You are on page 1of 8

KONSEP CEMAS, STRESS DAN ADAPTASI (Konsep Dasar Keperawatan) Empat tingkatan rasa cemas/gangguan perasaan (anxiety) pada

manusia 1. Rasa cemas ringan 2. Rasa cemas sedang 3. Rasa cemas berat 4. Panik Rasa cemas (anxiety) merupakan reaksi emosional terhadap penilaian individu yang subyektif. Penyebab rasa cemas dapat dikelompokkan pula menjadi tiga faktor, yaitu : a. Faktor biologis/fisiologis, berupa ancaman akan kekurangan makanan, minuman, perlindungan dan keamanan. b. Faktor psikososial, yaitu ancaman terhadap konsep diri, kehilangan orang/benda yang dicintai, perubahan status sosial/ekonomi. c. Faktor perkembangan, yaitu ancaman pada perkembangan masa bayi, anak, remaja. Gejala-gejala kecemasan ditandai pada tiga aspek : a. Aspek biologis/fisiologis, seperti peningkatan denyut nadi dan tekanan darah, tarikan nafas menjadi pendek dan cepat, berkeringat dingin, termasuk di telapak tangan, nafsu makan hilang, mual/muntah, sering buang air kecil, nyeri kepala, tak bisa tidur, mengeluh, pembesaran pupil dan gangguan pencernaan. b. Aspek intelektual/kognitif; seperti ketidakmampuan berkonsentrasi, penurunan perhatian dan keinginan, tidak bereaksi terhadap rangsangan lingkungan, penurunan produktivitas, pelupa, orientasi lebih ke masa lampau daripada masa kini/masa depan. c. Aspek emosional dan perilaku; seperti penarikan diri, depresi, mudah tersinggung, mudah menangis, mudah marah dan apatisme. Pembagian rasa cemas 1. Rasa cemas ringan: berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi sehari-hari. Keadaan ini akan meningkatkan persepsi individu, yang mengakibatkan orang akan berhati-hati/waspada dan mendorong manusia untuk belajar serta kreatif. 2. Rasa cemas sedang: lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan hal yang penting saat itu saja dan mengesampingkan hal lainnya. 3. Rasa cemas berat: lapangan persepsi sangat menurun. Orang hanya memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lainnya. Individu tak mampu berpikir lagi, dia sudah harus diberi pertolongan/tuntunan. 4. Panik: lapangan persepsi sudah sangat sempit. Individu tidak dapat mengendalikan diri lagi. Bila manusia salah orientasi; ketika menghadapi masalah pelik; rasa dan periksa tidak berfungsi; Disebut orang sedang panik. STRESS ADAPTASI STRESS Stress adalah suatu ketidakseimbangan diri/jiwa dan realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari perubahan yang memerlukan penyesuaian Sering dianggap sebagai kejadian atau perubahan negatif yang dapat menimbulkan stress, seperti cedera, sakit atau kematian orang yag dicintai, putus cinta Perubahan positif juga dapat menimbulkan stress, seperti naik pangkat, perkawinan, jatuh cinta JENIS STRESS Stress fisik Stress kimiawi Stress mikrobiologis Stress fisiologis Stress proses tumbuh kembang Stress psikologis atau emosional Pengalaman stress dapat bersumber dari :Lingkungan, Diri dan tubuh Pikiran Reaksi Psikologis terhadap stress a. Kecemasan Respon yang paling umum Merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan Adalah emosi yang tidak menyenangkan istilah kuatir, tegang, prihatin, takutfisik jantung berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur b. Kemarahan dan agresi Adalah perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.Merupakan reaksi umum lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat menyebabkan agresi, Agresi ialah kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan serangan secara kasar dengan jalan yang tidak wajar.Kadang-kadang disertai perilaku kegilaan, tindak sadis dan usaha membunuh orang c. Depresi Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang disertai rasa sedih RESPON FISIOLOGI TERHADAP STRESS Hans Selye (1946,1976) telah melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh terhadap stress : Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation Syndrome (GAS).

1. Local Adaptation Syndrom (LAS) Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka pendek. Karakteristik dari LAS : 1. respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system 2. respon bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya. 3. respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus. 4. respon bersifat restorative. Mungkin anda bertanya, apa saja yang termasuk ke dalam LAS ?. sebenarnya respon LAS ini banyak kita temui dalam kehidupan kita sehari hari seperti yang diuraikan dibawah ini : a. Respon inflamasi respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat berlangsung cepat. Respon inflamasi dibagi kedalam 3 fase : fase pertama : adanya perubahan sel dan system sirkulasi, dimulai dengan penyempitan pembuluh darah ditempat cedera dan secara bersamaan teraktifasinya kini,histamin, sel darah putih. Kinin berperan dalam memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga protein, leucosit dan cairan yang lain dapat masuk ketempat yang cedera tersebut. Fase kedua : pelepasan eksudat. Eksudat adalah kombinasi cairan dan sel yang telah mati dan bahan lain yang dihasilkan ditempat cedera. Fase ketiga : Regenerasi jaringan dan terbentuknya jaringan parut. b. Respon refleks nyeri respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuanmelindungi tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam. Bagaimana dengan GAS. Gas merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat didalamanya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks GAS sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin. 2. General Adaptation Syndrom (GAS) a. Fase Alarm ( Waspada) Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis fight or flight dan reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun Fase alarem melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental. Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan respons melawan atau menghindar . Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi. b. Fase Resistance (Melawan) Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi gejala stress menurun tau normal tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga. c. Fase Exhaustion (Kelelahan) Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian. Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersbut. KONSEP ADAPTASI Faktor penting yang mempengaruhi tingkah laku manusia : 1. Kebutuhan Kebutuhan badaniah Kebutuhan psikologis 2. Dorongan

Menjamin agar manusia berusaha memenuhi kebutuhannya. Stress terjadi jika orang dihadapkan dengan peristiwa yang dirasakan sebagai mengancam fisik atau psikologisnya Peristiwanya di sebut stressor Reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stress Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas terhadap stress. Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya. Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976, ; Monsen, Floyd dan Brookman, 1992). Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh individu. DIMENSI ADAPTASI Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik, perkembangan, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Sumber adaptif terdapat dalam setiap dimensi ini. Oleh karenanya, ketika mengkaji adaptasi klienterhadap stress, perawat harus mempertimbangkan individu secara menyeluruh. ADAPTASI FISIOLOGIS Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun demikian, indicator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, dan indicator tersebut bervariasi menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat aberkonsentrasi. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stress. Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi dan intensitas stressor yang diterima. Indikator fisiologis timbul dari berbagai sistem. Oleh karenanya pengkajian tentang stress mencakup pengumpulan data dari semua sistem.Hubungan antara stress psikologik dan penyakit sering disebut interaksi pikiran tubuh. Riset telah menunjukkan bahwa stress dapat mempengaruhi penyakit dan pola penyakit. Pada masa lampau,penyakit infeksi adalah penyebab kematian paling utama, tetapi sejak ditemukan antibiotic, kondisi kehidupan yang meningkat, pengetahuan tentang nutrisi yang meningkat, dan metode sanitasi yang lebih baik telah menurunkan angka kematian. Sekarang penyebab utama kematian adalah penyakit yang mencakup stressor gaya hidup. Indikator fisiologis stress 1. Kenaikan tekanan darah 2. Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung. 3. Peningkatan denyut nadi dan frekwensi pernapasan 4. Telapak tangan berkeringat Tangan dan kaki dingin 5. Postur tubuh yang tidak tegap 6. Keletihan 7. Sakit kepala 8. Gangguan lambung 9. Suara yang bernada tinggi 10. Mual,muntah dan diare. 11. Perubahan nafsu makan 12. Perubahan berat badan 13. Perubahan frekwensi berkemih 14. Dilatasi pupil 15. Gelisah, kesulitan untuk tidur atau sering terbangun saat tidur ADAPTASI PSIKOLOGIS Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati perilaku klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai cara. Karena kepribadian individual mencakup hubungan yang kompleks di antara banyak faktor, maka reaksi terhadap stress yang berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa gaya hidup dan stresor klien yang terakhir, pengalaman terdahulu dengan stressor, mekanisme koping yang berhasil di masa lalu, fungsi peran, konsep diri dan ketabahan yang merupakan kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian yang di duga menjadi media terhadap stress. Ketiga karakteristik ini adalah rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993). Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress : Ansietas Depresi

Kepenatan Peningkatan penggunaan bahan kimia Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas. Kelelahan mental Perasaan tidak adekuat Kehilangan harga diri Peningkatan kepekaan Kehilangan motivasi. Ledakan emosional dan menangis. Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan. Kecendrungan untuk membuat kesalahan (mis. buruknya penilaian). Mudah lupa dan pikiran buntu Kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci. Preokupasi (mis. mimpi siang hari ) Ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas. Peningkatan ketidakhadiran dan penyakit Letargi Kehilangan minat Rentan terhadap kecelakaan. ADAPTASI PERKEMBANGAN Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan tugas perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan.Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stressor di rumah . Jika diasuh dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al, 1992). Anak-anak usia sekolah biasanya mengembangkan rasa kecukupan. Mereka mulai mnyedari bahwa akumulasi pengetahuan dan penguasaan keterampilan dapat membantu mereka mencapai tujuan , dan harga diri berkembang melalui hubungan berteman dan saling berbagi di antara teman. Pada tahap ini, stress ditunjukkan oleh ketidakmampuann atau ketidakinginan untuk mengembangkan hubungan berteman.Remaja biasanya mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu yang bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Remaja dengan sistem pendukung sosial yang kuat menunjukkan suatu peningkatan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap stressor, tetapi remaja tanpa sistem pendukung sosial sering menunjukkan peningkatan masalah psikososial (Dubos, 1992). Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor mencakup konflik antara harapan dan realitas. MANAJEMEN STRESS Manajemen stress kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas atau intervasi atau mengubah pertukaran rrespon terhadap penyakit. Fokusnya tergantung pada tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan pasien. Perawat bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada beberapa daerah perawatan. MANAJEMEN STRESS UNTUK KLIEN REGULER EXERCISE DIET DAN NUTRISI SUPPORT SISTEM TIME MANAGEMENT HUMOR ISTIRAHAT TEHNIK RELAKSASI SPIRITUALITAS Cara Penyesuaian Diri Bila seseorang mengalami stress maka segera ada usaha untuk mengatasinya. Hal ini dikenal sebagai Homeostasis yaitu usaha organisme yang terus menerus melakukan pertahanan agar keadaan keseimbangan selalu tercapai. Stress dapat terjadi pada bidang badaniah ( stress fisik atau somatik ). Misalnya : bila terjadi infeksi atau penyakit, menggerakkan mekanisme penyesuaian somatik, terjadi reaksi : Pembentukan zat anti kuman, zat anti racun Mobilisasi leukosit ke tempat-tempat invasi kuman Lebih banyak melepaskan kortisol, adrenalin dan sebagainya Usaha tubuh untuk mencapai keseimbangan kembali

Berorientasi pada tugas : Bertujuan menghadapi stressor secara sadar, realistik, objektif, rasional Pembelaan ego Melindungi individu dari kecemasan Meringankan penderitaan bila mengalami suatu kegagalan Menjaga harga diri Misalnya : seseorang yang menghadapi kegagalan kemungkinan bereaksi : penyesuaian diri berupa serangan (bekerja lebih keras) atau menghadapi secara terang-terangan menarik diri dan tidak mau tau lagi (tidak berusaha) kompromi atau mengurangi keinginannya lalu memilih jalan tengah Reaksi tersebut menunjukkan langkah-langkah : a.Mempelajari dan menentukan persoalan b.Menyusun alternatif penyelesaian c.Menentukan tindakan yang mempunyai kemungkinan besar akan berhasil d.Bertindak e.Menilai hasil tindakan dan dapat mengambil langkah yang lain bila kurang memuaskan Mekanisme Pembelaan EGO Bila digunakan terus menerus akibatnya ego bukannya mendapat perlindungan, melainkan lama kelamaan akan mendapat ancaman/bencana. Oleh karena mekanisme ini Tidak realistik Mengandung banyak unsur penipuan diri sendiri Distorsi realitas pemutarbalikan realitas) Mekanisme Pembelaan EGO 1.IDENTIFIKASI Ingin menyamai seorang figur yang diidealkan, dimana salah satu ciri atau segi tertentu dari figure itu ditransfer pada dirinya. Dengan demikian ia merasa harga dirinya bertambah tinggi. Contoh : Teguh, 15 tahun mengubah model rambutnya menirukan artis idolanya yang ia kagumi. 2. INTROJEKSI Merupakan bentuk sederhana dari identifikasi, dimana nilai-nilai, norma-norma dari luar diikuti atau ditaati, sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman dari luar. Contoh : Rasa benci atau kecewa terhadap kematian orang yang dicintai dialihkan dengan cara menyalahkan diri sendiri. 3. PROJEKSI Hal ini berlawanan dengan introjeksi, dimana menyalahkan orang lain atas kelalaian dan kesalahan-kesalahan atau kekurangan diri sendiri, keinginan keinginan, impuls-impuls sendiri. Contoh : Seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayunya 4. REPRESI Penyingkiran unsur psikik (sesuatu afek, pemikiran, motif, konflik) sehingga menjadi nirsadar dilupakan/tidak dapat diingat lagi). Represi membantu individu mengontrol impuls-impuls berbahaya.Contoh :Suatu pengalaman traumatis menjadi terlupakan 5. REGRESI Kembali ke tingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang bersifat primitif). Contoh : Seorang anak yang mulai berkelakuan seperti bayi, ketika seorang adiknya dilahirkan. Esvi yang berumur 4 tahun mulai mengompol lagi sejak adiknya yang baru lahir dibawa pulang dari rumah sakit 6. REACTION FORMATION Bertingkah laku berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan-keinginan, perasaan yang sebenarnya. Mudah dikenal karena sifatnya ekstrim dan sukar diterima. Misalnya : Seorang wanita yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar. 7. UNDOING Meniadakan pikiran-pikiran, impuls yang tidak baik, seolah-olah menghapus suatu kesalahan. Misalnya : Seorang ibu yang menyesal karena telah memukul anaknya akan segera memperlakukannya penuh dengan kasih sayang 8. DISPLACEMENT Mengalihkan emosi, arti simbolik, fantasi dari sumber yang sebenarnya (benda, orang, keadaan) kepada orang lain, benda atau keadaan lain. Misalnya : Seorang pemuda bertengkar dengan pacarnya dan sepulangnya ke rumah marah-marah pada adik-adiknya 9. SUBLIMASI Mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara yang dapat diterima oleh masyarakat. Impuls yang berasal dari Id yang sukar disalurkan oleh karena mengganggu individu atau masyarakat, oleh karena itu impuls harus dirubah bentuknya sehingga tidak merugikan

individu/masyarakat sekaligus mendapatkan pemuasan Misalnya : Impuls agresif disalurkan ke olah raga, usaha-usaha yang bermanfaat 10. ACTING OUT Langsung mencetuskan perasaan bila keinginan terhalang. Misalnya : Mengatasi problem dengan jalan paling sedikit bertengkar 11. DENIAL Menolak untuk menerima atau menghadapi kenyataan yang tidak enak. Misalnya : Seorang gadis yang telah putus dengan pacarnya, menghindarkan diri dari pembicaraan mengenai pacar, perkawinan atau kebahagiaan 12. KOMPENSASI Menutupi kelemahan dengan menonjolkan kemampuannya atau kelebihannya. Misalnya : Saddam yang merasa fisiknya pendek sebagai sesuatu yang negatif, berusaha dalam hal menonjolkan prestasi pendidikannya 13. RASIONALISASI Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah rasional, sehingga tidak menjatuhkan harga dirinya. Misalnya : Munawir yang menyalahkan cara mengajar dosennya ketika ditanyakan oleh orang tuanya mengapa nilai semesternya buruk. 14. FIKSASI Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau tingkah laku atau pikiran, dsb) sehingga perkembangan selanjutnya terhambat. Misalnya : Seorang gadis yang tetap berbicara kekanak-kanakan atau seseorang yang tidak dapat mandiri dan selalu mengharapkan bantuan dari orang tuanya dan orang lain. 15. SIMBOLISASI Menggunakan benda atau tingkah laku sebagai simbol pengganti suatu keadaan atau hal yang sebenarnya Misalnya : Seorang anak remaja selalu mencuci tangan untuk menghilangkan kegelisahannya/kecemasannya. Setelah ditelusuri, ternyata ia pernah melakukan masturbasi sehingga perasaan berdosa/cemas dan merasa kotor 16. DISOSIASI Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran /identitasnya. Keadaan dimana terdapat dua atau lebih kepribadian pada diri seorang individu. Misalnya : Seorang laki-laki yang dibawa ke ruang emergensi karena mengamuk ternyata tidak mampu menjelaskan kembali kejadian tersebut (ia lupa sama sekali) 17. KONVERSI Adalah transformasi konflik emosional ke dalam bentuk gejala-gejala jasmani. Misalnya : Seorang mahasiswa yang tidak mengerjakan tugas-tugasnya tiba-tiba merasa sakit sehingga tidak masuk kuliah Google Keyword: Askep Asuhan Keperawatan Keperawatan Koleksi Askep Kumpulan Askep Asuhan Keperawatan Gratis Askep Gratis Share this:

y y y y
Like this: Suka

StumbleUpon Digg Reddit

Be the first to like this post.


Filed under: KONSEP DASAR KEPERAWATAN Ditandai: | Askep Asuhan Keperawatan Keperawatan Koleksi Askep Kumpulan Askep Asuhan Keperawatan Gratis Askep Gratis

KONSEP DIRI (SELF CONCEPT) KONSEP TUMBUH KEMBANG

24 Tanggapan
1.

Fredy Akbar K, on 8 Juni 2009 at 17:20 said:

ehm orang polewali tawwasalam kenal ya saya jg orang dr sana kok.emailku boleh di konfirmasi c
2.

fenti, on 10 Juni 2009 at 12:59 said:

andaners, bisa nggak ak minta askep gangguan jiwa terutama askep cemas dan stress, thanks bgt ya
3.

Trie Last, on 21 Juni 2009 at 13:00 said:

andaners, tri mw minta instrument baku untuk tingkatan stres berdasarkan respon ya , coz tri skarang lag nyusun skripz, tp bingung instrumentnya .trims..
4.

Andan Firmansyah, on 23 Juni 2009 at 12:18 said:

Stres (Selye, 1976) adalah segala situasi di mana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang induvidu untuk berespon atau melakukan tindakan. Respon atau tindakan ini termasuk respon fisiolgi dan psikologis, stres dapat menyebabkan perasaan negatif atau yang berlawanan dengan apa yang diinginkan atau mengancam kesejateraan emosional, stres dapat mengganggu cara seseorang dalam mencerap realitas, menyelesaikan masalah (Potter & Perry, 2005). Satu lagi penyebab maag adalah stres, Sistem persyarafan dari otak itu berhubungan ke lambung. Jadi, konon kalau kita stres tanpa disadari juga memicu terproduksi asam lambung secara berlebihan. Asam lambung yang berlebihan ini yang bisa mengakibatkan munculnya rasa nyeri pada lambung (http://wira-broto.com) 1. Macam-macam stres Ditinjau dari penyebabnya, maka stres dibagi menjadi tujuh macam, diantaranya: a. Stres fisik b. Stres kimiawi c. Stres mikrobiologik d. Stres fisiologik e. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan f. Stres psikis atau emosional 2. Sumber stress Sumber stres merupakan asal dari penyebab suatu stres yang dapat mempengaruhi sifat dari stressor seperti lingkungan, baik secara fisik, psikososial maupun spiritual. Sumber stresor lingkungan fisik dapat berupa fasilitas-fasilitas seperti air minum, makan, atau tempat-tempat umum sedangkan lingkungan psikososial dapat berupa suara atau sikap kesehatan atau orang yang ada disekitarnya, sedangkan

lingkungan spiritual dapat berupa tempat pelayanan keagamaan seperti fasilitas ibadah atau lainnya. 3. Faktor pengaruh respon terhadap stressor Respon terhadap stres yang diberikan setiap individu akan berbeda berdasarkan faktor yang akan mempengaruhi dari stres tersebut, dan coping yang dimiliki individu, diantaranya stres yang dapat mempengaruhi respon tubuh antara lain : a. Sifat stres Sifat stres ini dapat berupa tiba-tiba atau berangsur-angsur. b. Durasi stres Lamanya stres yang dialami klien akan mempengaruhi respon tubuh. c. Jumlah stres Semakin banyak stresor yang dialami pada seseorang, dapat menimbulkan dampak yang besar bagi fungsi tubuh. d. Pengalaman masa lalu Semakin banyak stresor dan pengalaman yang dialami dan mampu menghadapinya sehingga kemampuan adaftifnya akan semakin baik pula. e. Tipe kepribadian Apabila orang memiliki tipe kepribadian A, maka lebih rentan terkena stres disbanding dengan tipe kepribadian B. Tipe kepribadian A memiliki cirri ambisius, agresif, kompetitif, kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung, mudah marah, memiliki kewaspadaan yang berlebihan, bicara cepat, bekerja tidak kenal waktu, pandai berorganisasi dan memimimpin atau memerintah. Sedangkan tipe B memiliki karakteristik yang sebaliknya dari tipe kepribadian A. f. Tingkat perkembangan Semakin matang perkembangan seseorang maka semakin baik pula kemampuan untuk mengatasi stres. 4. Tahapan stress a. Tahapan Pertama Merupakan tahap yang ringan dari stres yang ditandai dengan adanya semangat bekerja besar, penglihatannya tajam. b. Tahap Kedua Stres tahap kedua ini seseorang memiliki ciri sebagai berikut adanya perasaan letih sewaktu bangun pagi yang semestinya segar, terasa lelah sesudah makan siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman. c. Tahap Ketiga Pada tahap ketiga seseorang akan mengalami gangguan seperti pada lambung dan usus seperti adanya keluhan gastritis, buang air besar tidak teratur, ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak tenang, gangguan pola tidur seperti sukar mulai untuk tidur, terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur, lemah, terasa seperti tidak memiliki tenaga d. Tahap Keempat Tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari, adanya gangguan pola tidur, sering menolak ajakan karena tidak bergairah, kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun karena adanya perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak diketahui penyebabnya. e. Tahap Kelima Stress tahap ini ditandai dengan adnya kelelahan fisik secara mendalam, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan sederhana, gangguan pada system pecernaan semakin berat. f. Tahap Keenam Tahap ini merupakan tahap puncak dan seseorang mengalami panik dan perasaan takut mati dengan ditemukan gejala seperti detak jantung semakin keras, susah bernafas, terasa gemetar seluruh tubuh dan berkeringat, kemudian terjadi kolaps atau pingsan. 5. Reaksi tubuh terhadap stres Stres yang dialami seseorang dapat menimbulkan reaksi yang ada pada tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis. Reaksi pada sistem pencernaan dapat mengalami gangguan seperti lambung terasa kembung, mual, pedih karena peningkatan asam lambung (gastritis), pada sistem perkemihan terjadi gangguan seperti adanya frekuensi buang air kecil yang sering, pada otot dan tulang terjadi ketegangan dan terasa ditusuk-tusuk, khususnya pada persendian dan terasa kaku (A. Aziz Alimul Hidayat, 2004)

You might also like