You are on page 1of 46

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional serta individu mempunyai peran masing-
masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman: 1998). Keluarga sebagai
pranata social terkecil dalam masyarakat dan Negara selalu mencuri perhatian baik
kalangan pimpinan atau tokoh inIormasi maupun pemerintah. Banyak kejadian
merisaukan sekarang ini, seperti kenakalan remaja, kasus gizi kurang, selalu
dikaitkan dengan makin kurang berIungsinya pranata keluarga, antara lain dalam
memIasilitsi tumbuh kembang anak dan menanamkan nilai-nilai luhur seperti
saling menghormati, cinta kasih, toleransi, dan empati.
Anak merupakan bagian dari keluarga, sering dikatakan sebagai potret atau
gambaran dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah demikian karena
anak merupakan individu tersendiri yang tumbuh dan berkembang secara unik dan
tidak dapat diulang setelah usia bertambah.
Pada anak usia prasekolah, anak mengalami lompatan kemajuan yang
menakjubkan. Tidak hanya kemajuan Iisik tetapi juga secara sosial dan emosional.

Anak usia prasekolah ini sedang dalamproses awal pencarian jati dirinya.
Beberapa prilaku yang tidak ada, sekarang muncul. Secara Iisik dan psikis usia ini
adalah usia yag rentan berbagai penyakitbdan menimbulkan masalah yang dapat
mempengaruhi tumbuh kembang anak jika kondisi kesehatan anak tidak ditangani
secara baik oleh praktisi kesehatan dan juga usaha-usaha pencegahan adalah yang
tetap paling baik dilakukan.
Keperawatan keluarga berkaitan erat dengan upaya keluarga mempunyai
kemampuan dalam menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Perawat
dapat menbantu keluarga dalam memecahkan masalah kesehatannya sehingga
mencapai keadaan keluarga yang optimal.
Suatu peran penting keluarga terkait dengan perawatan anak adalah peran
pengasuhan (parenting role), yang sama dalam menjalankan peran ini keluarga
sangat dipengaruhi oleh Iaktor usia orang tua, keterlibatan ayah atau suami dala
pengasuhan anak, latar belakang pendidikan orang tua, pengalaman sebelumnya
dalam mengasuh anak, stress yang dialami orang tua, dan hubungan suami istri.
Berkaitan dengan perawatan anak di rumah sakit, keluarga punya tugas adaptiI,
yaitu meneriama kondisi anak, mengelola kondisi anak, memnuhi kebutuhan
perkembangan anak, memenuhi kebutuhan perkembangan keluarga, menghadapi
stressor dengan positiI, membatu keluarga untuk mengelola perasaanyang
ada,mendidik anggota keluarga yang lain tentang kondisi anak yang sedang sakit,
dan mengembangkan sisitem dukungan social keluarga dengan anak prasekolah.

I.2 TU1UAN
a. Tujuan Intruksional Umum :
Mahasiswa mampu menerapkan konsep asuhan keperawatan keluarga dengan
anak prasekolah.
b. Tujuan Instruksional Khusus :
- Mahasiswa mampu menjelaskan deIinisi keluarga.
- Mahasiswa mampu menjelaskan tahap tumbuh kembang anak usia prasekolah.
- Mahasiswa mampu menjelaskan tugas perkembangan keluarga dengan anak
prasekolah.
- Mahasiswa mampu menjelaskan masalah-masalah pada anka usia prasekolah.
- Mahasiswa mampu menjelaskan bimbingan selam Iase prasekolah.
- Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan keluarga dengan anak
prasekolah
1.3 RUANG LINGKUP
Pada pembahasan makalah ini, penulis hanya membahas mengenai
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Prasekolah dengan Gangguan
Tumbuh Kembang

1.4 METODE PENULISAN


alam penulisan makalah ini, penulis menggunakan study pustaka dan
browsing Internet.













BAB II
TIN1AUAN PUSTAKA

II.1 Definisi keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional serta individual memepunyai peran
masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman:1998)
Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar
perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau
seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau
tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalamsebuah rumah
tangga (Sayekti:1994)
Keluarga adalah sekelompok manusia yang para warganya ter ikat dengan
jalur keturunan (Sumardjan:1993)
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-
istri, atau suami, istri dan anaknya, suami dan anaknya, atau istri dengan anaknya
(Peraturan Pemerintah no.21 tahun 1994 tentang penyelenggaraan pembangunan
keluarga sejahtera)

Keluarga adalah unit sosial terkecil dari individu-individu yang diikat


oleh perkawinan (suami-istri), darah atau adopsi (orang tua-anak), dan dalam
kasus keluarga luas terlihat adanya nenek atau kakek dengan cucu (Burgess dan
Locke:1992)
II.2 Tahap tumbuh kembang anak usia prasekolah
1. eIinisi tumbuh kembang pada anak
Pertumbuhan (Growth)
Berkembangan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau
dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan
ukuran berat (kg/gr) atau ukuran panjang (meter/centimeter)(Soetjiningsih :
1998).
Menurut Whaley dan Wong, pertumbuhan sebagai suatu peningkatan
jumlah atau ukuran sel tubuh yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan
ukuran dan berat seluruh bagian tubuh (Supartini, Yupi : 2004).
Perkembangan (evelopment)
Menurut Whaley dan Wong, perkembangan manitik beratkan pada
perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke
tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan
pembelajaran ( Supartini, Yupi: 2004).

Perkembangan adalah pertambahan kemampuan struktur dan Iungsi tubuh


yang lebih komleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai
hasil dari proses pematangan ( Soetjiningsih : 1998).
Mencakup aspek-aspek lain dari deIerensiasi bentuk termasuk perubahan
emosi atau sosial yang sangat ditentukan oleh interaksi dengan lingkungan
2. Pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah
Pertumbuhan
Beberapa aspek pertumbuhan Iisik terus menjadi stabil dalam tahun
prasekolah. Waktu rata-rata denyut jantung dan pernapasan menurun hanya
sedikit mendekati 90x/menit dan pernapasan 22-24x/menit. T meningkat
sedikit ke nilai rata-rata 95/58mmH. Berat badan anak meningkat kira-kira
2,5 kg per tahun, berat rata-rata pada usia 5 tahun adalah kira-kira 21 kg,
hampir 6 kali berat badan lahir. Prasekolah bertumbuh 2-3 inci per tahun,
panjang mereka menjadi dua kali lipat panjang lahir pada usia 4 tahun,dan
berada pada tinggi rata-rata 43 inci pada ulang tahun kelima mereka.
Perpanjangan tungkai kaki menghasilkan penampilan yang lebih kurus.
Kepala sudah mencapai 90 dari ukuran orang dewasa pada ulang tahun
ke enam. Perbedaan kecil terjadi antara jenis kelamin, walaupun anak laki-
laki sedikit lebih besar dengan lebih banyak otot dan kurang jaringan
lemak. Kekurangan nutrisi umunya terjadi pada anak-anak berusia dibawah
6 tahun adalah kekurangan vitamin A dan C serta zat besi. Konsumsi

karbohidrat dan lemak dalam jumlah yang sangat besar dari makanan yang
berlemak bisa menimbulkan kegemukan dan menjadikan anak prasekolah
dalm kondisi sangat lapar. Orang tua dan penberi pelayanan perlu membuat
asaha secara sadar untuk membantu anak prasekolah mengembangkan
kebiasaan makan yang sehat dan mencegah deIisiensi dan kelebihan.
Perkembangan
- Rasa keingintahuan tentang hal-hal yang berada dilingkungan semakin
besar dan dapat mengembangkan pola sosialisasinya.
- Anak sudah mulai mandiri dalam merawat diri sendiri, seperti mandi,
makan, minum, menggosok gigi, BAK, dan BAB.
- Mulai memahami waktu.
- Penggunaan tangan primer terbentuk.
3. Perkembangan psikoseksual ( Sigmund Freud )
Fase berkembangan psikoseksual untuk anak usia sekolah masuk pada Iase
Ialik. Selama Iase ini, genitalia menjadi area yang menarik dan area tubuh
yang sensitiI. Anak mulai mengetahui perbedaan jenis kelamin dengan
mengetahui adanya perbedaan jenis kelamin.
NegatiI : Memegang genetalia, Oedipus complex
PositiI : Egosentris: sosial interaksi, Mempertahankan keinginan

4. Perkembangan psikososial ( Eric Ericson )


Fase perkembangan psikososial pada anak usia prasekolah adalah inisiatI
vs rasa bersalah. Perkembangan ini diperoleh dengan cara mengkaji
lingkungan melalui kemampuan bereksplorasi terhadap lingkungannya.
Anak belajar mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan. InisiatiI
berkembang dengan teman sekelilingnya. Kemampuan anak berbahasa
meningkat. Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas. Hasil akhir yang
diperoleh adalah menghasilkan suatu prestasinya.
Perasaan bersalah akan timbul pada anak jika anak tidak mampu berpretasi.
Rasa bersalah dapat menyebabkan anak kurang bersosialisasi, lebih marah,
mengalami regresi, yaitu kembali ke perkembangan sebelumnya, misalnya
mengompol dan menghisap jempol.
5. Perkembangan kognitiI ( Jean Piaget )
Fase berkembangan kognitiI anak usia prasekolah adalah Iase
praoperasional. Karakteristik utama perkembangan intelektual tahap ini
didasari siIat egosentris. Pemikiran di dominasi oleh apa yang dilihat,
dirasakan dan dengan pengalaman lainnya.
Fase ini dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Prokonseptual ( 2- 4 tahun )
Anak mengembangkan kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi
dan bermasyarakat. Anak mulai mengembangkan sebab-akibat, trial
dan error dan menginterpretasikan benda/kejadian. Anak mulai
menggunakan sinbulkata-kata, mengingat masa lalu, sekarang dan
yang akan datang.
b. Intuitive thuoght ( 4-7 tahun )
Anak mampu bermasyarakat namun masih belum mampu berpikir
timbal balik. Anak biasanya banyak meniru perilaku orangdewasa
tetapi sudah bisa memberi alasan pada tindakan yang dilakukan.
6. Perkembangan Moral ( Kahlberg )
Fase perkembangan moral pada anak usia prasekolah memasuki Iase
prekonvensional. Anak belajar baik dan buruk, benar dan salah melalui
budaya sebagai dasra peletakan nilai moral.
Fase ini terdiri dari 3 tahapan yaitu:
a. idasari adanya rasa egosentris pada anak, yaitu kebaikan
b. Orientasi hukuman dan ketaatan

Baik dan buruk sebagai konsekuensi dari tindakan. Jika anka berbuat
salah, orang tua memberikan hukuman dan jika anak berbuat benar
maka orang tua memberikan hukuman
- Anak berIokus pad motiI yang menyenangkan sebagai suatu kebaikan
Anak menjalankan aturan sebagai sesuatu yang memuaskan mereka
sendiri.
II.3 Tugas perkembangan anak usia prasekolah
1. Personal/sosial
- Upaya untuk menciptakan diri sendiri seperti orang tuanya, tetapi mandiri
- Menggali lingkungan atas hasil prakarsanya
- Membanggakan, mempunyai perasaan yang tidak dapat dirusak
2. Keluarga merupakan kelompok utama
- Kelompok meningkat kepentingannya
- Menerima peran sesuai jenis kelaminnya
- agresiI
3. Motorik
- Meningkatnya kemampuan bergerak dan koordinasi jadi lebih mudah
- Mengendarai sepeda dengan dua atau tiga
- Melempar bola, tetapi sulit uintuk menangkapnya

4. Bahasa dan kognitiI


- Egosentrik
- Ketrampilan bahasa makin baik
- Mengajukan banyak pertanyaan; bagaimana, apa, dan mengapa?
- Pemecahan masalah sedarhana; menggunakan Iantasi untuk memahami,
mengatasi masalah.
5. Ketakutan
- Pengrusakan diri
- ikebiri
- Gelap
- Ketidaktahuan
- Objek bayangan, tak dikenal.
II.4 Tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah
- Membantu anak untuk bersosialis
- Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak yang lain
(tua) juga harus dipenuhi.
- Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam atau luar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar)
- Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
- Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

- Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan


perkembangan anak.
II.5 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang
Pola pertumbuhan dan perkembangan secara normal antara anak yang satu
dengan yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh
interaksi banyak Iaktor. Menurut Soetjiningsih (2002), Iaktor yang mempengaruhi
tumbuh kembang, yaitu:
a. Faktor dalam (internal):
- Genetika
1) Perbedaan ras, etnis, atau bangsa
Tinggi badan orang Eropa akan berbeda dengan orang
Indonesiaatau bangsa lainnya, dengan demikian postur tubuh tiap
bangsa berlainan.
2) Keluarga
Ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh gemuk atau
perawakan pendek
3) Umur
Masa prenatal, masa bayi, dan masa remaja merupakan tahap yang
mengalami pertumbuhan cepat dibandingkan dengan masa lainnya.

4) Jenis kelamin
Wanita akan mengalami pubertas lebih dahulu dibandingkan laki-
laki
5) Kelainan kromosom
apat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, misalnya sindrom
down.
6) Pengaruh hormone
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin
berumur empat bulan. Pada saat itu terjadi pertumbuhan yang cepat.
Hormon yang berpengaruh terutama adalah hormon pertumbuhan
somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari. Selain
itukelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna
untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi, dan otak.
b. Faktor lingkungan
Faktor kelompok yang dapat berpengaruh dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu pranatal, kelahiran, dan pascanatal.
1. Faktor prenatal
1) Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin,
terutama selama trimester akhir kehamilan
2) Mekanis, posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat
menyebabkan kelainan conginetal, misalnya club Ioot
3) Toksin, zat kimia, radiasi

4) Kelainan endokrin
5) InIeksi TORCH atau penyakit menular sesksual
6) Kelainan imunologi
7) Psikologis ibu
2. Faktor kelahiran
Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau Iorcep dapat
menyebabkan trauma kepala pada bayi sehingga beresiko terjadinya
kerusakan jaringan otak.
3. Faktor pascanatal
Seperti lainnya pada masa prenatal, Iaktor yang berpengaruh terhadap
TUMBANG anak adalah gizi, penyakit kronis/ kelainan konginetal,
lingkungan Iisik dan kimia, psikologis, endokrin, sosioekonomi,
lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan obat-obatan
II.6 Masalah-masalah pada anak usia prasekolah
1. Masalah kesehatan
Masalah kesehatan yang sering muncul pada anak prasekolah seperti; diare,
cacar air, diIteri, dan campak, Masalah/ Penyakit Manajemen Teraupetik an
Komplikasi, Pertimbangan Keperawatan
1. iare (Gastroenterologi)
Agen pembuka : bakteri dan virus.
Sumber : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

Masa inkubasi : BAB ~ 3 x 24 jam


ManiIetasi Klinis : anak menangis, gelisah, suhu tubuh meninggi, BAB
cair kadang disertai darah dan lender
Komplikasi : ehidrasi, Renjatan hipovolemik, Hypocalanta,
Intoleransi laktosa sekunder, Kejang, Malnutrisi
energi protein
Obat : Anti sekresi, Anti spasmolitik, Pengeras tinja,
Antibiotik dan Memberikan cairan, iatetik
(pemberian makanan)
2. 'aricela (cacar air)
Agen pembawa : 'ariacell Zooster
Sumber : sekresi primer saluran pernaIasan dan organ terinIeksi,
pada tingkatan lesi kulit yang lebih rendah
Transmisi : terkontaminasi oleh objek penularan.
Masa inkubasi : 2-3 minggu/ 13-17 hari
Masa penularan : biasanya 1 hari setelah erupsi lesi (masa awal) sampai
5 hari setelah banyak muncul vesikel ketika kerak kulit
terbentuk

ManiIestasi Klinis: Tahap awal: demam ringan, malaise, anoreksia,


pertama kali ruam dan gatal, muncul makula, dengan
cepat berkembang menjadi papula dan menjadi
vesikel (dikelilingi oleh dasar eritematosus menjadi
gelembung, mudah pecah dan membentuk kerak).
Ketiga tahapan (papula, vesikel, dan kerak kulit)
hadir dalam tingkatan berbeda dalam waktu yang
sama.
istribusi : sentriIetal, menyebar ke wajah dan tubuh, tapi jarang
pada tungkai dan lengan.
Gejala : elevasi suhu dari limIade nopaty, iritasi dari gatal-
gatal. Kekhususan: biasanya tidak ada agen anti viral
(ecyclovir) untuk resiko tinggi anak terinIeksi, 'aricella
Zooster imonoglobin ('ZIG) setelah pembukaan pada
anak yang beresiko tinggi.
Obat : iphenhidramin, hydoklorida, atau anti histamin untuk
menghilangkan gatal dan Perawatan kulit untuk
pencegahan inIeksi bakteri kedua.

Komplikasi : InIeksi pada tahap kedua (bisu, selulitis, pnemoni,


sepsis), Encephalitis, 'aricela pnemoni, Peredaran
varicela, Kronik atau tranesien trombositopenia
Penatalaksanaan : - Lakukan isolasi ketat di RS
- Isolasi anak di rumah sampai vasikel mengering
(biasanya 1 minggu setelah terinIeksi) dan isolasi
anak yang beresiko tinggi inIeksi
- Beri perawatan kulit: mandi dan berganti pakaian
setisp hari, oleskan lation
- Mengurangi gatal-gatal
- Hindari mengupas kulit kerak yang menggosok dan
membuat iritasi.
3 iIhteria
ManiIestasi klinis :Bervariasi menurut lokasi anatomi Pseudomembran
Nasal : Menyerupai Ilu, nasal mengeluarkan serosan guineous
mukous purulent tanpa gejala-gejala pokok: tampak
seperti epitaksis.
Tonsilar pharingeal: Malaise, anorexia, tenggorokan sakit, sedikit demam,
pulse meningkat dari yang diharapkan selama 24 jam,

membran melembut, putih atau abu-abu; timbulnya


limIadenitis jika penyakitnya parah timbul toximea,
septik syok, dan meninggal dalam 6-10 hari.
Lharyngeal : emam : serak, batuk, tanpa ada tanda awal,
potensial penghambatan jalan udara, gelisah, cyanosis,
retraksi dyspniec. Antitoksin (biasanya melalui
intravena diawali dengan test kulit dan konjungtiva
untuk mengetes sensitiIitas terhadap serum),
Antibiotik (penisillin atau erythromycin), Bedrest total
(pencegahan miokarditis), Tracheostomy untuk
penahambatan jalan udara, Perawatan carrier dan
kontak terhadap orang yang terinIeksi.
Komplikasi : Miokarditis (minggu ke 2) Neuritis
Penatalaksanaan : - Lakukan isolasi ketat di rumah sakit
- Berpartisipasi pada test sensitiIitas
- beri epineprin jika ada
- Beri antibiotik, amati sensitiIitas terhadap penisilin
- Gunakan suction jika perlu
- Beri perawatan komplit untuk memperoleh bedrest
- Atur kelembaban untuk pencairan optimum sekresi

- Amati respirasi untuk tanda-tanda penghambatan


3. Rubeola (campak)
Agen pembawa : 'irus
Sumber :Sekresi saluran naIas, darah dan urine dari orang
yang terinIeksi.
Transisi : Kontak langsung dengan orang yang terinIeksi.
Masa inkubasi :10-20 hari
Periode penularan : ari 4-5 hari setelah ruam-ruam muncul tetapi
terutama selama tahapan awal (catharal).
ManiIestasi klinis : - Fase prodromal: Tidak dijumpai pada anak-
anak, namun dijumpai pada orang remaja
dan dewasa yang ditandai dengan demam
ringan, sakit kepala, malaise, anorexia,
konjungtivitis ringan, coryza, sakit
kerongkongan, batuk, dan limIadenoIaty.
Paling sedikit 1-5 hari, menghilang 1 hari
setelah terjadinya ruam.
- Ruam : Pertama kali muncul di wajah dan
dengan segera menyebar ke leher, lengan
batang tubuh dan kaki. diakhiri dari pertama
ditutupi dengan bercak-bercak kemerahan

makulo pupalar, biasanya hilang pada hari


ketiga
Tanda dan gejala : emam ringan yang muncul kadang-kadang,
sakit kepala, malaise dan limIadenopaty. Tidak
ada perawatan lain yang perlu kecuali
antipiretik untuk demam dan analgesik untuk
nyeri.
Komplikasi : Jarang terjadi (arthritis, enchepalitis, atau
purpura); penyakit-panyakit menular yang
sering dijumpai pada masa anak-anak; bahaya
terbesar adalah eIek teratogenik pada janin. o
Yakinkan orangtua bahwa vesikel-vesikel
adalah suatu proses panyakit yang alami pada
anak-anak yang terinIeksi.
Penatalaksanaan : - Gunakan sentuhan lembut jika diperlukan
- Jauhkan anak dari wanita hamil
2. Hubungan keluarga
Pada usia prasekolah biasanya anak merasa cemburu dengan kehadiran
anggota keluarga baru (adik). Anak merasa tidak diperhatikan lagi oleh orang

tua sehingga anak sering membuat olah untuk mendapatkan perhatian orang
tua.
3. Bahaya Iisik/Kecelakaan
Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang
menghasilkan ketrampilan tertentu. Meskipun tidak meninggalkan bekas Iisik
namunkecelakaan dianggap sebagai kegagalan dan anak lebih bersikap hati-
hati akan berbahaya bagi psikologisnya sehingga anak akan takut terhadap
kegiatan Iisik. Jika hal ini terjadi bisa berkembang menjadi masa malu.
4. Keracunan
Pada dasarnya usia prasekolah suka mencoba segala sesuatu yang dia
lihat tanpa mengetahui apakah itu berbahaya atau tidak.
5. Bahaya Psikologis
Perasaan bersalah akan timbul pada anak jika anak tidak mampu
berprestasi. Rasa bersalah dapat menyebabkan anak kurang bersosialisasi,
lebih pemarah, mengalami regresi, yaitu kembali ke perkembangan
sebelumnya, misalnya mengompol dan menghisap jempol.
6. Gangguan tidur
Mimpi buruk adalah mimpi menakutkan yang terjadi selama tidur
REM (rapid eye movement). Seorang anak yang mengalami mimpi buruk

biasanya akan benar-benar terbangun dan dapat mengingat kembalimimpinya


secara terperinci. Mimpi buruk yang terjadi sewaktu-waktu adalah hal yang
normal, dan satu-satunya tindakan yang perlu dilakukan orang tua adalah
menenangkan anak. Tetapi mimpi buruk yang sering terjadi adalah abnormal
dan bisa menunjukkan masalah psikis. Pengalamam yang menakutkan
(termasuk cerita menakutkan atau Iilm tentang kekerasan di televisi) bisa
menyebabkan terjadinya mimpi buruk. Hal ini terutama sering ditemukan
pada anak-anak yang berumur 3-4 th, karena mereka belum bisa membedakan
antara khayalan dan kenyataan. Teror dimalam hari adalah suatu keadaan
dimana sesaat setelah tertidur anak setengah terbangun dengan kecemasan
yang luar biasa. Anak tidak dapat mengingat kembali apa yang atelah
dialaminya.
Tidur sambil berjalan adalah suatu keadaan dimana dalam keadaan
tertidur anak bengkit dsari tempat tidurnya dan berjalan-jalan. Teror dimalam
hari dan tidur sambil berjalan biasanya berlangsung selama tidur dalam (Non
REM) dan terjadi dalam 3 jam pertama setelah anak tertidur. Tiap episode
berlangsung dari beberapa detik sampai beberapa menit. Teror dimalam hari
siIatnya dramatis karena nak menjerit-jerit dan panik, keadaan ini paling
sering ditemukan pada anak yang berumur 3-8 th.
Untuk anak yang susah tidur bisa dilakukan beberapa tindakan berikut:

1. Ajak anak kembali ketempat tidurnya


2. Berikan cerita yang pendek
3. Tawari untuk ditemani oleh boneka atau selimut kesayangannya
4. Gunakan lampu redup.
7. Masalah Pelatihan Buang Air (Toileting)
Pelatihan buang air besar biasanya mulai dilakukan pada saat anak
berumur 2-3 tahun, sedangkan pelatihan buang air kecil dilakukan pada umur
3-4 tahun. Pada umur 5 tahun, kebanyakan anak sudah dapat melakukan
buang air sendiri; melepas pakaian dalamnya sendiri, membersihkan dan
mengeringkan penis, vulva maupun anusnya sendiri serta kembali memakai
pakaian dalamnya sendiri. Tetapi sekitar 30 anak berusia 4 th dan 10 anak
berusia 6 th masih mengompol pada malam hari.
Cara terbaik untuk menghindari masalah pelatihan buang air (toilet
training) adalah denganm mengenali kesiapan anak. Adapun tanda dari
kesiapan anak adalah:
- Selama beberapa jam pakaian dalamnya masih kering.
- Anak menginginkan pakaian dalamnya diganti jika basah.
- Anak menunjukkan ketertarikannya untuk duduk di atas Potty Chair
(pispot khusus untuk anak-anak) atau diatas toilet (jamban, kakus).
- Anak mampu mengikuti petunjuk atau aturan lesan yang sederhana.

- Kesiapan anak biasanya terjadi pada usia 24-36 bln.


Metode toilet training yang banyak digunakan adalah metode timing.
Anak yang tampaknya sudah siap diperkenalkan kepada potty chair dan secara
bertahap diminta untuk duduk diatasnya sebentar saja dalam keadaan
berpakaian lengkap. Kemudian anak diminta untuk melepaskan pakaian
dalamnya sendiri, lalu duduk di atas potty chair selama tidak lebih dari 5-10
mnt. Hal itu dilakukan sambil ibu memberikan penjelasan bahwa swkarang
sudah saatnya anak untuk melakukan BAB/BAK ditempatnya (maksudnya
pada potty chair/kloset) buka di pakaian dalam atau popok. Jika Anak sudah
bisa melakukannya, ibu boleh memberikan pujian ataupu hadiah. Tetapi jika
anak belum bisa melakukannya, ibu sebaiknya tidak memarahi ataupun
menghukum anak. Metode timing eIektiI untuk anak-anak yang memiliki
jadwal BAB/BAK yang teratur.
Metode toilet training lainnya menggunakan boneka sebagai alat
bantu. Kepada anak yang sudah siap diajarkan cara-cara toilet training dengan
menggunakan boneka sebagai model. Ibu memberikan pujian kepada boneka
karena pakaian dalamnya kering dan telah berhasil melewati setiap proses
toilet training. Kemudian ibu meminta anak untuk menirukan proses toliet
training dengan bonekanya secara berulang-ulang, anak juga diajari untuk
memuji bunekanya. Selanjutnya anak menirukan apa yang telah dilakukan
oleh bonekanya dan ibu memberikan pujian kepada anak. Jika anak tetap

bertahan duduk di toilet sebaiknya diangkat dan toilet training dicoba kembali
setelah anak makan. Tetepi jika hal ini berlangsung selama beberapa hari
sebaiknya tolet traing ditunda selama beberapa minggu.
Sangat penting untuk memberika pujian kepada anak yang telah
berhasil melakukan toilet training. Setelah pola BAB/BAK stabil secara
perlahan pujian mulai dikurangi. Memaksa anak untuk BAB/BAK di toilet
dengan kekerasan tidak eIektiI dan bisa menyebabkan ketegangan pada
hubungan ibu-anak.
II.7 Bimbingan selama fase prasekolah
1. Usia 3 tahun
- Persiapkan orang tua untuk peningkatan ketertarikan anak dalam hubungan
yang lebih luas.
- Anjurkan orang tua untuk mendaItarkan anak ke play group atau TK.
- Tekankan tentang pentingnya pengaturan waktu.
- Anjurkan orang tua untuk menawarkan pilihan-pilihan ketika anak sedang
ragu/bimbang.
- Perubahan pada anak usia 3.5 th : anak akan menjadi kurang koordinasi,
gelisah dan menunjukkan perubahan tingkah laku, seperti bicara gagap.

- Orang tua harus memberikan perhatioan yang ekstra sebagai reIleksi dari
kegelisahan emosi anak dan rasa takut anak kehilangan kasih sayang orang
tua.
- Ingatkan orang tua tentang keseimbangan yang telah dicapai pada usia 3 th
akan berubah menjadi tingkah laku yang agresiI pada usia 4 th.
- antisipasi tentang adanya perubahan naIsu makan, seleksi makanan anak.
- Tekankan tentang perlunya perlindungan dan pendidikan untuk mencegah
cedera.
2. Usia 4 tahun
- Persiapkan pada tingkah laku anak yang lebih agresiI, termasuk aktiIitas
motorik dan penggunaan bahasa-bahasa yang mengejutkan.
- Eksplorasi perasaan oreng tua berkenaan dengan tingkah laku anak.
- Masukkan anak ke TK
- Persiapkan untuk peningkatan keingintahuan anak tentang seks
- Tekankan tentang pentingnya menanamkan disiplin pada anak
- Anjurkan orang tua untuk melatih anak berenang jika belum dilakukan
diusia sebelumnya

3. Usia 5 tahun
- Masa tenang pada anak
- Siapkan anak untuk memasuki lingkungan sekolah
- Pastikan kelengkapan imunisasi lingkungan sekola
II.8 Stimulasi bermain untuk tumbuh kembang anak
1. eIinisi bermain
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarelauntuk
memperoleh kesenangan/ kepuasan. Bermain merupakan cermin kemampuan
Iisik, intelektual, emosional, dan sosial. Bermain merupakan media yang baik
untuk belajar karena bermain, anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar
menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat
dilakukannya, dan mengenalwaktu, jarak, serta suara. (Wong, 2000)
2. Fungsi permainan pada anak
Fungsi utama bermain adalah menstimulasi perkembangan anak, antara
lain:
- Perkembangan sensori-motorik
- Perkembangan intelektual
- Perkembangan social
- Perkembangan kreativitas

- Perkembangan kreasi diri


- Perkembangan moral
3.Bermain sebagai terapi
- Tujuan bermain
Melalui Iungsi yang terurai diatas pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan
sebagai berikut:
1) Untuk melanjutkan tumbang yang normal pada saat sakit anak mengalami
gangguan dalam tumbang.
2) Mengekspresikan perasaan, keinginan dan Iantasi serta idenya.
3) Mengembangkan kreatriIitas dan kemampuan menyelesaikan masalah.
Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan Iantasinya untuk
menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya pada saat
melakukan permainan anak akan dihadapkan pada masalah dalam konteks
permainannya, semakin lama ia bermain dan semakin tertantang untuk
dapat menyelesaikannya dengan baik.
4) apat beradaptasi secara eIektiI terhadap stress karena sakit dan dirawat di
RS. Stress yang dialami anak di RS tidak dapat dihindarkan sebagai mana
juga yang dialami orang tuanya untuk itu yang penting adalah bagaimana
menyiapkan anak dan orang tua untuk dapat beradaptasi denga stresor
yang dialaminya di RS secara eIektiI.

-Alat dan jenis permainan yang cocok untuk anak usia prasekolah (~3-6 th)
Sejalan dengan tumbangnya anak prasekolah mempunyai kemampuan
motorik kasar dan halus yang lebih matang daripada anak usia toddler. Anak
sudah lebih aktiI, kreatiI dan imajinatiI. emikian juga kemampuan berbicara
dan berhubungan sosial dengan temannya semakin meningkat.
Oleh karena itu jenis permainan yang sesuai adalah asosiatiI play,
dramatik play dan skill play. Anak melakukan permainan bersama-sama
dengan temannya denga komunikasi yang sesuai dengan kemampuan
bahasanya. Anak juga sudah mampu memainkan peran orang tertentu yang
diidentiIikasikannya seperti ayah, ibu dan bapak atau ibu gurunya. Permainan
yang menggunakan kemampuan motorik (skill play) banyak dipilih anak
prasekolah. Untuk itu jenis alat pewrmainan yang diberikan pada anak, misal:
sepeda, mobil-mobilan, alat olah raga, berenang dan permainan balok-balok
besar, dll.




BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

III.1 Pengkajian
A. Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga
1. Identitas
a. Nama pasien
imaksudkan agar dapat mengenali klien sehingga mengurangi kekeliruan
dengan pasien lain.
b. Umur
Mengetahui umur pasien sehingga dapat mengklariIikasi adanya Iaktor
resiko pada epilepsi karena Iaktor umur dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam penatalaksanaan untuk epilepsi.
c. Agama dan suku bangsa
Mengetahui kepercayaan dan adat istiadat pasien dan keluarga sehingga
dapat mempermudah dalam melaksanakan tindakan sesuai dengan agama
dan kepercayaan dari pasien dan keluarganya.

5. Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman dari anggota
keluarga terutama orang tua dalam memberi inIormasi perencanaan pulang
bagi anak sekolah dengan masalah kesehatan epilepsi.
2. Komposisi keluarga
imaksudkan untuk mengetahui silsilah dari beberapa generasi, apakah
terdapat anggota keluarga yang terkena penyakit yang serupa/penyakit
turunan.
3. Tipe keluarga
Pengkajian tipe keluarga dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar
perhatian dan peraswatan yang diberikan pada anggota atau anak yang
mengalami sakit.
4. Pekerjaan
Mengetahui tingkat ekonomi keluarga pasien. Hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui kesanggupan keluarga untuk memodiIikasi proses penyembuhan
penyakit pada anak dan pemanIaatan sarana kesehatan bagi anak yang sakit.

5. Alamat
Untuk megetahui pasien tinggal dimana dan untuk menghindari kekeliruan
bila ada dua orang pasien dengan nama yang sama serta untuk keperluan
kunjungan rumah bila diperlukan.
6. Aktivitas rekreasi keluarga
Untuk mengetahui seberapa jauh keluarga memenIaatkan aktiIitas rekreasi
keluarga yang digunakan untuk menghilangkan kepenatan dalam kehidupan
sehari-harinya.
7. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
- Tahap perkembangan keluarga saat ini.
- Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
- Riwayat keluarga inti.
- Riwayat keluarga sebelumnya.
8. Lingkungan
- Karakteristik rumah.
- Karakteristik lingkungan.
- Mobilitas keluarga.
- Hubungan keluarga dengan lingkungan.
- Sistem sosisl yang mendukung.

9. Struktur keluarga
- Pola komunikasi.
- Pengambilan keputusan.
- Peran anggota keluarga.
- Nilai-nilai yang berlaku di keluarga.
B. Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah
1. Identitas anak.
2. Riwayat kehamilan sampai kelahiran.
3. Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini.
4. Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari).
5. Tumbang saat ini (termasuk kemampuan yang dicapai).
6. Pemeriksaan Iisik.
7. Pengkajian data Iokus meliputi:
- Bagaimana karakteristik teman bermain.
- Bagaimana lingkungan bermain.
- Berapa lama anak menghabiskan waktunya di sekolah.
- Bagaimana stimulasi terhadap tumbang anak dan adakah sarana yang
dimiliki.
- Bagaimana temperamen anak saat ini.
- Bagaimana pola anak jika menginginkan suatu barang.
- Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak.
- Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini.

- Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah.


- Sudahkah anak memperoleh imunisasi ulangan selain di sekolah.
- Pernahkah mendapat kecelakaan selama di sekolah atau di rumah saat
bermain.
- Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini.
- Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah, apa jenisnya.
- Bagaimana pola anak memanIaatkan waktu luang.
- Bagaimana pelaksanaan tugas dan Iungsi keluarganya.









BAB IV
TIN1AUAN KASUS
IV.1 KASUS
Seorang ibu membawa anaknya (An. T) yang berusia 5 tahun ke puskesmas
dengan keluhan anak BAB encer dan buang air besar lebih dari 8 kali dalam 10
jam terakhir dan di sertai gatal gatal anak lemas dan tidak mau makan dari hasil
pemeriksaan di dapat TT' anak tidak normal /kurang dari normal dan pada
kulit anak di temukan bercak putih,jamur pada kulit punggung .dari penuturan
ibu,bahwa anaknya hipeeraktiI dalam beraktivitas,dan lingukungan rumah dari
ibu berada dekat dengan sungai yaitu 50 meter sehingga sebagian besar aktiIitas
warga di sekitar termasuk ibu penderita d lakukan di sungai tersebut seperti
menycuci,mandi dll.
IV.2 DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI
O: - BAB encer
- Buang air besar lebih dari 8 kali
S: - anak pucat
- TT' kurang dari normal
Masalah: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Etiologi: diare
O: anak sering gatal gatal

S; jamur di kulit
Masalah: Gangguan konsep diri/citra tubuh
Etiologi: Gangguan integritas kulit
IV.3 DIAGNOSA
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada An.T b/d ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal masalah diare
2. Gangguan tumbuh kembang pada An.T berhubungan dengan ketidak
mampuan keluarga mengenal dampak hospitalisasi








IV.4 SKORING:
IAGNOSA NO KRITERIA NILAI BOBOT
1 SiIat msalah: Sakala: tidak /kurang sehat Ancaman kesehatan Keadaan
sejahtera 3
2
1 1
2 Kemungkinan masalah dapat di ubah:
Skala: mudah
Sebagian
Tidak dapat 2
1
0 2
3
4 Kemungkinan masalah dapat di cegah:
Skala: tnggi
Cukup

Rendah
Menonjolnya msalah:
Skala: Masalah berat harus segera di tangani
Ada msalah tapi tidak perlu di tangani.
Msalah tidak di rasakan 3
2
1
2
1
0 1
1




Diagnosa I
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada anak b/d ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal masalah diare.
SiIat masalah : 2/312/3
Kemungkinan msalah dapat di ubah: 2/222
Potensi msalah dapat di cegah : 3/311
Menonjolnya msalah : 2/211
TOTAL 122/3111/34.7
Diagnosa II
Gangguan tumbuh kembang pada An. T berhubungan dengan ketidak mampuan
keluarga mengenal dampak hospitalisasi
SiIat masalah : 3/311
Kemungkinan msalah dapat di ubah: 1/221
Potensi msalah dapat di cegah : 2/312/3
Menonjolnya msalah : 2/211
TOTAL 112/3111/33,7

INTERVENSI
Diagnosa
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada anak b/d ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal masalah diare.
Intervensi:
- Memberikan penjelasan tentang diare kepada keluarga
- Membantu keluarga dalam mengenal masalah diare
- Membantu keluarga untuk mengambil tindakan terhadap penanganan diare
- Membantu keluarga dalam menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan untuk mencegah diare
- Membantu keluarga memanIaatkan Iasilitas kesehatan di lingkungan setempat
untuk pengobatan diare
Diagnosa
Gangguan tumbuh kembang pada An. T berhubungan dengan ketidak mampuan
keluarga mengenal dampak hospitalisasi
Intervensi:
- Memberikan penjelasan tentang hospitalisasi kepada keluarga
- Membantu keluarga dalam mengenal masalah hospitalisasi

- Membantu keluarga untuk mengambil tindakan terhadap penanganan


hospitalisasi
- Membantu keluarga dalam menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan untuk mengatasi dampak hospitalisasi
EVALUASI
Intervensi
1. Memberikan penjelasan tentang diare kepada keluarga
2. Membantu keluarga dalam mengenal masalah diare
3. Membantu keluarga untuk mengambil tindakan terhadap penanganan diare
4. Membantu keluarga dalam menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan untuk mencegah diare
5 Membantu keluarga memanIaatkan Iasilitas kesehatan di lingkungan setempat
untuk pengobatan diare
Evaluasi
- Keluarga memahami tentang diare Keluarga mampu mengenal masalah
diare
- Keluarga mampu untuk mengambil tindakan terhadap penanganan diare

- Keluarga mampu dalam menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan


kesehatan untuk mencegah diare
- Keluarga mampu memanIaatkan Iasilitas kesehatan di lingkungan setempat
untuk pengobatan diare
Intervensi
1. Memberikan penjelasan tentang hospitalisasi kepada keluarga
2. Membantu keluarga dalam mengenal masalah hospitalisasi
3. Membantu keluarga untuk mengambil tindakan terhadap penanganan hospitalisasi
4. Membantu keluarga dalam menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan untuk mengatasi dampak hospitalisasi
5. Keluarga memahami tentang hospitalisasi
Evaluasi
- Keluarga mampu mengenal masalah hospitalisasi
- Keluarga mampu mengambil tindakan terhadap penanganan hospitalisasi
- Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan untuk mengatasi dampak hospitalisasi

BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan.
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional serta individu mempunyai peran masing-
masing yang merupakan bagian dari keluarga. Keluarga sebagai pranata social
terkecil dalam masyarakat dan Negara. Anak merupakan bagian dari keluarga,
Anak merupakan individu tersendiri yang tumbuh dan berkembang secara unik
dan tidak dapat diulang setelah usia bertambah. Pada anak usia prasekolah
mengalami lompatan kemajuan Iisik, sosial dan emosional dan sedang dalam
proses awal pencarian jati dirinya. Secara Iisik dan psikis usia ini adalah usia yag
rentan berbagai penyakit dan menimbulkan masalah yang dapat mempengaruhi
tumbuh kembang anak jika kondisi kesehatan anak tidak ditangani secara baik
oleh praktisi kesehatan dan juga usaha-usaha pencegahan adalah yang tetap paling
baik dilakukan.
Keperawatan keluarga berkaitan erat dengan upaya keluarga mempunyai
kemampuan dalam menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Perawat
dapat menbantu keluarga dalam memecahkan masalah kesehatannya sehingga
mencapai keadaan keluarga yang optimal. Peran penting keluarga terkait dengan
perawatan anak adalah peran pengasuhan (parenting role), yang sama dalam

menjalankan peran ini keluarga sangat dipengaruhi oleh Iaktor usia orang tua,
keterlibatan ayah atau suami dala pengasuhan anak, latar belakang pendidikan
orang tua, pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak, stress yang dialami
orang tua, dan hubungan suami istri. Berkaitan dengan perawatan anak di rumah
sakit, keluarga punya tugas adaptiI, yaitu meneriama kondisi anak, mengelola
kondisi anak, memnuhi kebutuhan perkembangan anak, memenuhi kebutuhan
perkembangan keluarga, menghadapi stressor dengan positiI, membatu keluarga
untuk mengelola perasaan yang ada,mendidik anggota keluarga yang lain tentang
kondisi anak yang sedang sakit, dan mengembangkan sisitem dukungan social
keluarga dengan anak prasekolah.
V.2 Saran
Agar penulis lain dapat mengembangkan makalah ini, untuk lebih dalam
lagi menggali tentang Asuhan Keperawatan pada Keluarga Anak Pra Sekolah
dengan Gangguan Tumbuh Kembang.




DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih (1994), Tumbuh Kembang Anak, Bagian Kesehatan Anak FK Udayana,
Jakarta. EGC,
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC.
Supartini, Y. (2004). Konsep asar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

You might also like