You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN


1.1Latar Belakang
Halusinasi adalah persepsi sensoris yang palsu yang terjadi tanpa adanya stimulus
eksternal. Keadaan tersebut dibedakan dari distorsi dan ilusi, yang merupakan kekeliruan
persepsi (mispersepsi) terhadap stimuli yang nyata. Pasien menganggap halusinasi,
sekurangnya secara sementara, sebagai suatu yang nyata.
Halusinasi lihat, cium, dan kecap adalah paling halusinasi yang sering pada
gangguan organic (sebagai contohnya, epilepsi lobus temporal). Halusinasi taktil adanya
kutu yang berjalan dibawah kulit (Iormication) adalah sering ditemukan pada intoksikasi
kokain dan pada putus alcohol dan sedatiI-hiptonik. Halusinasi yang terjadi saat pasien
dalam proses tertidur (hipnagogik) atau proses terjaga (hipnopompik) biasanya dianggap
nonpatologis.

1.2%::an Pen:lisan
%ujuan disusunnya makalah ini adalah untuk mengetahui tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan Halusinasi.

1.3etode Pen:lisan
etode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah diskusi
kelompok dan studi kepustakaan


BAB II
PEBAHASAN

2.1 Pengertian Hal:sinasi

Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian
alamiah dan musik dalam keadaan sadar tanpa adanya rangsang apapun (aramis, 2005).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara
sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara
atau bunyi tersebut (Stuart, 2007).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas, maka
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca
indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan
halusinasi pendengaran adalah kondisi dimana pasien mendengar suara, terutamanya suarasuara
orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.

2.2 Etiologi

enurut Stuart (2007), Iaktor penyebab terjadinya halusinasi adalah :
Faktor predisposisi
1). Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraI yang berhubungan dengan respon neurobiologis
yang maladaptiI baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
a).Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam
perkembangan skizoIrenia. Lesi pada daerah Irontal, temporal dan limbik berhubungan
dengan perilaku psikotik.
b). Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan
masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizoIrenia.
c). Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang

signiIikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizoIrenia kronis,
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil
(cerebellum). %emuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-
mortem).
2). Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi
realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3). Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konIlik
sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.



Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan
yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.
Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan
kekambuhan (Keliat, 2006).
enurut Stuart (2007), Iaktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1). Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses inIormasi serta
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektiI menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2). Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3). Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

2.3 Geala Hal:sinasi



a. enurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
Bicara sendiri, Senyum sendiri, Ketawa sendiri, enggerakkan bibir tanpa suara,
Pergerakan mata yang cepat, Respon verbal yang lambat, enarik diri dari orang lain, Berusaha
untuk menghindari orang lain, %idak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata, %erjadi
peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik, Berkonsentrasi dengan
pengalaman sensori, Sulit berhubungan dengan orang lain, Ekspresi muka tegang, udah
tersinggung, jengkel dan marah. %idak mampu mengikuti perintah dari perawat, %ampak tremor
dan berkeringat, Perilaku panik, Agitasi dan kataton, Curiga dan bermusuhan. Bertindak merusak
diri, orang lain dan lingkungan. Ketakutan, %idak dapat mengurus diri, Biasa terdapat
disorientasi waktu, tempat dan orang.


b. enurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution (2003), seseorang yang
mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu:
enyeringai atau tertawa yang tidak sesuai, enggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan
suara, Gerakan mata abnormal, Respon verbal yang lambat, Diam, Bertindak seolah-olah
dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan, Peningkatan sistem saraI otonom yang menunjukkan
ansietas misalnya peningkatan nadi, pernaIasan dan tekanan darah. Penyempitan kemampuan
konsenstrasi, Dipenuhi dengan pengalaman sensori, ungkin kehilangan kemampuan untuk
membedakan antara halusinasi dengan realitas.
Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya daripada
menolaknya. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain, Rentang perhatian hanya
beberapa menit atau detik, %remor, Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk, Perilaku
menyerang teror seperti panik, Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang
lain, Kegiatan Iisik yang mereIleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi, enarik diri
atau katatonik, %idak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks, %idak mampu
berespon terhadap lebih dari satu orang.

2.4 1enis-1enis Hal:sinasi



1.Pendengaran
endengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang
kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan
lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien
mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat
membahayakan.
2. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang
rumit atau kompleks. Bayangan bias yang menyenangkan atau menakutkan seperti melihat
monster.
3.Penciuman
embaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan Ieses umumnya bau-bauan yang tidak
menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
4. Pengecapan
erasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau Ieses.
5.Perabaan
engalami nyeri atau ketidak nyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang
datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6. Cenestetik
erasakan Iungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makan atau
pembentukan urine.
7.Kinistetik
erasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

2.5 %ahapan Hal:sinasi

%ahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 Iase menurut Stuart dan Laraia (2001) dan setiap Iase
memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:

Fase I : Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan
takut serta mencoba untuk berIokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas.
disini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara,
pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.
Fase II : Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan
mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini
terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraI otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-
tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori
dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.
Fase III : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada
halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak
mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan
terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.

Fase IV : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi.
Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah
yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat
membahayakan.

2.6 Rentang respon Hal:sinasi
enurut Stuart dan Laraia (2001), halusinasi merupakan salah satu respon maladaptiI
individu yang berada dalam rentang respon neurobiologi. Rentang respon tersebut digambarkan
pada gambar 2 di bawah ini.
Rentang respon neurobiologi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pikiran logis: yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
2. Persepsi akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang didahului oleh
perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada di dalam maupun di
luar dirinya.
3. Emosi konsisten: yaitu maniIestasi perasaan yang konsisten atau aIek keluar disertai banyak
komponen Iisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.
4. Perilaku sesuai: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalah masih

dapat diterima oleh norma-norma social dan budaya umum yang berlaku.
5. Hubungan social harmonis: yaitu hubungan yang dinamis menyangkut hubungan antar
individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk kerjasama.
6. Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu meniIestasi dari persepsi impuls eksternal melalui
alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada area tertentu di otak kemudian
diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya.
7. Emosi berlebihan atau kurang: yaitu meniIestasi perasaan atau aIek keluar berlebihan atau
kurang.
8. Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma norma social atau budaya umum yang
berlaku.
9. Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam menyelesaikan
masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya umum yang berlaku.
10. enarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari
hubungan dengan orang lain.
11. Isolasi sosial: menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam berinteraksi.
Dapat diketahui bahwa halusinasi merupakan respon persepsi paling maladaptiI. Jika klien
sehat, persepsinya akurat, mampu mengidentiIikasi dan menginterpretasikan stimulus
berdasarkan inIormasi yang diterima melalui panca indra ( pendengaran, penglihatan, penghidu,
pengecapan, dan perabaan ), sedangkan klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus
panca indra walaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada.









onsep Dasar As:han eperawatan



1. Pengkaian

Identitas klien dan penanggung jawab
Yang perlu dikaji yaitu: nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, status, pendidikan, pekerjaan,
dan alamat.

Alasan masuk rumah sakit
Umumnya klien halusinasi dibawa ke rumah sakit karena keluarga merasa tidak mampu
merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala yang dinampakkan di rumah
sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.

Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, rasa tidak
aman, gelisah, bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil
keputusan, bicara inkoheren, bicara sendiri, tidak membedakan yang nyata dengan yang tidak
nyata.
Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis halusinasinya. Apabila
perawat mengidentiIikasi adanya tanda tanda dan perilaku halusinasi maka pengkajian
selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis halusinasi saja. Validasi
inIormasi tentang halusinasi yang diperlukan meliputi:
a). Isi halusinasi Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang
dikatakan suara itu, jika halusinasi audiotorik. Apa bentuk bayangan yang dilihat oleh klien, jika
halusinasi visual, bau apa yang tercium jika halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap jika
halusinasi pengecapan,dan apa yang dirasakan dipermukaan tubuh jika halusinasi perabaan.
b).Waktu dan Irekuensi. Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman
halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu, atau sebulan pengalaman halusinasi itu muncul.
InIormasi ini sangat penting untuk mengidentiIikasi pencetus halusinasi dan menentukan
bilamana klien perlu perhatian saat mengalami halusinasi.
c).Situasi pencetus halusinasi. Perawat perlu mengidentiIikasi situasi yang dialami sebelum
halusinasi muncul. Selain itu perawat juga bias mengobservasi apa yang dialami klien menjelang

munculnya halusinasi untuk memvalidasi pernyataan klien.


d). Respon Klien Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa
dikaji dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi. Apakah
klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasinya atau sudah tidak berdaya terhadap
halusinasinya.

2. Pemeriksaan Fisik

Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernaIasan dan tekanan darah), berat badan,
tinggi badan serta keluhan Iisik yang dirasakan klien.
Status ental
Pengkajian pada status mental meliputi:
1).Penampilan: tidak rapi, tidak serasi dan cara berpakaian.
2). Pembicaraan: terorganisir atau berbelit-belit.
3).Aktivitas motorik: meningkat atau menurun.
4).Alam perasaan: suasana hati dan emosi.
5).AIek: sesuai atau maladaptiI seperti tumpul, datar, labil dan ambivalen
6).Interaksi selama wawancara: respon verbal dan nonverbal.
7).Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai dengan inIormasi.
8).Proses pikir: proses inIormasi yang diterima tidak berIungsi dengan baik dan dapat
mempengaruhi proses pikir.
9).Isi pikir: berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistis.
10).%ingkat kesadaran: orientasi waktu, tempat dan orang.
11). emori
a). emori jangka panjang: mengingat peristiwa setelah lebih setahun berlalu.
b). emori jangka pendek: mengingat peristiwa seminggu yang lalu dan pada saat dikaji.
12). Kemampuan konsentrasi dan berhitung: kemampuan menyelesaikan tugas dan berhitung
sederhana.
13). Kemampuan penilaian: apakah terdapay masalah ringan sampai berat.
14). Daya tilik diri: kemampuan dalam mengambil keputusan tentang diri.
Kebutuhan persiapan pulang: yaitu pola aktiIitas sehari-hari termasuk makan dan minum, BAB

dan BAK, istirahat tidur, perawatan diri, pengobatan dan pemeliharaan kesehatan sera aktiIitas
dalam dan luar ruangan.

ekanisme koping
1). Regresi: menjadi malas beraktiIitas sehari-hari.
2). Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan
tanggung jawab kepada orang lain.
3). enarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
asalah psikososial dan lingkungan: masalah berkenaan dengan ekonomi, pekerjaan, pendidikan
dan perumahan atau pemukiman.
Aspek medik: diagnosa medik dan terapi medik.

3. Diagnosa keperawatan

%gl
Diagnosa
eperawatan
Perencanaan
%::an riteria Eval:asi Intervensi
Gangguan
Sensori Persepsi
Halusinasi
Penglihatan
Pasien mampu :
engenali
halusinasi yang
dialaminya
engontrol
halusinasinya
engikuti
program
pengobatan
secara optimal


Setelah...,pertemuan
pasien dapat
menyebutkan :
isi,
waktu,Irekuensi,situ
asi pencetus,
perasaan
ampu
memperagakan cara
dalam mengontrol
halusinasi
SP 1 (tanggal...)
bantu pasien
mengenali halusinasi :
Isi
Waktu terjadinya
Situasi pencetus
Perasaan saat
terjadi halusinasi
latih mengontrol
halusinasi dengan
cara menghardik :
Jelaskan cara
menghardik
halusinasi

Peragakan cara
menghardik
inta pasien
memperagakan
ulang
Pantau penerapan
cara ini, beri
penguatan
perilaku pasien
asukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien
Setelah..., pertemuan
pasien mampu :
menyebutkan
kegiatan yang sudah
dilakukan
memperagakan cara
bercakap-cakap
dengan orang lain
SP 2 (tanggal...)
evaluasi kegiatan
yang lalu
latih
berbicara/bercakap
dengan orang lain saat
halusinasi muncul
masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien
Setelah..., pertemuan
pasien mampu :
menyebutkan
kegiatan yang sudah
dilakukan
membuat jadwal
kegiatan sehari-hari
dan mampu
SP 3 (tanggal...)
evaluasi kegiatan
yang lalu ( SP1 dan SP2)
latih kegiatan agar
halusinasi itu muncul,
tahapannya :
Jelaskan
pentingnya

memperagakannya aktivitas yang


teratur untuk
mengatasi
halusinasi
Diskusikan
aktivitas yang
biasa dilakukan
oleh pasien
Latih pasien
melakukan
aktiIitas
Susun jadwal
aktiIitas sehari-
hari dengan
aktiIitas yang
telah dilatih ( dari
bangun pagi
sampai dengan
tidur malam)
Pantau pelaksanaan
jadwal kegiatan, berikan
penguatan terhadap
perilaku pasien yang
positiI.
Setelah...., pertemuan
pasien mampu :
menyebutkan
kegiatan yang sudah
dilakukan
menyebutkan
SP 4 (tanggal...)
evaluasi kegiatan
yang lalu
tanyakan program
pengobatan
jelaskan pentingnya

manIaat dari
program pengobatan
pengobatan obat pada
gangguan jiwa
jelaskan akibat bila
tidak digunakan
sesuai program
jelaskan akibat bila
putus obat
jelaskan cara
mendapatkan obat/
berobat
jelaskan pengobatan
(5 B)
latih pasien minum
obat
masukkan dalam
jadwal harian pasien
Keluarga ampu :
erawat pasien
dirumah dan
menjadi sistem
pendukung yang
eIektiI untuk pasien
Setelah...,pertemuan
keluarga mampu
menjelaskan tentang
halusinasi
SP1 (tanggal......)
identiIikasi masalah
keluarga dalam
merawat pasien
jelaskan tentang
halusinasi :
Pengertian
halusinasi
Jenis halusinasi
yang dialami
pasien
%anda dan gejala
halusinasi

Cara merawat
pasien halusinasi
(cara
berkomunikasi
pemberian obat
dan pemberian
aktiIitas kepada
pasien).
Sumber-sumber
pelayanan kesehatan
yang bisa dijangkau
Bermain peran cara
merawat
Rencana tindak lanjut
keluarga, jadwal
keluarga untuk
merawat pasien.
Setelah ..., pertemuan
keluarga mampu :
menyelesaikan
kegiatan
memperagakan cara
merawat pasien
SP 2 (tanggal.....)
Evaluasi kemampuan
keluarga (SP 1)
Latih keluarga
merawat pasien
R%L keluarga / jadwal
keluarga untuk
merawat pasien.
Setelah..., pertemuan
keluarga mampu :
menyebutkan
kegiatan yang sudah
dilakukan
emperagakan cara
SP 3 (tanggal.....)
Evaluasi kemampuan
keluarga (SP 2)
Latih keluarga
merawat pasien
R%L keluarga / jadwal

merawat pasien serta


mampu membuat
R%L
keluarga untuk
merawat pasien
Setelah... pertemuan
keluarga mampu :
enyebutkan
kegiatan yang sudah
dilakukan
elaksanakan
Follow up rujukan.
SP 4 (tanggal....)
Evaluasi kemampuan
keluarga
Evaluasi kemampuan
pasien
R%L keluarga :
Follow up
Rujukan















BAB III
PENU%UP

ESIPULAN

Halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada
stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan halusinasi pendengaran adalah kondisi dimana
pasien mendengar suara, terutamanya suarasuara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
enurut Stuart (2007), Iaktor penyebab terjadinya halusinasi adalah :
1. Faktor predisposisi :
a. Biologis
b. Psikologis
c. Sosial Budaya
2. Faktor presipitasi
a. Biologis
b. Stress lingkungan
c. Sumber koping
Jenis-jenis halusinasi :
1.Pendengaran
2. Penglihatan
3.Penciuman
4. Pengecapan
6. Cenestetik
7.Kinistetik






DAF%AR PUS%AA

1.Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa %eori dan
%indakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2.Hawari, Dadang. (2001). Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa SkizoIrenia. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


3.Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
4.Keliat, Budi Anna. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
5.aramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga University Press.
6.%ownsend, ary. C. (2000). Psychiatric ental Health Nursing Concepts OI Care. Edisi 3.
Philadelphia: F. A. Davis Company
7.Stuart dan Laraia. (2001). Principle and Practice OI Psychiatric Nursing. edisi 6. St. Louis:
osby Year Book.

You might also like