanda dugaan (presumptive signs) Amenore Nausea-Vomiting Malaise Polakisuria Hiperpigmentasi kulit Striae gravidarum Kebiruan pada serviks dan vagina (Tanda Chadwick) Payudara : hipertrofi mammae, hiperpigmentasi areola, hipertrofi kelenjar Montgomery, kolostrum (mingggu ke 12). Tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan Uterus pada wanita tidak hamil kira-kira sebesar telur ayam. Pada palpasi tidak dapat diraba. Pada kehanilan uterus tumbuh secara teratur, kecuali jika ada gangguan pada kehamilan tersebut. Perkiraan tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan :

a. Kehamilan usia 12 minggu : tepat di atas simfisis (syarat pemeriksaan vesica urinaria dikosongkan dahulu). b. Kehamilan usia 16 minggu : setengah jarak simfisis ke pusat. c. Kehamilan usia 20 minggu : tepi bawah pusat. d. Kehamilan usia 24 minggu : tepi atas pusat. e. Kehamilan usia 28 minggu : sepertiga jarak pusat ke processus xyphoideus atau 3 jari di atas pusat. f. Kehamilan usia 32 minggu : setengah jarak pusat ke processus xyphoideus. g. Kehamilan usia 36 minggu : pada 1 jari bawah processus xyphoideus.

BAB V KESIMPULAN BAB VI DAFTAR PUSTAKA

You might also like