You are on page 1of 32

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 4 SKENARIO II

Disusun oleh :
1. Wahyu Shintya V. 2. Adilah Novarani D. 3. Irma Yunita Wijayanti 4. Ira Latifatul 5. Isclahul Lailiyah 6. Ria Faisah 7. Ari Agustinawati 8. Silfiyatus Zahroh 9. Lusi Nirmalawati 10. Hanny Friska Y. 11. Verieska Harit D. 12. Zuraida 13. Vebri Gheofany 14. Siti Arofah (08-011) (08-013) (08-022) (08-036) (08-037) (08-038) (08-046) (08-047) (08-048) (08-064) (08-063) (08-083) (08-098) (08-114)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2010

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan hidayah-Nya sehingga laporan tutorial Skenario II dapat terselesaikan dengan baik. Laporan tutorial ini disusun untuk memenuhi tugas tutorial dengan alasanalasan penting yang menjadi pendorong untuk pengetahuan berdasarkan referensireferensi yang mendukung. Laporan ini juga bertujuan untuk mengantisipasi pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi di lingkungan Universitas Jember dan bagi semua pihak yang membutuhkan. Laporan tutorial ini disusun melalui berbagai tahap baik dari pencarian bahan, text book dan dari beberapa referensi yang penulis dapat lainnya. Laporan ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya komitmen dan kerja sama yang harmonis antara para pihak yang terlibat. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Drg. A. Gunadi, MS, Ph.D selaku tutor kelompok tutorial 4 2. Teman-teman kelompok tutorial 4 Akhirnya tiada suatu usaha yang besar dapat berhasil tanpa dimulai dari usaha yang kecil. Semoga laporan tutorial ini bermanfaat, terutama bagi mahasiswa Universitas Jember sendiri dan diluar lingkungan Universitas Jember. Sebagai penanggung jawab dan pembuat makalah ini, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan serta penyempurnaan lebih lanjut pada masa yang akan datang.

Jember, 16 Desember 2010

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...... i DAFTAR ISI ......... ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. .... 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................... .... 1 1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2 1.3. Tujuan ..........................................................................................................2 1.4. Mapping ...................................................................................................... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4 2.1. Ergonomi .................................................................................................... 4 2.2. Four Handed Dentistry ............................................................................... 9 2.3. Musculoskeletal Disorder ......................................................................... 14 BAB III PEMBAHASAN.............................................. 18 3.1. Cara Dokter Gigi Bekerja Secara Ergonomi................................. 18 3.2. Konsep Four Handed Dentistry..................... 23 3.3. Hubungan Antara Ergonomi dan Four Handed Dentistry ........................ 24 3.4 Macam-Macam Musculoskeletal Disorders .............................................. 25 BAB IV KESIMPULAN .................................................................................... 28 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Seorang dokter gigi praktek sore telah bekerja selama 15 tahun mempunyai pasien yang banyak. Tiap hari rata-rata jumlah pasien yang berkunjeng sekitar 15 orang. Semua kegiatan perawatan gigi pasien dia tangani sendiri. Beberapa hari yang lalu dokter gigi termasuk mengeluh adanya kelainan di daerah punggung, leher, dan pergelangan tangannya. Dia merasakan sakit yang luar biasa, bahakan dia tidak bisa beraktifitas secara normal seperti biasa. Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa dia mengalami musculoskeletal disorders karena dokter gigi bekerja tidak secara ergonomi. Saran dari dokter yang merawatnya agar dalam bekerja merawat pasien dibantu oleh asisten sehingga bekerja secara four handed dentistry. Ergonomi merupakan studi tentang manusia untuk menciptakan sistem kerja yang lebih sehat, aman dan nyaman. Seorang praktisi dibidang kesehatan khususnya kedokteran gigi harus memahami tujuan mempelajari ergonomik karena dengan memahami tujuan ergonomik dalam lingkungan kerja, praktisi kesehatan akan terhindar dari musculoskeletal disorder (MSDs), tentu efek jangka panjangnya adalah praktisidapat bekerja lebih lama tanpa mengganggu produktifitas kerja praktisi dalam bekerja. Berbagai peralatan kedokteran gigi yang dijual di pasaran pada saat ini, hampir semuanya telah memperhatikan aspek ergonomis ketika didesain oleh pabrik pembuatnya. Namun kelebihan ini akan berkurang nilainya apabila pada saat penempatan peralatan tidak berdasarkan prinsip tata letak yang benar. Desain tata letak adalah proses alokasi ruangan, penataan ruangan dan peralatan sedemikian rupa sehingga pergerakan berlangsung seminimal mungkin, seluruh ruangan termanfaatkan dan menciptakan rasa nyaman

kepada operator yang bekerja serta pasien yang menerima pelayanan. Desain tata letak berperan penting dalam efektifitas dan efisiensi operasi tempat praktek dokter gigi, oleh karena itu perlu direncanakan secara matang sebelum tempat praktek dibangun. Konsep Four handed Dentistry telah diadopsi oleh para pembuatan dental unit, sehingga saat ini seluruh dental unit yang dibuat selalu dilengkapi denagn sisi Dental Assistant di sebelah kiri pasien, oleh karena itu konsep four handed Dentistry menjadi desain dalam tata letak penempatan alat kedokteran gigi.

1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara bekerja secara Ergonomi? 2. Bagaimanakan konsep dari Four Handed Dentistry? 3. Bagaimanakah hubungan antara Four Haded Dentistry? 4. Sebutkan Macam dari musculoskeletal disorder? 1.3. Tujuan 1. Mengetahui bagaimana cara bekerja secara Ergonomi 2. Mengetahui bagaimana konsep dari Four Handed Dentistry 3. Mengetahui bagaimana hubungan antara Four Haded Dentistry 4. Mengetahui Macam dari musculoskeletal disorder

1.4 Mapping Ergonomi

Four Handed Dentistry

Konsep

Tujuan

Zona Statik Operator

Zona Asisten

Zona Transfer

Zona

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ergonomi Perkembangan tekhnologi saat ini begitu pesatnya sehingga peralatan sudah menjadi kebtuhan pokok pada berbagai lapangan kerja tak terkecuali pada dokter gigi. Artinya peralatan dan tekhnologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain negatifnya bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini akan terjadi jika tidak diantisipasi maka akan timbul berbagai risiko yang mempengaruhi hidup dokter gigi maupun pekerja di bidang lain dan tidak memungkinkan terjadi kecelakaan akibat kerja yang menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik. (depkes RI:2000) Istilah Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu Ergos (kerja) dan Nomos (hukum alam) dan dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan perancangan/desain. Ergonomi secara khusus mempelajari keterbatasan dan kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk buatannya. Ilmu ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas-batas kemampuan baik jangka pendek maupun jangka panjang, pada saat berhadapan dengan lingkungan sistem kerja yang berupa perangkat keras/hardware (mesin, peralatan kerja, dan lain-lain) dan perangkat lunak/software (metode kerja, sistem, dan lain-lain). (http://aguswibisono.com/2009/apa-itu-ergonomi/)
Ergonomi adalah satu ilmu yang peduli akan adanya keserasian manusia dan pekerjaannya. Ilmu ini menempatkan manusia sebagai unsur pertama, terutama

kemampuan, kebolehan, dan batasannya. Ergonomi bertujuan membuat pekerjaan, peralatan, informasi, dan lingkungan yang serasi satu sama lainnya. Metodenya dengan menganalisis hubungan fisik antara manusia dengan fasilitas kerja. Manfaat dan tujuan ilmu ini adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan pada saat bekerja. Dengan demikian Egonomi berguna sebagai media pencegahan terhadap kelelahan kerja sedini mungkin sebelum berakibat kronis dan fatal. (http://aguswibisono.com/2009/apa-itu-ergonomi/) Ergonomic merupakan suatu cabang ilmu yang bersifat multi-disipliner yang lahirnya setelah perang dunia II. Ergonomi berasal dari kata ergon dan nomos berarti aturan atau hukum. Dengan demikian ergonomic diartikan sebagai aturan dalam bekerja. Implikasinya dalam kehidupan adalah bahwa di dalam melaksanakan pekerjaan itu hendaknya manusia selalu menyadari bahwa ada aturan kerja yang harus dituruti. Menurut definisi tersebut prinsip dasar dalam ergonomi adalah menyesuaikan pekerjaan dengan manusianya. Manusia bukan hanya harus mendapatkan pekerjaan, tetapi pekerjaan yang diperoleh itu harus mampu memelihara harkat dan harga dirinya sebagai manusia. Dengan kata lain pekerjaannya harus manusiawi, yang didalamnya mengandung pengertian adanya jaminan keselamatan, keamanan dan

kenyamananselama bekerja 8 jam sehari. (adiputra nyoman: 2004)

Dimana ergonomi dimanfaatkan untuk manusia bekerja dimana saaja dan kapan saja, ergonomi sebagi suatu pendekatan yang memungkinkan manusia bekerja secara optimal dan efisien. Apakah dia bekerja di pagi sampai sore hari pekerjaannya berat atau ringan. (adiputra nyoman:2004)

(http://www.depkes.go.id/downloads/Ergonomi.PDF) Aplikasi ergonomi dalam desain sistem kerja memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya: desain sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia. Desain stasiun kerja untuk alat peraga visual display, untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja. Desain perkakas kerja untuk mengurangi kelelahan kerja. Desain peletakan instrumen dan sistem pengendali agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi sehingga dihasilkan suatu respon yang cepat dengan meminimumkan resiko kesalahan, dan meningkatkan efisiensi kerja dan hilangnya resiko kesehatan akibat metode kerja yang kurang

tepat. Peran ergonomi dalam kehidupan sehari-hari dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu: 1. Perancangan produk. 2. Meningkatkan keselamatan dan higiene kerja. 3. Meningkatkan produktivitas kerja. (http://aguswibisono.com/2009/apa-itu-ergonomi/) Prinsip utama dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi adalah prinsip ergonomis, yaitu menyerasikan dan menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun dalam istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia. Baik fisik maupun metal sehingga kualitas hidup secara keselurihan menjadi lebih baik. Tata letak hanyalah salah satu faktor dalam ergonomis. Banyak faktor lain yang merupakan unsur ergonomis seperti desain warna, pencahaan, suhu, kebisingan dan kualitas udara ruangan, serta desain peralatan yang digunakan.

10

(http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/Desain%20T ata%20Letak%20Penempatan%20Alat%20Kedokteran%20Gigi.pdf) Sasaran penelitian ergonomi adalah manusia pada saat bekerja di lapangan atau lingkungan, secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomic adalah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya ialah berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembapan yang bertujuan agar sesuai dengan tubuh manusia. (depkes RI: 2000) Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya antara lain: a. Tekhnik b. Fisik c. Pengalaman psikis d. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan perherakan otot dan persendian. e. Anthopometri f. Sosiologi g. Fisiologi, terutama yang berhubungan dengan temperature suhu h. Desain atau tata letak dll. Ergonomi mempunyai tujuan tujuan seperti meningkatkan kesehjateraan fisik dan mental dengan meminimalkan beban kerja tambahan pada fisik maupun mental. Meningkatkan kesehjateraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kontak sesame pekerja,pengorganisaian yang lebih baik dan menghidupkan system kebersamaan dalam tempat kerja, serta berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek aspek tekhnil. Ekonomi,antropologi maupun budaya. (adiputra nyoman: 2004) Pelatihan bidang ergonomic sangat penting sebab ahli ergonomi umumnya berlatar belakang pendidikan tekhnik, psikologi, fisiologi atau dokter meskipun

11

ada juga yang dasar keilmuaanya tentang desain, manajer dll. Akan tetapi semua ditujukan pada aspek kerja dan lingkungan kerja. (depkes RI:2000) 2.2 Four Handed Dentistry Four handed dentistry termasuk juga bagaimana cara penggunaan dan pemeliharaan alat dan bahan kedokteran gigi meliputi peralatan yang digunakan untuk diagnose, perawatan pengawetan gigi, pembersihan karang gigi, operasi bedah mulut, fissure sealant, ART, dan pemeliharaan dan penyimpanan alat kedokteran gigi. Four handed dentistry juga suatu ilmu kedokteran gigi yang ditujukan untuk memahami tentang bahan yang diperlukan untuk tindakan konservasi, tindakan edondontik serta tindakan rehabilitatif.

(murdick,B.dkk.service operation management.boston:allyn and bacon.1990) Berbagai peralatan kedokteran gigi yang dijual di pasaran pada saat ini, hamper semuanya telah memperhatikan aspek ergonomis ketika didesain oleh pabrik pembuatnya. Namun kelebihan ini akan berkurang nilainya apabila pada saat penempatan peralatan tidak berdasarkan prinsip desain tata letak yang benar. Dalam makalah ini akan dibahas desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi, namun terbatas pada alat-alat utama saja yaitu Dental Unit, Mobile Cabinet, dan Dental Cabinet. Desain tata letak (lay out design) adalah proses alokasi ruangan, penataan ruangan dan peralatan sedemikian rupa sehingga pergerakan berlangsung seminimal mungkin, seluruh luasan ruangan termanfaatkan, dan menciptakan rasa nyaman kepada operator yang bekerja serta pasien yang menerima pelayanan. Desain tata letak memegang peranan penting dalam efektifitas dan efisiensi operasi3 tempat praktek dokter gigi, oleh karena itu perlu direncanakan secara matang sebelum tempat praktek dibangun dan tidak tertutup kemungkinan untuk direvisi dikemudian hari bila dinilai sudah tidak laik lagi. Desain tata letak berbeda dengan gambar arsitek, desain tata letak hanya berupa sketsa yang mengambarkan penataan ruangan, dibuat berdasarkan perhitungan pergerakan informasi, bahan, dan manusia. Selain itu juga dengan

12

memperhatikan pertimbangan ergonomis, medis dan kepatutan. Secara garis besar ada 2 macam desain tata letak yaitu yang dibuat dengan memperhatikan proses dan yang dibuat dengan memperhatikan produk, pada tempat praktek dokter gigi yang digunakan adalah desain tata letak dengan memperhatikan proses. Efektifitas dan efisiensi desain tata letak dihitung dari jumlah jarak pergerakan yang terjadi, dengan asumsi setiap pergerakan yang terjadi menimbulkan biaya. Menimimalisasi pergerakan adalah tujuan dari desain tata letak.

Tim dan Sistem Kerja Seiring dengan makin kompleksnya pelayanan kedokteran gigi, profesi di bidang ini turut ikut berkembang. Bila dahulu cukup hanya dokter gigi saja yang memberikan pelayanan, kini di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, pelayanan diberikan oleh sebuah tim yang terdiri dari Dentist, Dental Hygienist, Dental Assistant, dan Dental Technician. Dentist adalah dokter gigi yang memberikan pelayanan kedokteran gigi. Dental Hygienist bertugas mengisi Rekam Medis, serta melakukan tindakan Preventive Dentistry seperti

membersihkan karang gigi secara mandiri. Dental Assistant bertugas sebagai asisten yang membantu dokter gigi mengambil alat, menyiapkan bahan, mengontrol saliva, membersihkan mulut, serta mengatur cahaya lampu selama suatu prosedur perawatan sedang dilakukan. Dental Technician berkerja di Laboratorium, membuat protesa dan alat bantu yang akan dipasang di mulut pasien. Di Indonesia kondisinya sedikit berbeda, hanya dikenal 2 profesi kesehatan gigi diluar dokter gigi yaitu Perawat Gigi dan Tekniker Gigi. Perawat Gigi bertugas seperti Dental Assistant dan Dental Hygienist, sedangkan Tekniker Gigi bertugas sama seperti Dental Technician. Pada saat suatu pelayanan kedokteran gigi dilakukan hanya akan ada 2 orang yang berada disekitar pasien yaitu Dokter Gigi dan Perawat Gigi. Tugas kedua orang ini berbeda namun saling mendukung, ini kemudian melahirkan istilah Four Handed Dentistry. Konsep Four Handed Dentistry telah diadopsi oleh para produser pembuatan dental unit, sehingga saat ini seluruh dental unit yang dibuat selalu dilengkapi

13

dengan sisi Dental Asistant disebelah kiri pasien. Oleh karena itulah konsep Four Handed Dentistry menjadi dasar dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi.

Jalur Kerja dan Pergerakan Dalam konsep Four Handed Dentistry dikenal konsep pembagian zona kerja disekitar Dental Unit yang disebut Clock Concept. Bila kepala pasien dijadikan pusat dan jam 12 terletak tepat di belakang kepala pasien, maka arah jam 11 sampai jam 2 disebut Static Zone, arah jam 2 sampai jam 4 disebut Assistens Zone, arah jam 4 sampai jam 8 disebut Transfer Zone, kemudian dari arah jam 8 sampai jam 11 disebut Operators Zone sebagai tempat pergerakan Dokter Gigi. Clock Concep (Nusanti, 2000) Static Zone adalah daerah tanpa pergerakan Dokter Gigi Maupun Perawat Gigi serta tidak terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan Meja Instrumen Bergerak (Mobile Cabinet) yang berisi Instrumen Tangan serta peralatan yang dapat membuat takut pasien. Assistants Zone adalah zona tempat pergerakan Perawat Gigi, pada Dental Unit di sisi ini dilengkapi dengan Semprotan Air/Angin dan Penghisap Ludah, serta Light Cure Unit pada Dental Unit yang lengkap. Transfer Zone adalah daerah tempat alat dan bahan dipertukarkan antara tangan dokter gigi dan tangan Perawat Gigi. Sedangkan Operators Zone sebagai tempat pergerakan Dokter Gigi. Selain pergerakan yang terjadi di seputar Dental Unit, pergerakan lain yang perlu diperhatikan ketika membuat desain tata letak alat adalah pergerakan Dokter Gigi, Pasien, dan Perawat Gigi di dalam ruangan maupun antar ruangan. Jarak antar peralatan serta dengan dinding bangunan perlu diperhitungkan untuk memberi ruang bagi pergerakan Dokter Gigi, Perawat Gigi, dan Pasien ketika masuk atau keluar Ruang Perawatan, mengambil sesuatu dari Dental Cabinet, serta pergerakan untuk keperluan sterilisasi. Pergerakan dalam Ruang Pemeriksaan (Kilpatrick, 1974)

14

Tata Letak Penempatan Alat Prinsip utama dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi adalah prinsip ergonomis, yaitu menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik6. Tata letak hanyalah salah satu faktor dalam ergonomis, banyak faktor lain yang merupakan unsure ergonomis seperti desain warna, pencahaaan, suhu, kebisingan, dan kualitas udara ruangan, serta desain peralatan yang digunakan. Ruang Periksa adalah ruang utama dalam praktek dokter gigi, tata letak peralatan dalam ruangan ini berorientasi memberi kemudahan dan kenyamanan bagi Dokter Gigi, Perawat Gigi, berserta Pasiennya ketika proses perawatan dilakukan. Ukuran minimal Ruang Perawatan untuk satu Dental Unit adalah 2,5 X 3,5 Meter, dalam ruangan ini dapat dimasukan satu buah Dental Unit, Mobile Cabinet, serta dua buah Dental Stool8. Unsur penunjang lain dapat turut dimasukan seperti audio-video atau televisi untuk hiburan pasien yang sedang dirawat. Perhatian pertama dalam mendesain penempatan peralatan adalah terhadap Dental Unit. Alat ini bukan kursi statis tetapi dapat direbahkan dan dinaikturunkan. Pada saat posisi rebah panjang Dental Unit adalah sekitar 1,8-2 Meter. Di belakang Dental Unit diperlukan ruang sebesar 1 Meter untuk Operators Zone dan Static Zone, oleh karena itu jarak ideal antara ujung bawah Dental Unit dengan dinding belakang atau Dental Cabinet yang diletakkan di belakang adalah 3 Meter; sementara jarak antara ujung bawah Dental Unit dengan dinding depan minimal 0,5 Meter. Dental Unit umumnya memiliki lebar 0,9 Meter, bila Tray dalam kondisi terbuka keluar maka lebar keseluruhan umumnya 1,5 Cm. Jarak dari tiap sisi minimal 0,8 Meter untuk pergerakan di Operators Zone dan Asistants Zone. Mobile Cabinet sebagai tempat menyimpan bahan dan alat yang akan digunakan pada saat perawatan diletakan di Static Zone. Zona ini tidak akan terlihat oleh pasien dan terletak dianatara Operators Zone dan Assistant Zone

15

sehingga baik Dokter Gigi maupun Perawat Gigi akan dengan mudah mengambil bahan maupun alat yang diperlukan dalam perawatan. Bila Mobile Cabinet lebih dari satu, maka Mobile Cabinet kedua diletakan di Operators Zone. Alat besar terakhir yang berada di Ruang Perawatan adalah Dental Cabinet sebagai tempat penyimpanan utama bahan maupun alat kedokteran gigi. Umumnya berbentuk buffet setengah badan seperti Kitchen Cabinet dengan ketebalan 0,6-0,8 Meter. Bila hanya satu sisi, lemari ini ditempatkan di Static Zone, sedangkan bila berbentuk L, ditempatkan di Static Zone dan Assistants Zone. Keberadaan Dental Cabinet akan menambah luas ruangan yang diperlukan untuk menempatkannya.

2.3 Muskuloskeletal Disorders Musculoskeletal disorders (MSDs) atau gangguan otot rangka merupakan kerusakan pada otot, saraf, tendon, ligament, persendian, kartilago, dan discus invertebralis. Kerusakan pada otot dapat berupa ketegangan otot, inflamasi, dan degenerasi. Sedangkan kerusakan pada tulang dapat berupa memar, mikro faktur, patah, atau terpelintir. MSDs terjadi dengan dua cara: 1. Kelelahan dan keletihan terus menerus yang disebabkan oleh frekuensi atau periode waktu yang lama dari usaha otot, dihubungkan dengan pengulangan atau usaha yang terus menerus dari bagian tubuh yang sama meliputi posisi tubuh yang statis; 2. Kerusakan tiba-tiba yang disebabkan oleh aktivitas yang sangat kuat/berat atau pergerakan yang tak terduga. Frekuensi yang lebih sering terjadi MSDs adalah pada area tangan, bahu, dan punggung. Aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya MSDs yaitu penanganan bahan dengan punggung yang membungkuk atau memutar, membawa ke tempat yang jauh (aktivitas mendorong dan menarik), posisi kerja yang statik dengan punggung membungkuk atau terus menerus dan duduk atau berdiri tiba-tiba, mengemudikan kendaraan dalam waktu yang lama (getaran seluruh tubuh),

16

pengulangan atau gerakan tiba-tiba meliputi memegang dengan atau tanpa kekuatan besar. Musculoskeletal diantaranya: 1. Repetitive Strain Injuries (RSIs); 2. Cumulative Trauma Disorders (CTDs); 3. Overuse Injuries; 4. Repetitive Motion Disorders; 5. Work-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs). Gejala Musculoskeletal disorders (MSDs) dapat menyerang secara cepat maupun lambat (berangsur-angsur), menurut Kromer (1989), ada 3 tahap terjadinya MSDs yang dapat diidentifikasi yaitu: Tahap 1 : Sakit atau pegal-pegal dan kelelahan selama jam kerja tapi gejala ini biasanya menghilang setelah waktu kerja (dalam satu malam). Tidak berpengaruh pada performance kerja. Efek ini dapat pulih setelah istirahat; Tahap 2 : Gejala ini tetap ada setelah melewati waktu satu malam setelah bekerja. Tidak mungkin terganggu. Kadang-kadang menyebabkan berkurangdisorders (MSDs) juga dikenal dengan nama lain,

nya performance kerja; Tahap 3 : Gejala ini tetap ada walaupun setelah istirahat, nyeri terjadi ketika bergerak secara repetitive. Tidur terganggu dan sulit untuk melakukan pekerjaan, kadang-kadang tidak sesuai kapasitas kerja. Jenis-jenis keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) antara lain: a. Sakit Leher Sakit leher adalah penggambaran umum terhadap gejala yang mengenai leher, peningkatan tegangan otot atau myalgia, leher miring atau kaku leher. Pengguna

17

komputer yang terkena sakit ini adalah pengguna yang menggunakan gerakan berulang pada kepala seperti menggambar dan mengarsip, serta pengguna dengan postur yang kaku; b. Nyeri Punggung Nyeri punggung merupakan istilah yang digunakan untuk gejala nyeri punggung yang spesifik seperti herniasi lumbal, arthiritis, ataupun spasme otot. Nyeri punggung juga dapat disebabkan oleh tegangan otot dan postur yang buruk saat menggunakan komputer; c. Carpal Tunnel Syndrome Merupakan kumpulan gejala yang mengenai tangan dan pergelangan tangan yang diakibatkan iritasi dan nervus medianus. Keadaan ini disebabkan oleh aktivitas berulang yang menyebabkan penekanan pada nervus medianus. Keadaan berulang ini antara lain seperti mengetik, arthritis, fraktur pergelangan tangan yang penyembuhannya tidak normal, atau kegiatan apa saja yang menyebabkan penekanan pada nervus medianus; d. De Quervains Tenosynovitis Penyakit ini mengenai pergelangan tangan, ibu jari, dan terkadang lengan bawah, disebabkan oleh inflamasi tenosinovium dan dua tendon yang berasa di ibu jari pergelangan tangan. Aktivitas berulang seperti mendorong space bardengan ibu jari, menggenggam, menjepit, dan memeras dapat menyebabkan inflamasi pada tenosinovium. Gejala yang timbul antara lain rasa sakit pada sisi ibu jari lengan bawah yang dapat menyebar ke atas dan ke bawah; e. Thoracic Outlet Syndrome Merupakan keadaan yang mempengaruhi bahu, lengan, dan tangan yang ditandai dengan nyeri, kelemahan, dan mati rasa pada daerah tersebut. Terjadi jika lima

18

saraf utama dan dua arteri yang meninggalkan leher tertekan. Thoracic Outlet Syndrome disebabkan oleh gerakan berulang dengan lengan diatas atau maju kedepan. Pengguna komputer beresiko terkena sindrom ini karena adanya gerakan berulang dalam menggunakan keyboard dan mouse; f. Tennis Elbow Tennis elbow adalah suatu keadaan inflamasi tendon ekstensor, tendon yang berasal dari siku lengan bawah dan berjalan keluar ke pergelangan tangan.Tennis elbow disebabkan oleh gerakan berulang dan tekanan pada tendon ekstensor. g. Low Back Pain Low back pain terjadi apabila ada penekanan pada daerah lumbal yaitu L4 dan L5. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan posisi tubuh membungkuk ke depan maka akan terjadi penekanan pada discus.Hal ini berhubungan dengan posisi duduk yang janggal, kursi yang tidak ergonomis, dan peralatan lainnya yang tidak sesuai dengan antopometri pekerja. (http://merulalia.wordpress.com/2010/08/30/msds/)

19

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Cara Dokter Gigi Bekerja Secara Ergonomi Cara dokter gigi bekerja secara ergonomi adalah bekerja yg sesuai dengan prinsip ergonomi.

Prinsip-prinsip ergonomik adalah: y Work in Neutral Postures (bekerja dalam posisi netral)

Reduce Excessive Force (mengurangi beban yang berlebihan) Tekanan yang berlebihan pada otot akan berpotensi menyebabkan kelelahan dan cedera.

Keep Everything in Easy Reach (membuat semua mudah untuk dijangkau) Benda yang paling sering digunakan harus berada di daerah jangkauan tangan, susun kembali daerah kerja dan semakin mudah dalam gerakkan.

Work at Proper Heights (bekerja dengan ketinggian yang sesuai) Dari pengalaman baik adalah bahwa kebanyakan pekerjaan harus dilakukan didekat sekitar tingginya, apakah duduk atau berdiri. Pekerjaan lebih berat adalah sering terbaik melakukan lebih rendah dari tingginya siku. Ketepatan bekerja atau pekerjaan secara visual keras adalah sering terbaik melakukan didekat kemuliaan di atas.

Reduce Excessive Motions (mengurangi gerakan berlebihan) Kurangi jumlah gerakan selama kerja, baik lengan, jari maupun punggung.

Minimize Fatigue and Static Load (memperkecil kelelahan dan beban statis)

20

Berada dalam posisi kerja yang sama untuk beberapa waktu dikenal sebagai beban statis. Ini menyebabkan kegelisahan dan kelelahan dan dapat menghambat pekerjaan.

Minimize Pressure Points (memperkecil tekanan) Pada beberapa pekerjaan kita harus hati-hati terhadap poin-poin tekanan berlebihan, yang sering disebut tekanan kontak.

Provide Clearance (menyediakan tempat yang sesuai/ memeriksa ksesuaian tempat) Pekerjaan pada Area tertentu perlu untuk disediakan ruang cukup untuk kepala, lutut dan kaki.

Move, Exercise and Stretch (pindah tempat; bergerak, dan mereregangkan otot dan sendi) Agar tidak mudah lelah tubuh perlu digerakkan dan diregangkan.

Maintain a Comfortable Environment (melihara suatu lingkungan yang nyaman) Jaga leher tetap lurus,Jaga agar Siku dalam posisi yang benar dan bahu bersantai. Salah satu jalan yang paling sederhana untuk mengurangi kelelahan manual adalah untuk menggunakan alat bantu yang sesuai. Memakai bantalan pada tangan untuk pekerajaan-pekerjaan tertentu akan mengurangi beban kerja. Merubah tata letak/ruang untuk meminimalkan gerakan. Ada Kecenderungan lengan bawah mengalami kontak langsung terhadap tepi yang keras suatu meja kerja yang akan menciptakan suatu titik tekanan. Dihilangakan dengan memasang lapisan yang elastis pada tepi itu dan biasanya ini akan membantu.

21

Aplikasi/ penerapan Ergonomik:

1. Posisi Kerja Posisi kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri. Berdiri dengan posisi yang benar, dengan tulang punggung yang lurus dan bobot badan terbagi rata pada kedua kaki. Pada posisi berdiri dengan pekerjaan ringan, tinggi optimum area kerja adalah 5-10 cm dibawah siku. Agar tinggi optimum ini dapat diterapkan, maka perlu diukur tinggi siku yaitu jarak vertikal dari lantai ke siku dengan keadaan lengan bawah mendatar dan lengan atas vertikal. Posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki dan sebaiknya berdiri tidak lebih dari 6 jam. Posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Beberapa persyaratan posisi duduk/bekerja dengan duduk adalah: - Terasa nyaman selama melaksanakan pekerjaannya. - Tidak menimbulkan gangguan psikologis. - Dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan memuaskan. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau berdiri secara bergantian. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statik diperkecil. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani, melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang tidak dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh (paha). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah dan sensibilitas pada paha, mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu aktivitas.

22

2. Proses Kerja Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Salah satu faktor pembatas kinerja tenaga kerja adalah tiadanya keserasian ukuran, bentuk sarana dan prasarana kerja terhadap tenaga kerja. Guna mengatasi keadaan tersebut diperlukan data antropometri tenaga kerja sebagai acuan dasar disain sarana dan prasarana kerja sehingga para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran antropometrinya. Antropometri sebagai salah satu disiplin ilmu yang digunakan dalam ergonomi memegang peranan utama dalam rancang bangun sarana dan prasarana kerja. Hal-hal yang berkaitan dengan antropometri : a. Sikap tubuh yang baik Sikap tubuh yang baik dalam melakukan suatu aktivitas diantaranya tidak membungkuk, tidak jongkok, tidak memutar tubuh, tinggi tempat kerja antara tinggi pusat dan tinggi siku, tidak meraih objek atau benda yang melebihi tinggi bahu, dan letak objek sesuai dengan jangkauan lapangan pandang mata (30-60 dari masing-masing mata). b. Gerakan kerja otot Gerakan kerja otot meliputi kerja otot yang dinamis dan statis. Kerja otot yang dinamis merupakan pergantian antara kontraksi dan relaksasi otot secara ritmis. Yang perlu diperhatikan pada gerakan kerja otot dinamis adalah frekuensi pernapasan, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, sedangkan aliran darah dan oksigen ke otot yang aktif meningkat dan ke otot yang inaktif berkurang. Adapun kerja otot statis adalah kerja otot dimana kontraksi otot terjadi untuk waktu yang lama, biasanya untuk mempertahankan posisi tubuh tertentu. Pada kerja otot statis biasanya konsumsi energi lebih rendah, frekuensi jantung lebih rendah, sehingga waktu istirahat yang diperlukan lebih pendek.

23

c. Beban kerja Untuk mengangkat dan memindahkan objek harus diperhatikan beberapa hal seperti berat beban maksimum, pengangkatan/pemindahan barang secara berulang, dan gerakan-gerakan yang berulang.

Diperlukan pengembangan ototmatisasi pada bidang pekerjaan dengan gerakan yang berulang sehingga dapat mencegah cedera atau penyakit neuromuskuler.

3. Tata letak tempat kerja Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.  Penataan area kerja dan peralatan kerja harus dapat memberikan ruang gerak yang cukup bagi pemiliknya agar pekerja merasa leluasa bergerak.  Semua peralatan yang paling lama atau paling sering kontak dengan mata ditempatkan pada bagian tengah area kerja.  Semua peralatan yang paling sering dipegang ditempatkan pada area jangkauan tangan yang optimal.  Pencahayaan yang terlalu terang atau menyilaukan mata harus dihindari.  Area kerja harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Segala jenis peralatan yang ada dalam area kerja harus benar-benar berhubungan dengan pekerjaan. Dan semua peralatan tersebut harus diatur dan ditata dengan baik. 4. Mengangkat beban Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat

24

enimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

5. Kapasitas dan Kemampuan

6. Jalur Kerja dan Pergerakan 7. Waktu Bekerja Untuk mencegah kelelahan yg berlebihan.

3.2 Konsep Four Handed Dentistry Konsep Four Handed Dentistry dikenal dengan konsep pembagian zona kerja disekitar Dental Unit yang disebut Clock Concept. Bila pasien dijadikan pusat, pasien diposisikan arah jam 6 dimana letak bagian belakang kepala tepat pada jam 12. Pada clock consept ini dibagi menjadi 4 zona dimana arah jam 11 sampai jam 2 disebut Static Zone, arah jam 2 sampai jam 4 disebut Assistens Zone, arah jam 4 sampai jam 8 disebut Transfer Zone, kemudian dari arah jam 8 sampai jam 11 disebut Operators Zone sebagai tempat pergerakan Dokter Gigi.

25

Static Zone adalah daerah tanpa pergerakan Dokter Gigi Maupun Perawat Gigi serta tidak terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan Meja Instrumen Bergerak (Mobile Cabinet) yang berisi Instrumen Tangan serta peralatan yang dapat membuat takut pasien. Assistants Zone adalah zona tempat pergerakan Perawat Gigi, pada Dental Unit di sisi ini dilengkapi dengan Semprotan Air/Angin dan Penghisap Ludah, serta Light Cure Unit pada Dental Unit yang lengkap. Transfer Zone adalah daerah tempat alat dan bahan dipertukarkan antara tangan dokter gigi dan tangan Perawat Gigi. Sedangkan Operators Zone sebagai tempat pergerakan Dokter Gigi. 3.3 Hubungan Antara Ergonomi dan Four Handed Dentistry Prinsip utama dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi adalah prinsip ergonomis, yaitu menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik. Tata letak hanyalah salah satu faktor dalam ergonomis, banyak faktor lain yang merupakan unsur ergonomis seperti desain warna, pencahaaan, suhu, kebisingan, dan kualitas udara ruangan, serta desain peralatan yang digunakan maka berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa konsep four handed dentistry merupakan salah satu cara meningkatkan ergonomi seorang dokter gigi dalam melakukan perawatan pada pasien. Dengan penerapan four handed dentistry, yang berarti dokter gigi dibantu oleh asisten dalam melaksanakan perawatan, maka ergonomic dalam bekerja dapat dicapai dengan lebih maksimal. Pergerakan dokter gigi bisa ditekan seminial mungkin dengan posisi senyaman mungkin sehinga mengurangi resiko terjadinya gangguan kesehatan terutama masalah-masalah musculoskeletal disorder serta meningkatkan kenyamanan kerja dan meningkatkan kualitas hidup seorang dokter gigi.

26

3.4 Macam-Macam Musculoskeletal Disorders

Faktor-faktor yang mendorong ke arah MSDs terjadi pada beberapa orang dan sebagian lagi terjadi dari waktu terpaparnya. Gejala MSDs terlihat dalam berbagai bentuk. Hal tersebut mempersulit mengidentifikasi penyebab awalterjadinya MSDs hingga timbul masalah yang jelas. Lokasi timbulnya gejala menjadi salah satu ciri adanya MSDs, seperti pada tulang punggung, tangan dan pergelangan. A. Sakit pada Tulang Belakang Bagian Bawah Sembilan puluh persen orang akan merasakan sakit tulang belakang pada beberapa titik di dalam kehidupannya.[15] Mereka merasakan sakit pada tulang belakang bagian bawah untuk kedua kalinya sebagai alasan utama untuk melakukan perawatan medis.[16] Sakit tulang belakang bagian bawqah ini mewabah di Negara besar seperti Amerika Serikat. Hal itu sudah di perkirakan dan insidensi timbulnya Lower Back Pain (LBP) per tahun adalah 5% dari populasi.[14] Sekitar 70% dan 90% dari orang-orang mengalami peristiwa kambuhnya rasa nyeri, dan sepertiga pasien mengalami nyeri yang persisten, rekuren, dan intermiten dari rasa nyeri yang pertama.[17.18] Kesulitan menyembuhkan jaringan tertentu (seperti spondylolisthesis), proses degeneratif yang berkelanjutan, dan banyak pasien yang tidak memperkecil faktor resiko potensial. Semua ini dapat berperan dalam memperparah terjadinya LBP. Hal lain yang terpisah tetapi terkait dengan sakit tulang belakang bagian bawah adalah cedera tulang belakang. Ini biasanya terjadi secara akut, peristiwa mendadak sakit tulang belakang atau penyakit pegal pada pinggang berhubungan dengan suatu peristiwa yang spesifik. Cedera seperti itu pada umumnya tidak dianggap sebagai MSDs yang di hubungkan daengan gerakan berulang. Meskipun demikian, ada juga

27

cedera seperti itu yang menyebabkan rasa sakit apabila melakukan gerakan berulang tertentu. Perawatan dari sakit tulang belakang bagian bawah ini harus dibedakan untuk masing-masing pasien. Karena penyebab timbulnya rasa sakit pada tiap-tiap pasien itu berbeda-beda. Sementara ada bukti ilmiah yang mendukung intervensi spesifik, seperti koreksi postur tubuh, posisi tubuh pasien, latihan umum dan teknik-teknik fisioterapi spesifik yang mungkin akan sangat bermanfaat.[19]

B. Sakit pada Tulang Belakang Bagian Atas Beberapa individu melaporkan adanya rasa sakit pada tulang belakang bagian atas dan tengah. Tulang thorax (thoracic spine) dirancang untuk mendukung organ penting didalamnya dan sangat kuat. Jarang sekali mengalami gejala-gejala degeneratif karena pergerakannya kecil dan sangat stabil. Tentu saja trauma atau cedera dari ketegangan bisa menyebabkan rasa nyeri. Meski struktur-struktur dari tulang belakang jarang cedera, tetapi beberapa kondisi-kondisi seperti osteoporosis dapat mempengaruhi kondisi spesifik seperti tekanan yang mematahkan. Tulang thorax sering dilibatkan dalam skoliosis yang idiopatik atau kebongkokan. Hal ini kemudian dapat berkembang menjadi kondisi yang menyakitkan, meski sumber dan penyebab yang tepat sering kali belum jelas. Mungkin hal tersebut merupakan penyebab yang sering timbul pada bagian pertengahan tulang belakang, tetapi sekali lagi sangatlah sulit untuk dapat mendiagnosa dengan tepat nyeri otot dari otot-otot postural dan otot-otot tulang belikat. Kontribusi dari postur yang abnormal, postur statis, kekuatan dan daya tahan yang lemah dan menyeluruh

mempengaruhi keadaan individu dan perlu untuk diperhitungkan. Beberapa usaha rehabilitasi harus melibatkan otot-otot yang besar,

28

termasuk peregangan, latihan-latihan penguatan, aktivitas fungsional, dan perhatian pada postur tubuh.[20]

C. Sakit pada Tangan dan Pergelangan tangan MSDs dari tangan dan pergelangan tangan dapat terjadi dalam bermacam-macam bentuk seperti, kelainan trauma kumulatif, cedera karena ketegangan, trauma mikro karena pekerjaan berulang, sindrom penggunaan berlebih, sindrom terowongan karpus (carpal tunnel syndrome) dan kelainan karena tekanan yang berulang.[14] Hal dominan yang menjadi penyebab kelainan gerakan berulang adalah gerakan-gerakan pembelokan dan perluasan dari pergelangan tangan dan jari-jari. Secara kronis gerakan berulang tersebut terutama pada posisi pinch menjadi penyebab terbanyak.[15] Hal umum lain yang menyokong faktor-faktor terjadinya cedera pada tangan dan pergelangan tangan termasuk gerakangerakan di mana pergelangan tangan itu menyimpang dari posisi netral menjadi posisi yang abnormal ataupun tidak biasa; bekerja untuk periode waktu yang lama tanpa istirahat atau pertukaran otot-otot tangan dan lengan bawah; tekanan mekanik pada persarafan dari genggaman pada tepi tajam dari instrument, pekerjaan yang membutuhkan kekuatan berlebih dan memperluas penggunaan dari instrument-instrument yang bergetar seperti dental handpieces.

29

BAB IV KESIMPULAN

1. Cara dokter gigi bekerja secara ergonomi adalah bekerja yang sesuai dengan prinsip ergonomi.

2. Konsep Four Handed Dentistry dikenal dengan konsep pembagian zona kerja disekitar Dental Unit yang disebut Clock Concept. Bila pasien dijadikan pusat, pasien diposisikan arah jam 6 dimana letak bagian belakang kepala tepat pada jam 12. Pada clock consept ini dibagi menjadi 4 zona dimana arah jam 11 sampai jam 2 disebut Static Zone, arah jam 2 sampai jam 4 disebut Assistens Zone, arah jam 4 sampai jam 8 disebut Transfer Zone, kemudian dari arah jam 8 sampai jam 11 disebut Operators Zone sebagai tempat pergerakan Dokter Gigi.

3. Hubungan antara ergonomi dan four handed dentistry adalah konsep four handed dentistry merupakan salah satu cara meningkatkan ergonomi seorang dokter gigi dalam melakukan perawatan pada pasien

4. Macam-macam musculoskeletal disorders y y y Sakit pada Tulang Belakang Bagian Bawah Sakit pada Tulang Belakang Bagian Atas Sakit pada Tangan dan Pergelangan tangan

30

DAFTAR PUSTAKA

Anononim. Ergonomi. Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI Design by Feel Papers. www.designbyfeel.com. Diakses 4 Juli 2006.

Dougherty, M. Information for Consideration in an Ergonomic Standard for Dentistry.

Endro, H. Presfektif Baru dalam Desain Tempat Praktek. Dentamedia, Nomor 1 Volume 8. Januari 2004. Hal 4-5.

Finkbeiner, B, dan C. Fainkbeiner. Practice Management for Dental Team. St Louis : Mosby. 2001.

Heizer, J. dan B. Render. Operation Management. Sixth Edition. Upper Saddle River : Prentice Hall. Jones. Klinik Gigi Toothfairy, Periksa Gigi di Ruang Biru. 115 Sudut Ruang Usaha. Jakarta : PT Samindra Utama. Hal 72-75.

Kilpatrick. H. Work Simplification in Dental Practice. Philadhelphia : WB Saunders Company. 1974

31

Murdick, B. dkk. Service Operation Management. Boston : Allyn and Bacon. 1990.

Nusanti, D. Dental Surgeon Assistant. Dental Horison. Volume 2 Nomor 7. Oktober 2000. Hal 31-33.

Tawaka, dkk. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta : Islam Batik University Press. 2004. http://bodaesmunti.wordpress.com/2009/06/15/prinsip-prinsip-ergonomi/ http://merulalia.wordpress.com/2010/08/30/msds/ http://dadang-saksono.blogspot.com/2010/07/dental-unit.html http://aguswibisono.com/2009/apa-itu-ergonomi/ http://www.depkes.go.id/downloads/Ergonomi.PDF http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/Desain%20Ta ta%20Letak%20Penempatan%20Alat%20Kedokteran%20Gigi.pdf

32

You might also like