You are on page 1of 11

Sistem EFI (ELECTRONIC FUEL INJECTION)

Sistem Electronic Fuel Injection (EFI) merupakan perkembangan dari sistem sebelumnya yaitu
karburator. Dalam dunia otomotiI, sistem EFI merupakan suatu sistem terbaru dalam pengaturan
perbandingan bahan bakar dan udara secara optimal. Komponen-komponen yang terdapat pada
sistem EFI umumnya merupakan komponen elektronik.
Komponen EFI terdiri dari beberapa macam sensor yang melakukan pengukuran dalam hal
antara lain : jumlah udara yang dihisap, beban mesin, temperatur air pendingin, temperatur udara
masuk, saat akselerasi maupun deselerasi, dan lain-lain, kamudian mengirim sinyal tersebut ke
Electronic Computer Unit (ECU) dan ECU menjamin perbandingan bahan bakar dan udara (air-
Iuel ratio) ke silinder-silinder dengan menentukan volume penginjeksian bahan bakar yang
bekerja secara kelistrikan sesuai dengan kondisi dan beban dari mesin.

Tujuan EFI (Electronic Fuel Injection) dibuat adalah untuk menutupi kelemahan system bahan
bakar konvensional dengan menggunakan karburator. Dimana pada karbuarator terjadi ketidak
konsistenan AFR (Air Fuel Ratio/Perbandingan Bahan bakar dengan Udara) yg dihasilkan.
Angka AFR yg ideal adalah 14,7 (stoichiometri) pada setiap tingkatan putaran mesin (RPM).
Pada karburator biasanya terjadi saat rpm rendah AFR cenderung kaya (rich) sedangkan pada
rpm tinggi malah terjadi campuran miskin (lean) atau bisa juga terjadi hal hal sebaliknya.
Kelemahan lain pada karburator adalah proses jalannya hasil pengkabutan bahan bakar udara
dari karburator menuju ruang bakar mengalami kesulitan, krn harus melalui lekukan dan sudut
sudut yg tajam pada saluran masuk(intake maniIold), dan hasil pengkabutan bahan bakar tsb
adalah tidak merata pada setiap silindernya bagi mesin yg menganut multi silinder, tetapi bagi yg
menganut single silinder tentu hal tsb tidak menjadi masalah.

Karena keterbatasan peran karburator tsb maka para tukang insinyur menciptakan system bahan
bakar pada sebuah mesin dengan menggunakan bantuan perangkat elektronik agar hasilnya lebih
eIisien terutama adalah menutupi kelemahan2 pada karburator.
Komponen-komponen utama pada EFI system terdiri dari :


1. Injector
2. ECU (Electronic Control Unit) ~ otaknya dari EFI
3. Wiring Harness (Kabel Body)
4. Fuel Pump (Pompa bahan bakar)
5. Fuel Pressure Regulator (Pengatur Tekanan Bahan Bakar)
6. Sensor-sensor, sebagai contoh :
- TPS (Throttle Position Sensor),
- MAP (ManiIold Absolute Pressure) Sensor,
- AFM (Air Flow Mass) Sensor,
- IAT (Intake Air Temperature) Sensor,
- RPM Sensor
- Coolant Temperature Sensor
- Vacuum Sensor,
- Crank/Cam sensor... dan lain lain. masih banyak lagi macam sensor sensor.


Cara kerja secara sederhananya adalah :

1. Pada saat kunci kontak di nyalakan ECU akan memeriksa terlebih dahulu kondisi sensor
sensor
2. Setelah dapat data input dari sensor sensor spt data suhu udara dari IAT, suhu coolant,
crank/cam sensor mengenai basic timing ignition dll
3. ECU akan mengkalkulasi semua input tsb guna menghitung seberapa banyak bahan bakar yg
akan disemprotkan melalui injector
4. Start engine ~ engine running
5. Setelah engine running, pada periode ini ECU terus memonitor pengoperasian parameter-
parameter mesin melalui sensor2 tsb, gunanya adalah untuk menentukan proses penentuan
jumlah bahan bakar yg akan di injeksi kan.

Memang ada benarnya pada mesin2 EFI ini gak perlu di setel setel lagi. jadi boleh dibilang lebih
jarang datang ke bengkel. Namun ada bbrp point penting yg harus diperhatikan untuk perawatan
mesin EFI ini , yaitu :


1. Jaga kebersihan Iilter bensin dan udara
2. Jaga kebersihan Iuel system ~ injector sangat sensitive dengan kotoran krn lobang2nya
sangat halus
3. Jaga kondisi accu agar tetap dalam kondisi prima, krn nyawa ECU berasal dari accu
4. Jaga kondisi wiring / kabel2 dan soket2nya agar tetap bersih dan tersambung dengan benar,
ada short (korslet) sedikit aja akan berakibat Iatal bagi ECU
5. Perawatan selebihnya sama aja dengan karburator.

Selanjutnya sistem penakar bahan bakar baik yang menggunakan karburator atau sistem injeksi
bahan bakar berIungsi sebagai berikut:

* Penakar jumlah udara dan bahan bakar agar diperoleh campuran udara-bahan bakar yang dapat
dibakar dengan cepat dan sempurna di dalam silinder
* Atomisasi dan penyebar bahan bakar di dalam aliran udara

Dalam hal ini dikenal parameter yang disebut dengan Air-Fuel Ratio (AFR) yaitu perbandingan
jumlah udara terhadap bahan bakar dalam berat. Nilai perbandingan teoritis untuk proses
pembakaran sempurna atau disebut juga dengan AFR stoichiometri untuk motor bensin sekitar
14,7. Sistem bahan bakar harus mampu menghasilkan perbandingan udara-bahan bakar yang
dibutuhkan di silinder sesuai dengan kondisi operasi mesin. Sebagai contoh pada waktu start
dingin, dibutuhkan campuran yang kaya bahan bakar. Dalam kondisi mesin masih dingin
otomatis bahan bakar yang menguap hanya sebagian sehingga diperlukan extra bahan bakar
untuk memperoleh campuran yang siap dibakar di dalam silinder.

Dewasa ini sudah banyak kendaraan yang menggunakan sistem injeksi bahan bakar sebagai
pengganti karburator dengan pertimbangan sebagai berikut:

* Karburator tidak mampu mengalirkan campuran udara-bahan bakar dengan harga
perbandingan yang sama untuk setiap silinder.
* Uap bahan bakar yang lebih berat daripada udara , akan mengalami kesulitan ketika mengalir
melalui belokan dan sudut-sudut tajam dari saluran isap (intake maniIold)
* Dengan sistem injeksi, bahan bakar dapat dikabutkan langsung ke dalam saluran isap, dekat
dengan katup isap
* Lebih presisi dalam mengatur jumlah bahan bakar yang dikabutkan sebagai Iungsi dari kondisi
operasi mesin yang dideteksi oleh berbagai sensor

Ada dua jenis sistem injeksi bahan bakar untuk motor bensin berdasarkan posisi injektornya,
yaitu:

1. Multipoint Iuel-injection atau Port Iuel injection (PFI), dimana injektor terletak di atas lubang
isap (intake port) pada setiap silinder.
2. Single-point Iuel-injection atau disebut juga Throttle-body Iuel injection (TBI), dimana
injektor dipasang sebelum saluran isap yaitu di atas katup throttle.

Kelebihan PFI dibandingkan dengan TBI adalah distribusi campuran udara-bahan bakar yang
lebih seragam untuk masing-masing silinder, respon terhadap perubahan posisi throttle lebih
cepat, dan lebih akurat dalam mengatur jumlah bahan bakar yang diinjeksikan sesuai dengan
kondisi operasi. Dengan demikian prestasi mesin menjadi lebih baik, emisi berkurang, dan
pemakaian bahan bakar lebih irit. Sebaliknya TBI hanya memerlukan lebih sedikit injektor dan
sistemnya lebih sederhana. Dalam sistem ini, distribusi campuran udara-bahan bakar sangat
dipengaruhi oleh desain saluran isap.

Selain itu berdasarkan metoda penyaluran bahan bakar, dikenal juga sistem sebagai berikut:

* Injeksi kontinu atau Continuous Injection System (CIS), dimana bahan bakar diinjeksikan
secara kontinu dengan laju aliran massa yang terkontrol.
* Injeksi tak kontinu, dimana bahan bakar diinjeksikan selama selang waktu tertentu pada saat
diperlukan.

MENGHIDUPKAN DAN MEMANASKAN MESIN EFI (Electronic Fuel Injection)

1. Hidupkan mesin dengan pedal gas yang tidak diinjak sedikitpun;
2. ECU (Electronic Control Unit) pada mesin EFI yang masih dingin akan mengkompensasi
putaran mesin secara otomatis, dimana ketinggian putaran mesin tergantung pada suhu udara
luar. Semakin dingin udara luar, semakin tinggi putaran mesin. Jadi jangan menginjak pedal gas
sama sekali;
3. Putaran mesin akan turun secara otomatis. Untuk suhu pagi hari di Jakarta, biasanya putaran
mesin akan turun dalam waktu 5-10 detik semenjak mesin hidup;
4. Mulai jalankan kendaraan perlahan-lahan, jangan di-akselerasi tiba-tiba atau dipaksa berputar
pada RPM tinggi atau pada RPM terlalu rendah. Kisaran 2.000 s/d 3.000 RPM cukup ideal untuk
periode pemanasan mesin ini. Ya, mesin Anda masih butuh pemanasan, namun bukan
pemanasan di tempat seperti yang dilakukan kebanyakan orang melainkan pemanasan sambil
jalan!

PERAWATAN MESIN SISTIM ELECTRONIC FUEL IN1ECTION (EFI)

Pada dasarnya, sistem EFI dibuat tangguh untuk segala kondisi jalan, suhu dan cara mengemudi.
Kerusakan atau masalah pada sistem EFI terutama disebabkan oleh:

1. Kualitas BBM yang buruk (nilai oktan yang rendah, bensin oplosan, kandungan sulIur yang
amat tinggi pada semua jenis BBM di Indonesia dan ketiadaan aditiI pada BBM Pertamina);
2. Kelembapan udara tropis yang sangat tinggi sehingga kandungan sulIur pada BBM bereaksi
dengan uap air menjadi asam sulIat di sistem bahan bakar kendaraan dan menimbulkan
sumbatan-sumbatan pada injektor dan saluran bahan bakar;
3. ModiIikasi sistem kelistrikan kendaraan yang tidak benar, termasuk penggantian kabel busi
non-OEM (Original Equipment ManuIacturer) maupun pemasangan alarm;
4. Upaya membersihkan injector dengan sistem Ultrasound;
5. ECU (electronic Control Unit) yang kemasukan air;
6. Melepas aki dengan cara yang tidak benar, melakukan jump start dengan cara yang tidak benar
serta melepas ECU dengan sembarangan (lihat tips mengenai cara-cara yang benar untuk
melakukan hal ini).

Oleh karenanya, lakukankah Tips berikut ini:

1. Ketika menghidupkan mesin perhatikan bilamana indikator tulisan/gambar "Check Engine"
pada panel instrumen (tergantung merek mobil) tetap menyala setelah mesin hidup selama
beberapa detik, segeralah hubungi mekanik anda;
2. Ketika sedang berkendara dan bilamana indikator Check Engine menyala, segeralah hubungi
mekanik anda;
3. Bersihkan dan gantilah saringan udara secara berkala atau tepat pada waktunya;
4. Gantilah saringan bensin (Iuel Iilter) secara berkala, sebaiknya setiap 15.000km atau lebih
sering mengingat kondisi BBM di Indonesia yang memiliki kandungan sulIur teramat tinggi;
5. Bersihkanlah throttle body dan idle regulator/ stepper motor secara berkala;
6. Bersihkanlah connector sensor-sensor, connector pengapian dan connector ECU secara
berkala;
7. Ganti busi secara berkala dan periksa keregangan celah busi setiap 5.000km atau lebih sering.
Gunakan busi tipe R, yaitu yang menggunakan resistor;
8. Hindari ECU (Electronic Control Unit) dari air;
9.Usahakan aki dan sistem pengisian kelistrikan (altenator dan voltage regulatornya) selalu
dalam kondisi prima;
10. Jangan sekalipun berpikir untuk memodiIikasi voltage regulator dengan sistem cut-out, Anda
akan merusak ECU maupun modul pengapian (igniter/ CDI);
11. Jangan berusaha menghidupkan mesin ketika soket injektor dalam posisi terlepas;
12. Jangan sekalipun berusaha menghubungkan injektor dengan arus aki langsung (12 volts)
karena injektor beroperasi dengan tegangan 9 volts;
13. Bersihkanlah injektor dan sistem bahan bakar secara berkala dengan sistem pembersih yang
aman, misalnya Interject Service;
14. Jangan sekalipun menggunakan sistem pembersih injektor Ultrasound;
15. Jika handak memasang alarm, yakinkan alarm itu dibuat oleh pabrikan besar dan memiliki
reputasi internasional, misalkan merek CliIIord, Alpine, Kenwood, Avital, dll. Lakukan
pemasangan alarm hanya di authorized dealer. Alarm buatan pabrikan yang tidak memiliki
reputasi internasional dapat menimbulkan RFI/ MRI yang akan mengganggu Iungsi ECU;
16. Jika hendak mengganti kabel busi dgn tipe high perIormance/ racing, yakinkan bahwa kabel
terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan RFI/MRI yang dapat mengganggu Iungsi ECU.

Pada umumnya sistem injeksi bahan bakar dikontrol secara elektronik atau yang kita kenal
dengan Electronic Fuel Injection (EFI). Sistem ini dikontrol oleh Electronic Control Module
(ECM) atau disebut juga Electronic Control Unit (ECU), yaitu berupa chips yang terdiri dari
microprosessor dan memory yang dipasang on board pada mobil. ECU ini menerima input
berupa sinyal-sinyal elektronik dari semua sensor dan memprosesnya untuk menentukan jumlah
bahan bakar yang diperlukan dengan mengatur bukaan katup pada injektor. Tujuan penggunaan
dan pengembangan EFI sampai saat ini adalah untuk memperbaiki prestasi motor bakar dan
mengurangi emisi gas buang.
Seperti diketahui, beberapa produsen kendaraan di Indonesia telah lama mengaplikasikan Mesin
EFI (Electronic Fuel Injection) pada produknya, termasuk merek Astra Group. Namun kita yang
masih awam barangkali hanya sedikit tahu tentang apa itu EFI, apa kelebihannya. Mesin EFI
adalah mesin yang dilengkapi piranti EFI atau Elecronic Fuel Injection, menggantikan sistem
karburator.

Pada karburator, bensin dari tangki disalurkan ke ruang pelampung dalam karburator melalui
pompa bensin (mekanis/elektrik) dan saringan bensin. Selanjutnya bensin masuk ke mesin
melalui lubang jet dalam ruang venturi (ruang untuk menambah kecepatan aliran udara masuk ke
mesin). Sehingga jumlah bensin yang masuk tergantung pada kecepatan aliran udara yang masuk
dan besar lubang jet.

Pada EFI, bensin diinjeksikan ke dalam mesin menggunakan injektor dengan waktu
penginjeksian (injection duration and Irequency) yang dikontrol secara elektronik. Injeksi bensin
disesuaikan dengan jumlah udara yang masuk, sehingga campuran ideal antara bensin dan udara
akan terpenuhi sesuai dengan kondisi beban dan putaran mesin. Generasi terbaru EFI dikenal
dangan sebutan Engine Management System (EMS), yang mengontrol sistem bahan bakar
sekaligus juga mengatur sistem pengapian (duration, timing, and Irequency oI ignition).

Tujuan pengaplikasian sistem EFI adalah meningkatkan eIisiensi penggunaan bahan bakar (Iuel
eIIiciency), kinerja mesin lebih maksimal (optimal engine perIormance),
pengendalian/pengoperasian mesin lebih mudah (easy handling), memperpanjang umur/liIetime
dan daya tahan mesin (durability), serta emisi gas buang lebih rendah (low emissions).

Lantas bagaimana prinsip kerja sistem EFI? Jumlah aliran/massa udara yang masuk ke dalam
silinder melalui intake maniIold diukur oleh sensor aliran udara (air Ilow sensor), kemudian
inIormasikan ke ECU (Electronic Control Unit). Selanjutnya ECU menentukan jumlah bahan
bakar yang harus masuk ke dalam silinder mesin. Idealnya untuk setiap 14,7 gram udara masuk
diinjeksikan 1 gram bensin dan disesuaikan dengan kondisi panas mesin dan udara sekitar serta
beban kendaraan. Bensin dengan tekanan tertentu (2-4 kali tekanan dalam sistem karburator)
telah dibangun oleh pompa bensin elektrik dalam sistem dan siap diinjeksikan melalui injektor
elektronik.
ECU akan mengatur lama pembukaan injektor, sehingga bensin yang masuk ke dalam pipa
saluran masuk (intake maniIold) melalui injektor telah terukur jumlahnya. Bensin dan udara akan
bercampur di dalam intake maniIold dan masuk ke dalam silinder pada saat langkah pemasukan.
Campuran ideal siap dibakar.

Kemudian, mengapa campuran bensin dan udara harus dikendalikan? Kalau tidak dikendalikan,
akan menimbulkan kerugian. Jika perbandingan udara dan bahan bakar tidak ideal (tidak
dikendalikan) menjadikan bensin boros pada campuran yang terlalu banyak bensin. Selain itu,
pembakaran tidak sempurna, akibatnya emisi gas buang berlebihan dan tenaga tidak optimal
karena energi kinetis yang dihasilkan pun tidak maksimal. Kerusakan mesin pada jangka pendek
maupun jangka panjang lebih cepat terjadi. Kemudian, beban kerja mesin dan kondisi
lingkungan (suhu dan tekanan) yang variatiI akan memerlukan pengaturan relatiI kompleks.
Sistem EFI lebih mampu mengatasi kondisi variatiI ini secara optimal dibandingkan sistem
karburator.

Kelebihan Sistem EFI :

Beberapa tahun terakhir ini, telah banyak pabrikan kendaraan mengaplikasikan teknologi injeksi
bahan bakar di setiap produknya. Beberapa produsen otomotiI memberi namanya macam-macam
dan memberi kesan canggih, namun tetap bersistem kerja injection. Lantas, apa kelebihan sistem
ini jika dibandingkan dengan karburator?
Teknologi EFI (Electronic Fuel Injection) sebenarnya tidak dapat dikatakan sebagai teknologi
yang terbaru, karena teknologi ini sudah diterapkan beberapa tahun lalu. Dan EFI sebenarnya
baru diterapkan pada kendaraan keluaran dasawarsa 1990-an.
Penggunaan EFI saat itu masih terbatas pada jenis sedan (passenger car). Baru di akhir 1990-an
dan awal 2000, kendaraan tipe minivan seperti Kijang atau SUV ikut mengadopsi. Pada era
sekarang istilah EFI mulai memperoleh saingan: PGM-FI, EPFI, ECFI, T-DIS, VVT-i, i-VTEC,
MIVEC, VANOS, Valvetronic, dan sebagainya.
Istilah-istilah itu kemudian diangkat oleh para pabrikan mobil sebagai salah satu nilai jual
produk mereka.

Teknologi EFI sebetulnya erat kaitannya dengan sistem manajemen engine (SME). Engine di
sini bukan dalam arti mesin, terjemahan dari kata machinery, melainkan motor bakar. Di sinilah
bahan bakar minyak (BBM) dicampur dengan udara untuk menghasilkan gaya gerak yang
membuat mobil bisa melaju.

SME muncul seiring dengan menipisnya persediaan bahan bakar minyak sehingga menuntut
engine yang semakin eIisien tanpa kehilangan kinerja yang dihasilkannya.
Selain itu juga adanya tuntutan untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup, terutama akibat
polusi udara. Oleh karena tuntutan itu, para ahli engine di setiap perusahaan otomotiI dan
perusahaan konsultan rekayasa setiap hari berusaha menemukan cara meningkatkan eIisiensi
engine yang ada.

Untuk mencapai tujuan itu, para pabrikan berlomba-lomba mencari dan menerapkan banyak
teknologi baru. Mulai dari peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk mendesain engine,
pencarian dan penggunaan material baru, terobosan dalam proses produksi, dan yang terpenting,
campur tangan kontrol elektronik dan komputer untuk mengatur kinerja engine dan peralatan
pendukungnya.

Engine yang ideal membakar jumlah bahan bakar sesuai dengan kebutuhan serta menyalakan
busi pada saat yang tepat sesuai dengan kondisi operasi. Dari sini didapatkan eIisiensi pemakaian
bahan bakar yang optimal pada setiap kondisi operasi dari engine. Kondisi ini akan
menghasilkan emisi gas buang lebih baik.
Sebelum muncul sistem EFI, untuk mencampur bahan bakar dengan udara digunakan karburator.
Dalam karburator ini bahan bakar dikabutkan sebagai akibat dari isapan vakum dari venturi.
Proses ini mirip semprotan obat nyamuk bertipe pompa. Namun, sebagai alat yang murni
mekanikal, karburator punya keterbatasan sehingga hanya eIektiI pada daerah operasi tertentu.
Sehingga karburator dirancang eIektiI untuk engine putaran tinggi alias mobil sport. Jadi, tidak
cocok untuk dipasang pada mobil minivan yang lebih mementingkan torsi dan tenaga di putaran
bawah dan menengah.
Begitupun dengan sistem pengapian, arus listrik dari ignition coil disalurkan ke masing-masing
busi melalui distributor. Di sini terdapat mekanisme untuk memajukan atau memundurkan waktu
pengapian agar sesuai dengan kondisi engine, yang merupakan gabungan dari vacuum advancer
dan centriIugal advancer. Namun, sebagaimana karburator, sistem distributor konvensional ini
juga punya keterbatasan, karena hanya optimum pada daerah operasi yang terbatas sesuai dengan
karakteristik engine.
Mengingat keterbatasan sistem mekanis itu, para perekayasa berusaha menggabungkan sistem
mekanis dengan kontrol elektronik. Gunanya agar diperoleh Ileksibilitas yang lebih dalam daerah
operasinya sehingga menghasilkan engine dengan kinerja optimum dalam daerah operasi yang
lebih luas. Lahirlah apa yang disebut SME tadi.
SME kemudian menjadi perlengkapan wajib bagi mobil-mobil modern. Karena merupakan
komponen penting, para pabrikan membungkusnya dalam nama yang berbeda dari pabrikan lain.
Toyota dan Daihatsu memberi nama Electronic Fuel Injection alias EFI, sedangkan nama Bosch
Motro-nic dipakai oleh BMW dan Peugeot.
Berbagai macam cara dan usaha yang dilakukan untuk mengurangi kadar gas buang beracun
yang dihasilkan oleh mesin-mesin kendaraan bermotor seperti penggunaan BBM bebas timbal,
penggunaan katalis pada saluran gas buang, dll.
Sebagaimana mesin 2 langkah yang harus digantikan oleh mesin 4 langkah, sistem karburasi
manual akhirnya juga akan digantikan oleh sistem karburasi digital.
Sistem injeksi bahan bakar elektronik (karburasi digital) sudah mulai diterapkan pada mesin
sepedamotor, perlahan tapi pasti akan menggantikan sistem yang sudah lama bertahan yaitu
karburator (karburasi manual).

Karena mesin mobil merupakan kombinasi reaksi kimia dan Iisika untuk menghasilkan tenaga,
maka kita kembali ke teori dasar kimia bahwa reaksi pembakaran BBM dengan O2 yang
sempurna adalah:
14,7:1 14,7 bagian O2 (oksigen) berbanding 1 bagian BBM
Teori perbandingan berdasarkan berat jenis unsur, pada prakteknya perbandingan diatas (AFR
Air Fuel Ratio) diubah untuk menghasilkan tenaga yang lebih besar atau konsumsi BBM yang
ekonomis.

Karburator juga mempunyai tujuan yang sama yaitu mencapai kondisi perbandingan sesuai teori
kimia diatas namun dilakukan secara manual. Karburator cenderung diatur untuk kondisi rata-
rata dimana mobil digunakan sehingga hasilnya cenderung kearah campuran BBM yang lebih
banyak dari kebutuhan mesin sesungguhnya.
Untuk EFI karena diatur secara digital maka setiap ada perubahan kondisi penggunaan mobil,
ECU akan mengatur supaya kondisi AFR ideal tetap dapat dicapai.
Contohnya: Pada sistem Karburator ada perbedaan tenaga jika mobil digunakan siang hari
dibandingkan malam hari, hal ini karena kepadatan oksigen pada volume yang sama berbeda,
singkatnya jumlah O2 berubah pasokkan BBM tetap (ukuran jet tidak berubah).

Hal ini tidak terjadi pada sistem EFI karena adanya sensor suhu udara (Inlet Air Temperature)
maka saat kondisi kepadatan O2 berubah, pasokkan BBM pun disesuaikan (waktu buka injector
ditambah atau dikurangi). Jadi mobil yang menggunakan EFI digunakan siang atau malam tetap
optimum alias tenaga tetap sama.

Perbedaan utama Karburator dibandingkan EFI adalah:

Karburator : BBM dihisap oleh mesin, Pengapian Terpisah
EFI : BBM diinjeksikan/disemprotkan ke dalam mesin, Sistem Pengapian menyatu




Komponen-komponen dasar EFI
Setiap jenis atau model sepedamotor mempunyai desain masing-masing namun secara garis
besar terdapat komponen-komponen berikut :

ECU - Electrical Control Unit
Pusat pengolah data kondisi penggunaan mesin, mendapat masukkan/input dari sensor-sensor
mengolahnya kemudian memberi keluaran/output untuk saat dan jumlah injeksi, saat pengapian.

Fuel Pump
Menghasilkan tekanan BBM yang siap diinjeksikan.

Pressure Regulator
Mengatur kondisi tekanan BBM selalu tetap (55~60psi).

Temperature Sensor
Memberi masukan ke ECU kondisi suhu mesin, kondisi mesin dingin membutuhkan BBM lebih
banyak.

Inlet Air Temperature Sensor
Memberi masukan ke ECU kondisi suhu udara yang akan masuk ke mesin, udara dingin O2 lebih
padat, membutuhkan BBM lebih banyak..

Inlet Air Pressure Sensor
Memberi masukan ke ECU kondisi tekanan udara yang akan masuk ke mesin, udara bertekanan
O2 lebih padat, membutuhkan BBM lebih banyak.

Atmospheric Pressure Sensor
memberi masukan ke ECU kondisi tekanan udara lingkungan sekitar mobil, pada dataran rendah
(pantai) O2 lebih padat, membutuhkan BBM lebih banyak.

Crankshaft Sensor
Memberi masukan ke ECU posisi dan kecepatan putaran mesin, putaran tinggi membutuhkan
buka INJECTOR yang lebih cepat.

Camshaft Sensor
Memberi masukan ke ECU posisi langkah mesin, hanya langkah hisap yang membutuhkan buka
INJECTOR.


Throttle Sensor
Memberi masukan ke ECU posisi dan besarnya bukaan aliran udara, bukaan besar membutuhkan
buka INJECTOR yang lebih lama.

Fuel Injector / Injector
Gerbang akhir dari BBM yang bertekanan, Iungsi utama menyemprotkan BBM ke dalam mesin,
membuka dan menutup berdasarkan perintah dari ECU.

Speed Sensor
Memberi masukan ke ECU kondisi kecepatan mobil, memainkan gas di lampu merah dibanding
kecepatan 90km/jam, buka INJECTOR berbeda.

Vehicle-down Sensor
Memberi masukan ke ECU kondisi mobil, jika mobil terguling dengan kondisi mesin hidup
maka ECU akan menghentikan kerja FUEL PUMP, IGNITION, INJECTOR, untuk keamanan
dan keselamatan.

Electronic Fuel Injection memang lebih unggul dibanding karburator, karena dapat
menyesuaikan takaran BBM sesuai kebutuhan mesin standar. ECU diprogram untuk kondisi
mesin standar sesuai model sepedamotor, di dalam ECU terdapat tabel BBM yang akan dikirim
melalui Injector sesuai kondisi mesin standar. Jika ada perubahan dari kondisi standar misalnya
Iilter udara diganti atau dilepas, walaupun ada pengukur tekanan udara (inlet air pressure sensor)
pasokkan BBM hanya berubah sedikit, akhirnya sepedamotor akan berjalan tidak normal karena
O2 terlalu banyak (lean mixture).

Tabel ECU standar biasanya tidak dapat dirubah, karena tujuan utama EFI adalah pengurangan
kadar emisi gas buang beracun.
Untuk mesin modiIikasi memerlukan modiIikasi tabel dalam ECU, hal ini dapat dilakukan
dengan:
1. SoItware yang dapat masuk ke dalam memory ECU hanya dimiliki oleh ATPM atau dealer.
2. Piggyback alat tambahan diluar ECU - bekerja dengan cara memanipulasi sinyal yang dikirim
ke Injector untuk membuka lebih lama.
3. Tukar ECU aItermarket yang dapat diprogram tabel memory-nya, sesuai modiIikasi, sesuai
kondisi sirkuit.

You might also like