You are on page 1of 71

i

HALAMAN SAMPUL





STUDI EVALUASI SISTEM JARINGAN DRAINASE
KAMPUS TEGAL BOTO UNIVERSITAS JEMBER
MENGGUNAKAN MODEL SWMM




SKRIPSI




Oleh,
Muharrom Rosdiana
NIM. 071910301084






JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2011



ii

HALAMAN JUDUL





STUDI EVALUASI SISTEM JARINGAN DRAINASE
KAMPUS TEGAL BOTO UNIVERSITAS JEMBER
MENGGUNAKAN MODEL SWMM


SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Teknik Sipil (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Teknik



Oleh,
Muharrom Rosdiana
NIM. 071910301084






JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2011


iii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :
1. Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
2. Kedua orang tua tercinta, bapak Abd. Kasim dan ibu Ningsih yang telah
mendoakan, memberiku kasih sayang, pengorbanan dan dukungan yang tiada
hentinya.
3. Kakak-kakakku yang menyayangiku, Uliva Yunus Sabana dan Kalbar
Zulkarnaen yang selalu berhasil membuatku tetap bersemangat.
4. Mbah Uti yang telah memberikan dukungan dan doa yang selalu menyertaiku.
5. Anita Intan Nura Diana (beibquw) yang tidak pernah berhenti memberikan
dukungan, semangat, doa dan rasa sayang.





iv

MOTTO

Allah membuat perumpamaan-perumpamaan dan tiada yang memahaminya
kecuali orang-orang yang berilmu.
(Q.S. AlAn kabuut ayat 43)



Sesungguhnya Allah suka jika salah seorang kalian mengerjakan suatu perkerjaan
secara optimal dengan memaksimalkannya
(HR. Abu Yala dalam musnadnya, musnad Aisyah ra., 7/349, Hadits no. 4389)



Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia, berlarilah tanpa lelah sampai
engkau meraihnya
(Nidji)



Jika salah seorang kalian ingin berbincang-bincang dengan dengan Tuhannya, maka
hendaklah ia membaca al-Quran
(HR. Ad-Dailani dalam Musnadnya, I/302, Hadis no.1195)





v

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muharrom Rosdiana
NIM : 071910301084
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul Studi Evaluasi
Sistem Jaringan Drainase Kampus Tegal Boto Universitas Jember Menggunakan
Model SWMM adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah
saya sebutkan sumbernya, dan belum pernah diajukan pada institusi mana pun, serta
bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya
dan sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan dan
paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata
di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.


Jember, 25 Oktober 2011
Yang menyatakan,



Muharrom Rosdiana
NIM 071910301084


vi

HALAMAN PEMBIMBINGAN

SKRIPSI






STUDI EVALUASI SISTEM JARINGAN DRAINASE
KAMPUS TEGAL BOTO UNIVERSITAS JEMBER
MENGGUNAKAN MODEL SWMM









Oleh
Muharrom Rosdiana
NIM 071910301084








Dosen Pembimbing Utama : Gusfan Halik S.T. M.T.
Dosen Pembimbing Anggota : Sri Wahyuni S.T. M.T. Ph.D


vii

PENGESAHAN

Skripsi berjudul Studi Evaluasi Sistem Jaringan Drainase Kampus Tegal Boto
Universitas Jember Menggunakan Model SWMM telah diuji dan disahkan pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 25 Oktober 2011
Tempat : Fakultas Teknik Universitas Jember

Tim Penguji

Ketua



Dr. Ir. Entin Hidayah,M.UM.
NIP 19661215 199503 2 001
Sekretaris



Gusfan Halik, S.T. M.T.
NIP 19710804 199803 1 002
Anggota I




Sri Wahyuni, S.T. M.T. Ph.D.
NIP 19711209 199803 2 001
Anggota II




Ir. Purnomo Siddy, M.Si.
NIP 19590909 199903 1 001
Mengesahkan
an. Dekan
Pembantu Dekan I,




Mahros Darsin, ST., M.Sc.
NIP 19700322 199501 1 001



viii

RINGKASAN

Studi Evaluasi Sistem Jaringan Drainase Kampus Tegal Boto Universitas
Jember Menggunakan Storm Water Management Model (SWMM); Muharrom
Rosdiana, 071910301084; 2011: 53 Halaman; Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Jember.

Permasalahan yang terjadi di kampus TegalBoto Universitas Jember, hampir
setiap tahun pada musim penghujan air meluap dari saluran drainase, sehingga terjadi
banjir yang mengganggu aktivitas masyarakat. Penyebab utama banjir tersebut
disebabkan oleh perubahan tata guna lahan. Hal tersebut terjadi karena kebutuhan
ruang kelas di Kampus Tegal Boto Universitas Jember meningkat. Sehingga perlu di
evaluasi kinerja jaringan drainase yang ada di kawasan Kampus Tegal Boto
Universitas Jember.
Pada studi sistem jaringan drainase ini menggunakan bantuan software SWMM,
karena merupakan model yang mampu menganalisis permasalahan kuantitas
limpasan daerah perkotaan. Dengan menggunakan SWMM, kondisi yang terjadi di
lapangan dapat dimodelkan dengan memasukkan parameter-parameter yang tercatat
pada kondisi sesungguhnya.
Dalam studi kinerja sistem jaringan drainase Kampus Tegal Boto Universitas
Jember, program SWMM dapat menghasilkan suatu model yang representatif, dengan
nilai RMSE sebesar 0,1 dan Nash sebesar 0.9 pada pemodelan saluran desain awal
dengan hujan kala ulang 1 tahun. Uji keandalan model tersebut dilakukan terhadap
kapasitas pada saluran H5, K2, dan T2.1.
Berdasarkan hasil simulasi master plan saluran drainase Kampus Tegal Boto
Universitas Jember dengan hujan kala ulang 10 tahun, ditemukan beberapa saluran
tidak mampu menampung debit banjir. Sehingga pada saluran tersebut perlu
dilakukan normalisasi untuk menambah kapasitasnya.


ix

SUMMARY

Study on The Evaluation of Drainage Network System at Tegal Boto Campus,
University of Jember, by The Storm Water Management Model (SWMM);
Muharrom Rosdiana, 071910301084; 2011: 53 Pages: Department of Civil
Engineering, Faculty of Engineering, University of Jember.

The flood problems occur almost every year during the rainy season at the
Tegal Boto Campus of the University of Jember. Discharge is overflowing from the
drainage channels and resulting in inundation which disrupt people activities. The
main cause of flood was the increasing of runoff coeficient due to land cover changes.
There was intesive of development of building due to the needs of classrooms for
students. Therefore, it is necessary to evaluate the performance of existing drainage
network in Campus Tegal Boto Area.
This study applied The Storm Water Management Model (SWMM). The model
was able to analyze the quantity of runoff problems in urban areas by incorporating
the parameters which listed on the actual condition.
The results of running modcl using basic design channel showed that the model
can generate a representative model as indicated by RMSE values of 0.1 and Nash
value of 0.9 for 1-yr discharge.
Meanwhile, the other results using master plan design channel discharge showed that
some channels were not be able to accommodate the flood discharge, for 10-yrs
discharge. Futhermore, the channel needs to be normalized to increase its capacity.


x

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Studi
Evaluasi Sistem Jaringan Drainase Kampus Tegal Boto Universitas Jember
Menggunakan Model SWMM. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ir. Widyono Hadi, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Jember;
2. Jojok Widodo, S.T., M.T., selaku ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Jember;
3. Gusfan Halik, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Utama;
4. Sri Wahyuni, S.T., M.T., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing Anggota;
5. Dr. Ir. Entin Hidayah,M.UM., selaku Dosen Penguji I;
6. Ir. Purnomo Siddy, M.Si., selaku Dosen Penguji II;
7. Keluarga besar LIVICHO 07 yang selalu ada dalam suka, gembira dan bahagia.
8. Keluarga besar Komunitas MARKA Lintas yang selalu ada dalam kreasi dan
inovasi super.
9. Keluarga besar kontrakan Patrang (Garage Camp) yang selalu bersedia
menerima keberadaanku setiap numpang berteduh.
10. Keluarga besar kontrakan Bengawan Solo yang bersedia menyediakan kasur,
listrik, tempat parkir, tempat mandi dsb selama hidupku yang luntang-lantung
masih berlangsung.
11. Keluarga besar civilista.com, tempat mebesarkan otot kaki.


xi

12. Teman-teman yang telah membantu kegiatan survey, yaitu : Muchlas, Ana,
Nicky, Bahar, Yudis, Fitri eeng, Intan, Endar, Nia, Syamsi, Rury, Juwi, Oky,
Zulfan, Asep, Septa, Doni dll.
13. Teman, sahabat, saudara dan apapun yang selalu ada dan bisa menjadi motivator,
pengganggu, penghambat bisa kembali menjadi penyemangat, yaitu Puguh
Cahyo Nugroho dan Wisnu Putra Papua.
14. Mbak Mince (Lia Almila) yang bersedia menjadi Dosen Pembimbing ke III, dan
15. Semua pihak yang telah banyak membantu selama penyusunan skripsi ini namun
tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak


Jember, 25 Oktober 2011 Penulis


xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................................ I
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. II
PERSEMBAHAN ..................................................................................................... III
MOTTO ................................................................................................................... IV
PERNYATAAN ......................................................................................................... V
HALAMAN PEMBIMBINGAN ............................................................................. VI
PENGESAHAN ...................................................................................................... VII
RINGKASAN ........................................................................................................ VIII
SUMMARY .............................................................................................................. IX
PRAKATA ................................................................................................................. X
DAFTAR ISI ........................................................................................................... XII
DAFTAR TABEL ................................................................................................... XV
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. XVI
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... XVIII
BAB 1. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ......................................................................................................................... 2
1.5 Batasan Masalah ......................................................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4
2.1 Drainase ........................................................................................................................ 4
2.1.1 Pengertian Drainase ....................................................................................... 4
2.1.2 Sistem Drainase ............................................................................................... 4
2.1.3 Sistem Drainase Wilayah ............................................................................. 6
2.2 Analisis Hidrologi ...................................................................................................... 6


xiii

2.3 Perencanaan Evaluasi ............................................................................................... 9
2.4 Analisis Hidrolika ...................................................................................................... 9
2.4.1 Kemiringan Saluran .................................................................................... 10
2.4.2 Menghitung Dimensi Saluran .................................................................. 11
2.5 Model SWMM ......................................................................................................... 11
2.5.1 Deskripsi Objek Spasial ............................................................................. 13
2.5.1.1 Rain Gage ...................................................................................... 13
2.5.1.2 Subcatchment................................................................... 13
2.5.1.3 Conduit ............................................................................ 14
2.5.1.4 Junction Node .................................................................. 16
2.5.1.5 Outfall Node .................................................................... 17
2.5.2 Kemampuan Model SWMM .................................................................... 17
2.5.3 Aplikasi Model SWMM ............................................................................ 19
2.6 Uji Keandalan Model ............................................................................................. 20
2.6.1 Nash (Anwar, dkk: 5) ................................................................................. 20
2.6.2 RMSE (Root Mean Square Error) (Anwar, dkk: 5) ........................... 20
BAB 3. METODE PENELITIAN ....................................................................... 21
3.1 Lokasi Studi .............................................................................................................. 21
3.2 Sistematika Penelitian ............................................................................................ 22
3.2.1 Pengumpulan Data ...................................................................................... 22
3.2.2 Analisis Curah Hujan ................................................................................. 24
3.2.3 Penyiapan Data Input Model .................................................................... 24
3.2.4 Simulasi Model dengan Program SWMM ........................................... 25
3.2.5 Penampilan Simulasi .................................................................................. 30
3.3 Uji Keandalan Model ............................................................................................. 32
3.4 Evaluasi Kinerja Saluran Desain Awal............................................................. 32
3.5 Prosedur ..................................................................................................................... 33
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 35


xiv

4.1 Kondisi Lokasi Penelitian ..................................................................................... 35
4.2 Analisis Hidrologi ................................................................................................... 37
4.2.1 Analisis Curah Hujan ................................................................................. 37
4.2.2 Uji Probabilitas ............................................................................................. 37
4.2.2.1 Uji Chi Square ............................................................................. 37
4.2.2.2 Uji Smirnof-Kolmogorof .......................................................... 37
4.2.3 Perhitungan distribusi curah hujan metode Log Person III ............. 38
4.2.4 Perhitungan Curah Hujan Rancangan Periode Ulang ....................... 39
4.3 Pemodelan Sistem Saluran Desain Awal ......................................................... 40
4.3.1 Uji Keandalan Model.................................................................................. 43
4.4 Evaluasi Kinerja Saluran ...................................................................................... 46
4.5 Normalisasi Saluran Drainase ............................................................................. 49
BAB 5. PENUTUP ................................................................................................ 52
5.1 Kesimpulan.............................................................................................. 52
5.2 Saran ........................................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 53



xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Periode Ulang Saluran Drainase ................................................................. 8
Tabel 2.2 Nilai Depression Storage Depth ................................................................ 18
Tabel 2.4 Harga Infiltrasi Minimum Dari Berbagai Jenis Tanah............................... 18
Tabel 2.5 Karakteristik Jenis Tanah ........................................................................... 19
Tabel 4.1 Data Curah Hujan Kota Jember ................................................................ 37
Tabel 4.2 Perhitungan Distribusi Curah Hujan Metode Log-Person Iii..................... 38
Tabel 4.3 Curah Hujan Periode Ulang (R24) ............................................................. 39
Tabel 4.4 Tabel Kapasitas Saluran Yang Mengalami Banjir Pada Pemodelan
Kondisi Tahun 2007(Unit Persen Dari Volume Kapasitas) ...................... 42
Tabel 4.5 Hasil Kalibrasi Nilai Tinggi Muka Air Dan Kapasitas Saluran Pada
Hasil Simulasi Terhadap Hasil Observasi Lapangan ................................ 44
Tabel 4.6 Saluran Mengalami Kelebihan Kapasitas .................................................. 47
Tabel 4.7 Limpasan Langsung Yang Terjadi Pada Subcathcment Area Pada
Simulasi Curah Hujan Rancangan 10 Tahun ............................................. 48
Tabel 4.8 Normalisasi Saluran (Dimensi Saluran Baru) ............................................ 49
Tabel 4.9 Data Dimensi Saluran Lama ...................................................................... 50





xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perbedaan Ketinggian Drainase dari Kontur .......................................... 10
Gambar 2.2 Deskripsi Sistem Dan Objek Spasial ...................................................... 12
Gambar 3.1 Master Plan Kampus Tegal Boto Universitas Jember ............................ 21
Gambar 3.2 Sketsa Pengukuran Long Section Saluran Dengan Waterpass ............... 22
Gambar 3.3 Sketsa Pengukuran Dimensi Saluran Dengan Roll Meter ...................... 23
Gambar 3.4 Simulation Option .................................................................................. 26
Gambar 3.5 Tab Input Backdrop Dan Tab Recize Backdrop ..................................... 27
Gambar 3.6 Hasil Digitasi Subcathcment Dan Property Infiltration Editor .............. 27
Gambar 3.7 Input Data Node, Conduit, Dan Dimensi Saluran .................................. 28
Gambar 3.8 Property Editor Stasiun Hujan ............................................................... 29
Gambar 3.9 Time Series Editor .................................................................................. 29
Gambar 3.10 Proses Running ..................................................................................... 30
Gambar 3.11 Tabel Kedalaman Pada Beberapa Node Selama Proses Running ........ 30
Gambar 3.12 Grafik Perbandingan Antara Kedalaman Node Dan Besarnya
Limpasan Pada Subcatchment Area .......................................................... 31
Gambar 3.13 Profil Aliran Yang Terjadi Pada Node Dan Conduit ............................ 31
Gambar 3.14 Grafik Limpasan Pada Masing-Masing Subscatchmen Area ............... 31
Gambar 3.15. Diagram Alir Penelitian ...................................................................... 33
Gambar 3.16. Diagram Alir Modelling Dengan Swmm ............................................. 34
Gambar 4.1 Banjir Pada Saluran H5, Lokasi Di Samping Fakultas Hukum ............. 35
Gambar 4.2 Banjir Pada Saluran H1, Lokasi Di Depan Fakultas Hukum ................. 36
Gambar 4.3 Banjir Pada Saluran K2, Lokasi Di Samping Fakultas Kedokteran ....... 36
Gambar 4.1 Kapasitas Desain Awal Saluran Jaringan Drainase Kampus Tegal
Boto Universitas Jember ............................................................................ 41
Gambar 4.2 Grafik Kapasitas Saluran Drainase Di Titik Banjir Pada Pemodelan
Kondisi Tahun 2007 .................................................................................. 43


xvii

Gambar 4.2 Perbandingan Kapasitas Saluran Dan Tinggi Muka Air Hasil
Pemodelan Terhadap Hasil Pengamatan ................................................... 45
Gambar 4.2 Kapasitas Saluran Jaringan Drainase Kampus Tegal Boto
Universitas Jember Di Masa Mendatang (Gambar Diperbesar Pada
Lampiran A). ............................................................................................. 46
Gambar 4.6 Sistem Saluran Drainase Berada Pada Kondisi Aman Setelah
Dilakukan Desain Ulang Dimensi Terhadap Saluran Yang Mengalami
Banjir. ........................................................................................................ 51




xviii

DAFTAR LAMPIRAN




1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Drainase merupakan sarana dan prasarana untuk mengalirkan air hujan dari
suatu tempat ke tempat lain. Pengembangan permukiman yang pesat mengakibatkan
makin berkurangnya daerah resapan air hujan, karena meningkatnya luas daerah yang
ditutupi oleh perkerasan dan mengakibatkan waktu berkumpulnya air (time of
concentration) jauh lebih pendek, sehingga akumulasi air hujan yang terkumpul
melampaui kapasitas drainase yang ada.
Permasalahan yang terjadi di kampus Tegal Boto Universitas Jember, hampir
setiap tahun pada musim penghujan air meluap dari saluran drainase, sehingga terjadi
banjir yang mengganggu aktivitas masyarakat. Banjir tersebut disebabkan oleh
perubahan pada sistem tata guna lahannya, misalnya: pembangunan gedung, sarana
jalan dan sarana infrastruktur di wilayah kampus pada beberapa tahun terakhir.
Sehingga menyebabkan berkurangnya daerah resapan air hujan dan kapasitas saluran
drainase yang tidak mampu menampung akumulasi air hujan. Selain itu juga, banyak
saluran tidak dapat mengalirkan dengan baik akibat gangguan lainya, seperti sampah
dan tumbuhan liar serta sedimentasi di dalam saluran.
Kinerja jaringan drainase di wilayah kampus Tegal Boto Universitas Jember ini
sebelumnya sudah diteliti. Dari penelitian sebelumnya ditemukan beberapa titik dan
debit banjir yang melebihi kapasitas saluran. Sehingga direkomendasikan untuk
dilakukan desain ulang saluran drainase pada titik banjir tersebut.
Untuk menyempurnakan penelitian sebelumnya, maka dilakukan studi evaluasi
lanjutan terhadap sistem jaringan drainase di wilayah kampus Tegal Boto Universitas
Jember dengan menggunakan model SWMM. Salah satu perbedaan dengan penelitian
sebelumnya adalah digunakannya model SWMM. SWMM merupakan model yang
mampu menganalisis permasalahan kuantitas limpasan daerah perkotaan. Dengan
menggunakan SWMM, kondisi yang terjadi di lapangan dapat dimodelkan dengan
2



memasukkan parameter-parameter yang tercatat pada kondisi sesungguhnya, yaitu
nilai koefisien permeabilitas pada setiap subcatchment, yang belum ada pada
penelitian sebelumnya. Sistem drainase disimulasikan dalam satu sistem yang
terintegrasi. Selain itu, debit bangkitan dari perumahan yang berada di luar kampus
namun masih menjadi satu DAS dengan jaringan di dalam kampus juga dimasukkan
dalam analisis kinerja sistem jaringan drainase di kampus Tegal Boto Universitas
Jember.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat disusu beberapa rumusan masalah, sebagai
berikut:
1. Bagaimana Kinerja sistem drainase di kawasan Kampus Tegal Boto yang
disimulasikan dengan menggunakan model SWMM.
2. Bagaimana normalisasi sistem jaringan drainase di kawasan kampus Tegal Boto
Universitas Jember berdasarkan luaran (output) model SWMM.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui lokasi saluran yang mengalami banjir pada dikawasan
Kampus Tegal Boto Universitas Jember dengan menggunakan model SWMM.
2. Untuk mengetahui normalisasi sistem jaringan drainase di kawasan kampus
Tegal Boto Universitas Jember dengan menggunakan model SWMM.
1.4 Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis kembali kinerja sistem saluran drainase yang mengalami
kelebihan kapasitas debit banjir atau meluapnya saluran.
2. Sebagai masukan untuk pengelola sarana sistem drainase kawasan Kampus
Tegal Boto Universitas Jember.
3



1.5 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Membahas besarnya debit dan kinerja saluran drainase kawasan kampus Tegal
Boto Universitas Jember.
2. Tidak membahas analisis biaya pada pembangunan saluran drainase.
3. Tidak menghitung volume sampah dan sedimentasi didalam saluran, tetapi
menjadikan sampah dan sedimentasi sebagai masalah gangguan saluran
terhadap lancarnya aliran air.
4. Running model dilakukan setelah diadakan pengerukan sedimen di saluran.
5. Output pemodelan dengan SWMM adalah kapasitas saluran pada normalisasi
sistem jaringan drainase kawasan Kampus Tegal Boto Universitas Jember.
4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Drainase
2.1.1 Pengertian Drainase
Drainase berasal dari bahasa inggris yaitu drainage yang artinya mengalirkan,
menguras, membuang atau mengalihkan air. Dalam bidang Teknik Sipil, drainase
secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi
kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan maupun kelebihan air irigasi
dari suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi kawasan/lahan tidak terganggu (Suripin,
2004).
2.1.2 Sistem Drainase
Secara umum sistem drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian
bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air
dari suatu kawasan/lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
Bangunan sistem drainase secara berurutan mulai dari hulu terdiri dari saluran
penerima (interceptor drain), saluran pengumpul (collector drain), saluran pembawa
(conveyor drain), saluran induk (main drain), dan badan air penerima (receiving
waters). Di sepanjang sistem sering dijumpai bangunan lainnya, seperti gorong-
gorong, jembatan-jembatan, talang dan saluran miring/got miring (Suripin, 2004).
Sesuai dengan cara kerjanya, jenis saluran drainase buatan dapat dibedakan menjadi:
a. Saluran Interceptor (Saluran Penerima)
Berfungsi sebagai pencegah terjadinya pembebanan aliran dari suatu daerah
terhadap daerah lain di bawahnya. Saluran ini biasanya dibangun dan diletakkan pada
bagian yang relatif sejajar dengan garis kontur. Outlet dari saluran ini biasanya
terdapat di saluran collector atau conveyor atau langsung di natural drainage/sungai
alam.
b. Saluran Collector (Saluran Pengumpul)
5



Berfungsi sebagai pengumpul debit yang diperoleh dari saluran drainase yang
lebih kecil dan akhirnya akan dibuang ke saluran conveyor (pembawa).
c. Saluran Conveyor (Saluran Pembawa)
Berfungsi sebagai pembawa air buangan dari suatu daerah ke lokasi pembuangan
tanpa harus membahayakan daerah yang dilalui. Menurut keberadaannya, sistem
jaringan drainase dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
i. Natural Drainage (Drainase Alamiah)
Terbentuk melalui proses alamiah yang terbentuk sejak bertahun-tahun
mengikuti hukum alam yang berlaku. Dalam kenyataannya sistem ini berupa sungai
beserta anak-anak sungainya yang membentuk suatu jaringan alur aliran.
ii. Artifical Drainage (Drainase Buatan)
Dibuat oleh manusia, dimaksudkan sebagai upaya penyempurnaan atau
melengkapi kekurangan-kekurangan sistem drainase alamiah dalam fungsinya
membuang kelebihan air yang mengganggu. Jika ditinjau dari sistem jaringan
drainase, kedua sistem tersebut harus merupakan kesatuan tinjauan yang berfungsi
secara bersama.
Menurut fungsinya, saluran drainase dapat dibedakan menjadi:
a) Single purpose, yaitu saluran hanya berfungsi mengalirkan satu jenis air
buangan saja.
b) Multi purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air
buangan, baik secara tercampur maupun secara bergantian.
Menurut konstruksinya, saluran drainase dapat dibedakan menjadi:
a) Drainase saluran terbuka
Saluran drainase primer biasanya berupa saluran terbuka, baik berupa
saluran dari tanah, pasangan batu kali atau beton.
b) Drainase saluran tertutup
Pada kawasan perkotaan yang padat, saluran drainase biasanya berupa
saluran tertutup. Saluran dapat berupa buis beton yang dilengkapi dengan bak
6



pengontrol, atau saluran pasangan batu kali/beton yang diberi plat tutup dari
beton bertulang. Karena tertutup, maka perubahan penampang saluran akibat
sedimentasi, sampah dan lain-lain tidak dapat terlihat dengan mudah (Suripin,
2004)
2.1.3 Sistem Drainase Wilayah
2.1.3.1 Drainase di daerah permukiman
Drainase Permukiman merupakan sarana atau prasarana di permukiman untuk
mengalirkan air hujan, dari suatu tempat ke tempat lain.
Permasalahan yang timbul berkaitan dengan Drainase Permukiman, diantaranya:
a. Berkurangnya atau tidak mampunyai saluran drainase yang mengalirkan
limpasan aliran permukaan, karena berubahnya fungsi lahan/tataguna lahan atau
pesatnya pertumbuhan daerah permukiman.
b. Saluran drainase yang ada tidak berfungsi sebagaimana mestinya, karena ada
bagian saluran yang tertutup sampah atau ada bagian saluran yang menyempit.
c. Timbulnya genangan air di daerah permukiman.
d. Berkurang kuantitas air sumur yang bersumber dari air tanah dangkal (Balai
Lingkungan Permukiman, 2003).
2.2 Analisis Hidrologi
Analisis hidrologi dilakukan terhadap data hujan untuk mendapatkan besarnya
intensitas curah hujan sebagai dasar perhitungan debit banjir rencana pada daerah
yang direncanakan untuk dibuat bangunan drainase. Kriteria desain drainase
perkotaan memiliki kekhususan, sebab untuk perkotaan ada tambahan variabel desain
seperti: keterkaitan dengan tata guna lahan, keterkaitan dengan master plan drainase
dan lain-lain (scribd.com, 2008).
Analisis hidrologi yang dilakukan meliputi kegiatan :
1. Pengumpulan data hidrologi (data curah hujan)
7



2. Analisis data yang dilakukan dengan maksud agar data siap untuk dianalisis
selanjutnya.
3. Analisis frekwensi dilakukan terhadap data yang siap untuk mendapatkan hasil,
yaitu intensitas curah hujan.
Untuk mendapatkan karakteristik hujan diperlukan analisis data hujan sebagai
berikut :
1. Analisis Frekuensi
Tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan besaran
peristiwa-peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui
penerapan distribusi kemungkinan. Analisis frekuensi ini didasarkan pada sifat
statistik data kejadian yang telah lalu untuk memperoleh probabilitas besaran
hujan di masa yang akan datang. Dengan anggapan bahwa sifat statistik kejadian
hujan yang akan datang masih sama dengan sifat statistik kejadian hujan masa
lalu.
Jenis distribusi yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi adalah
distribusi Log Person III.
Berikut ini langkah langkah penggunaan distribusi Log-Person Tipe III
(Suripin, 2004:42).
a. Hitung harga rata rata
Log
n
x
x
n
i
i
=
=
1
log
.....................(2.1)
b. Simpangan baku (standar deviasi)
2
1
1
) log (log
1
2
(
(
(
(

=

=

n
x x
s
n
i
i
.................................................. (2.2)
c. Hitung koefisien kemencengan = G = Cs
Cs
3
1
3
). 2 )( 1 (
) (
s n n
x x n
n
i
i

=

= ...........................................(2.3)
Dengan : n : jumlah tahun
8



2. Perhitungan Curah Hujan Rencana Periode Ulang
Curah hujan rencana ini dihitung dengan periode ulang 2 tahun, 5 tahun dan
10 tahun.
Untuk menentukan tinggi curah hujan rencana periode ulang 2 - 10 tahun
digunakan analisis frekuensi dengan memakai metode Log Pearson Tipe III,
karena nilai penyimpangannya paling kecil dari metode Gumbel dan Normal. Dari
hasil analisis frekuensi dapat dilakukan perhitungan debit banjir rencana dengan
memakai metode Rasional karena metode ini dinilai cukup akurat untuk kawasan
pemukiman dengan luas DAS < 500 ha. (Andri Cahyono, abstrak 2008).
Dalam perencanaan saluran drainase periode ulang yang dipergunakan
tergantung dari fungsi saluran serta daerah tangkap hujan yang akan dikeringkan.
Hitung logaritma hujan atau banjir dari distribusi Log Person dengan periode
ulang T dengan rumus (Suripin, 2004:42):
Si K X X
T
. log log + = ....................................................................(2.4)
Dengan :
X
T
: curah hujan rancangan kala ulang T tahun.
X : rata rata hitung data hujan
K : variabel standart untuk x yang besarnya tergantung koefisien kemencengan
(Koefisien skewnes) (lihat pada Lampiran I ).
Si : harga simpangan baku atau standar deviasi
Selanjutnya hitung hujan atau banjir kala ulang T dengan menghitung
antilog dari Log X
T
.
Tabel 2.1. Periode Ulang Saluran Drainase
No
.
Jenis kawasan
Periode Ulang
Saluran
primer
Saluran
sekunder
Saluran
tersier
1 Permukiman
a) Kota sedang 10 - 20 tahun 5 10 tahun 2 5 tahun
b) Kota kecil 5 - 10 tahun 2 5 tahun 2 5 tahun
9



2 Industri 2 - 5 tahun 2 5 tahun 2 5 tahun
3 Perumahan 5 - 20 tahun 2 5 tahun 2 - 5 tahun
Sumber : Allfa (http://www.indoskripsi.com/kumpulan-skripsi%20drainase.htm) (2008)
2.3 Perencanaan Evaluasi
Untuk memulai suatu perencanaan atau evaluasi sistem drainase, perlu
mengumpulkan data-data penunjang agar hasil perencanaan atau evaluasi dapat
dipertanggungjawabkan. Jenis data tersebut meliputi :
1. Peta Situasi dan Master Plan
Untuk perencanaan atau evaluasi detail, yaitu penempatan atau melihat
jaringan drainase yang telah ada diperlukan peta situasi dan master plan dalam
skala besar, misalnya 1:1000. Pada peta sudah digambarkan rumah-rumah atau
jalan serta kenampakan kenampakan lain yang penting. Hendaknya site plan
tersebut berskala agar lebih memudahkan dalam pengukuran atau perhitungan
luasan daerah yang akan diukur.
2. Peta topografi
Peta topografi terdapat garis-garis kontur dimana digambarkan dengan
beda tinggi 1 m. Peta topografi sangat penting dalam melihat arah aliran
limpasan air hujan, jadi dalam perencanaan atau evaluasi kinerja saluran
terutama dalam pembuatan atau pengukuran saluran yang telah ada hanya
mengikuti garis kontur pada peta topografi tersebut.
3. Data hujan
Data curah hujan adalah data yang dibutuhkan dalam menentukan
intensitas curah hujan setempat dan untuk hitungan besarnya debit rencana.
Dengan adanya data hujan sistem perhitungan hidrologi dari intensitas hujan
dapat diketahui debit banjir sebagai pembanding dengan debit eksisting.
2.4 Analisis Hidrolika
Analisis hidrolika dalam teknik drainase terutama diarahkan pada penentuan
kapasitas saluran drainase (kemampuannya) dalam menerima beban drainase
10



(limpasan air akibat terjadinya hujan) pada suatu daerah tangkap hujan. Sehingga
analisis hidrolika diperlukan untuk menghitung debit limpasan dari suatu intensitas
hujan dengan periode ulang tertentu.
Untuk mengetahui kapasitas tampung maksimum saluran drainase ketika terjadi
debit puncak, diperlukan perbandingan antara debit saluran drainase maksimum
dengan debit banjir rencana dalam periode ulang tertentu. Saluran dikatakan meluap,
jika debit banjir melebihi kapasitas saluran.
Untuk penentuan kapasitas saluran dapat ditentukan dengan parameter
menggunakan persamaan umum (Ven. Te Chow, 1985):
Q = V.A ...........................................................................................(2.5)
Dengan :
Q : debit saluran (m
3
/dt)
V : kecepatan air di saluran (m/dt)
A : luas penampang saluran (m
2
)
2.4.1 Kemiringan Saluran
Penentuan kemiringan dasar saluran diusahakan mengikuti kemiringan
permukaan tanah (kontur tanah) di daerah rencana.
Kemiringan saluran (S) merupakan perbandingan antara beda tinggi saluran
(H) terhadap panjang saluran (L) dengan rumus:
S = H/L (2.6)
Dimana H dapat ditentukan dengan gradient (slope) atau garis kontur yang
sudah ditentukan.

Gambar 2.1 Perbedaan ketinggian drainase dari kontur

11



Misal kita tetapkan jarak antara kedua titik (katakan 25m), kita dapat
menghitung perbedaan ketinggian permukaan drainase sebagai berikut:
cm m H
m H
20 20 . 0
125
1
25
= = A
= A

2.4.2 Menghitung Dimensi Saluran
Dimensi saluran dikawasan kampus Tegal Boto Universitas Jember terbagi
beberapa bentuk yang digunakan, yaitu segi empat dan trapesium.
Karena debit pembuang rencana akan terjadi dengan periode ulang rata-rata
10 tahun, maka elevasi muka air rencana maksimum diambil sama dengan elevasi
lahan. Galian tanah tambahan sebenarnya tidak diperlukan lagi. Akan tetapi untuk
keamanan biasanya ditambahkan jagaan sekitar 0,1 m sampai 0,5 m (Dedi Kusnadi
Kalsim, Topik 9 Drainase Permukaan, halaman 41).
Parameter atau rumus yang digunakan dalam perhitungan dimensi saluran
seperti yang diterapkan dalam buku Hidrolika Saluran Terbuka (Open Chanel
Hydraulics), oleh Ven Te Chow, 1997:19.
2.5 Model SWMM
SWMM (Storm Water Management Model) adalah model simulasi dinamis
hubungan antara curah hujan dan limpasan (rainfall-runoff). Model ini digunakan
untuk mensimulasikan kejadian tunggal atau yang berkelanjutan dalam waktu lama,
baik berupa volume limpasan maupun kualitas air, terutama pada suatu daerah
perkotaan. Analisis limpasan dalam SWMM adalah dari kumpulan sub daerah
tangkapan air yang menerima curah hujan kemudian memprosesnya menjadi
limpasan dan angkutan polutan. Analisis Routing limpasan dapat dilakukan pada
berbagai macam media penyaluran, seperti : sistem perpipaan, jaringan saluran
terbuka, tampungan atau instalasi pengolahan, pompa dan pengatur. SWMM
menghasilkan volume dan kualitas limpasan yang di-generate dari masing-masing
subcatchment, dengan kecepatan alirannya, kedalaman aliran, dan kualitas air pada
12



masing-masing pipa dan saluran selama periode simulasi yang terdiri dari berbagai
tahapan waktu.
SWMM menghitung berbagai proses hidrologis yang menciptakan limpasan
dari daerah perkotaan, yaitu : curah hujan dengan variasi waktu, evaporasi dari
permukaan air, akumulasi salju dan mencairnya, curah hujan yang tertampung di
daerah tampungan, infiltrasi dari curah hujan yang masuk ke lapisan tanah tidak jenuh
air, perkolasi dan infiltrasi ke dalam lapisan air tanah, aliran bawah antara air tanah
dan sistem drainasi, routing waduk non linier dari aliran di daratan.
Aplikasi model SWMM adalah : perencanaan dan dimensi jaringan pembuang
untuk pengendalian banjir, perencanaan daerah penahan (penampung) sementara
untuk pengendalian banjir seperti retarding basin, pemetaan daerah genangan banjir
dari jaringan pembuang alamiah, perencanaan strategi pengaturan untuk
meminimalkan pengaliran dari gabungan sistem pembuangan, evaluasi pengaruh dari
inflow dan infiltrasi pada debit aliran dari sistem pembuangan, menggenerasi sumber
sebaran angkutan polutan untuk studi alokasi pembuangan, evaluasi terhadap
efektivitas dari BMP untuk mengurangi angkutan polutan.


Gambar 2.2 Deskripsi Sistem dan Objek Spasial

13



2.5.1 Deskripsi Objek Spasial
2.5.1.1 Rain Gage
Rain Gage menyediakan data hujan untuk satu atau lebih subcatchment area di
daerah studi. Data hujan dapat berupa time series yang didefinisikan oleh user sendiri
ataupun dari file external.
Pada objek rain gage parameter yang diinput adalah:
a. Rain format :Data hujan yang di input berupa intensitas atau kumulatif
b. Rain interval :Interval waktu pengamatan antara pembacaan gage
c. Data source :Sumber data hujan dapat berupa time series atau file external
2.5.1.2 Subcatchment
Subcatchment adalah unit hidrologi lahan berupa elemen topografi dan sistem
drainase yang mengalirkan langsung aliran permukaan menuju suatu titik aliran
outlet.
Pada objek subcatchment parameter yang diinput adalah :
a. Rain gage : nama rain gage yang berkaitan dengan subcatchment
b. Outlet : nama node yang menerima runoff subcathment
c. Area : luas subcatchment
d. Width : panjang pengaliran
e. % Slope : persentase kemiringan subcatchment
f. % Imperv : persentase area tanah yang impervious
g. N-Imperv : nilai n manning untuk aliran permukaan di daerah impervious
h. N-Perv : nilai n manning untuk aliran permukaan di daerah pervious
i. %Zero imperv : persentase dari impervious area tanpa depression storage
j. Infiltration : pilihan untuk metode perhitungan infiltrasi dan parameternya
Pada EPA SWMM tinggi genangan atau limpasan hujan pada masing-masing
subcatchment menggunakan konsep yang ditunjukkan pada persamaan berikut :
D
1
= D
t
+ R
t t
.................................................................................................. (2.7)
dengan :
14



D
1
: kedalaman air setelah terjadi hujan hujan (mm)
D
t
: kedalaman air pada subdas pada saat waktu t (mm)
R
t
: intensitas hujan pada interval waktu t (mm/jam)
Pada subcatchment terdapat dua macam jenis area, yaitu impervious (kedap air)
dan pervious (dapat dilalui air). Metode perhitungan infiltrasi pada pervious area
menggunakan metode Horton sebagai berikut :
Fp = Fc + ( Fo Fc ) e
kt
.. ............................ (2.8)
dengan :
F
p
: angka infiltrasi dalam tanah (mm/jam)
F
c
: angka infiltrasi minimum (mm/jam)
F
o
: angka infiltrasi maksimum (mm/jam)
t : lama hujan (det)
k : koefisien penurunan head (1/sec)
Debit outflow dari limpasan subcatchment dihitung dengan persamaan
Manning:
v =
1
/n D
2
2/3
S
1/2
............................................................................................. (2.9)
Q = vBD
2
..................................................................................................... (2.10)
dimana :
v : kecepatan (m/s)
n : koefisien Manning
S : kemiringan lahan
B : lebar lahan/panjang pengaliran (m)
Q : debit (m3/s)
2.5.1.3 Conduit
Conduit adalah pipa atau saluran yang menyalurkan air dari satu node ke node
yang lain. Bentuk melintang dari saluran dapat dipilih dari beberapa macam bentuk
standar yang telah disediakan SWMM.
15



1. Debit yang masuk ke dalam saluran dihitung dengan menambahkan debit dari
lahan (Q
oi
) dengan debit dari hulu saluran (Q
gi
).
Q
in
= Q
oi
+ Q
gi
......................................................................................... (2.11)
a. Conduit dengan sistem gravitasi
Conduit dengan sistem gravitasi menggunakan persamaan Manning:
Q = 1.0* ................................................................................. (2.12)
dimana:
Q : outflow subcatchment (m
3
/detik)
V : kecepatan cross section (m/detik)
A
x
: luas cross section (m
2
)
S : kemiringan
n : koefisien kekasaran manning
R : jari jari hidrolis = = d
x
dengan 2d
x
dapat diabaikan menjadi W.
b. Conduit dengan sistem tekan
Pada saluran tertutup dengan aliran bertekanan menggunakan persamaan
Bernoulli sebagai berikut (Mannual Book of SWMM ):
+ + z1 = + + z
2
+ h
f
+ h
m
...................................................... (2.13)
dimana :
: pressure head di hulu
: velocity head di hulu
z
1
: elevasi di hulu
: pressure head di hilir
: velocity head di hilir
z
2
: elevasi di hilir
h
f
: sistem friction loss
16



h
m
: sistem junction loss
Pada link SWMM diperhitungkan 3 aliran sebagai berikut :
1. Aliran menggunakan metode 1D St.Venant :
Aliran ini terjadi ketika saluran didominasi oleh backwater dan debit tambahan.
Persamaan 1D St.Venant adalah sebagai berikut (Mannual Book of SWMM ):
+ g*A* + g*A*S
f
+ = 0 ............................................................. (2.14)
dimana x adalah panjang saluran.
2. Aliran menggunakan The Upstream Normal Flow Mannings equation :
Persamaan yang digunakan sama dengan persamaan 2.13.
3. Aliran yang menggunakan 1D St.Venant equation atau The Upstream Normal
Flow Mannings equation
Pada objek conduit parameter yang diinput adalah :
a. Inlet node : nama node yang terletak pada inlet saluran
b. Outlet node : nama node yang terletak pada outlet saluran
c. Shape : bentuk geometri penampang melintang saluran
d. Max depth : kedalaman maksimum melintang saluran
e. Length : panjang saluran
f. Roughness : koefisien kekasaran manning
g. Inlet offset : kedalaman atau elevasi invert saluran diatas node invert pada
daerah hulu (upstream) saluran
h. Outlet offset : kedalaman saluran diatas node invert pada daerah hilir
2.5.1.4 Junction Node
Junction adalah node-node sistem drainase yang berfungsi untuk
menggabungkan satu saluran dengan saluran yang lain. Secara fisik dapat
menunjukkan pertemuan dua saluran atau sambungan pipa.
Pada objek junction node parameter yang diinput adalah :
a. Invert elevation : elevasi invert dari junction
17



b. Max depth : kedalaman junction maksimum (misalnya dari
permukaan tanah ke invert ).
c. Initial depth : kedalaman air di junction pada awal simulasi.
d. Surcharge depth : kedalaman tambahan yang melebihi kedalaman
maksimum yang diijinkan sebelum junction meluap.
2.5.1.5 Outfall Node
Outfall nodes adalah titik pemberhentian dari sistem drainase yang digunakan
untuk menentukan batas hilir (down stream). Outfall ini hanya dihubungkan oleh satu
link.
Pada objek outfall node parameter yang diimput adalah :
a. Invert elevation : elevasi invert dari outfall
b. Tide gate : merupakan parameter optional , yes (ada tide gate) dan
no (tidak ada tide gate)
c. Fixed stage : elevasi muka air untuk tipe outfall yang tetap
2.5.2 Kemampuan Model SWMM
SWMM menghitung berbagai proses hidrologis yang menciptakan limpasan
dari daerah perkotaan, yaitu : curah hujan dengan variasi waktu, evaporasi dari
permukaan air, akumulasi salju dan mencairnya, curah hujan yang tertampung di
daerah tampungan, infiltrasi dari curah hujan yang masuk ke lapisan tanah tidak jenuh
air, perkolasi dan infiltrasi ke dalam lapisan air tanah, aliran bawah antara air tanah
dan sistem drainasi, routing waduk non linier dari aliran di daratan.
Pada bukan daerah resapan terdiri dari 2 daerah yaitu depression storage dan
non depression storage. Sedangkan pada daerah resapan terdapat infiltrasi dalam hal
ini SWMM menggunakan persamaan Horton untuk analisis infiltrasi. Persamaan
Horton dijabarkan sebagai berikut (Mannual Book of SWMM ):
Fp = Fc + ( Fo Fc ) e
kt
........................................................................... (2.15)

dimana : Fp : angka infiltrasi dalam tanah (mm/jam)
18



Fc : angka infiltrasi minimum (mm/jam)
Fo : angka infiltrasi maksimum (mm/jam)
T : lama hujan (det)
K : koefisien penurunan head (1/sec)
Tabel 2.2 Nilai Depression Storage Depth
Impervious surface 0,05 - 0,10 inch
Lawns 0,10 - 0,20 inch
Pasture 0,20 inch
Forest litter 0,30 inch
Sumber : Mannual Book of SWMM
Tabel 2.3 Harga infiltrasi maksimum dari berbagai kondisi tanah
No Kondisi Tanah Jenis Tanah Harga Infiltrasi
1
Kering dengan sedikit atau tidak ada
tumbuhan
Sandy Soils 5 mm/jam
Loam Soils 3 mm/jam
Clay Soils 1 mm/jam
2 Kering dengan banyak tumbuhan
Sandy Soils 10 mm/jam
Loam Soils 6 mm/jam
Clay Soils 2 mm/jam
3 Tanah Lembab
Sandy Soils 1,25 mm/jam
Loam Soils 1 mm/jam
Clay Soils 0,33 mm/jam
Sumber : Mannual Book of SWMM
Tabel 2.4 Harga infiltrasi minimum dari berbagai jenis tanah
Kel Pengertian
Infiltrasi
minimum
A
Potensi limpasan yang rendah. tanah mempunyai tingkat infiltrasi yang
tinggi meskipun ketika tergenang dan kedalaman genangan yang tinggi,
pengeringan/penyerapan baik untuk pasir dan batuan. 0,45
B
Tanah mempunyai tinggkat infiltrasi biasa/medium/tengah2 ketika
tergenang dan mempunyai tingkat kedalaman genangan medium ke
dalam, pengerigan dengan keadaan biasa ke baik didapat dari moderately
fine to modaretely coarse 0,30 - 0,15
19



C
Tanah mempunyai tingkat infiltrasi rendah jika lapisan tanah untuk
pengaliran air dengan tingakat texture bisa ke texture baik. contoh
lempung, pasir berlanau. 0,15 - 0,05
D
potensi limpasan yang tinggi. tanah mempunyai tingkat infiltrasi rendah
ketika tergenang tanah lempung dengan potensi sweeling yang tinggi,
tanah dengan ketinggian air tanah yang tinggi, tanh dengan lapisan
lempung dekat dengan permukaan dan shalow soil yang berdekatan
dengan material yang kedap air. 0,05 - 0,00
Sumber : Mannual Book of SWMM
Tabel 2.5 Karakteristik Jenis Tanah
Tekstur Tanah K FC WP
Sand 4,74 1,93 0,437 0,062 0,024
Loamy Sand 1,18 2,40 0,437 0,105 0,047
Sandy Loam 0,43 4,33 0,453 0,190 0,805
Loam 0,13 3,50 0,463 0,232 0,116
Silt Loam 0,26 6,69 0,501 0,284 0,135
Sandy Clay Loam 0,06 8,66 0,398 0,244 0,136
Clay Loam 0,04 8,27 0,464 0,310 0,187
Silty Clay Loam 0,04 10,63 0,471 0,342 0,210
Sandy Clay 0,02 9,45 0,430 0,321 0,221
Silty Clay 0,02 11,42 0,479 0,371 0,251
Clay 0,01 12,60 0,475 0,378 0,265
Sumber : Mannual Book of SWMM
2.5.3 Aplikasi Model SWMM
Aplikasi model SWMM adalah : perencanaan dan dimensi jaringan pembuang
untuk pengendalian banjir, perencanaan daerah penahan (penampung) sementara
untuk pengendalian banjir seperti retarding basin, pemetaan daerah genangan banjir
dari jaringan pembuang alamiah, perencanaan strategi pengaturan untuk
meminimalkan pengaliran dari gabungan sistem pembuangan, evaluasi pengaruh dari
inflow dan infiltrasi pada debit aliran dari sistem pembuangan, menggenerasi sumber
sebaran angkutan polutan untuk studi alokasi pembuangan, evaluasi terhadap
efektivitas dari BMP untuk mengurangi angkutan polutan.
20



2.6 Uji Keandalan Model
Uji keandalan model dilakukan untuk mengetahui tingkat keandalan output
model yang dihasilkan terhadap data pengamatan. Uji keandalan model dapat
dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu metode NASH dan metode RMSE
2.6.1 Nash (Anwar, dkk: 5)
Nash =

2
2
) (
) (
1
Qobs Qobs
Qobs Qsim
................................................................. (2.16)
dengan
Qsim : debit hasil simulasi
Qobs : debit hasil pengamatan di lapangan
Qobs : rata-rata pengamatan lapangan
2.6.2 RMSE (Root Mean Square Error) (Anwar, dkk: 5)

=

1
1
2
) (
1
I
Qsim Qobs
n
. .............................................................................. (2.17)
dengan
Qsim : Data Simulasi
Qobs : Data lapangan
n : Jumlah Data

21

BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Studi
Lokasi penelitian adalah kawasan Kampus Tegal Boto Universitas Jember,
Kabupaten Jember, Jawa Timur. Luas daerah yang diteliti 1,003 km
2
.

Master Plan
Kampus Tegal Boto Universitas Jember dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 18 minggu, dimulai pada bulan Mei
hingga September 2011.

Gambar 3.1 Master Plan Kampus Tegal Boto Universitas Jember

Peta Kab. Jember
Master Plan Kampus Tegal Boto Universitas
Jember
22



3.2 Sistematika Penelitian
3.2.1 Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data geometri saluran,
dan data analisis saringan. Data geometri saluran merupakan hasil pengukuran secara
langsung di lapangan dengan menggunakan waterpass dan roll meter. Sedangkan
tekstur tanah merupakan hasil uji laboratorium terhadap material tanah (sample) dari
kawasan kampus Tegal Boto Universitas Jember yang dilaksanakan di Laboratorium
Mekanika Tanah, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Jember.
1) Data Geometri Saluran
Data geometri saluran merupakan data fisik saluran yang diperoleh dari
pengukuran langsung di lapangan menggunakan waterpass dan roll meter, yaitu:
lebar, tinggi, dan beda tinggi dasar saluran (slope).
Tahapan pengukuran geometri saluran adalah sebagai berikut:
a) Waterpass ditembakkan pada rambu ukur yang berada pada jarak tiap
100m dan pada perubahan bentuk penampang,
b) Pengukuran tersebut hanya dilakukan pada pengukuran long section
(pengukuran kemiringan dasar saluran).

Gambar 3.2 Sketsa pengukuran long section saluran dengan waterpass

23



c) Pengukutan cross section sendiri dilakukan menggunakan roll meter
meliputi beberapa hal antara lain:
i. Lebar bawah saluran;
ii. Kedalaman saluran;
iii. Lebar atas saluran; dan
iv. Kemiringan dinding saluran jika saluran berbentuk trapesium

Gambar 3.3 Sketsa pengukuran dimensi saluran dengan roll meter

2) Data Tekstur Tanah
Data tekstur tanah berupa hasil pengujian laboratorium terhadap material
sample yang diambil pada kawasan kampus Tegal Boto Universitas Jember.
Pengambilan sample dilakukan pada area pervious dikelompokkan berdasarkan jenis
penutup tanahnya, sebagai input data infiltrasi pada persamaan Horton di pemodelan
SWMM. Data tersebut berupa gradasi butiran tanah.
Pengujian analisis saringan mengacu kepada SNI 03-1968-1990 tentang
metode pengujian analisis saringan agregat halus dan agregat kasar.
Tahap-tahap pelaksanaan analisis saringan adalah sebagai berikut:
24



a) Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, yang meliputi sample sedimen
seberat 500 gram, neraca 1 gram, satu set saringan, oven, sieve shaker, talam,
kuas, dan sendok.
b) Sample sedimen dikeringkan dengan oven pada suhu 110 C sampai berat tetap.
c) Sample sedimen disaring melalui susunan saringan dengan ukuran saringan
paling besar ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan tangan atau
sieve shaker selama 15 menit.
d) Dilakukan penghitungan persentase berat sample yang tertahan di atas masing-
masing saringan terhadap berat total sample setelah disaring.
e) Hasil pengujian ditampilkan di dalam tabel dan grafik.
b. Data sekunder
1) Data Hujan
Data hujan didapatkan dari Dinas Pengairan Kabupaten Jember, yang
merupakan data curah hujan pada stasiun Jember yang berjarak sekitar 2,4 km
dari Kampus Tegal Boto Universitas Jember. Data curah hujan yang digunakan
adalah data curah hujan yang terjadi selama sembilan tahun pada tahun 2000 s/d
2008.
2) Peta Situasi dan Master Plan
Peta Situasi dan master plan kampus Tegal Boto Universitas Jember didapatkan
dari Badan Perencanaan Kampus Universitas Jember.
3.2.2 Analisis Curah Hujan
Analisis curah hujan dilakukan untuk menghitung hujan rancangan. Dalam
menganalisis curah hujan rancangan digunakan metode Log Pearson III.
3.2.3 Penyiapan Data Input Model
Data-data yang telah didapatkan harus dirubah kedalam format program
SWMM. Proses tansformasi dan penyiapan data dalam menggunakan software
SWMM adalah sebagai berikut:
25



a. Melakukan digitasi peta situasi dan master plan kampus Tegal Boto Universitas
Jember untuk memberikan batas masing-masing subscatchment sebagai daerah
layanan saluran yang ada. Digitasi dilakukan menggunaan program Autocad,
untuk memperoleh data luasan daerah impervious dan pervious pada masing-
masing subscatchment.
b. Data long section hasil pengukuran dengan waterpass diolah hingga diperoleh
data kemiringan dasar saluran (slope).
c. Melakukan pengelompokan subscatchment terhadap jenis tanah dan penutup
tanah di atasnya.
d. Menyiapkan data dimensi saluran.
e. Menyiapkan data elevasi node.
f. Menghitung kemiringan permukaan subscatchment, dengan cara digitasi dan
interpolasi peta kontur pada situasi kampus Tegal Boto Universitas Jember.
3.2.4 Simulasi Model dengan Program SWMM
Setelah semua data, variabel dan parameter telah disiapkan, maka dapat
dilakukan simulasi menggunakan program SWMM. Tahapannya adalah sebagai
berikut:
1. Setting Simulation Options
Tahap pertama dilakukan agar model sesuai dengan data Input.
26




Gambar 3.4 Simulation Option
2. Digitasi Subscatchment Area
Menggambar subscatchment dilakukan dengan menggunakan tool subscatchment
pada object toolbar. Untuk mempermudah melakukan digitasi, gunakan backdrop
sebagai dasarnya. Kemudian, lakukan editing property pada masing-masing
subscatchment sesuai data yang ada.
Pada penelitian ini property infiltration menggunakan metode Horton.
27




Gambar 3.5 Tab Input Backdrop dan Tab Recize Backdrop

Gambar 3.6 Hasil Digitasi Subcathcment dan Property Infiltration Editor
3. Input Node dan Conduit
Pada proses input node, data elevasi dan dimensi saluran harus sudah disiapkan.
28




Gambar 3.7 Input data Node, Conduit, dan Dimensi Saluran
4. Input Data Hujan
Data hujan yang dimasukkan adalah data hujan rancangan yang dianalisis
menggunakan metode Log Pearson III, merupakan hujan kala ulang 10 Tahun,
yang disajikan dalam bentuk time series dengan durasi tiap 15 menit selama 6
jam.
29




Gambar 3.8 Property Editor Stasiun Hujan

Gambar 3.9 Time Series Editor
5. Running Program
Running Program merupakan proses simulasi dari semua data yang telah di
masukkan ke dalam program SWMM.
30




Gambar 3.10 Proses Running
3.2.5 Penampilan Simulasi
Berdasarkan simulasi ini, dapat diketahui titik lokasi banjir yang terjadi pada
kampus Tegal Boto Universitas Jember. Dan output dari pemodelan dengan SWMM
ini dapat ditampilkan dengan tabel dan grafik.

Gambar 3.11 Tabel kedalaman pada beberapa node selama proses running

31




Gambar 3.12 Grafik perbandingan antara kedalaman node dan besarnya limpasan
pada Subcatchment Area

Gambar 3.13 Profil aliran yang terjadi pada node dan conduit

Gambar 3.14 Grafik limpasan pada masing-masing subscatchmen area

32



3.3 Uji Keandalan Model
Untuk mengetahui keandalan model dilakukan analisis perbandingan hasil
output simulasi pada tanggal 22 Juni 2007 terhadap data pengamatan pada tanggal
yang sama.
3.4 Evaluasi Kinerja Saluran Desain Awal
Evaluasi kinerja saluran dapat dilakukan dengan mengamati titik banjir dan
output dari simulasi yang dilakukan oleh SWMM yang sudah di uji keandalannya.
Berdasarkan hasil simulasi, di titik banjir perlu dilakukan normalisasi agar tidak
terjadi banjir yang sama pada hujan kala ulang 10 tahun.

33



3.5 Prosedur

Gambar 3.15. Diagram alir penelitian
Analisis Curah
Hujan

Hasil dan pembahasan

Tidak
Ya
Jaringan
Drainase
Desain Awal
Dimensi
saluran
Desain Awal
Apakah saluran
dapat menampung
Q banjir?
Data Curah
Hujan
Survey
lapangan
Kesimpulan dan saran
Running SWMM


Luas DAS
(A)
Perhitungan CH rencana
dengan metode Log-Person
SELESAI
START
Peta Situasi Tekstur Tanah
Uji Keandalan Model:
RMSE & NASH


OK
Tidak
34
































Gambar 3.16. Diagram alir modelling dengan SWMM
Tdk
Backdrope Study Area
Map

Skema Jaringan Drainase

START
Rain Gage Subcatchment Junction
Node
Conduit
Edit Objek Properties
SELESAI
Running SWMM
Muka Air Banjir
> Tinggi Jagaan
Ya
35

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Lokasi Penelitian
Kondisi tataguna lahan pada master plan Kampus Tegal Boto Universitas
Jember pada lapisan tanah kedap air (impervious area) meningkat menjadi 47 hektar.
Semakin sempitnya daerah resapan air (pervious area) menyebabkan volume lipasan
air hujan meningkat. Sehingga menyebabkan terjadinya banjir akibat kapasitas
saluran tidak mampu menampung debit banjir.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan, ditemukan beberapa
titik banjir yang tersebar di beberapa saluran pada sistem jaringan drainase kampus
Tegal Boto Universitas Jember. Di bawah ini foto kejadian banjir yang diambil pada
bulan Mei 2007 (kondisi sebelum adanya perubahan tata guna lahan.

Gambar 4.1 Banjir pada saluran H5, lokasi di samping Fakultas Hukum

36




Gambar 4.2 Banjir pada saluran H1, lokasi di depan Fakultas Hukum

Gambar 4.3 Banjir pada saluran K2, lokasi di samping Fakultas Kedokteran

37



4.2 Analisis Hidrologi
4.2.1 Analisis Curah Hujan
Pada penelitian ini digunakan data hujan selama sembilan tahun yang tercatat
mulai tahun 2000 sampai dengan 2009 pada stasiun penakar hujan Jember.
Berdasarkan data tersebut diketahui curah hujan tertinggi berada pada tanggal 25
Nopember 2008 sebesar 107 mm. Data hujan maksimum harian secara lengkap
ditunjukkan tabel di bawah ini :
Tabel 4.1 Data Curah Hujan Kota Jember
No. Tgl Bulan Tahun R (mm)
1 20 Oktober 2000 85
2 17 Januari 2001 45
3 5 Februari 2002 78
4 10 Mei 2003 96
5 28 Desember 2004 95
6 22 Desember 2005 92
7 25 Januari 2006 95
8 26 Desember 2007 67
9 25 Nopember 2008 107
Sumber : Dinas Pengairan Kabupaten Jember
4.2.2 Uji Probabilitas
4.2.2.1 Uji Chi Square
Berdasarkan hasil uji Chi-Square terhadap distribusi normal, log normal,
gumbel dan log pearson III, diperoleh data distribusi terbaik adalah log pearson III,
dengan nilai Chi-Kritik sebesar 3,841, dan Chi-Kuadrat sebesar 1,566. (Perhitungan
lihat Lampiran J.1)
4.2.2.2 Uji Smirnof-Kolmogorof
Berdasarkan hasil uji Smirnof-Kolmogorof terhadap distribusi normal, log
normal, gumbel dan log pearson III, diperoleh data distribusi terbaik adalah log
38



pearson III, dengan nilai Delta Kritik sebesar 0,430 dan Delta Maksimum sebesar
0,127. (Perhitungan lihat Lampiran J.2)
Berdasarkan hasil uji probabilitas tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan
metode Log-Pearson III dalam perhitungan distribusi curah hujan.
4.2.3 Perhitungan distribusi curah hujan metode Log Person III
Perhitungan curah hujan sangat penting sekali untuk menentukan intensitas
curah hujan. Karena, intensitas curah hujan menentukan besarnya debit saluran yang
direncanakan. Tabel perhitungannya bisa dilihat di bawah ini :
Tabel 4.2 Perhitungan Distribusi Curah Hujan Metode Log-Person III
No. Tahun
R, mm
(X)
Log X Log X - Log Xr (Log X Log Xr)
2
(Log X - Log Xr)
3

1 2000 85 1.929 0.015 0.000 0.000
2 2001 45 1.653 -0.261 0.068 -0.018
3 2002 78 1.892 -0.023 0.001 0.000
4 2003 96 1.982 0.068 0.005 0.000
5 2004 95 1.978 0.063 0.004 0.000
6 2005 92 1.964 0.049 0.002 0.000
7 2006 95 1.978 0.063 0.004 0.000
8 2007 67 1.826 -0.089 0.008 -0.001
9 2008 107 2.029 0.115 0.013 0.002
Log Xr 1.915 Jumlah 0.105 -0.016
Sumber : Hasil perhitungan
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilakukan perhitungan standar deviasi
dan koefisien kemencengan menggunakan rumus 2 dan rumus 3.
Standart deviasi (s)
| | 0,1146 ) 1050 , 0 (
1 9
1
2
1
=

= s

Koefisien kemencengan ( Cs )

1913 . 0
1146 , 0 ) 2 9 )( 1 9 (
016117 . 0
3
=


= Cs



39



Dari interpolasi nilai Cs didapat nilai K untuk beberapa periode ulang yaitu:
K 2 tahun = 0,032
K 5 tahun = 0,849
K 10 tahun = 1,259
4.2.4 Perhitungan Curah Hujan Rancangan Periode Ulang
Berdasarkan perhitungan interpolasi dan harga K didapat, sehingga dapat
dihitung curah hujan rancangan periode ulang XT (R24) dengan rumus 4.
T = 2 tahun
Log X2 = 1,9146 + (0,03160,1146)
Log X2 = 1,918
X2 = 82,842 mm
T = 5 tahun
Log X5 = 1,9146 + (0,8497 0,1146)
Log X5 = 2,012
X5 = 102,789 mm
T = 10 tahun
Log X10 = 1,9146 + (1,259 0,1146)
Log X10 = 2,059
X10 = 114,523 mm
Berdasarkan perhitungan di atas maka curah hujan periode ulang dapat dilihat
pada tabel di bawah ini, dengan tc hujan memakai asumsi data ARR Stasiun Sentral
Kab. Bondowoso :
Tabel 4.3 Curah Hujan Periode Ulang (R24)
No

T

Hujan Rencana tc Intensitas Intensitas
(mm) (jam) (mm/jam) (mm/ 15menit)
1 1 77.09 6.23 7.89 1.97
2 2 82.84 6.23 8.48 2.12
3 5 102.80 6.23 10.52 2.63
40



4 10 114.52 6.23 11.72 2.93
5 25 128.08 6.23 13.11 3.28
6 50 137.41 6.23 14.06 3.52
Sumber : Hasil perhitungan
Berdasarkan hasil analisis didapat data curah hujan untuk periode ulang 1
tahun sebesar 80,21 mm, curah hujan periode ulang 5 tahun sebesar 102,789 mm dan
curah hujan periode ulang 10 tahun sebesar 114,52 mm. Intensitas hujan yang terjadi
dalam tiap 15 menit akan digunakan sebagai input model pada time series rain gage.
4.3 Pemodelan Sistem Saluran Desain Awal
Berdasarkan simulasi sistem saluran exsisting kampus Tegal Boto Universitas
Jember pada tanggal 22 Mei 2007 menggunakan program SWMM dihasilkan sebuah
file kapasitas jaringan drainase. Kapasitas jaringan drainase ditunjukkan oleh adanya
perubahan warna pada masing-masing saluran. Pada gambar 4.1 terlihat perbedaan
warna yang menggambarkan kondisi kapasitas jaringan drainase, serta legenda di
sebelah kiri gambar yang menginformasikan nilai-nilai kapasitasnya dalam
persentase. Warna merah menunjukkan saluran tidak mampu menampung debit banjir
yang terjadi karena sudah melewati batas tinggi jagaan sebesar 10%.
41




Gambar 4.1 Kapasitas Desain Awal Saluran Jaringan Drainase Kampus Tegal Boto
Universitas Jember

Titik saluran yang mengalami overload (banjir) sama dengan foto banjir yang
terjadi pada tanggal dilakukannya simulasi. Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa lokasi
banjir terjadi pada saluran T2.1, T2.2 depan F.Teknik, ST.7 depan Stadion, H5
samping F.Hukum, dan PD4 Belakang UMC, sama seperti yang terdapat pada foto
kejadian banjir yang terjadi pada tanggal 22 Mei 2007 dengan intensitas hujan kala
ulang satu tahun sebesar 80,21 mm. Dengan demikian, model sudah dapat
menggambarkan kondisi jarinngan drainase Kampus Tegal Boto Universitas Jember
dengan baik. Pada catchment F.Teknik mengalami genangan, hal ini disebabkan
menyempitnya saluran pembuang. (Data Subcatchment pada Lampiran D)
42



Tabel 4.4 Tabel Kapasitas Saluran yang mengalami banjir pada pemodelan kondisi
tahun 2007(unit persen dari volume kapasitas)
Jam
Kapasitas saluran terhadap debit banjir (%) dari Q (m
3
/s)
T2.1
0.76
T22_a
0.67
PDosen4
0.66
Pd2d
0.81
Pd2c
0.81
ST7
0.41
H5
0.76
0:15:00 0.18 0.21 0.02 0.53 0.57 0.05 0.52
0:30:00 0.08 0.11 0.11 0.25 0.41 0.31 0.37
0:45:00 0.18 0.19 0.26 0.5 0.46 0.45 0.19
1:00:00 0.27 0.31 0.42 0.86 0.89 0.6 0.3
1:15:00 0.34 0.38 0.59 1 1 0.73 0.43
1:30:00 0.41 0.46 0.78 1 1 0.83 0.52
1:45:00 0.46 0.53 0.98 1 1 0.91 0.63
2:00:00 0.51 0.59 1 1 1 0.97 0.7
2:15:00 0.56 0.65 1 1 1 1 0.75
2:30:00 0.61 0.71 1 1 1 1 0.79
2:45:00 0.65 0.76 1 1 1 1 0.84
3:00:00 0.69 0.81 1 1 1 1 0.88
3:15:00 0.73 0.86 1 1 1 1 0.92
3:30:00 0.76 0.91 1 1 1 1 0.96
3:45:00 0.8 0.95 1 1 1 1 0.99
4:00:00 0.83 1 1 1 1 1 1
4:15:00 0.87 1 1 1 1 1 1
4:30:00 0.9 1 1 1 1 1 1
4:45:00 0.93 1 1 1 1 1 1
5:00:00 0.96 1 1 1 1 1 1
5:15:00 0.99 1 1 1 1 1 1
5:30:00 1 1 1 1 1 1 1
Sumber : Output SWMM
43




Gambar 4.2 Grafik Kapasitas Saluran Drainase di titik banjir pada pemodelan
kondisi tahun 2007

Berdasarkan grafik tersebut diketahui fluktuasi tinggi muka air sebelum
akhirnya meluap dan menjadi banjir. Jika saluran mencapai angka kapasitas saluran 1,
maka itu berarti kapasitas saluran sama dengan debit banjir yang ada, sehingga
kondisi ini dapat diartikan sebagai kondisi banjir (meluap). Saluran Pd2c adalah
saluran yang mengalami awal banjir tercepat, yaitu terjadi pada jam ke 01:15:00.
4.3.1 Uji Keandalan Model
Untuk melihat kesesuaian antara model dengan kondisi di lapangan maka
dilakukan uji keandalan model terhadap tinggi muka air yang terjadi dan kapasitas
saluran. Uji keandalan model menggunakan metode Nash dan RMSE.
Pada penelitian ini data lapangan merupakan data hipotetik (Lampiran B). Hasil
uji keandalan model ditampilkan dalam tabel sebagai berikut:
44



Tabel 4.5 Hasil Kalibrasi nilai tinggi muka air dan kapasitas saluran pada hasil
simulasi terhadap hasil observasi lapangan
Nama Saluran RMSE NASH
H5 0.115780756 0.880848832
K2 0.110500613 0.885807981
T2.1 0.106022125 0.898764425
Sumber : Hasil Analisis

Berdasarkan tabel 4.4, semua hasil uji keandalan model menunjukkan bahwa
Output model mendekati kondisi di lapangan. Sehingga model sistem saluran
drainase kondisi tahun 2007 dengan menggunakan SWMM dapat digunakan dalam
perhitungan selanjutnya dalam analisis kala ulang 10 tahun.


Gambar 4.2a Perbandingan kapasitas saluran dan tinggi muka air hasil pemodelan
terhadap hasil pengamatan pada saluran H5

45




Gambar 4.2b Perbandingan kapasitas saluran dan tinggi muka air hasil pemodelan
terhadap hasil pengamatan pada saluran K2


Gambar 4.2c Perbandingan kapasitas saluran dan tinggi muka air hasil pemodelan
terhadap hasil pengamatan pada saluran T2.1

46



4.4 Evaluasi Kinerja Saluran
Setelah dilakukan kalibrasi, maka bisa dilanjutkan pemodelan sistem saluran
drainase pada masa mendatang. Berdasarkan simulasi sistem saluran pada master plan
kampus Tegal Boto Universitas Jember menggunakan program SWMM dihasilkan
pula sebuah file kapasitas jaringan drainase.

Gambar 4.2 Kapasitas Saluran Jaringan Drainase Kampus Tegal Boto Universitas
Jember di masa mendatang (Gambar diperbesar pada Lampiran A).

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat terjadi penambahan kondisi saluran
yang melebihi kapasitas seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.5.

47



Tabel 4.6 Saluran mengalami kelebihan kapasitas
Nama Saluran Lokasi Waktu awal Meluap
K2 FK 4:45:00
T2.1 F.Teknik 4:15:00
T22_a F.Teknik 3:15:00
L5_c Agro Techno Park 5:30:00
SL1 Jl. Kalimantan 4:45:00
PDosen4 Perum Dosen 1:45:00
Pd2d Perum Dosen 1:15:00
Pd2c Perum Dosen 1:15:00
F2 Farmasi 5:45:00
Km2 Perum Dosen 4:00:00
P4 F.Pertanian 5:30:00
H1 F. Hukum 5:30:00
H5 F. Hukum 6:00:00
KP9 Kantor Pusat 6:00:00
Sumber : Output SWMM

Berdasarkan tabel tersebut diketahui saluran Pd2c dan Pd2d yang berlokasi di
perumahan dosen mengalami waktu meluap tercepat setelah 1 Jam 15 Detik.
Sehingga perlu dilakukan normalisasi dengan dilakukan desain ulang dimensi saluran
yang ada, sehingga saluran mampu menampung debit banjir yang terjadi.
Tidak mampunya saluran menampung kapasitas banjir, menyebabkan beberapa
catchment area mengalami genangan yang cukup lama. Pada hasil simulasi,
terjadinya ditunjukkan oleh perubahan warna menjadi merah. Berikut data catchment
area yang terjadi genangan.
48



Tabel 4.7 Limpasan Langsung yang terjadi pada subcathcment area pada simulasi
curah hujan rancangan 10 tahun
Waktu
DEBIT LIMPASAN (CMS)
Z
Peng.
FKG F.K F.TEKNIK PD3 FAPERTA FKIP LUAR 3 PD_1
0:15:00 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0:30:00 0 0.01 0.01 0.01 0 0 0.01 0.01 0
0:45:00 0.02 0.03 0.03 0.02 0.01 0.02 0.02 0.03 0.02
1:00:00 0.03 0.05 0.06 0.04 0.04 0.05 0.04 0.07 0.04
1:15:00 0.05 0.08 0.08 0.07 0.1 0.07 0.07 0.11 0.07
1:30:00 0.08 0.11 0.11 0.1 0.19 0.1 0.1 0.14 0.09
1:45:00 0.1 0.14 0.13 0.14 0.31 0.12 0.13 0.17 0.12
2:00:00 0.13 0.17 0.16 0.19 0.45 0.14 0.16 0.21 0.14
2:15:00 0.16 0.2 0.18 0.24 0.63 0.16 0.19 0.24 0.16
2:30:00 0.19 0.22 0.2 0.29 0.83 0.19 0.22 0.27 0.18
2:45:00 0.21 0.25 0.23 0.34 1.04 0.21 0.25 0.3 0.21
3:00:00 0.24 0.27 0.25 0.38 1.27 0.23 0.28 0.33 0.23
3:15:00 0.27 0.3 0.27 0.43 1.52 0.25 0.31 0.36 0.25
3:30:00 0.29 0.33 0.3 0.48 1.78 0.27 0.34 0.4 0.27
3:45:00 0.32 0.35 0.32 0.52 2.06 0.29 0.36 0.43 0.29
4:00:00 0.34 0.38 0.34 0.57 2.35 0.32 0.39 0.46 0.31
4:15:00 0.36 0.4 0.37 0.61 2.65 0.34 0.42 0.49 0.33
4:30:00 0.39 0.43 0.39 0.66 2.96 0.36 0.45 0.52 0.36
4:45:00 0.41 0.46 0.41 0.7 3.29 0.38 0.48 0.55 0.38
5:00:00 0.44 0.48 0.44 0.74 3.62 0.4 0.5 0.58 0.4
5:15:00 0.46 0.51 0.46 0.79 3.97 0.42 0.53 0.61 0.42
5:30:00 0.49 0.53 0.48 0.83 4.32 0.44 0.56 0.64 0.44
5:45:00 0.51 0.56 0.51 0.87 4.69 0.46 0.59 0.67 0.46
6:00:00 0.53 0.58 0.53 0.91 5.05 0.49 0.61 0.7 0.48
6:15:00 0.56 0.61 0.55 0.96 5.43 0.51 0.64 0.74 0.5
Sumber: Output SWMM

Pada subcatchment F.Teknik terjadinya genangan dikarenakan adanya
penyempitan saluran di bagian, fakta ini di dukung oleh dokumentasi pada tanggal 22
Mei 2007 yang disajikan dalam Lampiran C.
49



4.5 Normalisasi Saluran Drainase
Setelah ditemukan lokasi banjir berdasarkan model SWMM, maka dilakukan
rekayasa terhadap saluran yang mengalami banjir. Normalisasi dilakukan dengan
merubah dimensi saluran pada program SWMM secara berulang hingga didapatkan
dimensi saluran yang mampu menampung debit banjir pada hujan kala ulang 10
tahun.
Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh data dimensi saluran yang mampu
menampung debit banjir pada sistem saluran drainase Kampus Tegal Boto
Universitas Jember ditunjukkan pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Normalisasi saluran (dimensi saluran baru)
Nama
Saluran
Lokasi
Dimensi Saluran Baru
Kapasitas
Tampungan
Bentuk
Saluran
Lebar
Bawah
Tinggi
Saluran
Slope
Dinding
T2.1 F.Teknik Trapesium 1.1 0.85 0.35 75%
T22_a F.Teknik Trapesium 1.2 0.85 0.375 88%
L5_c Agro Techno Park Persegi 0.8 0.7 79%
SL1 Jl. Kalimantan P. Tertutup 1 1.3 72%
PDosen4 Perum Dosen Trapesium 1.5 1.2 0.2 73%
Pd2d Peru Dosen Trapesium 1.5 1.3 0.3 77%
Pd2c Perum Dosen Trapesium 1.5 1.3 0.3 77%
F2 Farmasi Persegi 0.3 0.5 63%
Km2 Perum Dosen Trapesium 0.6 0.7 0.1 73%
P4 F.Pertanian Trapesium 0.8 0.7 0.3 69%
H1 F. Hukum Trapesium 0.6 0.6 0.5 79%
H5 F. Hukum Trapesium 1.7 1.6 0.3 74%
T22_b Timur Teknik Trapesium 1 1 0.4 83%
KP9 S.Lap.Perpus Trapesium 0.3 0.4 0.75 51%
S3 F.Sastra Trapesium 2 1.7 0.3 75%
Sumber: Output SWMM
50



Tabel 4.9 Data dimensi saluran lama
Nama
Saluran
Lokasi
Dimensi Saluran Lama
Bentuk
Saluran
Lebar
Bawah
Tinggi
Saluran
Slope
Dinding
T2.1 F.Teknik Trapesium 0.9 0.85 0.35
T22_a F.Teknik Trapesium 0.9 0.8 0.375
T22_b Timur Teknik Trapesium 0.9 0.8 0.375
L5_c Agro Techno Park Persegi 0.6 0.7
SL1 Jl. Kalimantan P. Tertutup 0.5 1.3
SL2 Jl. Kalimantan P. Tertutup 0.5 1.3
PDosen4 Perum Dosen Trapesium 0.7 0.8 0.2
Pd2d Peru Dosen Trapesium 0.7 0.8 0.3
Pd2c Perum Dosen Trapesium 0.7 0.8 0.3
F2 Farmasi Persegi 0.3 0.5
Km2 Perum Dosen Trapesium 0.1 0.5 0.1
P4 F.Pertanian Trapesium 0.5 0.6 0.3
H1 F. Hukum Trapesium 0.4 0.6 0.5
H5 F. Hukum Trapesium 1.5 0.75 0.3
KP9 S.Lap.Perpus Trapesium 0.3 0.2 0.75
S3 F.Sastra Trapesium 1.2 1.7 0.3
Sumber: Hasil survey

Dari tabel 4.5 didapatkan data saluran yang awalnya mengalami luap, sekarang
sudah dinyatakan aman, karena kapasitas saluran mampu menampung kapasitas debit
banjir (Qsal > Qbanjir).
51




Gambar 4.6 Sistem saluran drainase berada pada kondisi aman setelah dilakukan
desain ulang dimensi terhadap saluran yang mengalami banjir.


52

BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan dalam evaluasi kinerja jaringan drainase di
kawasan kampus Tegal Boto Universitas Jember, dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan hasil dari pemodelan dengan SWMM dengan curah hujan kala
ulang 10 tahun, banyak saluran yang memiliki kinerja buruk. Saluran tersebut
antasa lain, K2 di F. Kedokteran; T2.1 dan T22_a di F. Teknik; L5_c di Agro
Techno Park; SL1 di Jalan Kalimantan; Pdosen4, Pd2d, Km2 dan Pd2c di
Perum Dosen; F2 di Farmasi; F2 di Farmasi; P4 di F.Pertanian; H1 dan H5 di
F.Hukum; Kp9 di Kantor Pusat.
2. Saluran yang memiliki kinerja buruk tersebut, harus dilakukan normalisasi
dengan mendesain ulang dimensi saluran.
5.2 Saran
Agar model dapat lebih representatif dengan kondisi lapangan, sebaiknya
gunakan data hujan jam-jaman (ARR) yang berada di lokasi studi.

53

DAFTAR PUSTAKA


Administrasi Kota. 2008. Profil Kota Jember. Jember: http://www.scribd.com/
jember.pdf. [15 Mei 2011].

Chow, V.T. 1997. Hidrolika Saluran Terbuka(Open Chanel Hydraulics). Jakarta:
Erlangga.

Rossman, Lewis. 2004. Storm Water Management Model Users Manual Version 5.0.
Cincinnati: EPA united states environmental protection agency. Pdf [15 Mei
2011]

Soemarto, C.D. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.

Suripin. 2004. Sistem Saluran Drainase Perkotaan Berkelanjutan. Yogyakarta:
Penerbit Andi.

Universitas Jember. 2006. Peta Situasi Kampus Universitas Jember. Jember: Badan
Perencanaan Kampus Universitas Jember.

Kusnadi, Hendra. 2009. Evaluasi Kinerja Jaringan Drainase di Kawasan Kampus
Tegal Boto Universitas Jember. Universitas Jember.

Anwar, Nadajadji dkk. Aplikasi Storm Water Management Model (SWMM) Untuk
Daerah Aliran Sungai Deluwang Situbondo Jawa Timur.pdf. [15 Mei 2011].

You might also like