Professional Documents
Culture Documents
Mahasiswa Praktikum1, Asisten Praktikum2, Dosen Praktikum3 Struktur Fungsi Biomolekul Departemen Biokimia, FMIPA, IPB 2010 ABSTRAK
Sifat-sifat fisika atau sering disebut biofisik banyak terdapat di dalam sistem biokimia makhluk hidup. Misalnya bobot jenis, tegangan permukaan, dan emulsi. Setiap cairan yang berbeda memiliki bobot jenis yang berbeda tergantung dari kandungan zat terlarut di dalam cairan tersebut. Bobot jenis cairan alamiah ditentukan dengan cara pengukuran hidrometer. Tegangan permukaan cairan alamiah ditentukan dengan cara menguji tenggelam/terapungnya jarum dalam berbagai cairan alamiah. Jumlah tetesan juga berkaitan dengan tegangan permukaan sehingga tegangan permukaan dapat diamati dengan menghitung banyaknya jumlah tetesan pada berbagai jenis cairan. Berbagai jenis emulsi dikelompokan berdasarkan media pendispersi dan fasa terdispersi. Hal tersebut dimati melalui mikroskop. bobot jenis akuades akuades yaitu 1.002 g/mL, air keran, NaCl 0.3%, dan albumin 1% sebesar 1.007 g/mL. Bobot jenis NaCl 0.9% sebesar 1.011 g/mL, larutan Glukosa 5% 1.023g/mL, larutan air kelapa sebesar 1.024 g/mL dan larutan NaCl 5% 1.047 g/mL. Sedangkan bobot jenis urin kelompok 10 memiliki bobot jenis urin terendah yaitu 1.014 g/mL, disusul oleh kelompok 7,8,9,20 yang memiliki bobot jenis urin 1.028 g/mL, sedangkan kelompok 5,6,19, dan 21 memiliki bobot jenis urin tertinggi yaitu 1.044 g/mL. Jarum yang diletakkan pada air keran dan larutan detergen semuanya tenggelam, sedangkan jarum yang diletakkan pada cairan empedu, akuades, dan air kelapa semuanya terapung. Akuades 1mL menghasilkan 27 tetes, NaCl 28 tetes, alkohol 56 tetes, minyak tanah 51 tetes, dan larutan sabun 60 tetes. Emulsi minyak kelapa dan air tidak stabil dengan jenis W/O, emulsi minyak kelapa dan sabun stabil dengan jenis O/W, emulsi minyak kelapa dan gum arab stabil dengan jenis W/O, emulsi susu sangat stabil dengan jenis O/W, dan emulsi mentega sangat stabil dengan jenis W/O.
PENDAHULUAN Biofisik ialah ilmu yang mempelajari fenomena fisika di dalam tubuh makhluk hidup. Fenomena fisika yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup, diantaranya bobot jenis, tegangan permukaan, dan emulsi. Massa jenis atau bobot jenis adalah rasio massa dari suatu benda atau zat dengan massa air pada volume dan temperatur yang sama. Bobot jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki bobot jenis yang berbeda. Satu zat yang sama berapapun massa dan volumenya akan memiliki bobot jenis yang sama. Bobot jenis dapat digunakan dalam berbagai hal untuk menentukan suatu zat, diantaranya menentukan kemurnian suatu zat, mengenal keadaan zat, dan menunjukkan kepekatan larutan (Raharjo 2008). Bobot jenis suatu cairan dapat ditentukan dengan menggunakan hidrometer. Bobot jenis urin di klinik diukur dengan hidrometer yang dikenal dengan urinometer. Hidrometer ialah alat yang digunakan untuk menentukan bobot jenis cairan serta kandungan alkohol suatu cairan (Anonim
2005). Hidrometer biasanya digunakan untuk mengukur bobot jenis cairan pada temperatur 60oF atau 15.5oC. Urinometer biasanya terdiri atas termometer, gelas ukur, dan hidrometer berskala 1.000-1.060 dengan interval 0.001. Gambar 1 Urinometer Tegangan permukaan merupakan salah satu sifat yang terjadi karena selaput zat cair dalam kondisi tegang, tegangan fluida ini bekerja paralel terhadap permukaan dan timbul dari adanya gaya tarik menarik antara molekulnya (Mohtar 2008). Molekul-molekul di dalam cairan saling menekan satu sama lain menghasilkan resultan gaya nol, namun permukaan molekul semakin mengkerut (Young&Freedman 1996). Tegangan permukaan juga berhubungan dengan gaya gravitasi. Jika gaya gravitasi lebih besar dari tegangan permukaan, maka cairan akan jatuh, tetapi jika gaya gravitasi sama besar dengan tegangan permukaan maka cairan akan tetap pada posisinya. Jumlah tetesan dari berbagai cairan pada volume yang sama, berbanding terbalik dengan tegangan permukaan masing-masing cairan, sedangkan besarnya volume tetesan berbanding lurus dengan tegangan permukaan. Emulsi melibatkan dua zat cair yang tercampur, tetapi tidak dapat saling melarutkan, dapat juga disebut zat cair polar dan non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air (zat cair polar) dan zat lainnya non-polar. Emulsi itu sendiri dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu; emulsi minyak dalam air (O/W), contohnya susu yang terdiri dari lemak yang terdispersi dalam air, atau emulsi air dalam minyak (W/O), contohnya margarin yang terdiri dari air yang terdispersi dalam minyak (Elaine&Marella 2006). Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan campuran cairan polar dan cairan non polar. Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui sifat-sifat biofisik, seperti bobot jenis, tegangan permukaan, dan emulsi pada berbagai zat. Metode yang akan digunakan meliputi pengukuran bobot jenis menggunakan urinometer, pengocokan emulsi, menghitung jumlah tetesan, dan mengamati berbagai emulsi dalam mikroskop. Manfaat yang diperoleh dari hasil praktikum ini adalah didapatnya informasi bahwa bobot jenis, tegangan permukaan, dan sifat koloid suatu larutan dapat berbeda-beda. METODE PRAKTIKUM Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan dari tanggal 01 Oktober 2010. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Departemen Biokimia FMIPA IPB Darmaga, Bogor. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada praktikum ini ialah hidrometer, gelas ukur, termometer, gelas piala, pipet mohr, bulp, jarum, gelas arloji, tabung reaksi, rak tabung reaksi, mortar dan alu, mikroskop cahaya, kaca preparat, dan kaca penutup. Sedangkan bahan yang digunakan ialah akuades, larutan NaCl 3%, larutan NaCl 5%, air sungai, air sumur, air kelapa, urin, cairan empedu, larutan detergen, larutan NaCl 20%, alkohol, sudan merah, minyak tanah, minyak kelapa, gum arab, susu segar, dan margarin. Prosedur Percobaan Praktikum ini terdiri atas penentuan bobot jenis, tegangan permukaan cairan, dan emulsi. Praktikum mengenai bobot jenis dimulai dengan penentuan bobot jenis berbagai larutan alamiah. Untuk menentukan bobot jenis akuades, larutan akuades dimasukkan ke dalam gelas
ukur dan diukur suhunya dengan menggunakan termometer. Kemudian bobot jenisnya diukur dengan hidrometer. Larutan NaCl 0.3%, larutan NaCl 0.9%, NaCl 5%, air kelapa, air keran, glukosa 5%, albumin 1% dan urin manusia diukur berat jenisnya dengan cara yang sama. Pada penentuan tegangan permukaan cairan terdapat tiga percobaan, yaitu tegangan permukaan cairan alamiah serta jumlah tetesan dan tegangan permukaan. Pada percobaan tegangan permukaan cairan alamiah, sebuah jarum diletakkan pada gelas arloji, kemudian gelas arloji tersebut diisi dengan akuades secara hati-hati sehingga jarum tersebut terapung. Percobaan tersebut diulangi dengan menukar akuades dengan cairan empedu, air kelapa, air keran, dan larutan sabun. Posisi jarum di dalam larutan diperhatikan. Sementara itu untuk menentukan jumlah tetesan dan tegangan permukaan, 1 ml akuades dimasukkan ke dalam pipet. Setelah itu cairan dikeluarkan tetes demi tetes dengan pipet. Jumlah tetesan yang dihasilkan dihitung. Larutan NaCl, alkohol, minyak tanah, dan larutan sabun dihitung jumlah tetesannya dengan cara yang sama. Penentuan jenis emulsi terdiri atas lima percobaan, yaitu emulsi minyak kelapa dan air, emulsi minyak kelapa dan sabun, emulsi minyak kelapa dan gum arab, emulsi alamiah, dan emulsi industri. Pada percobaan emulsi minyak kelapa dan air, sebuah tabung reaksi diisi dengan minyak kelapa dan air dengan volume yang sama kemudian dikocok sampai kedua larutan tersebut serba sama. Kestabilan emulsi tersebut diperhatikan sebelum dan setelah dikocok agak lama. Setelah itu air kelapa diwarnai dengan sudan merah untuk mengetahui komponen minyak kelapa pada emulsi. Percobaan emulsi minyak kelapa dan air kemudian diulangi dengan mencampurkan minyak kelapa dan sabun. Pada percobaan emulsi minyak kelapa dan gum arab, 1 g gum arab ditimbang dan dicampurkan dengan 5 ml minyak kelapa dalam mortar yang benar-benar kering. Campuran tersebut digerus sampai benar-benar homogen kemudian ditambahkan dengan 3 ml akuades. Setelah itu diaduk lagi sampai homogen dan pekat. Kemudian 5 ml akuades ditambahkan sedikit demi sedikit sambil diaduk. Stabilitas emulsi diamati di dalam tabung dan diperiksa di bawah mikroskop. Percobaan emulsi alamiah dan emulsi industri dilakukan dengan menggunakan susu dan mentega. Untuk mengetahui emulsi alamiah, susu diamati di dalam tabung reaksi dan dilihat di bawah mikroskop. Percobaan tersebut diulangi dengan menggunakan mentega. HASIL DAN PEMBAHASAN Di dalam sistem biokimia makhluk hidup banyak terdapat sifat-sifat fisika atau sering disebut biofisik. Misalnya bobot jenis, tegangan permukaan, dan emulsi. Setiap cairan yang berbeda memiliki bobot jenis yang berbeda tergantung dari kandungan zat terlarut di dalam cairan tersebut. Penentuan bobot jenis suatu cairan dapat dilakukan dengan menggunakan hidrometer. Cairan yang akan diukur bobot jenisnya dimasukkan ke dalam gelas ukur dan diukur suhunya dengan termometer. Setelah itu hidrometer dicelupkan ke dalam cairan. Jika larutan tersebut mempunyai bobot jenis tinggi maka pelampung didalam hidrometer akan naik semakin tinggi jika dibandingkan dengan larutan dengan berat jenis yang lebih rendah (Susanto 2007). Prinsip kerja yang digunakan pada percobaan ini adalah mengukur bobot jenis berbagai larutan alamiah menggunakan hidrometer, mengetahui berbagai tegangan permukaan cairan alamiah, menghitung jumlah tetesan yang berkaitan dengan tegangan permukaan, mengetahui
penampakan emulsi alamiah dan emulsi industri dengan menggunakan mikroskop, mengetahui fase pendispersi dan media pendispersi dalam setiap emulsi. Berdasarkan hasil percobaan penentuan bobot jenis berbagai larutan ilmiah, akuades memiliki bobot jenis yang paling rendah yaitu 1.002 g/mL, kemudian air keran, NaCl 0.3%, dan albumin 1% sebesar 1.007 g/mL. Bobot jenis NaCl 0.9% sebesar 1.011 g/mL, larutan Glukosa 5% 1.023g/mL, larutan air kelapa sebesar 1.024 g/mL dan larutan NaCl 5% 1.047 g/mL. Larutan NaCl 5% memiliki bobot jenis yang lebih tinggi daripada larutan NaCl 3% sebab kandungan NaCl di dalam larutan NaCL 5% tersebut lebih besar. Tabel 1 Data pengukuran berat jenis cairan
Larutan Akuades NaCl 0.3% NaCl 5% Air keran Glukosa 5% Albumin 1% Air kelapa NaCl 0.9%
T alat T cairan Fk = 20oC = 27oC
BJ terbaca (g/mL) 1.000 1.004 1.044 1.004 1.020 1.004 1.022 1.008
BJ terkoreksi (g/mL) 1.002 1.007 1.047 1.007 1.023 1.007 1.024 1.011
= 1.000
= = 2.33 = 2
Jadi nilai BJ urin tersebut = 1.000 + 0.002 = 1.002 Urin atau air kencing adalah cairan sisa yang dieksresikan oleh ginjal yang kemudian dikeluarkan oleh tubuh melalui urinasi. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5 % garam, 2,5% urea dan sisa substansi lainnya (Price 2005, diacu dalam Chandri 2008). Bobot jenis urin juga dapat diukur dengan menggunakan hidrometer atau sering disebut urinometer. Prinsip kerja urinometer sama dengan hidrometer, namun apabila temperatur urin tidak sama dengan temperatur alat maka harus dikoreksi, yaitu menambah angka desimal ketiga dengan hasil bagi 3 dari selisih temperatur alat dan cairan. Berdasarkan hasil pengukuran bobot jenis urin mahasiswa diperoleh hasil bahwa kelompok 10 memiliki bobot jenis urin terendah yaitu 1.014 g/mL, disusul oleh kelompok 7,8,9,20 yang memiliki bobot jenis urin 1.028 g/mL, sedangkan kelompok 5,6,19, dan 21 memiliki bobot jenis urin tertinggi yaitu 1.044 g/mL. Berat jenis urin pada orang normal antara 1.003 1.030 (Wirawan et
al. 2008). Berat jenis urin berhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah
berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Tabel 2 Data pengukuran bobot jenis urin
Kelompok 9 10 7, 8, 20 21 5, 6, 19
T alat T cairan Fk
= = 4.83 = 5
Jadi nilai BJ urin tersebut = 1.038 + 0.005 = 1.044 Tegangan permukaan cairan () adalah kerja yang dilakukan untuk memperluas permukaan cairan dalam satuan luas (Ginting&Herlina 2002). Tegangan permukaan terjadi karena interaksi antarmolekul larutan tersebut sehingga memberikan daya tolak untuk mempertahankan luas permukaannya. Pada percobaan tegangan permukaan cairan alamiah, jarum yang diletakkan pada air keran dan larutan detergen semuanya tenggelam, sedangkan jarum yang diletakkan pada cairan empedu, akuades, dan air kelapa semuanya terapung. Hal ini menunjukkan bahwa zat terlarut di dalam cairan empedu, akuades, dan air kelapa lebih kecil daripada cairan lainnya. Tabel 3 Tegangan permukaan cairan alam
Jenis cairan Cairan empedu Air kelapa Air keran Akuades Larutan sabun
Pada percobaan jumlah tetesan dan tegangan permukaan, 1 mL akuades menghasilkan 27 tetes, NaCl 28 tetes, alkohol 56 tetes, minyak tanah 51 tetes, dan larutan sabun 60 tetes. Jumlah tetesan dari berbagai cairan pada volume sama berbanding terbalik dengan tegangan permukaan masing-masing cairan. Tegangan permukaan akuades lebih kecil daripada NaCl, alkohol, minyak tanah, dan larutan sabun karena zat terlarut dalam akuades jauh lebih sedikit daripada cairan lainnya. Tabel 4 Data pengamatan jumlah tetesan
Jenis cairan
Jumlah tetesan
27 28 56 51 60
Emulsi adalah sistem koloid yang partikel terdispersi dan medium pendispersinya sama-sama cair atau suatu sistem heterogen yang tidak stabil secara termodinamika, yang terdiri dari paling sedikit dua fase cairan yang tidak bercampur, dimana salah satunya terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesantetesan kecil, yang berukuran 0,1-100 mm, yang distabilkan dengan emulgator/surfaktan yang cocok. Emulsi minyak kelapa dan air merupakan emulsi yang tidak stabil, sebab kedua zat langsung tercampur begitu dikocok namun beberapa saat kemudian terpisah jika didiamkan. Pewarnaan minyak kelapa dengan sudan merah menunjukkan adanya butiran-butiran merah di dalam air. Hal ini menunjukkan bahwa pada emulsi minyak kelapa dan air, minyak kelapa berperan sebagai media pendispersi dan air sebagai fase terdispersi, atau termasuk jenis W/O.
Margarin
++ = sangat stabil
Emulsi minyak kelapa dan sabun merupakan emulsi yang cukup stabil karena sabun merupakan zat ampifatik yang dapat berperan sebagai emulsifier atau emulsifying agent.
Emulsifier berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan. Cara kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik pada minyak maupun air. Bagian non-polar pada emulsifier akan berinteraksi dengan minyak atau
mengelilingi partikel-partikel minyak, sedangkan bagian yang polar akan berinteraksi kuat dengan air. Apabila bagian polar ini terionisasi menjadi bermuatan negatif, maka partikelpartikel minyak juga akan bermuatan negatif. Muatan tersebut akan mengakibatkan pertikelpartikel minyak saling tolak-menolak dan tidak akan bergabung, sehingga emulsi menjadi stabil. Emulsi minyak kelapa dan sabun termasuk jenis O/W, yaitu minyak ( oil) terdispersi di dalam air (water). Emulsi minyak kelapa dan gum arab juga emulsi yang cukup stabil karena gum arab sering digunakan sebagai emulsifier. Gum arab ialah gum yang diambil dari pohon akasia dan sering digunakan sebagai pengganti gelatin. Gum arab dapat berfungsi sebagai zat pengental, penggumpal, membuat produk menjadi elastis, pengemulsi, penstabil, pembentuk busa, pengikat air, pelapis tipis, pemerkaya gizi (Fauzi 2007). Emulsi minyak kelapa termasuk jenis W/O sebab berdasarkan pengamatan di bawah mikroskop terlihat butiran-butiran minyak media pendispersi.
g/mL, disusul oleh kelompok 7,8,9,20 yang memiliki bobot jenis urin 1.028 g/mL, sedangkan kelompok 5,6,19, dan 21 memiliki bobot jenis urin tertinggi yaitu 1.044 g/mL. Pada penentuan tegangan permukaan cairan alamiah diketahui bahwa jarum yang diletakkan pada air keran dan larutan detergen semuanya tenggelam, sedangkan jarum yang diletakkan pada cairan empedu, akuades, dan air kelapa semuanya terapung. Dari penentuan jumlah tetesan dan tegangan permukaan diketahui 1 ml akuades menghasilkan 27 tetes, NaCl 28 tetes, alkohol 56 tetes, minyak tanah 51 tetes, dan larutan sabun 60 tetes.. Sementara itu dari pengamatan terhadap emulsi diperoleh hasil percobaan emulsi minyak kelapa dan air tidak stabil dengan jenis W/O, emulsi minyak kelapa dan sabun stabil dengan jenis O/W, emulsi minyak kelapa dan gum arab stabil dengan jenis W/O, emulsi susu sangat stabil dengan jenis O/W, dan emulsi mentega sangat stabil dengan jenis W/O. DAFTAR PUSTAKA Chandri Betty. 2008. Studi kandungan urin Anjing Kampung (Canis familiaris) umur 3 dan 6 bulan dengan menggunakan Reagent Strip Test [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Elaine, Marella. 2006. Koloid emulsi. Sistem Koloid. [terhubung berkala]. http://www. sistemkoloid11. blogspot. com/ 2006/ 04/ koloid-emulsi. Html [9 September 2009]. Fauzi R. 2007. Gelatin. Situs Kimia Indonesia. [terhubung berkala]. http://www. chem-is-try. org/ artikel_kimia/ gelatin/ [9 september 2009]. Ginting HS, Herlina N. 2002. Tegangan permukaan cairan dengan metode Drop Out dan metode Buble. USU digital Library. [terhubung berkala]. http://www. library. usu. ac. id/ download/ ft/ tkimia-Hendra3. Pdf [7 September 2009]. Mohtar. 2008. Tegangan permukaan. Universitas Negeri Solo. [terhubung berkala]. http://www. mohtar. staff. uns. ac. id/ files/ 2008/ 08/ teganganpermukaan. doc [7 September 2009]. Raharjo SJ. 2008. Berat jenis. SJ. Raharjos-PI-M. [terhubung berkala]. http://www. sjraharjo. wordpress. com/ kimia-fisika/ [7 September 2009]. Soetopo Seno, dkk. 2001. Teori Ilmu Resep. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Susanto WK. 2007. Tester muatan akumulator 12V. Elektronika-Elektronika. [terhubung berkala]. http://www. elektronika-elektronika. blogspot. com/ 2007/ 06/ tester-muatanakumulator-12v. html [9 September 2009] Wirawan R, Immanuel S, Dharma R. 2008. Penilaian hasil pemeriksaan urin. Cermin Dunia
Kedokteran30:36 [terhubung berkala]. http://www. kalbe. co. id/ files/ cdk/ files/
12_PenilaianHasilPemeriksaanUrin. pdf/ 12_PenilaianHasilPemeriksaanUrin. Html [9 September 2009]. Young HD, Freedman RA. 1996. University Physics. USA: Addison-Wesley Publishing Company.