Laporan ini membahas tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah hipertermi. Termoregulasi adalah pengaturan suhu tubuh secara fisiologis. Lansia rentan terhadap perubahan suhu seperti hipertermi yang merupakan peningkatan suhu di atas normal. Asuhan berfokus pada mengembalikan suhu tubuh ke batas normal 36-38°C dengan menurunkan suhu, menjaga cairan dan elektrolit, serta meningkatkan
Laporan ini membahas tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah hipertermi. Termoregulasi adalah pengaturan suhu tubuh secara fisiologis. Lansia rentan terhadap perubahan suhu seperti hipertermi yang merupakan peningkatan suhu di atas normal. Asuhan berfokus pada mengembalikan suhu tubuh ke batas normal 36-38°C dengan menurunkan suhu, menjaga cairan dan elektrolit, serta meningkatkan
Copyright:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online from Scribd
Laporan ini membahas tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah hipertermi. Termoregulasi adalah pengaturan suhu tubuh secara fisiologis. Lansia rentan terhadap perubahan suhu seperti hipertermi yang merupakan peningkatan suhu di atas normal. Asuhan berfokus pada mengembalikan suhu tubuh ke batas normal 36-38°C dengan menurunkan suhu, menjaga cairan dan elektrolit, serta meningkatkan
Copyright:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online from Scribd
Asuhan Keperawatan Termoregulasi pada Lansia: Masalah Hipertermi
Oleh Marhamatunnisa, 0806334073
Termoregulasi adalah suatu pengaturan Iisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan. Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme Iisiologis dan prilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan antara produksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan diregulasi melalui mekanisme neurologis dan kardiovaskular dengan pusat pengaturnya terletak di otak, tepatnya bagian hipotalamus. Hipotalamus terletak antara hemisIer serebral, mengontrol suhu tubuh sebagaimana kerja termostat dalam rumah. Hipotalamus merasakan perubahan ringan pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior mengontror pengeluaran panas, dan hipotalamus posterior mengontror produksi panas. Perubahan suhu tubuh dapat terjadi karena pengaruh berbagai Iaktor, diantaranya adalah Iaktor usia. Pada bayi, mekanisme kontrol suhu masih belum sempurna/ imatur sehingga tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan suhu lingkungan. Kemudian regulasi suhu masih belum stabil sampai anak-anak mencapai pubertas. Selanjutnya rentang suhu normal turun secara berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia. Lansia mempunyai rentang suhu tubuh lebih sempit daripada dewasa awal. Suhu oral 35 C tidak lazim pada lansia dalam cuaca dingin karena rentang suhu tubuh pada lansia sekitar 36 C. Lansia terutama sensitiI terhadap suhu yang ekstrem karena kemunduran mekanisme kontrol, terutama pada kontrol vasomotor ( kontrol vasokonstriksi dan vasodilatasi), penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjar keringat dan penurunan metabolisme. Hal tersebut mengakibatkan lansia rentan terhadap masalah kesehatan yang terjadi karena perubahan suhu, salah satunya yang umum adalah hipertermi. Hipertermi dideIiniskan sebagai peningkatan suhu tubuh diatas titik pengaturan hipotalamus, dapat mencapai lebih ~ 40,6 0 C , sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Berikut adalah asuhan keperawatan yang dapat diterapkan pada klien lansia dengan hipertermi. a. Pengkajian Kaji adanya peningkatan suhu tubuh dengan mengukur suhu dan mengobservasi beberapa perubahan lainnya: , kulit kemerahan, kulit hangat saat disentuh, dan takikardia, ditambah beberapa tanda klinis disIungsi system saraI pusat yang berat (psikosis, delirium, koma) dan anhidrosis (kulit yang panas dan kering). b. Diagnosa keperawatan Beberapa contoh diagnosa keperawatan NANDA untuk termoregulasi : - Resiko perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan: pakaian tidak sesuai, cedera system saraI pusat, paparan terhadap lingkungan (panas/ dingin), kerusakan system termoregulasi. - Termoregulasi tidak eIektiI berhubungan dengan: imaturitas, perubahan Iisiologis penuaan, cedera system saraI pusat, suhu lingkungan. - Hipotermi berhubungan dengan: penurunan kecepatan metabolic, paparan terhadap lingkungan dingin, ketidakmampuan untuk menggigil, konsumsi obat/ alcohol, inaktivitas, penuaan - Hipertermi berhubungan dengan: peningkatan laju metabolic, pakaian tidak sesuai, paparan terhadap lingkungan panas, tidak dapat berkeringat, medikasi, aktivitas banyak dan berat, proses inIeksi (disebabkan oleh bakteri/ virus)
Proses Diagnostik Keperawatan terhadap Termoregulasi pengkajian Batasan karakteristik Diagnosa keperawatan U - ukur tanda vital, termasuk suhu, nadi, pernapasan
P - palpasi kulit O - observasi penampilan dan prilaku klien saat berbicara dan istirahat P - peningkatan suhu tubuh di atas batas normal T takikardia T takipnea K - kulit hangat, tampak kemerahan G - gelisah T HHipertermia yang berhubungan dengan proses inIeksi
c. Perencanaan Rencana perawatan bagi klien dengan perubahan suhu yang aktual berIokus pada pemulihan normotermia, meminimalkan komplikasi dan meningkatkan kenyamanan. Rencana asuhan keperawatan untuk hipertermia Diagnosa keperawatan : hipertermia yang berhubungan dengan proses inIeksi DeIinisi : hipertermia adalah kondisi ketika suhu tubuh individu meningkat di atas batasan suhu normalnya. Tujuan Hasil yg diharapkan intervensi rasional Kklien akan kembali ke batasan suhu tubuh normal
Keseimbangan cairan elektrolit akan dipertahankan Klien mencapai rasa nyaman dan istirahat Susuhu tubuh turun paling sedikit 1C setelah terapi
suhu tubuh tetap sama antara 36C-38C sampai paling sedikit 24 jam K intake seimbang dengan output
klien menyatakan adanya peningkatan kepuasan terhadap istirahat dan tidur Klien mampu beristirahat dengan tenang pada 21/2 P pertahankan suhu ruangan pada 21C kecuali jika klien menggigil
berikan asetaminoIen sesuai program medik apabila suhu lebih tinggi dari 39C K anjurkan cairan peroral tiap 4 jam
Batasi aktivitas Iisik dan sumber yang menyebabkan stress emosi bila terjadi hipertermi. Kurangi penutup ekternal pada tubuh klien . Jaga supaya pakaian dan alas tempat tidur tetap kering S suhu ruangan sekitar dapat meningkatkan suhu tubuh. Namun menggigil harus dihindari karena meningkatkan suhu tubuh (Guyton, 1991) Antipiretik menurunkan set point
Penggantian cairan penting untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh Aktivitas dan stress meningkatkan laju metabolic dan membutuhkan tambahan energi Pakaian yang basah atau terlalu basah mencegah pengeluaran panas melalui radiasi, konveksi dan konduksi e. Evaluasi Semua intervensi keperawatan dievaluasi dengan membandingkan respon aktual klien terhadap hasil yang diharapkan dari rencana perawatan.hal ini menunjukkan apakah tujuan keperawatan telah terpenuhi atau apakah dibutuhkan revisi terhadap rencana.
;aluasi interensi terhadap hipertermia Tujuan Tindakan evaluasi Hasil yang diharapkan S suhu tubuh klien akan kembali ke batas normal
klien mendapatkan rasa nyaman dan istirahat pada 21/2 pantau suhu tubuh setelah intervensi
tanyakan apa yang dirasakan klien
Observasi adanya kegelisahan, kelemahan. Su suhu tubuh turun paling sedikit 1C setelah terapi S suhu tubuh tetap berada antara 36C dan 38C selama paling sedikit 24 jam pada Kl klien menyatakan kepuasan terhadap istirahat dan tidur meningkat Kl klien dapat istirahat dan tidur dengan tenang.
Kesimpulannya termoregulasi adalah suatu pengaturan Iisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan. Faktor-Iaktor yang dapat mempengaruhi terjadinya termoregulasi terdiri atas beberapa hal,salah satunya Iactor usia. Klien lanjut usia rentan terhadap masalah perubahan suhu, salahsatunya adalah hipertermi. Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh melebihi batas normal,mencapai 40,6 0 C. Intervensi yang diberikan kepada klien lansia dengan hipertermi berIokus kepada mengembalikan suhu tubuh kepada batas normalnya, 36-38 0 C.
ReIerensi Perry, A.G.& Potter, P.A.(2002). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Setiati, Siti & Sari, Nina K. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, Ed.V. Hal. 789-795. Jakarta: Internal Publishing