Professional Documents
Culture Documents
A. IDENTITAS
Nama pasien : Ny. R
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 65 tahun
Alamat : Jlumbung Rt. 02 Giripurwo Purwosari
Gunung Kidul
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Tanggal Masuk RS : 06 Feb 2011
Tanggal Keluar RS : 11 Feb 2011
Ruang Perawatan : Flamboyan
No. CM : 43 13 02
B. ANAMNESIS
Keluhan utama : Batuk berdahak disertai darah
Keluhan tambahan : Sulit makan dan nyeri perut kuadran
kanan bawah
Riwayat penyakit sekarang : SMRS : sejak 1 bulan yang lalu pasien
mengeluh batuk berdahak dan tidak mau
makan. Dahaknya berwarna kuning kental
dan sempat disertai darah.
HMRS : pasien mengeluh batuk berdahak
dan tidak disertai sesak naIas. Pasien
mengeluh nyeri perut bagian kanan
bawah, perutnya bertambah sakit jika
batuk. Pasien mengeluh tidak naIsu
makan dan berat badannya bakin
Lymposit
Monosit
9
8
20-35
4-8
Glukose Sewaktu 143 gr/ dl 200
Ureum Darah 27 mg/ dl 17-43
Kreatin Darah 0.55 mg/ dl L: 0,9-1,3, P: 0,6-1,1
SGOT 41 L : 37, P : 31
SGPT 18 L : 41, P : 31
D. DIAGNOSIS KER1A
Abses paru dextra ec amoeba
E. TERAPI
O InIus RL 15 tpm
O Inj. CeItriaxon 1gr/12jam
O Inj. Fordin 1A/12jam
O Inj. Metronidazol 3 x 500 mg
O Codein 2 x 1
O Methylprednisolon 2 x 1
O ystic 250mg 1 x 1
O Sohobion 1 x 1
O Clindamicyn 3 x 300 mg
F. FOLLOW UP
1. Flamboyan hari ke 2 (Tanggal 07 Februari 2011)
Subjective Objective Assessment Planning
Pasien mengeluh
batuk batuk
berdahak warna
kuning, pasien
mengeluh nyeri
perut, mual (-),
muntah (-), naIsu
makan menurun,
BAK lancar,
BAB belum
selama 2 hari.
KU : Sedang
KS : CM
'S
TD : 150/80
mmHg
T : 36.6
o
C
R : 24x/ menit
N : 96x/ menit
Kepala
Ca (/) Si (-/-)
Leher : Lnn ttb
Thorak
P : Vesikuler
(/), RBK (/)
C : S1 S2 reguler
Abdomen
Distensi (-)
Supel ()
NT() pada
bagian kanan
Abses
paru
dextra ec
amoeba
O InIus RL 15 tpm
O Inj. CeItriaxon
1gr/12jam
O Inj. Fordin
1A/12jam
O Codein 2 x 1
O Methylprednisolon
2 x 1
O ystic 250mg 1 x 1
O Sohobion 1 x 1
PL:
O BTA
O Cat Sputum
bawah
Peristaltik ()
H/L ttb
Ekstremitas
Akral hangat ()
Pitting edema
Superior (-/-)
InIerior (-/-)
2. Flamboyan Hari ke 3 (Tanggal 08 Februari 2011)
Subjective Objective Assessmen
t
Planning
Pasien mengeluh
batu-batuk
berdahak,
dahaknya
berwana putih
kekuningan,
sesak (-), nyeri
perut (-), mual
muntah (-), naIsu
makan menurun,
BAK lancar,
BAB belum
selama 3 hari.
KU : Sedang
KS : CM
'S
TD : 120/80
mmHg
T : 35.6
o
C
R : 20x/ menit
N : 72x/ menit
Kepala
Ca (/) Si (-/-)
Leher : Lnn ttb
Thorak
P : vesikuler
(/), RBK (/)
C : S1 S2 reguler
Abdomen
NT ()
Peristaltik ()
H/L ttb
Ekstremitas
Akral hangat ()
Pitting edema
Superior (-/-)
InIerior (-/-)
Abses
paru
dextra ec
amoeba
O InIus RL 15 tpm
O Inj. CeItriaxon
1gr/12jam
O Inj. Fordin
1A/12jam
O Codein 2 x 1
O Methylprednisolon
2 x 1
O ystic 250mg 1 x 1
O Sohobion 1 x 1
3. Flamboyan Hari ke 4 (Tanggal 09 Februari 2011)
Subjective Objective Assessment Planning
Pasien mengeluh
perutnya masih
sakit perutnya
dan makin sakit
jika buat batuk,
KU : Sedang
KS : CM
'S
TD : 110/70
mmHg
Abses
paru
dextra ec
amoeba
O InIus RL 15 tpm
O Inj. CeItriaxon
1gr/12jam
O Inj. Fordin
1A/12jam
pinggan terasa
pegal-pegal,
batuk-batuk
berdahak, tidak
sesak, pusing (-),
mual (-), muntah
(-). NaIsu makan
menurun, BAK
lancar, BAB
belum sejak 4
hari yang lalu.
T : 35.8
o
C
R : 24x/ menit
N : 76x/ menit
Kepala
Ca (-/-) Si (-/-)
Leher : Lnn ttb
Thorak
P : vesikuler
(/), RBK
(/)
C : S1 S2
reguler
Abdomen
NT ()
Peristaltik ()
H/L ttb
Ekstremitas
Akral hangat ()
Pitting edema
Superior (-/-)
InIerior (-/-)
O Inj. Metronidazole
3 x 500mg
O Codein 2 x 1
O Methylprednisolon
2 x 1
O ystic 250mg 1 x 1
O Sohobion 1 x 1
O Clindamicyn 3 x
300mg
PL :
1. Cek pus : Amoeba, cat
gram, kultur.
2. USG upper abdomen
4. Flamboyan Hari ke 5 (Tanggal 10 Februari 2011)
Subjective Objective Assessment Planning
Pasien mengeluh
perut sebelah
kanannya masih
terasa sakit,
batuk sudah
berkurang,
pinggang masih
terasa pegal-
pegal, naIsu
makan menurun,
BAK lancar,
BAB belum
sejak 5 hari yang
lalu.
KU : Sedang
KS : CM
'S
TD : 130/70
mmHg
T : 37.4
o
C
R : 20x/ menit
N : 100x/ menit
Kepala
Ca (-/-) Si (-/-)
Leher : Lnn ttb
Thorak
P : vesikuler
(/), RBK (/)
C : S1~S2
reguler
Abdomen
NT ()
Peristaltik ()
H/L ttb
Ekstremitas
Abses
paru
dextra ec
amoeba
O InIus RL 15 tpm
O Inj. CeItriaxon
1gr/12jam
O Inj. Fordin
1A/12jam
O Inj. Metronidazole
3 x 500mg
O Codein 2 x 1
O Methylprednisolon
2 x 1
O ystic 250mg 1 x 1
O Sohobion 1 x 1
O Clindamicyn 3 x
300mg
Akral hangat ()
Pitting edema
Superior (-/-)
InIerior (-/-)
5. Flamboyan Hari ke 5 (Tanggal 10 Februari 2011)
Subjective Objective Assessment Planning
Pasien mengeluh
perut sebelah
kanannya masih
terasa sakit,
batuk sudah
berkurang dan
dahaknya tidak
keluar, pinggang
masih terasa
pegal-pegal,
naIsu makan
menurun, BAK
lancar, BAB
belum sejak 6
hari yang lalu.
KU : Sedang
KS : CM
'S
TD : 130/70
mmHg
T : 35.6
o
C
R : 20x/ menit
N : 72x/ menit
Kepala
Ca (-/-) Si (-/-)
Leher : Lnn ttb
Thorak
P : vesikuler
(/), RBK (/)
C : S1~S2
reguler
Abdomen
NT ()
Peristaltik ()
H/L ttb
Ekstremitas
Akral hangat ()
Pitting edema
Superior (-/-)
InIerior (-/-)
Abses
paru
dextra ec
amoeba
O InIus RL 15 tpm
O Inj. CeItriaxon
1gr/12jam
O Inj. Fordin
1A/12jam
O Inj. Metronidazole
3 x 500mg
O Codein 2 x 1
O Methylprednisolon
2 x 1
O ystic 250mg 1 x 1
O Sohobion 1 x 1
O Clindamicyn 3 x
300mg
ABSES PARU
A. PENDAHULUAN
Abses paru adalah inIeksi destruktiI berupa lesi nekrotik pada jaringan
paru yang terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah (pus) dalam
parenkim paru pada satu lobus atau lebih. Abses paru harus dibedakan dengan
dengan kavitas pada pasien tuberkulosis paru. Abses paru lebih sering terjadi pada
laki-laki dibanding perempuan dan umumnya terjadi pada umur tua karena
terdapat peningkatan insidensi penyakit periodontal dan peningkatan prevalensi
aspirasi.
B. PATOFISIOLOGI
Bermacam-macam Iaktor yang berinteraksi dalam terjadinya abses paru
seperti daya tahan tubuh dan tipe dari mikroorganisne patogen yang menjadi
penyebab. Terjadinya abses paru biasanya melalui 2 cara yaitu aspirasi dan
hematogen. Yang paling sering dijumpai adalah kelompok abses paru
bronkogenik yang termasuk akibat aspirasi, stasis sekresi, benda asing, tumor dan
stiktur bronkial. Keadaan ini menyebabkan obstruksi bronkus dan terbawanya
organisme virulen yang akan menyebabkan terjadinya inIeksi pada daerah distal
obstruksi tersebut. Abses jenis ini banyak terjadipada pasien bronkitis kronis
karena banyaknya mukus pada saluran naIas bawahnya yang merupakan kultur
media yang sangat baik bagi organisme yang teraspirasi. Pada perokok usia lanjut
keganasan bronkogenik bisa merupakan dasar untuk terjadinya abses paru.
Secara hematogen, yang paling sering terjadi adalah akibat septikemia atau
sebagai Ienomena septik emboli, sekunder dari Iokus inIeksi dari bagian lain
tubuhnya seperti tricuspid valve endocarditis. Penyebaran hematogen ini
umumnya akan berbentuk abses multiple dan biasanya disebabkan oleh
staIilokokus. Penanganan abses multiple dan kecil-kecil adalah lebih sulit
dibandingkan abses single walaupun ukurannya besar. Secara umum diameter
abses paru bervariasi dari beberapa mm sampai dengan 5 cm atau lebih.
F. DIAGNOSA BANDING
1. Tuberculosis paru biasanya gambaran radiologinya tidak disertai
'air fluid level.
2. Karsinoma bronkogenik ysng mengalami nekrosis. Dinding kavitas
tebal, tidak rata.
3. Hematom paru ditandai dengan adanya riwayat trauma, tidak ada
gejala inIeksi.
4. Bulla atau kista yang terinIeksi ditandai dengan dinding tipis,
disekitarnya tidak ada reaksi radang.
5. Hiatus hernia. Pada hiatus hernia tidak ada gejala yang berasal dari
paru.dijumpai adanya nyeri retrosternal dan rasa panas yang
dirasakan di ulu hati (heart burn). Nyeri ini akan bertambah berat
kalau penderita membungkuk.
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama pengobatan pasien abses paru adalah eradikasi secepatnya
dari pathogen penyebab dengan pengobatan yang cukup, drainase yang adekuat
dari empiema dan pencegahan komplikasi yang terjadi.
Pasien abses paru memerlukan istirahat yang cukup. Bila abses paru pada
Ioto dada menunjukkan diameter 4 cm atau lebih sebaiknya pasien dirawat inap.
Posisi berbaring pasien hendaknya miring dengan paru yang terkena abses berada
diatas supaya gravitasi drainase lebih baik. Bila segmen superior lobus bawah
yang terkena, maka hendaknya bagianatas tubuh pasien/kepala berada di bagian
terbawah (posisi trendelenberg). Diet biasanya bubur biasa dengan tinggi kalori
tinggi protein. Bila abses telah mengalami resolusi dapat diberikan nasi biasa.
Penyembuhan sempurna abses paru tergantung dari pengobatan antibiotic
yang adekuat dan diberikan sedini mungkin segera setelah sampel dahak dan
darah diambil untuk kultur dsan tes sensitivitas.
Angka mortalitas pasien abses paru anaerob pada era antibiotic kurang dari
10, dan kira-kira 10-15 memerlukan operasi. Di zaman era antibiotik sekarang
angka penyembuhan mencapai 90-95 (Bartley, 1992). Bila pengobatan
diberikan dalam jangka waktu cukup lama angka kekambuhannya rendah.
Faktor-Iaktor yang membuat prognosis menjadi jelek adalah kavitas yang
besar (lebih dari 6cm), penyakit dasar yang berat, status immunocompromised,
umur yang sangat tua, empiema, nekrosis paru yang progresiI, lesi obstruktiI,
abses yang disebabkan bakteri aerobic, dan abses paru yang belum mendapat
pengobatan dalam jangka waktu yang lama. Angka mortalitas pada pasien-pasien
ini bisa mencapai 75 dan bila sembuh maka angka kekambuhannya tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
W. Aru Sudoyo, dkk. 2006. 'Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Indonesia. (Jilid III: 1174-1779)
Harrisons. 2008. 'Principles Internal oI Medicine seventeenth edition. United
States oI America. The Mc Graw-Hills Company,Inc.
Tierny, Lawrence M, et al. 'Current Medical Diagnosis and Treatment 45
th
edition. San Francisco. 2006. The Mc Graw-Hills Company,Inc.