You are on page 1of 15

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


GAMBARAN PATOLOGI KLINIS DARI TUMOR
KELEN1AR SALIVA : PENILAIAN PADA
303 PASIEN









DISUSUN OLEH

SIMFO FERAWATI 070600095


PEMBIMBING :
SYUAIBAH LUBIS, drg.

1

GAMBARAN PATOLOGI KLINIS DARI TUMOR
KELEN1AR SALIVA : PENILAIAN PADA
303 PASIEN

SimIo Ferawati
Departemen Ilmu Penyakit Mulut
Fakultas Kedokteran Gigi USU
Jl. Dr Mansur Baru Medan

Abstrak
Neoplasma kelenjar saliva dapat ditandai perbedaan histologisnya dan beberapa beberapa
penelitian menyatakan terjadinya bervariasi pada populasi. Aspek klinis secara histologis diperiksa
untuk menentukan kemungkinan hubungan dan parameter yang pasti untuk membedakan
neoplasma jinak atau ganas. Laporan kasus pasien yang didiagnosa dengan tumor epitel kelenjar
saliva antara tahun 1989 dan 2005 telah ditinjau. Sebagian besar (71) dari 303 tumor kelenjar
saliva adalah jinak dan pleomorphic adenoma yang paling banyak ditemukan. Rata-rata umur
pasien dengan tumor jinak dan ganas adalah 49-59 tahun. Perbedaan yang signiIikan secara
statistik antara tumor-tumor ini telah diamati sesuai dengan variable berikut, yaitu umur, ukuran
tumor, dan durasi penyakit. Ada hubungan yang ditemukan antara diagnosa secara histologis dan
konsistensi tumornya. Data yang ditunjukan ini membenarkan sejumlah kasus sebelumnya dan
oleh karena itu berhubungan dengan pemahaman karakteristik yang beragam ditunjukkan oleh
tumor ini.

Kata kunci Neoplasma kelenjar saliva, kelenjar saliva, Neoplasma, Tumor kelenjar saliva.

Pendahuluan
Kanker rongga mulut merupakan masalah utama dalam kesehatan rongga
mulut karena penyakit ini menunjukkan insidens dan tingkat kematian yang tinggi
di Brazil. Institusi Kanker memprakirakan bahwa 14.120 kasus baru dari kanker
rongga mulut yang terdiagnosa tahun 2010. Dari semua kanker rongga mulut,
tumor kelenjar saliva menunjukan persentase yang kecil.
Kebanyakan laporan mengatakan keduanya tumor kelenjar saliva mayor
dan minor, membuatnya sulit mengevaluasi Irekuensi dan distribusi yang
sebenarnya. Tumor kelenjar mayor dan minor jarang terjadi, diperkirakan 3-10
dari tumor kepala dan leher, dan lebih sering ditemukan pada kelenjar parotid.
Kelenjar parotid, submandibular dan kelenjar saliva minor pada palatal secara
nyata terpengaruh.
Lebih dari 80 tumor kelenjar parotid adalah jinak. Lebih dari 50 tumor
di kelenjar submandibular atau sub lingual adalah ganas. Tumor biasanya bersiIat
asimtomatik. Bagaimanapun, sejumlah gambaran klinis diperkirakan
2

menunjukkan adanya keganasan, seperti pertumbuhan yang cepat, nyeri,
melibatkan saraI wajah, dan servikal adenopati. Kemungkinan terdapat trismus,
ulser pada jaringan kutan (kulit) dan adanya Iistula. Neoplasma kelenjar saliva
ditandai dari perubahan histologis jaringan yang beragam dan menjadi tantangan
bagi ahli patologis karena klasiIikasi yang kompleks dan berbagai variasi yang
jarang terjadi. !leomorphic adenoma dan Mucoepidermoid carcinoma adalah dua
kasus umum yang paling sering terjadi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai distribusi tumor kelenjar
epitel saliva jinak dan ganas pada pusat perawatan kanker di Natal, Rio Grande do
Norte State, Brazil. Aspek klinis dan tanda histologis dianalisa untuk menentukan
tumor golongan yang mungkin diderita.

Tinjauan Pustaka
Adapun Tumor kelenjar saliva jinak yang paling sering terjadi dalam
penelitian-penelitian sebelumnya adalah !leomorphic Adenoma / Adenoma
PleomorIik, diikuti oleh Adenoma Basal Sel dan Warthin`s Tumor, sedangkan
untuk tumor kelejar saliva ganas yang paling sering terjadi adalah karsinoma
mukoepidermoid.
Kata tumor berasal dari bahasa Latin tumere yang artinya membengkak.
Tumor diartikan sebagai (1) pembengkakan, satu dari tanda cardinal peradangan,
dan (2) pertumbuhan suatu jaringan dengan multiplikasi sel-sel yang tidak
terkontrol dan progresiI; disebut juga neoplasma. Neoplasma adalah setiap
pertumbuhan baru dan abnormal; secara khusus suatu pertumbuhan jaringan baru
dengan pertumbuhan yang tidak terkontrol dan progresiI.
Penyebab pasti tumor kelenjar saliva belum diketahui secara pasti,
dicurigai adanya keterlibatan Iaktor lingkungan dan Iaktor genetik. Paparan
radiasi dikaitkan dengan tumor jinak warthin dan tumor ganas karsinoma
mukoepidermoid. Epstein-Barr virus mungkin merupakan salah satu Iaktor
pemicu timbulnya tumor limIoepitelial kelenjar saliva. Kelainan genetik, misalnya
monosomi dan polisomi sedang diteliti sebagai Iaktor timbulnya tumor kelenjar
saliva.

3

PatoIisiologi terjadinya tumor kelenjar saliva
1. Teori multiseluler teori ini menyatakan bahwa tumor kelenjar saliva
berasal dari diIerensiasi sel-sel matur dari unit-unit kelenjar saliva. Seperti
tumor asinus berasal dari sel-sel asinar, onkotik tumor berasal dari sel-sel
duktus striated, mixed tumor berasal dari sel-sel duktus interkalated dan
mioepitelial, squamous dan mukoepidermoid karsinoma berasal dari sel-
sel duktus ekskretori.
2. Teori biseluler teori ini menerangkan bahwa sel basal dari glandula
ekskretorius dan duktus interkalated bertindak sebagai stem sel. Stem sel
dari duktus interkalated dapat menimbulkan terjadinya karsinoma acinous,
karsinoma adenoid kistik, mixed tumor, onkotik tumor dan Warthin's
tumor. Sedangkan stem sel dari duktus ekskretorius menimbulkan
terbentuknya skuamous dan mukoepidermoid karsinoma.

Gejala Klinik
Gejala klinik yang ditimbulkan adalah timbulnya massa pada daerah wajah
(parotis), pada angulus mandibula (parotis dan submandibula), leher
(submandibula) atau pembengkakan pada dasar mulut (sublingual). Pembesaran
ukuran massa yang cepat mengarah pada kelainan seperti inIeksi, degenerasi
kistik, hemoragik atau malignansi. Tumor jinak kelenjar saliva biasanya bersiIat
mobile dan untuk massa atau tumor jinak yang berasal dari parotis tidak ada
gangguan Iungsi nervus Iasialis. Lesi malignansi biasanya menimbulkan gejala
seperti gangguan nervus Iasialis, pertumbuhan yang cepat, parastesia, lesi yang
terIiksir dan pembesaran kelenjar getah bening cervikal.
Kelenjar saliva dikategorikan kedalam kelenjar saliva mayor dan minor.
Kelenjar saliva mayor ada 3 (tiga) parotid, submandibularis, dan sublingualis.
Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva utama yang terbesar dan menempati
ruangan di depan prosesus mastoid dan liang telinga luar. Tumor ganas parotis
pada anak jarang didapat. Tumor yang paling sering terjadi pada anak adalah
karsinoma mukoepidermoid, biasanya jenis derajat rendah. Massa dalam kelenjar
saliva dapat menjadi ganas seiring dengan bertambahnya usia. Kebanyakan tumor
pada kelenjar saliva minor (sekitar setengah sampai dua pertiga) adalah tumor
ganas. Kelenjar saliva minor terdapat disepanjang aerodigestiI bagian atas
4

submukosa palatum, bibir, pharynx, nasophrynx, larynx, ruang parapharyngeal.
Pada kelenjar saliva mayor Adenoma PleomorIik paling sering di jumpai pada
kelenjar parotid, sedangkan pada kelenjar saliva minor Adenoma PleomorIik lebih
sering dijumpai pada palatum dan bibir atas.

Adenoma Pleomorfik
Adenoma PleomorIik adalah tumor kelenjar saliva dan paling umum di
jumpai pada kelenjar parotid. Tumor ini merupakan tumor campuran -enign
mixed tumor), yang terdiri dari komponen epitel, mioepitel dan mesenkim dan
tersusun dalam beberapa variasi komponennya. Adenoma pleomorIik adalah
tumor jinak campuran yang berasal dari sel epitel dalam rongga mulut, biasanya
timbul di daerah palatum, kelenjar parotis, dan bibir. Biasanya asimtomatik,
kecuali bila terdapat trauma. Secara klinis terlihat seperti Iibroma, lipoma, atau
mukokel, dan paling sering timbul di daerah kelenjar parotis. Penatalaksanaannya
adalah eksisi, di mana dapat terjadi rekurensi bila eksisi tidak total.
Penyebab Adenoma PleomorIik pada kelenjar saliva belum diketahui
secara pasti, diduga karena keterlibatan lingkungan dan Iaktor genetik. Pemaparan
radiasi dihubungkan dengan pekembangan tumor jinak dan carsinoma
mukoepidermoid malignant. Satu studi mengatakan, bahwa simian virus (SV 40)
memainkan peranan penting dalam perkembangan Adenoma PleomorIik. Virus
Epstein-Barr merupakan salah satu Iaktor didalam perkembangan tumor-tumor
limphoephitelial kelenjar saliva. Perubahan-perubahan genetik, seperti kehilangan
allelic, monosomi dan polisomi, dan penyusunan kembali strukturnya. Secara
umum -catenin memainkan peranan penting di dalam perkembangan Adenoma
PleomorIik. Tidak hanya dalam perubahan bentuk yang malignant, tetapi juga
didalam pengaturan Iungsi-Iungsi Iisiologis. Ekspresi molekul-molekul adhesi
didalam neoplasma-neoplasma kelenjar saliva telah diselidiki.
Studi saat ini mengatakan, percobaan untuk memperjelas peran sel di
dalam onkogenesis dan sitodiIerensiasi Adenoma PleomorIik dan karsinoma dari
kelenjar saliva. Ekspresi dari -catenin adalah immunohistochemical yang di uji
dalam lesi-lesi maupun dalam kelenjar saliva normal.
3

Adenoma PleomorIik mempunyai gambaran klinis massa tumor tunggal,
keras, bulat, bergerak mo-ile), pertumbuhan lambat, tanpa rasa sakit, nodul
tunggal. Suatu nodul yang terisolasi umumnya tumbuh di luar dari pada normal,
dari suatu nodul utama dibandingkan dengan suatu multinodular (Gambar 1).

Gambar 1. Adenoma pleomorIik pada kelenjar parotid
Adenoma PleomorIik biasanya mo-ile, kecuali di palatum dapat
menyebabkan atropy ramus mandi-ula jika lokasinya pada kelenjar parotid.
Ketika ditemukan di ekor kelenjar parotid, tumor ini akan menunjukkan satu
bentuk cuping telinga ear lo-e). Meskipun Adenoma PleomorIik digolongkan
sebagai tumor jinak, tetapi mempunyai kapasitas tumbuh membesar dan berubah
menjadi malignant membentuk carcinoma. Meskipun Adenoma PleomorIik
adalah tumor 'jinak, tumor ini adalah aneuploid, dan dapat kambuh setelah
reseksi, menyerang jaringan normal, bermetastase jauh dalam jangka waktu yang
lama.
Gejala dan tanda tumor ini tergantung pada lokasinya. Ketika di jumpai
pada kelenjar parotid kelumpuhan nervus Iasialis jarang di jumpai, tetapi apabila
tumor ini bertambah besar mungkin kelumpuhan nervus Iasialis bisa di jumpai.
Seperti ketika tumor ini menjadi malignant. Apabila tumor ini di jumpai pada
kelenjar saliva minor, gejala yang timbul bermacam-macam tergantung pada
lokasi tumor. Gejala yang timbul seperti dysphagia, dyspnea, serak ,susah
mengunyah, dan epistaxsis.
Secara histologi, Adenoma PleomorIik mempunyai gambaran yang
bervariasi. Secara klasik Adenoma PleomorIik adalah biIasik dan karakteristiknya
merupakan satu campuran epitel poligonal dan elemen myoepitel spindle-shaped
membentuk unsur dengan latar belakang stroma oleh mukoid, myxoid, kartilago
atau hyalin. Adenoma PleomorIik tidak mempunyai kapsul, tetapi diselubungi
oleh pseudocapsul yang berserat dari bermacam-macam ketebalannya. Tumor ini
6

meluas dari keadaan normal melalui parenkim kedalam bentuk pseudopodia
seperti jari. Tetapi bukan suatu tanda perubahan bentuk yang malignant.
Pada kelenjar parotid, Adenoma PleomorIik biasanya dikelilingi oleh
sebuah kapsul yang Iibrous, dengan bermacam-macam ketebalan yang tidak
sempurna terutama dalam tumor-tumor mukoid (Gambar 2 a dan b). Pada kelenjar
saliva minor tidak adanya kapsul bisa di lihat. Secara mikroskopis satelit tumor
dengan nodul kecil-kecil, pseudopodia, dan penetrasi kapsul bisa di lihat diluar
kapsul (Gambar 3). Penyebab kambuhnya Adenoma PleomorIik dalam kasus
perawatan dengan simple enuclease atau pada kasus dimana reseksi bedah
inadequat dalam membuka margin.

Gambar 2. Kapsul di dalam Adenoma pleomorIik. (a) Adenoma PleomorIik dangan kapsul Iibrous
yang memisahkan tumor dari jaringan normal kelenjar parotid. (b) Adenoma PleomorIik dengan
lebih sedikit pokal kapsul yang absen. Nodul-nodul kecil pada satelit tumor menonjol diluar massa
tumor mayor.


Gambar 3 Reccuren Adenoma PleomorIik dengan mikroskopis dua nodul-nodul kecil jinak
muncul. Tumor dengan multinodular muncul merupakan karakteristik dari reccuren Adenoma
PleomorIik.

Diagnosa histopatologi Adenoma PleomorIik dapat juga dilakukan dengan
prosedur-prosedur sampling termasuk fine needle aspiration -iopsy (FNAB) dan
coore nedlee -iopsy -igger needle comparing to -iopsy). Kedua prosedur ini bisa
dilakukan pada pasien rawat jalan. FNAB ini sangat akurat dan merupakan satu
cara yang dilakukan untuk mendiagnosa tumor dari inIlamasi sebelum reseksi
bedah dilakukan. Alat-alat FNAB ini terdiri dari 22-25 gauge needle, 20mL
7

syringe,dan syringe holder spesial untuk vakum yang baik. Aspirasi preparat
sebelum teknik citology dilakukan.
Pemeriksaan radiograIi berguna untuk membantu menegakkan diagnosa
pada penderita Adenoma PleomorIik. CT dan MRI berperan penting untuk
mendeteksi Adenoma PleomorIik pada kelenjar saliva. Pemeriksaan Adenoma
PleomorIik dengan CTI dan MR oleh radiolog dilakukan untuk mengetahui lokasi
dan besar tumor, deteksi lesi, batas tumor, batas lesi, aspek lesi, kontras antara lesi
dengan jaringan sekitarnya, gambaran intensitas dari lesi, keberhasilan pemakaian
medium kontras, aspek lesi setelah injeksi medium kontras, deteksi kapsul nya
dan resorpsi tulang yang terjadi di sekitar lesi tersebut.
Deteksi lesi dapat diklasiIikasikan menjadi positiI atau negatiI. Pinggir lesi
dapat diklasiIikasikan menjadi kurang jelas atau semuanya jelas. Batas lesi dapat
diklasiIikasikan menjadi halus atau berlobus. Aspek lesi dapat diklasiIikasikan
menjadi homogen atau tidak homogen. Kontras antara lesi dengan jaringan
sekitarnya dapat diklasiIikasikan menjadi tinggi atau rendah. Gambaran intensitas
dari lesi dengan otot disebelah lesi diklasiIikasikan kedalam empat kelompok
tinggi, intrermediet, rendah, atau gabungan tinggi dengan rendah. Aspek lesi
terhadap injeksi medium kontras diklasiIikasikan menjadi homogen, tidak
homogen dan periIer. Deteksi kapsul dan resorpsi tulang diklasiIikasikan menjadi
positiI atau negatiI.
Dari beberapa laporan kasus, tampilan CTI Adenoma PleomorIik
menunjukkan margin tumor smooth, tumor kecil seperti spherical dan tumor besar
lo-ular. Setelah keberhasilan dalam pemakaian medium kontras Adenoma
PleomorIik menunjukkan peningkatan variabel.

Tumor Warthin ( Limfomatosum Adenokistoma Papilar)
Tumor jinak kelenjar saliva yang relatiI sering terjadi, dan paling sering
pada pria usia 50-60 tahun, dengan adanya hubungan dengan Iaktor resiko
merokok. Tumor ini juga merupakan tumor yang paling sering terjadi bilateral.
Tumor ini dikenali berdasarkan histologinya dengan adanya struktur papil yang
tersusun dari lapisan ganda sel granular eusinoIil atau onkosit, perubahan kistik,
dan inIiltrasi limIostik yang matang.
8

Tumor ini tampak rata, lunak pada daerah parotis, memiliki kapsul apabila
terletak pada kelenjar parotis dan terdiri atas kista multipel. Contoh Warthin`s
Tumor yaitu kistadenoma limIomatosum papiler, adenoma kistik papiler.
Histologi Warthin's tumor yaitu memiliki stroma limIoid dan sel epitelial asini.
Perubahan menjadi ganas tidak pernah dilaporkan. Lebih sering ditemukan pada
kelenjar mayor. Tumor ini juga merupakan tumor yang paling sering terjadi
bilateral. Tumor ini dikenali berdasarkan histologinya dengan adanya struktur
papil yang tersusun dari lapisan ganda sel granular eusinoIil atau onkosit,
perubahan kistik, dan inIiltrasi limIostik yang matang (Gambar 4).

A B C
Gambar 4. A. bentuk tumor warthin. B. Histologi tumor warthin. C. Tumor terdiri dari
pembentukan garis oleh papilla oleh sel kolumnar (kepala panah) dikelilingi sekelompok limIoid
dengan atau tanpa Iolikel limIoid (tanda panah).

Tumor ini berasal dari epitel duktus ektopik. CT-Scan dapat menunjukkan
suatu massa dengan batas jelas pada bagian postero-inIerior dari lobus superIicial
parotis. Jika pemeriksaan radiosialografi dilakukan maka dapat dilihat
peningkatan aktivitas yang berhubungan dengan adanya onkosit dan peningkatan
isi dari mitokondrianya. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histologi.
Terapi terdiri dari reseksi bedah dengan melindungi saraI Iasialis. Tumor
ini berkapsul dan tidak mungkin kambuh. Perawatan dari tumor Warthin`s adalah
pembedahan dengan seluruh jaringan tumor dengan mengupayakan kapsul
terangkat utuh tanpa meninggalkan sel tumor tersisa di dalam jaringan kelenjar
saliva parotis. Pengangkatan sempurna dapat mencegah kekambuhan. Prognosis
setelah perawatan adalah baik.

Karsinoma Mukoepidermoid
Karsinoma mukoepidermoid melibatkan kelenjar saliva mayor, yaitu
kelenjar saliva parotis. Sebagian kecil dapat timbul dari kelenjar saliva minor, dan
yang paling sering melibatkan kelenjar saliva minor di palatum. Tumor ini sering
9

terjadi pada orang dewasa dan berdasarkan jenis kelamin penderita wanita
mempunyai resiko lebih tinggi daripada laki-laki. Tumor tumbuhnya lambat dan
berasal dari sel epithelium duktus. Tumor ini berpotensi bermetastasis. 5-10
melibatkan kelenjar saliva mayor dan paling sering adalah kelenjar saliva parotis
(Gambar 5) (SyaIriadi, 2008).
Karsinoma mukoepidermoid ini berukuran kira-kira sampai 8 cm dengan
kapsul tidak berbatas tegas. Secara histologik, terlihat untaian, lembaran, atau
susunan kistik sel-sel skuamosa, mukosa, atau intermediate dengan vakuola yang
berisi mukus. Tumor ini merupakan jenis terbanyak dari keganasan kelenjar saliva
yang diakibatkan oleh radiasi. Insidens kejadian paling tinggi didapat pada usia
antara dekade 30-40. Hampir 75 pasien mempunyai gejala pembengkakan yang
asimtomatis, 13 dengan rasa sakit, dan sebagian kecil lainnya dengan paralisis
nervus Iasialis. Tumor ini berasal dari sel epithelial interlobar dan intralobar
duktus saliva. Tumor ini tidak berkapsul, dan metastasis kelenjar limIe ditemukan
sebanyak 30-40 . Penentuan derajat keganasan berdasarkan patologi klinik
terdiri atas derajat rendah, menengah, dan tinggi (Adam et al., 1997; Lee, 2003).

Gambar 5. Gambaran klinis karsinoma mukoepidermoid

Secara mikroskopis karsinoma epidermoid dibedakan menjadi low grade,
intermediate grade dan high grade. Gambaran mikroskopis menunjukan campuran
sel skuamous, sel kelenjar penghasil mucus, dan sel epitel tipe intermediate.
Ketiga sel-sel ini berasal dari sel duktus yang berpotensi mengalami metaplasia.
Tipe low grade merupakan massa yang kenyal dan yang mengandung proliIerasi
sel tumor solid, pembentukan struktur seperti duktus, dan adanya cystic space
yang terdiri dari sel epidermoid (sel skuamous) dan sel intermediate, sel-sel
sekresi kelenjar mukus. Tipe intermediate ditandai dengan massa tumor yang
lebih solid sebagian besar epidermoid dan sel intermediate dengan sedikit
10

memproduksi kelenjar mucus. Tipe poorly diIIerential ditandai dengan populasi
sel-sel pleomorIik dan tidak terlihat sel-sel berdiIerensiasi (Gambar 6) (SyaIriadi,
2008).

Gambar 6. Gambaran histopatologi karsinoma epidermoid

Perawatan karsinoma epidermoid adalah eksisi seluruh jaringan tumor.
Prognosis baik well diIIerentiated/ low grade, tetapi dapat bermetastasis, dan 90
kasus well diIIerentiated dapat bertahan hidup sampai 5 tahun, tetapi jika poorly
differentiated/ high grade, prognosis menjadi buruk, dan kemampuan bertahan
hidup 5 tahun menjadi rendah (sekitar 20-40) (SyaIriadi, 2008).

Bahan, alat dan metode
Pada studi klinis ini, kami meninjau kembali rekaman medis dari seluruh
pasien yang dirawat antara 1 Januari 1989 sampai dengan 31 Desember 2005 di
pusat pengobatan kanker yang terletak di Kota Natal. Pasien-pasien yang
terdiagnosa dengan tumor epitel kelenjar saliva baik jinak maupun ganas
ditentukan menurut klasiIikasi WHO dari histologis tumor kelenjar saliva. Pasien
dibagi menjadi dua kelompok yaitu yang menderita tumor jinak dan yang
menderita tumor ganas. Data tersebut diperoleh dari rekam medis oleh pemeriksa
tunggal, yang mengumpulkan inIormasi rekam medis dari diagnosa klinis awal
dari setiap pasien, seperti umur, jenis kelamin, lokasi lesi, diagnosa histopatologi
(dilakukan oleh satu ahli patologi yang berpengalaman), ukuran tumor dalam cm
(pemeriksaaan klinis), durasi penyakit dalam tahun (diperoleh dari riwayat
penyakit pasien), nyeri (ada/ tidak), ulserasi ( ada / tidak, dari pemeriksaan klinis),
pertumbuhan tumor, konsistensi tumor diklasiIikasi dari pemeriksaan Iisik (keras,
melekat, elastik, dan seperti batu) , perlekatan lesi (ditentukan dari pemeriksaan
11

Iisik, bergerak atau menetap), dan apakah bermetastasis atau tidak. Seluruh kasus
yang dipakai pada penilaian ini didiagnosa dan dirawat di pusat pengobatan
kanker terkemuka. Uji T digunakan untuk membandingkan umur rata-rata antara
tumor jinak dan ganas, sama halnya dengan antara jenis kelamin untuk tumor
jinak dan ganas secara terpisah atau gabungan. Tes yang sama juga digunakan
untuk membandingkan rata-rata ukuran tumor dan durasi penyakit antara tumor
dengan neoplasma. Uji Chi-square digunakan untuk mengevaluasi hubungan
antara diagnosa histopatologi dan variabelnya seperti nyeri, ulserasi,
pertumbuhannya, konsistensi tumor, dan perlekatan dari tumor jinak dan ganas.
Uji korelasi antar beberapa variabel (diagnose histologi, durasi penyakit, dan
ukuran tumor) juga dilakukan. Tingkat kemaknaan seluruh uji adalah 0,05.
Penelitan ini disetujui oleh Komite Etik dari Universitas Federal di Rio
Grande do Norte (protocol No. 115/05).

Hasil
Selama periode penelitian ini (1989 - 2005), 62.930 rekam medis
dievaluasi. Dari 303 tumor epitel kelenjar saliva yang ditemukan, 215 (71)
adalah tumor jinak dan 88 (29) adalah tumor ganas, dengan ratio sekitar 2,41.
Wanita lebih banyak mengalami tumor baik jinak maupun ganas. Analisa statistik
menunjukkan tidak ada perbedaan umur rata-rata antara jenis kelamin (p~0.05)
untuk tumor kelenjar saliva jinak dan ganas dibandingkan terpisah dan
berpasangan (tabel 1). Perbedaan umur rata-rata antara untuk tumor kelenjar
saliva jinak dan ganas terlihat signiIikan pada p0,001, yang mana kisaran umur
dari 12 sampai 92 tahun (umur rata-rata 49,2 tahun) untuk tumor jinak dan 9
sampai 94 tahun (umur rata-rata 58,5 tahun) untuk tumor ganas.

Tabel 1. Perbandingan umur rata-rata antara wanita (w) dan pria (p) dengan
terjadinya tumor kelenjar saliva.
Tumor Rasio
wp
Rentang
umur
Total (rata-
rata SD)
Wanita (rata-
rata SD)
Pria (rata-
rata SD)
Nilai p
Jinak 1,8 1 12 - 92 49.2 17.8 48.9 17.9 49.7 17.7 0.735 *
Ganas 1,5 1 9 - 94 58.5 20.1 55.9 20.6 62.5 19.0 0.136 *
Total 1,7 1 9 - 94 51.9 18.9 50.8 18.9 53.7 19.0 0.202
*Tidak ada perbedaan signiIikan pada uji t, tingkat kemaknaan 0,05

12

Distribusi Irekuensi dari tumor kelenjar saliva jinak dan ganas menurut
lokasinya dapat dilihat pada tabel 2. Hasil observasi menyatakan Irekuensi
terjadinya tumor kelenjar saliva mayor (87,8) lebih besar daripada kelenjar
saliva minor (12,2) telepas dari jenis kelamin. Tumor kelenjar saliva mayor
lebih sering pada wanita daripada pria dengan yang lebih sering terjadi adalah
pada kelenjar parotid.

Tabel 2. Frekuensi distribusi tumor kelenjar saliva jinak dan ganas menurut lokasi
dan jenis kelamin
Lokasi Jenis Tumor
Tumor Jinak Tumor Ganas Seluruh Tumor
(N303) Wanita (n138) Pria (n77) Wanita (n53) Pria (n35)
n n n n N
Kelenjar saliva mayor
Parotid 112 81.1 59 76.6 26 49.0 23 65.7 220 72.6
Submandibular 20 14.5 13 16.9 7 13.3 6 17.1 46 15.2
Total
132
95.6 72 93.5 33 62.3 29 82.8 266 87.8
Kelenjar saliva minor 6 4.4 5 6.5 20 37.7 6 17.2 37 12.2

Frekuensi tipe histologi tumor kelenjar saliva ditunjukkan pada tabel 3.
!leomorphic adenoma merupakan tumor jinak yang paling banyak ditemukan,
demikian juga dengan Mukoepidermoid carcinoma merupakan tumor ganas yang
paling banyak terjadi terutama pada kelenjar parotid. Beberapa gambaran
histologi tipe tumor terjadi pada kelenjar saliva mayor seperti Warthins tumor,
Carcinoma ex pleomorphic adenoma, oncocytoma, dan acinic cell carcinoma,
namun tidak terdapat tumor pada kelenjar sublingual.
Kemungkinan hubungan diagnosa histopatologi dianalisa dari tanda dan
gejala (nyeri, ulserasi, pertumbuhan, konsistensi, dan perlekatan) yang
ditunjukkan oleh tumor jinak dan ganas. Tumor ganas memiliki hubungan yang
signiIikan antara diagnosa histopatologi dengan variable konsistensinya (p0,015)
(tabel 4), dengan konsistensi yang lebih keras yaitu Mucoepidermoid carcinoma
dan konsistensi yang elastic pada !leomorphic adenoma. Ditemukan pula
hubungan antara diagnosa histopatologi dengan perlekatan tumor, yang mana
kebanyakan tumor yang bergerak adalah !leomorphic adenoma dan perlekatan
yang tetap adalah Mucoepidermoid carcinoma.


13

Tabel 3. Frekuensi distribusi tumor kelenjar saliva menurut diagnosa histopatologi
Parotid Submandibular Tumor kelenjar
saliva
Total (n303)
n n n n
Tumor jinak
Diagnosa histopatologi
Pleomorphic adenoma 129 33 9 171 56.4
Basal cell adenoma 22 - 2 24 7.9
Warthin`s tumor 16 - - 16 5.3
Oncocytoma 3 - - 3 1.0
Myoepithelioma 1 - - 1 0.3
Tumor ganas
Carcinoma ex pleomorphic adenoma 1 1 - 2 0.7
Mucoepidermoid carcinoma 21 4 17 42 13.9
Acinic cell carcinoma 9 - - 9 3.0
Adenoid cystic carcinoma 7 6 3 16 5.3
Polymorphic adenocarcinoma 1 - 3 4 1.3
Cystadenocarcinoma 1 - - 1 0.3
Epithelial myoepithelial carcinoma 4 - - 4 1.3
Adenocarcinoma 5 2 3 10 3.3
Total 220 46 37 303 100.0


Tabel 4. Hasil tes antara hubungan diagnosa histopatologi dengan tanda dan gejala
dari tiap tipe tumor (jinak, ganas, dan keseluruh tumor) dengan mengunakan uji
Chi-square (X
2
)
Tanda dan gejala Jinak Ganas Keseluruhan tumor
Nyeri 0.702 0.840 0.122
Ulserasi 0.999 0.885 0.049
Pertumbuhan 0.683 0.612 0.235
Konsistensi 0.202 0.015 0.001
Perlekatan 0.206 0.777 0.001

Ukuran dan durasi tumor rata-rata dibandingkan dengan tumor jinak dan
ganas. Nilai p untuk ukuran tumor adalah 0,013. Ukuran rata-rata tumor jinak dan
ganas diprakirakan 3,11 dan 3,79 cm. Durasi rata-rata untuk tumor jinak dan
ganas masing-masing adalah sekitar 2,81 dan 1,80 tahun (p0.039). Adanya
metastase setempat hanya diobservasi pada tumor ganas kelenjar saliva mayor,
sedangkan metastase jauh tercatat hanya satu pada tumor ganas kelenjar saliva
minor.
14

Diskusi
Data penelitian ini diperoleh dari proIil individu penderita tumor epitel
kelenjar saliva minor dan mayor yang berada di kota Natal. Sebanyak 303 tumor
epitel kelenjar saliva dievaluasi dan temuan epidemiologi tumor kelenjar saliva
yang diamati hampir sama dengan status dari negara lain, brazil dan seluruh
dunia, yang mana tumor jinak lebih sering adalah !leomorphic adenoma dan
umumnya mengenai wanita dengan kelenjar parotid yang sering terkena, dan
tumor malignan yang sering terjadi adalah Mucoepidermoid carcinoma, yang
sering pada orang lanjut usia.
Data yang berhubungan juga ditemukan pada penelitian lainnya dalam
beberapa variabel klinis yang diperiksa, hanya konsistensi yang secara statistik
berhubungan dengan diagnosa histologi membedakan tumor jinak dan ganas
secara terpisah. Jika Tumor dilihat secara bersamaan, ulser dan konsistensinya
juga menunjukkan adanya hubungan. Dalam penelitian ini, karsinoma
mucoepidermoid digambarkan sebagai massa yang keras dengan perlekatan yang
tetap. Dalam penelitian ini, tidak ditemukan adanya hubungan dengan tumor
lainnya, diperkuat dalam penelitian Ansari. Tumor jinak secara signiIikan terlihat
lebih kecil daripada tumor ganas dan durasi penyakit tumor ganas lebih lama
daripada tumor jinak. Metatase setempat dan jauh secara klinis penting untuk
menentukan keganasan tumor, tetapi jarang diamati dalam penelitian.

Kesimpulan
Data yang ditunjukkan ini membenarkan data sebelumnya dan oleh karena
itu perlu untuk memahami beragam karakteristik yang terlihat pada tumor-tumor
ini. Aspek klinis dan temuan histologi menunjukan kemungkinan adanya
hubungan. Penelitian terbaru diperlukan untuk membantu menjelaskan hal ini.

You might also like