Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Halusinasi adalah persepsi sensoris yang palsu yang terjadi tanpa adanya stimulus
eksternal. Keadaan tersebut dibedakan dari distorsi dan ilusi, yang merupakan kekeliruan
persepsi (mispersepsi) terhadap stimuli yang nyata. Pasien menganggap halusinasi,
sekurangnya secara sementara, sebagai suatu yang nyata.
Halusinasi lihat, cium, dan kecap adalah paling halusinasi yang sering pada
gangguan organic (sebagai contohnya, epilepsi lobus temporal). Halusinasi taktil adanya
kutu yang berjalan dibawah kulit (Iormication) adalah sering ditemukan pada intoksikasi
kokain dan pada putus alcohol dan sedatiI-hiptonik. Halusinasi yang terjadi saat pasien
dalam proses tertidur (hipnagogik) atau proses terjaga (hipnopompik) biasanya dianggap
nonpatologis.
1.2%::an Pen:lisan
%ujuan disusunnya makalah ini adalah untuk mengetahui tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan Halusinasi.
1.3etode Pen:lisan
etode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah diskusi
kelompok dan studi kepustakaan
BAB II
PEBAHASAN
2.1 Pengertian Hal:sinasi
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian
alamiah dan musik dalam keadaan sadar tanpa adanya rangsang apapun (aramis, 2005).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara
sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara
atau bunyi tersebut (Stuart, 2007).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di atas, maka
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca
indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan
halusinasi pendengaran adalah kondisi dimana pasien mendengar suara, terutamanya suarasuara
orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.
2.2 Etiologi
enurut Stuart (2007), Iaktor penyebab terjadinya halusinasi adalah :
Faktor predisposisi
1). Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraI yang berhubungan dengan respon neurobiologis
yang maladaptiI baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
a).Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam
perkembangan skizoIrenia. Lesi pada daerah Irontal, temporal dan limbik berhubungan
dengan perilaku psikotik.
b). Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan
masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizoIrenia.
c). Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang
signiIikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizoIrenia kronis,
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil
(cerebellum). %emuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-
mortem).
2). Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi
realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3). Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konIlik
sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan
yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.
Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan
kekambuhan (Keliat, 2006).
enurut Stuart (2007), Iaktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1). Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses inIormasi serta
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektiI menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2). Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3). Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
Fase I : Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan
takut serta mencoba untuk berIokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas.
disini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara,
pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.
Fase II : Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan
mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini
terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraI otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-
tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori
dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.
Fase III : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada
halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak
mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan
terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
Fase IV : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi.
Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah
yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat
membahayakan.
2.6 Rentang respon Hal:sinasi
enurut Stuart dan Laraia (2001), halusinasi merupakan salah satu respon maladaptiI
individu yang berada dalam rentang respon neurobiologi. Rentang respon tersebut digambarkan
pada gambar 2 di bawah ini.
Rentang respon neurobiologi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pikiran logis: yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
2. Persepsi akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang didahului oleh
perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada di dalam maupun di
luar dirinya.
3. Emosi konsisten: yaitu maniIestasi perasaan yang konsisten atau aIek keluar disertai banyak
komponen Iisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.
4. Perilaku sesuai: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalah masih
dapat diterima oleh norma-norma social dan budaya umum yang berlaku.
5. Hubungan social harmonis: yaitu hubungan yang dinamis menyangkut hubungan antar
individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk kerjasama.
6. Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu meniIestasi dari persepsi impuls eksternal melalui
alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada area tertentu di otak kemudian
diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya.
7. Emosi berlebihan atau kurang: yaitu meniIestasi perasaan atau aIek keluar berlebihan atau
kurang.
8. Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma norma social atau budaya umum yang
berlaku.
9. Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam menyelesaikan
masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya umum yang berlaku.
10. enarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari
hubungan dengan orang lain.
11. Isolasi sosial: menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam berinteraksi.
Dapat diketahui bahwa halusinasi merupakan respon persepsi paling maladaptiI. Jika klien
sehat, persepsinya akurat, mampu mengidentiIikasi dan menginterpretasikan stimulus
berdasarkan inIormasi yang diterima melalui panca indra ( pendengaran, penglihatan, penghidu,
pengecapan, dan perabaan ), sedangkan klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus
panca indra walaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada.
dan BAK, istirahat tidur, perawatan diri, pengobatan dan pemeliharaan kesehatan sera aktiIitas
dalam dan luar ruangan.
ekanisme koping
1). Regresi: menjadi malas beraktiIitas sehari-hari.
2). Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan
tanggung jawab kepada orang lain.
3). enarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.
asalah psikososial dan lingkungan: masalah berkenaan dengan ekonomi, pekerjaan, pendidikan
dan perumahan atau pemukiman.
Aspek medik: diagnosa medik dan terapi medik.
3. Diagnosa keperawatan
%gl
Diagnosa
eperawatan
Perencanaan
%::an riteria Eval:asi Intervensi
Gangguan
Sensori Persepsi
Halusinasi
Penglihatan
Pasien mampu :
engenali
halusinasi yang
dialaminya
engontrol
halusinasinya
engikuti
program
pengobatan
secara optimal
Setelah...,pertemuan
pasien dapat
menyebutkan :
isi,
waktu,Irekuensi,situ
asi pencetus,
perasaan
ampu
memperagakan cara
dalam mengontrol
halusinasi
SP 1 (tanggal...)
bantu pasien
mengenali halusinasi :
Isi
Waktu terjadinya
Situasi pencetus
Perasaan saat
terjadi halusinasi
latih mengontrol
halusinasi dengan
cara menghardik :
Jelaskan cara
menghardik
halusinasi
Peragakan cara
menghardik
inta pasien
memperagakan
ulang
Pantau penerapan
cara ini, beri
penguatan
perilaku pasien
asukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien
Setelah..., pertemuan
pasien mampu :
menyebutkan
kegiatan yang sudah
dilakukan
memperagakan cara
bercakap-cakap
dengan orang lain
SP 2 (tanggal...)
evaluasi kegiatan
yang lalu
latih
berbicara/bercakap
dengan orang lain saat
halusinasi muncul
masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien
Setelah..., pertemuan
pasien mampu :
menyebutkan
kegiatan yang sudah
dilakukan
membuat jadwal
kegiatan sehari-hari
dan mampu
SP 3 (tanggal...)
evaluasi kegiatan
yang lalu ( SP1 dan SP2)
latih kegiatan agar
halusinasi itu muncul,
tahapannya :
Jelaskan
pentingnya
manIaat dari
program pengobatan
pengobatan obat pada
gangguan jiwa
jelaskan akibat bila
tidak digunakan
sesuai program
jelaskan akibat bila
putus obat
jelaskan cara
mendapatkan obat/
berobat
jelaskan pengobatan
(5 B)
latih pasien minum
obat
masukkan dalam
jadwal harian pasien
Keluarga ampu :
erawat pasien
dirumah dan
menjadi sistem
pendukung yang
eIektiI untuk pasien
Setelah...,pertemuan
keluarga mampu
menjelaskan tentang
halusinasi
SP1 (tanggal......)
identiIikasi masalah
keluarga dalam
merawat pasien
jelaskan tentang
halusinasi :
Pengertian
halusinasi
Jenis halusinasi
yang dialami
pasien
%anda dan gejala
halusinasi
Cara merawat
pasien halusinasi
(cara
berkomunikasi
pemberian obat
dan pemberian
aktiIitas kepada
pasien).
Sumber-sumber
pelayanan kesehatan
yang bisa dijangkau
Bermain peran cara
merawat
Rencana tindak lanjut
keluarga, jadwal
keluarga untuk
merawat pasien.
Setelah ..., pertemuan
keluarga mampu :
menyelesaikan
kegiatan
memperagakan cara
merawat pasien
SP 2 (tanggal.....)
Evaluasi kemampuan
keluarga (SP 1)
Latih keluarga
merawat pasien
R%L keluarga / jadwal
keluarga untuk
merawat pasien.
Setelah..., pertemuan
keluarga mampu :
menyebutkan
kegiatan yang sudah
dilakukan
emperagakan cara
SP 3 (tanggal.....)
Evaluasi kemampuan
keluarga (SP 2)
Latih keluarga
merawat pasien
R%L keluarga / jadwal
Halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada
stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan halusinasi pendengaran adalah kondisi dimana
pasien mendengar suara, terutamanya suarasuara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
enurut Stuart (2007), Iaktor penyebab terjadinya halusinasi adalah :
1. Faktor predisposisi :
a. Biologis
b. Psikologis
c. Sosial Budaya
2. Faktor presipitasi
a. Biologis
b. Stress lingkungan
c. Sumber koping
Jenis-jenis halusinasi :
1.Pendengaran
2. Penglihatan
3.Penciuman
4. Pengecapan
6. Cenestetik
7.Kinistetik
DAF%AR PUS%AA
1.Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa %eori dan
%indakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2.Hawari, Dadang. (2001). Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa SkizoIrenia. Jakarta: