You are on page 1of 17

BAB I PENDAHULUAN

A. DEFINISI Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita meliputi lingkup asuhan neonatus, bayi dan balita, asuhan neonatus / Bayi Baru Lahir (BBL), asuhan pada BBL abnormal / dengan kelainan, imunisasi dasar, nutrisi dan gangguan nutrisi, proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak (bayi dan balita), Manajemen Terpadu Balita Sakit, pola asuh orang tua, dokumentasi asuhan pada neonatus, bayi dan balita serta sistem rujukan. B. PENYEBAB Luas permukaan tubuh pada bayi baru lahir (terutama jika berat badannya rendah), relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badannya sehingga panas tubuhnya cepat hilang. Pada cuaca dingin, suhu tubuhnya cenderung menurun. Panas tubuh juga bisa hilang melalui penguapan, yang bisa terjadi jika seorang bayi yang baru lahir dibanjiri oleh cairan ketuban. C. GEJALA Gejalanya bisa berupa: bayi tampak mengantuk kulitnya pucat dan dingin lemah, lesu menggigil.

Hipotermia bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah), asidosis metabolik (keasaman darah yang tinggi) dan kematian. Tubuh dengan cepat menggunakan energi agar tetap hangat, sehingga pada saat

kedinginan bayi memerlukan lebih banyak oksigen. Karena itu, hipotermia bisa menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke jaringan. D. DIAGNOSA Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil pengukuran suhu tubuh. E. PENGOBATAN Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan topi. Jika bayi harus dibiarkan telanjang untuk keperluan observasi maupun pengobatan, maka bayi ditempatkan dibawah cahaya penghangat. F. PENCEGAHAN Untuk mencegah hipotermia, semua bayi yang baru lahir harus tetap berada dalam keadaan hangat. Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari hilangnya panas tubuh akibat penguapan lalu dibungkus dengan selimut dan diberi penutup kepala. G. METODE KANGURU UNTUK MERAWAT BAYI PREMATUR Metode kanguru atau perawatan bayi lekat ditemukan sejak tahun 1983, sangat bermanfaat untuk merawat bayi yang lahir dengan berat badan rendah baik selama perawatan di rumah sakit ataupun di rumah. Metode kanguru mampu memenuhi kebutuhan asasi bayi berat lahir rendah dengan menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim ibu, sehinggga memberi peluang untuk dapat beradaptasi baik dengan dunia luar. H. KEUNTUNGAN YANG DI DAPAT DARI METODE KANGURU BAGI PERAWATAN BAYI :

1. Meningkatkan hubungan emosi ibu anak 2. Menstabilkan suhu tubuh , denyut jantung , dan pernafasan bayi 3. Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi dengan lebih baik 4. Mengurangi stres pada ibu dan bayi 5. Mengurangi lama menangis pada bayi 6. Memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi 7. Meningkatkan produksi asi 8. Menurunkan resiko terinfeksi selama perawatan di rumah sakit 9. Mempersingkat masa rawat di rumah sakit I. APA SAJA KRITERIA BAYI UNTUK METODE KANGURU: 1. Bayi dengan berat badan 2000 g 2. Tidak ada kelainan atau penyakit yang menyertai 3. Refleks dan kordinasi isap dan menelan yang baik 4. Perkembangan selama di inkubator baik 5. Kesiapan dan keikut sertaan orang tua, sangat mendukung dalam keberhasilan. J. CARA MELAKUKAN METODE KANGURU: 1. Beri bayi pakaian, topi , popok dan kaus kaki yang telah dihangatkan lebih dahulu 2. Letakkan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu dan pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. 3. Posisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk , kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan kepala agak sedikit mendongak. 4. Dapat pula memeakai baju dengan ukuran lebih besar dari badan ibu , dan bayi diletakkan diantara payudara ibu, baju

ditangkupkan, kemudian ibu memakai selendang yang dililitkan di perut ibu agar bayi tidak terjatuh. 5. Bila baju ibu tidak dapat menyokong bayi , dapat digunakan handuk atau kain lebar yang elastik atau kantong yang dibuat sedemikian untuk menjaga tubuh bayi. 6. Ibu dapat beraktivitas dengan bebas, dapat bebas bergerak walau berdiri , duduk , jalan, makan dan mengobrol. Pada waktu tidur , posisi ibu setengah duduk atau dengan jalan meletakkan beberapa bantal di belakang punggung ibu. 7. Bila ibu perlu istirahat , dapat digantikan oleh ayah atau orang lain. 8. Dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan persiapan ibu, bayi, posisi bayi , pemantauan bayi , cara pamberian asi , dan kebersihan ibu dan bayi.

BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cefalhematum biasanya disebabkan oleh cedera pada periosteum tengkorak selama persalianan dan kelahiran, meskipun dapat juga timbul tanpa trauma lahir. Sefalhematoma terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Insidennya adalah 2,5 %. Perdarahan dapat terjadi di satu atau kedua tulang dari parietal. caput Tepi periosteum Caput membedakan terdiri atas cefalhematum sucsedeneum.

pembengkaakan local kulit kepala akibat edema yang terletak di atas periosteum. Selain itu, sefalhematum mungkin timbul beberapa jam setelah lahir, sering tumbuh semakin besar dan lenyap hanya setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah pada kasus ini adalah bagaimana memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Cephalhematoma. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimana memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Cephalhematoma. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengertian cephalhematoma b. Mengetahui faktor predisposisi cephalhematoma c. Mengetahui tanda dan gejala cephalhematoma d. Mengetahui pengkajian cephalhematoma e. Mengetahui komplikasi cephalhematoma f. Mengetahui Penatalaksanaan cephalhematoma

D. Manfaat 1. Bagi Mahasiswa Penulisan laporan dan ini diharapkan dapat menambah dapat pengetahuan wawasan mahasiswa, sehingga

mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan. 2. Bagi Petugas Kesehatan Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi serta memberikan manfaat bagi petugas kesehatan khususnya bidan dalam penanganan kepada bayi baru lahir dengan Cephalhematoma. 3. Bagi Institusi Pendidikan Akademi Kebidanan Sari Mulia Penulisan laporan ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu, wawasan dan menambah pembelajaran pendidikan terutama akademi kebidanan.

BAB III TINJAUAN TEORI A. Difinisi Cephalhematoma adalah perdarahan sub periosteal akibat ruptur pembuluh darah antara tengkorak dan periosteum. Cephalhematoma adalah perdarahan superfisial akibat kerusakan jaringan periosteum karena tekanan jalan lahir dan tidak melampaui batas garis tengah. Cephalhematoma adalah pembengkakan pada kepala karena adanya penumpukan darah yang disebabkan perdarahan sub periosteum. B. Faktor Predisposisi 1. Tekanan jalan lahir yang terlalu lama pada kepala saat persalinan 2. Moulage terlalu keras 3. Partus dengan tindakan seperti forcep, vacum ekstraksi C. Gejala Tanda Dan Gejala 1. Baru tampak 6-8 jam setelah lahir, besar, hilang 16-22 jam atau beberapa minggu kemudian. 2. Lunak, tetapi tidak leyok pada tekanan dan berfluktuasi. 3. Pembengkakan terbatas. 4. Tidak melewati sutura. 5. Tempatnya tetap. 6. Karena perdaraahan subperiosteum D. Pengkajian 1. Subyektif a. Identitas : Terjadi pada BBL terutama nampak jelas pada beberapa hari setelah lahir (6-8 jam)

b. Keluhan Benjolan di kepala bayi beberapa jam setelah lahir 2. Obyektif a. Benjolan di kepala bayi, biasanya pada daerah tulang parietal, oksipital b. Berkembang secara bertahap dalam waktu 12-72 jam c. Pembengkakan kepala berbentuk benjolan difus d. Berbatas tegas, tidak melampaui batas sutura e. Perabaan, mula-mula keras lama kelamaan lunak f. Pada daerah pembengkakan terdapat pitting odema g. Sifat timbulnya perlahan, benjolan tampak jelas setelah 6-8 jam setelah lahir h. Bersifat soliter / multiple i. Anemi, hiperbilirubin bila gangguan meluas j. Jarang menimbulkan kecuali perdarahan yang yang memerlukan gangguan transfusi, pembekuan k. Pemeriksaan radiologi : bila ada indikasi gangguan nafas, benjolan terlalu besar 3. Assesment a. Diagnosa : Cephalhematoma b. Masalah : Kecemasan orang tua 4. Planning a. Prinsip intervensi sama dengan caput succedaneum b. Riwayat bayi seperti bayi normal, bila tidak ada komplikasi lanjut (fraktur tengkorak) c. Observasi ketat untuk mendeteksi perkembangan d. Pantau hematokrit, pantau adanya hiperbilirubin e. Berikan ASI secara adekuat bayi mempunyai

f. Cegah infeksi: bila ada permukaan yang mengalami luka maka jaga agar tetap kering dan bersih g. Rujuk : bila ada fraktur tulang tengkorak, cefalhematoma yang terlalu besar h. Bila tidak ada komplikasi : tanpa pengobatan khusus akan sembuh / mengalami resolusi dalam 2 - 8 minggu E. Komplikasi 1. Ikterus 2. Anemia 3. Infeksi 4. Kalasifikasi mungkin bertahan selama > 1 tahun F. Penatalaksanaan Pada neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan fototerapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia. 1. Tidak perlu tindakan khusus. 2. Benjolan akan hilang sendiri dalam beberapa minggu atau beberapa bulan. 3. Observasi terhadap bilirubinemia dan trombositopenia. 4. Dapat diberi vitamin K untuk mengurangi perdarahan. 5. Pemeriksaan x-ray tengkorak, bila dicurigai adanya fraktur (mendekati hampir 5% dari seluruh cephalhematoma) 6. Pemantauan bilirubinia, hematokrit, dan hemoglobin 7. Aspirasi darah dengan jarum suntik tidak diperlukan

BAB IV TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN CEPHALHEMATOMA DI KLINIK AKBID SARI MULIA A. SUBJECTIVE DATA 1. Identitas Bayi Nama Jenis kelamin Orang tua Ayah Ibu Nama Umur Agama Suku/bangsa Pekerjaan alamat Jl. :Tn. Ahmad Ny. Ani : 22 Tahun 20 Tahun : Islam Islam : Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia : Bayi Ny. Ani : 10 april 2010 / 13.30 WITA : Laki-laki Tanggal/ jam lahir

Pendidikan : SMU SMU : Swata IRT : Pramuka Gg. Melati RT. 14 Jl. Pramuka Gg. Melati RT. 14 2. Keluhan Utama Ibu mengatakan telah melahirkan 6 jam yang lalu dan khawatir dengan keadaan bayinya karena terdapat benjolan di kepala bayinya. 3. Riwayat perinatal a. Kehamilan : 1 b. Tempat ANC : BPS dan PKM c. Imunisasi TT antasid, dan FE e. Penerimaan ibu/keluarga terhadap kehamilan : Baik : Lengkap d. Obat yang pernah diminum saat hamil : B6, kalk,

f. Masalah yang dialami saat hamil : No. Keluhan UK Oleh Terapi 1 pusing 30 minggu Bidan FE 4. Riwayat Intranatal a. b. c. d. e. f. Persalinan ke : 1 Tempat dan penolong persalinan : Klinik dan Bidan Masalah saat persalinan : Tidak ada Cara persalinan : Spontan belakang kepala Lama persalinan Kala I : sekitar 8 jam Keadaan bayi saat lahir : Hidup, segera menangis,

Klaa II : sekitar 1 jam BB 2700 gr, PB 49 cm. 5. Riwayat Kesehatan a. bayi : Bayi segera menangis, b. keluarga : Keluarga tidak pernah mendertia penyakit menular seperti hepatitis, TBC, dan AIDS. Serta tidak pernah menderita penyakit menurun seperti penyakit jantung, asma, dan DM. 6. Status Imunisasi Hepatitis B : 2 jam setelah bayi dilahirkan Vitamin K : 1 jam setelah bayi dilahirkan 7. Pola Kebutuhan Biologis a. Nutrisi Jenis yang dikonsumsi : ASI Frekuensi : Sesering mungkin Banyaknya : Sampai kenyang b. Eliminasi BAB BAK Frekuensi : Belum Frekuensi : 1 x

Warna : - warna : Kuning jernih Konsistensi : - Bau : Khas Masalah : Tidak ada c. Personal hygine Frekuensi mandi : Belum Frekuensi ganti pakaian : Sesuai dengan kebutuhan Penggunaan popok anti tembus : 8. Data Psikososial dan Spiritual a. Tanggapan ibu dan keluarga terhadap kelahiran bayi : Senang b. Tanggapan ibu dan keluarga terhadap keadaan bayi : Khawatir c. Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami d. Pengetahuan keluarga tentang perawatan bayi : Bidan e. Kegiatan ritual dalm keluarga terkait dengan kelahiran :Tasmiyah dan aqiqah B. OBJECTIVE DATA 1. Pemeriksaan Umum a. Keadaan umum : Baik b. Kesadaran : Compos mentis c. Tanda vital : Jantung 128 x/menit, Respirasi 45x/menit, suhu 37 C d. Apgar skor : 8 2. Pemeriksaan antropometri a. BB : 2700 gr b. PB : 49 cm c. Lingkar kepala Circum ferentia suboccipito bregmatika : 33 cm Circum ferentia fronto occipitalis : 34 cm Circum ferentia mento occipitalis : 35 cm e. Lingkar dada : 34 cm

f. LILA : 11 cm 3. Pemeriksaan khusus Kepala : Ubun-ubun datar, sutura terpisah, ada benjolan lunak Mata : Tidak tampak pembengkakan kelopak mata, tidak ada pengeluaran cairan, sclera tidak ikterik. Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran cairan. Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada pergerakan cuping hidung. Mulut : Terdapat celah di bibir atas sebelah kiri dan bibir berwarna merah. Dada/mamae : Simetris saat inspirasi dan ekspirasi, tidak ada retraksi dada dan terdapat areola pada mammae. Perut : Tidak ada benjolan, tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat. Tungkai : Simetris, lengkap, gerakan aktif, warna kulit kemerahan, tidak ada fraktur. Genetalia : Testis sudah turun ke skrotum. Anus : Berlubang. 4. Pemeriksaan refleks primitive a. Reflek moro : + b. Reflek rooting : + c. Reflek grasphink : + d. Reflek sucking : + e. Reflek tavick neck : f. Reflek baby sky : 5. Pemeriksaan perkembangan bayi a. Kemampuan bahasa bayi : Menangis b. Kemampuan motarik halus : c. Kemampuan motarik kasar : d. Adaptasi sosial : 7. Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan

C. ASSESMENT a. Diagnasa kebidanan : Bayi lahir normal, spontan belakang kepala dengan Cephalhematoma b. Masalah : Kecemasan orang tua bayi c. Kebutuhan : Konseling tentang perawatan bayi dengan cephalhematoma D. PLANNING 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa denyut jantung 128 x/menit, R 45 x/menit, T 37 C, serta terdapat benjolan lunak pada kepala. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan. 2. Memberitahukan kepada ibu tentang penanganan bayi dengan cephalhematoma, yaitu bahwa tidak diperlukan pengobatan atau tindakan khusus, karena benjolan akan hilang sendiri dalam beberapa minggu atau beberapa bulan. Ibu mengetahui tentang penanganan bayi dengan cephalhematoma. 3. Memberikan support pada ibu dan keluarga agar dapat menerima keadaan bayinya dengan baik dan senantiasa merawat a. Ikterus b. Anemia c. Infeksi d. Kalasifikasi mungkin bertahan selama > 1 tahun Ibu dan keluarga mengerti dengan keadaan bayinya dan bersedia merawat bayinya dengan baik. Dan mereka mengetahui komplikasi yang mungkin akan terjadi. bayinya. Dan menjelaskan kemungkinan komplikasi yang terjadi pada bayi, yaitu :

4. Menganjurkan ibu untuk mencegah infeksi dengan cara menjaga benjolan agar tetap kering dan mencegah luka dengan cara menjaga daerah benjolan dari benda keras yang bisa menyebabkan trauma. Ibu bersedia mencegah infeksi dan mencegah luka pada daerah benjolan kepala bayinya. 5. Menganjurkan sebagai ekslusif. 6. Menganjurkan ibu untuk mempertahankan kehangatan bayinya dengan cara tetap menyelimuti bayi dari kepala sampai kaki agar bayi tidak hipotermi. Ibu bersedia untuk tetap menjaga kehangatan batinya. 7. Memberitahukan kepada ibu cara perawatan tali pusat bayi, yaitu dengan menjaganya tetap bersih dan kering, seerta tidak memberikan alkohol, bedak dan lain-lain, sehingga dapat melindungi bayi dari kemungkinan infeksi Ibu mengerti cara perawatan tali pusat dan bersedia melakukannya. 8. Menganjurkan ibu agar selalu menjaga kebersihan bayi dengan mandi 1-2 x sehari, ganti popok setiap kali sehabis BAK dan BAB, mengganti pakaian bila terlihat kotor dan tidak memberikan bedak pada alat kelamin bayi. Ibu bersedia melakukan apa yang telah dianjurkan. 9. Menjelaskan tanda bahaya yang mungkin terjadi pada bayi seperti bayi malas menyusui, demam, kejang, perdarahan tali pusat, kulit kebiruan, nanah yang berbau pada tali pusat, megap-megap, dan menganjurkan ibu untuk segera datang ke tenaga kesehatan terdekat jika hal tersebut terjadi. Ibu mengetahui tanda bahaya pada bayi baru lahir ASI ibu untuk Ibu menyusui bersedia bayinya sesering ASI mungkin atau setiap bayinya menangis selama enam bulan ekslusif. memberikan

dan bersedia segera datang ke tenaga kesehatan terdekat jika hal tersebut terjadi.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Cephalhematoma merupakan perdarahan subperiosteum. Sefalhematoma neonatus dalam terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Pada dengan sefalhematoma minggu atau bulan tidak bila diperlukan tidak ada pengobatan karena benjolan akan hilang dengan sendirinya beberapa komplikasi. B. Saran Pada cephalhematoma bidan bisa menjelaskan kepada ibu dan keluarga bayi bahwa tidak diperlukan tindakan atau penanganan khusus bila tanpa komplikasi. Salah satu penyebab cephal hematoma adalah trauma lahir, karena itu untuk mencegah terjadinya cephalhematoma bisa dilakukan dengan memimpin persalinan yang aman dan tepat.

DAFTAR PUSTAKA: http://lailynadiis.blogspot.com/2010/06/cephalhematoma.html

You might also like