You are on page 1of 6

Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

Penyisihan Penghapusan Aktiva ProduktiI, yang selanjutnya disebut PPAP, adalah cadangan
yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu dari baki debet berdasarkan penggolongan
kualitas Aktiva ProduktiI
Untuk mengantisipasi terjadinya risiko kerugian, bank perlu membentuk penyisihan atau
cadangan penghapusan aktiva produktiI yang berkaitan dengan komponen penilaian di atas.
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/268/KEP/DIR tanggal 27 Februari
1996 mengenai besarnya pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva ProduktiI (PPAP).
Menurut Ketentuan Bank Indonesia sebagai berikut, cadangan umum sekurang-kurangnya
sebesar 1 dari total aktiva produktiI.
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Wajib Dibentuk (PPAPWD)
Dalam rangka mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerugian dari setiap penanaman dana
yang dilakukan bank, maka bank wajib membentuk PPAP yang cukup guna menutup kerugian
tersebut. Besarnya pembentukan penyisihan sesuai dengan SK DIR BI No. 26/167/KEP/DIR dan
SE BI No. 26/9/BPPP tentang penyempurnaan PPAPWD tanggal 29 Maret 1994 adalah
sekurang-kurangnya:
a. 0,5 dari aktiva produktiI yang digolongkan lancar;
b. 10 dari aktiva produktiI yang digolongkan kurang lancar setelah dikurangi agunan yang
dikuasai;
c. 50 dari aktiva produktiI yang digolongkan diragukan setelah dikurangi agunan yang
dikuasai;
d. 100 dari aktiva produktiI yang digolongkan macet setelah dikurangi agunan yang
dikuasai.
Penilaian Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
Rasio penilaian terhadap Kualitas Aktiva ProduktiI adalah sebagai berikut:
a. Perbandingan Aktiva ProduktiI yang diklasiIikasikan terhadap Total Aktiva
ProduktiI KAP 1 Aktiva ProduktiI yang diklasiIikasikan x 100 ProduktiI
Aktiva Dengan rasio ini maka gagalnya pengambilan kredit yang mengalami
kemacetan dapat diukur. Adapun Iormulasi rasio ini menjadi angka kredit
yaitu untuk rasio 22,5 atau lebih diberi kredit 0 untuk setiap penurunan
0,15 mulai dari 22,5 nilai kredit ditambah 1 dengan maksimal 100. KAP
Rasio22,5Nilai Kredit (NK) 100 (maksimal 0,1) Rasio22,5 - Rasio
KAP Nilai Kredit (NK) (maksimal 100) 0,15 Bobot yang diberikan untuk
penilaian ini adalah sebesar 25 dari keseluruhan penilaian Iaktor CAMEL.
b. Perbandingan Penyisihan Penghapusan Aktiva ProduktiI (PPAP) yang
dibentuk terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva ProduktiI yang Wajib
Dibentuk (PPAPWD) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. PPAP
Rasio KAP 2 (PPAP) x100 PPAP yang Dibentuk Wajib Rasio ini
mengukur pemenuhan PPAP yang dibentuk bank terhadap PPAPWD yang
ditetapkan Bank Indonesia sehubungan dengan adanya kewajiban bank untuk
membentuk PPAP yang cukup untuk menutup resiko kemungkinan yang
timbul dari penanaman aktiva produktiInya. Formulasi rasio ini menjadi nilai
kredit ditentukan untuk rasio 0 mendapat nilai 0 dan setiap kenaikan 1
dimulai dari 0 nilai kredit ditambah 1 dengan maksimal nilai kredit 100. Nilai
Kredit (murni) Rasio KAP 2 x 1 Bobot yang diberikan untuk penilaian
komponen ini yaitu 5 dari keseluruhan penilaian Iaktor CAMEL.

%ingkat Kolektibilitas Kredit dan Non Performing Loan (NPL)
Kredit bermasalah (Non Performing Loan) adalah kredit yang pengembalian pokok
pinjaman dan pambayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari 1 (satu) tahun sejak
jatuh tempo menurut jadwal yang telah diperjanjikan. Kredit bermasalah adalah suatu keadaan
dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada
bank seperti yang telah diperjanjikan. Kredit bermasalah (Non Performing Loan) dapat diartikan
juga sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya Iaktor kesengajaan
dan atau karena Iaktor eksternal di luar kemampuan debitur yang dapat diukur dari kolektibilitas.
Sumber-sumber penyebab terjadinya kegagalan pengembalian kredit oleh nasabah atau penyebab
terjadinya kredit bermasalah pada bank dapat dikemukakan sebagai berikut:

Self Dealing
SelI dealing terjadi karena adanya interest tertentu dari pejabat pemberi kreditterhadap
permohonan yang diajukan nasabah, berupa pemberian kredit yang tidak layak atas dasar yang
kurang sehat terhadap nasabahnya dengan harapan mendapatkan kompensasi berupa pemberian
imbalan dari nasabah.
2 Anxiety for Income
Pendapatan yang diperoleh melalui kegiatan perkreditan merupakan sumber pendapatan utama
sebagian besar bank sehingga ambisi ataupun naIsu yang berlebihan untuk memperoleh laba
bank melalui penerimaan bunga kredit sering menimbulkan pertimbangan yang tidak sehat
dalam pemberian kredit.
3 Compromise of Credit Principles
Pelanggaran prinsip-prinsip kredit oleh pimpinan bank yang menyetujui pemberian kredit yang
mengandung risiko yang potensial menjadi kredit yang bermasalah.
4 Incomplete Credit Information
Terbatasnya inIormasi seperti data keuangan dan laporan usaha, disamping inIormasi lainnya
seperti penggunaan kredit, perencanaan, ataupun keterangan mengenai sumber pelunasan
kembali kredit.
5 Failure to Obtain or Enforce Liquidation Agreements
Sikap ragu-ragu dalam menentukan tindakan terhadap suatu kewajiban yang telah diperjanjikan,
meskipun nasabah mampu dan wajib membayarnya, juga merupakan penyebab timbulnya kredit-
kredit yang tidak sehat dan mengakibatkan kredit bermasalah bagi bank.
6 Complacency
Sikap memudahkan suatu masalah dalam proses kredit akan mengakibatkan terjadinya kegagalan
atas pelunasan kembali kredit yang diberikan
Lack of Supervising
Karena kurangnya pengawasan yang eIektiI dan berkesinambungan setelah pemberian kredit,
kondisi kredit berkembang menjadi kerugian karena nasabah tidak memenuhi kewajibannya
dengan baik.
8 %echnical Incompetence
Tidak adanya kemampuan teknis dalam menganalisis permohonan kredit dari aspek keuangan
meupun aspek lainnya akan berakibat kegagalan dalam operasi perkreditan suatu bank. Para
pejabat kredit harus senantiasan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan yang berkaitan
dengan tugasnya dan jangan memberikan kredit kepada usaha atau sektor yang tidak dikenal
dengan baik.
9 Poor Selection of Risks
Risiko tersebut dapat dijelaskan dibawah ini:
a. Pejabat kredit mampu mendeteksi kemampuan nasabah dalam membiayai usahanya, selain
yang diperoleh dari bank.
b. Pejabat kredit harus mampu menghitung berapa kebutuhan nasabah yang sesungguhnya.
c. Pejabat kredit harus mampu menghitung nilai taksasi jaminan yang mengcover kredit yang
diberikan
d. Pejabat kredit harus mampu memperhitungkan kemungkinan risiko yang dihadapi dengan
pemberian kredit dan mengetahui sumber pelunasan.
e. Pejabat kredit harus mampu mendeteksi risiko pemberian kredit yang mungkin secara
kemampuan cukup baik, tetapi dari sisi moral kurang menguntungkan bagi bank.
I. Pejabat kredit harus mampu mendeteksi kualitas jaminan yang akan menimbulkan
masalah di kemudian hari.
Overlending
verlending adalah pemberian kredit yang besarnya melampaui batas kemampuanpelunasan
kredit oleh nasabah.
Competition
Competition merupakan risiko persaingan yang kurang sehat antar bank yang memperebutkan
nasabah yang berakibat pemberian kredit yang tidak sehat.
Kolektibilitas merupakan gambaran kondisi pembayaran pokok dan bunga pinjaman serta
tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga.
Penilaian kolektibilitas berdasarkan ketentuan Bank Indonesia sebagai berikut :
Kredit lancar
Kredit lancar adalah kredit yang tidak mengalami penundaan pengembalian pokok pinjaman
dan pembayaran bunga. Kriteria kredit lancar adalah :
a. Pembayaran angsuran pokok dan atau bunga tepat waktu.
b. Memiliki mutasi rekening yang aktiI.
c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai.
2 Dalam perhatian khusus
Apabila memenuhi kriteria :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang belum melampaui 90 hari
karena adanya cerukan.
b. Mutasi rekening relatiI aktiI.
c. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan.
d. Didukung oleh pinjaman baru.
3 Kredit kurang lancar
Kredit kurang lancar adalah kredit yang mengembalikan pokok pinjaman dan pembayaran
bunganya telah mengalami penundaan selama 3 (tiga) bulan dari waktu yang diperjanjikan.
Adapun kriteria yang memenuhinya adalah :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang telah melebihi 90 hari, karena
sering terjadi cerukan.
b. Frekwensi mutasi rekening relatiI rendah.
c. Terjadinya pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari.
d. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur.
e. Dokumentasi pinjaman yang lemah.
4 Kredit diragukan
Kredit diragukan adalah kredit yang mengembalikan pokok pinjaman dan pembayaran
bunganya telah mengalami penundaan selam 6 (enam) bulan atau dua kali dari jadual yang
diperjanjikan. Dengan kriteria sebagai berikut :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok yang telah melampaui 180 hari.
b. Terjadi cerukan yang bersiIat permanen.
c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari.
d. Terjadi kapitalisasi bunga.
e Dokumentasi hukum yang lebih baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan.
5 Kredit masalah
Kredit masalah adalah kredit yang mengembalikan pokok pinjaman dan pembayaran
bunganya telah mengalami penundaan lebih dari 1 (satu) tahun sejak jatuh tempo menurut
jadual yang telah dijanjikan. Dengan kriteria sebagai berikut :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari.
b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru.
Implikasi bagi pihak bank sebagai akibat dari timbulnya kredit bermasalah dapat berupa :
1. Hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari kredit yang diberikan,
sehingga mengurangi perolehan laba dan pengaruh buruk bagi proIitabilitas bank.
2. Rasio Kualitas Aktiva ProduktiI atau yang lebih dikenal -ad de-9 ra9io menjadi semakin
besar karena menggambarkan kondisi yang buruk.
3. Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktiI yang
diklasiIikasikan berdasarkan ketentuan yang ada. Hal ini pada akhirnya akan mengurangi
besarnya modal bank dan akan sangat berpengaruh terhadap api9al Adequacy Ra9io
(AR).
4. Re9urn On Asse9 (ROA) mengalami penurunan.

You might also like