You are on page 1of 23

Petunjuk praktikum kimia fisika

Percobaan 1 PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

A. Tujuan Percobaan Percobaan. Menentukan tetapan pengionan indikator metil merah secara spektrofotometri. B. Dasar Teori Dalam larutan air, metil merah ditemukan sebagai suatu zwitter ion, dalam suasana asam (kondisi I), senyawa ini berupa HMR (merah), sedangkan dalam suasana basa (kondisi II), senyawa ini berupa MR- (kuning). Keadaan kesetimbangan antara kedua bentuk metil merah yang berlainan warnanya itu ditunjukkan sebagai berikut, HMR ====== H+ + MR- . (1) (merah) (kuning) Tetapan pengionan metil merah (Ka) dirumuskan sebagai berikut: [H+][MR-] Ka = [HMR] atau bisa juga ditulis sebagai: pKa = pH - log [MR-]/[HMR] . (2) Harga Ka bisa dihitung dari persamaan (2), dengan cara pengukuran perbandingan [MR-]/[HMR] pada pH tertentu yang diketahui. Karena kedua bentuk metil merah mengabsorbsi kuat di daerah cahaya tampak, maka perbandingan tersebut dapat ditentukan secara spektrofotometri sinar tampak. Karena itu disini berlaku hukum Lambert-Beer, yaitu: A = - log I/Io = a.b.c . (3) dengan: A = Absorbansi I = Intensitas cahaya setelah melalui larutan Io = Intensitas pelarut murni a = Indeks absorbansi zat terlarut b = panjang/tebal larutan yang dilewati cahaya c = konsentrasi zat terlarut

Petunjuk praktikum kimia fisika

Harga a bergantung pada panjang gelombang cahaya, suhu, dan jenis pelarut. Jika dalam suatu larutan terdiri lebih dari satu jenis zat terlarut yang masing-masing mengabsorpsi secara bebas, maka absorbansinya bersifat aditif. A = ai . b. ci . (4) Penentuan tetapan pengionan indikator metil merah pada percobaan ini dilakukan secara spektrofotometri. Mula-mula ditentukan spektrum absorbsi metil merah bentuk I (HMR) dan bentuk II (MR-), kemudian dipilih dua panjang gelombang
1

dan

untuk kedua larutan sedemikian rupa sehingga bentuk asam mengabsorbsi


1

jauh lebih kuat pada

dibanding dengan basanya, demikian pula sebaliknya. Secara

ideal 1 dan 2 berupa puncak seperti gambar berikut:

Petunjuk praktikum kimia fisika

HMR MR2 1

Petunjuk praktikum kimia fisika

Indeks absorbansi molar HMR pada

(a1,
1

HMR

) dan pada

(a2,
2

HMR

).

Demikian pula indeks absorbansi molar MR- pada

(a1, MR-) dan pada

(a2, MR-)

ditentukan pada berbagai konsentrasi dengan menggunakan persamaan A = a b c. Komposisi campuran HMR dan MR- pada suatu pH tertentu dihitung dari absorbansi A1 dan A2, masing- masing pada 1 dan 2, dan tebal sel 1 cm (b = 1 cm), maka: A1 = a1, HMR [HMR] + a1, MR- [MR-] A2 = a2, HMR [HMR] + a2, MR- [MR-] . . (5) (6)

C. Peralatan yang Digunakan Spektrofotometer (Spectronic 20) pH meter Labu takar 100 mL Pipet gondok 10 mL, 25 mL, 50 mL. D. Bahan yang Digunakan Metil merah Natrium asetat Asam asetat Asam klorida Etanol 95 % NaOH E. Rangkaian Alat.

Petunjuk praktikum kimia fisika

Keterangan gambar: 1. tempat kuvet 2. display digital 3. mode indikator 4. mode pilihan 5. tombol pengurangan 6. tombol menaikkan 7. tombol untuk mencetak 8. pengatur panjang gelombang 9. pengatur transmitan/absorbans (100%T/0 A) 10. tombol power/pengatur nol 11. pengatur filter

F. Langkah kerja 1. Pembuatan larutan persediaan metil merah (1000 ppm). Setengah gram kristal metil merah dilarutkan dalam 300 mL etanol 95 %, kemudian diencerkan hingga tepat 500 mL dengan air suling. 2. Pembuatan larutan standar metil merah (100 ppm). 10 mL larutan persediaan ditambahkan ke dalam 50 mL etanol 95 % dalam labu takar 100 mL, kemudian diencerkan dengan air suling hingga tepat 100 mL. 3. Spektrum absorpsi bentuk asam (5 ppm), HMR, ditentukan dalam larutan asam klorida: 5 mL larutan standar + 10 mL 0,1 M HCl dan diencerkan hingga tepat 100 mL. 4. Spektrum absorpsi bentuk basa (10 ppm), MR-, ditentukan dalam larutan natrium hidroksida: 10 mL larutan standar + 25 mL 0,04 N larutan NaOH dan kemudian diencerkan hingga tepat 100 mL. 5. Untuk kedua larutan asam dan basa di atas tentukan absorbansinya pada berbagai panjang gelombang mulai dari 400 hingga 550 nm. Untuk memudahkan, sebagai sel pembanding digunakan air suling. Buat kurva A terhadap dan pilih 2 yang sesuai untuk menganalisa campuran bentuk asam dan basa. 6. Ukur absorbansi metil merah dalam larutan asam dan basa di atas, pada 2 yang anda temukan. 7. Untuk menentukan tetapan kesetimbangan ionisasi, dibuat tiga larutan sebagai berikut yang terdiri atas: 5 mL larutan standar + 25 mL larutan 0,04 M Na-asetat, kemudian volumenya dijadikan tepat 100 mL dengan menambahkan: a. 0,01 M asam asetat b. 0,05 M asam asetat c. 0,10 M asam asetat 2
1 1

dan dan

Petunjuk praktikum kimia fisika

8. Tentukan pH dan absorbansi pada 1 dan 2larutan-larutan pada No.7.

G. Analisis Data. 1. Buat sekali lagi spektrum absorpsi bentuk asam dan bentuk basa metil merah. 2. Tentukan indeks absorbansi molar bentuk asam dan bentuk basa metil merah pada
1

dan 2 dari percobaan saudara.

3. Tentukan konsentrasi masing-masing spesi metil merah menggunakan persamaan (5) dan (6). 4. Gambarkan kurva log [MR-]/[HMR] (ordinat) terhadap pH(absis). 5. Hitung pKa dan Ka metil merah dengan menggunakan persamaan (2) dan grafik. H. Data Pengamatan No. 1. 2. No. Larutan yang diukur 1. 2. No. 1. 2. 3. Metil merah bentuk asam Metil merah bentuk basa Larutan yang ditambahkan pada: 5 mL larutan standar + 25 mL larutan 0,04 M Na-asetat 0,01 M asam asetat 0,05 M asam asetat 0,10 M asam asetat Absorbansi
1

Absorbansi Bentuk asam Bentuk basa

Absorbansi
1

pH

I. Pertanyaan 1. Gambarkan dalam suatu skema peralatan suatu spektrofotometer sinar tampak, UV, dan IR. Apakah sumber cahaya pada spektrofotometer tsb? 2. Selain cara spektrofotometri, cara apa lagi yang dapat digunakan untuk menentukan tetapan kesetimbangan reaksi kimia?

Petunjuk praktikum kimia fisika

3. Turunkan hubungan antara tetapan kesetimbangan dengan suhu ! Daftar Pustaka Day, R.A. Jr and Underwood,A.L. , 1986, Kimia Analisis Quantitatif, Jakarta:Erlangga Daniels et all., 1970, Experimental Physical Chemistry, 7th Ed., New York: McGraw Hill I.M. Kolthoff, 1953, Acid-Base Indicators, , New York: MacMillan S.W. Tobey, 1958, J. Chem. Ed., 35, 514

Petunjuk praktikum kimia fisika

Percobaan 2 REFRAKTOMETRI

A. Tujuan Percobaan. Setelah menyelesaikan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat memahami prinsip kerja refraktometer, dan menentukan konsentrasi suatu larutan gula melalui kurva kalibarasi. B. Dasar Teori Jika cahaya masuk dari suatu medium ke medium lain frekuensi cahaya tidak berubah tetapi cepat rambatnya akan berubah.

Kecepatan cahaya dalam ruang hampa

Kecepatan cahaya dalam medium

Perbandingan cepat rambat cahaya dalam ruang hampa (c) dengan cepat rambat cahaya dalam medium (v) disebut indeks bias mutlak dari medium (n). Dirumuskan: n = c/v .. (1) Cepat rambat dalam medium (v) lebih kecil dibandingkan cepat rambat dalam ruang hampa (c). Hal ini disebabkan oleh redaman osilasi dari atom-atom dalam medium. Dengan kata lain bahwa cepat rambat cahaya (v) ditentukan oleh atom-atom dalam medium dan ini berakibat pada harga indeks bias (n). Secara atomik harga indeks bias dirumuskan: n = 1 + N. e2/me.0 x fi /wi .. N = jumlah atom per satuan volume e = elektron me = massa elektron fi = kekuatan osilasi wi = frekuensi karakteristik 0 = permitivitas ruang hampa 1 (2)

Petunjuk praktikum kimia fisika

Dari persamaan (2) dapat dipahami bahwa indeks bias berbanding lurus dengan jumlah atom per satuan volume. Dengan kata lain semakin besar konsentrasi larutan, semakin besar pula indeks biasnya.Pada percobaan penentuan kadar gula pada percobaan ini didasarkan indeks bias larutan gula dengan menggunakan alat refraktometer. C. Peralatan yang Digunakan Refraktometer Pipet ukur 10 ml Pipet volume 25 ml Beaker glass 50 ml Pengaduk Tabung reaksi

D. Zat Kimia Yang Digunakan Gula Aquadest

E. Rangkaian Alat.

F. Langkah kerja 1. Pelajari dahulu bagian-bagian refraktometer, jika kurang jelas tanyakan pada pembimbing praktikum saudara. 1

Petunjuk praktikum kimia fisika

1. Buat larutan gula dengan konsentrasi 50 % berat dengan cara mencampurkan 25 gram gula dan 25 gram air (kurang lebih 25 ml air) 2. Teteskan larutan gula 50 % tersebut di atas prisma refraktometer , kemudian tutup, diamati dan dicatat indeks biasnya. 3. Ulangi langkah 3 untuk larutan dengan konsentrasi 40 %, 30 %,20 %, 10 % (dengan mengencerkan larutan) dan 0 % yakni air murni tanpa gula. 4. Buatlah kurva kalibrasi antara indeks bias (n) versus konsentrasi (%). 5. Dengan mengalurkan data indeks bias larutan gula sampel pada kurva kalibarasi, tentukan konsentrasi larutan gula sampel tersebut. G. Data Pengamatan Tabel : Data pengukuran indeks bias larutan gula. Larutan gula 50 % 40 % 30 % 20 % 10 % 0% Sampel X H. Analisis Data. Indeks bias larutan gula berbanding lurus dengan konsentrasinya. Dengan cara mengalurkan data indeks bias sampel (X) pada kurva kalibrasi indeks bias (ordinat) versus konsentrasi sebagai absis maka konsentrasi gula sampel (X) dapat ditentukan. Grafik antara indeks bias dan sampel ditunjukkan oleh gambar berikut ini. Indeks bias (n)

C Co n

Petunjuk praktikum kimia fisika

I. Pertanyaan. 1. Apa yang dimaksud dengan konsentrasi larutan dan dapat dinyatakan dalam bentuk apa saja? 2. Berapa ml air yang harus dicampurkan dengan 50 gram gula untuk membuat larutan gula 50 %, 40 %, 30 %, 20 %, 10 % 3. Nyatakan soal no. 2 dalam molalitas

Daftar Pustaka Atkins, P.W. 1986. Physical Chemistry. 3rd edition. Oxford: Oxford University Press Castelan, G.W. 1983. Physical Chemistry. 3rd edition. Amsterdam: Addison Wesley Publishing Company Day, R.A. Jr and Underwood,A.L. , 1986, Kimia Analisis Quantitatif, Jakarta:Erlangga. Laidler, Keith, J., dan Meisler, John H. 1982. Physical Chemistry. California: The Benjamin/Cuming Publishing Company, Inc

Petunjuk praktikum kimia fisika

Percobaan 3 ANGKA ANGKUT

A. Tujuan Percobaan Percobaan. Menentukan angka angkut kation dan anion dengan cara Hittorf. B. Dasar Teori Bagian arus yang diangkut oleh kation yang bergerak ke katoda dan oleh anion yang bergerak ke anoda disebut angka angkut. Banyaknya bagian arus yang diangkut oleh anion dan kation tidak sama. Ion yang bergerak lebih cepat akan mengangkut jumlah listrik yang lebih banyak melalui larutan dalam satuan waktu tertentu atau ion tersebut mengangkut bagian arus yang lebih banyak. Untuk suatu elektrolit, jika ua dan uc masing-masing adalah mobilitas anion dan kation, maka angka angkut kation dan anion dirumuskan: nc = uc / (uc + ua) dan dimana, nc na uc ua na = ua / (uc + ua) : angka angkut kation : angka angkut anion : mobilitas kation : mobilitas anion

Dengan demikian diperoleh persamaan : (nc + na) = 1. Ada beberapa cara untuk menentukan angka angkut anion dan angka angkut kation, antara lain dengan cara batas bergerak dan cara Hittorf. Pada percobaan berikut akan dilakukan penentuan angka angkut cara Hittorf. Pada cara hittorf digunakan sel elektrolisis yang dibagi menjadi tiga bagian dengan menggunakan penyekat berpori. Tiga bagian tersebut adalah ruang anoda, ruang katoda dan ruang penghubung. Pada proses elektrolisis jumlah ekivalen kation yang terbentuk di anoda sama dengan jumlah ekivalen atom yang terbentuk di katoda, tetapi konsentrasi kation di sekitar elektroda tidaklah tepat sama. Sebagai contoh,elektrolisis larutan CuSO4, jika x ekivalen ion Cu2+ dilepaskan di anoda, akan terjadi peningkatan jumlah ionCu2+x ekivalen di sekitar anoda, bila tidak terjadi migrasi ion Cu2+ ke katoda. Karena terjadi migrasi Cu2+ dalam ruang anoda, maka hanya terjadi peningkatan jumlah ionCu2+sebesar z ekivalen yang lebih kecil dari 1

Petunjuk praktikum kimia fisika

x. Besarnya x dapat diketahui dengan cara penimbangan anoda atau penentuan jumlah muatan listrik yang digunakan dalam elektrolisis, sedangkan besarnya z dapat diketahui dengan cara titrasi larutan di sekitar anoda sebelum dan sesudah elektrolisis. Besarnya angka angkut ion Cu2+ dihitung dengan menggunakan rumus: nc = (x z)/x z : peningkatan jumlah ekivalen ion Cu2+ di ruang anoda. x : ekivalen dari Cu yang berasal dari oksidasi anoda. nc : angka angkut kation C.Peralatan yang Digunakan. Sumber arus DC Stop watch Buret Corong Pipet takar 5 dan 10 ml Erlenmeyer 100 ml Beaker glass 400 ml

D. Bahan yang Digunakan Elektroda Cu Larutan CuSO4 0,1 M Larutan Na2S2O3 0,1 M Larutan KI 0,1 M (baru) Indikator amilum (baru)

E. Rangkaian Alat. Rangkaian alat elektrolisis untuk menentukan angka angkut cara Hittorfdalam percobaan, ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.

Petunjuk praktikum kimia fisika

m CuSO Cu 4 uA

Gambar: Rangkaian alat elektrolisis untuk menentukan angka angkut cara Hittorf. F. Langkah kerja. 1. Bersihkan sepasang elektroda Cu dengan kertas gosok, cuci dengan air kemudian dengan alkohol. Timbang elektroda yang akan dipakai sebagai anoda dengan ketelitian 0,001 gram. 2. Isikan larutan CuSO4 0,1 M (konsentrasi harus diketahui dengan tepat) ke dalam beaker (alat yang lebih sesuai adalah yang berbentuk persegi panjang). 3. Pasanglah elektroda, penyekat dan alat lain untuk elektrolisis. 4. Tentukan volume larutan dalam ruang anoda, dengan mengukur tinggi, panjang, dan lebar.

Petunjuk praktikum kimia fisika

5. Alirkan listrik selama 30 menit, catat kuat arus tiap 1 menit. Kuat arus dalam perhitungan adalah harga rata-rata kuat arus ini. 6. Ambilah 5 ml larutan di sekitar anoda dengan pipet takar sebanyak tiga kali dan tempatkan masing-masing dalam erlenmeyer. 7. Tambahkan ke dalam masing-masing erlenmeyer, 15 ml larutan KI 0,1 M dan indikator amilum. 8. Titrasilah masing-masing larutan dengan larutan Na2S2O3 0,1 M sampai warna biru hilang. 9. Ulangi langkah 6 8 untuk larutan CuSO4 yang belum dielektrolisis. 10. Bersihkan anoda dengan air (jangan digosok) kemudian dengan alkohol. Timbanglah anoda tersebut bila sudah kering benar. G. Data Pengamatan 1. berat anoda awal 2. berat anoda akhir 3. konsentrasi CuSO4 awal 4. konsentrasi CuSO4 akhir (ruang anoda) 5. volume ruang anoda 6. kuat arus rata-rata 7. Lama elektrolisis H. Analisis Data. Besarnya angka angkut kation ditentukan dengan cara menghitung jumlah ekivalen dari ion Cu2+ yang diangkut dari ruang anoda ke katoda, sedangkan angka angkut anion dihitung dengan cara mengurangkan angka angkut kation terhadap angka satu (1 nc). Langkah-langkah analisis sebagai berikut. 1. Hitunglah pengurangan berat anoda 2. hitunglah jumlah ekivalen ion Cu2+ yang telah dibentuk oleh anoda 3. Hitunglah peningkatan jumlah ekivalen ion Cu2+di sekitar anoda (harga ini diperoleh dengan mengurangi konsentrasi akhir dengan konsentrasi awal dikalikan volume ruang anoda) 4. Hitunglah nc dan na I. Pertanyaan. 1 = .. gram = .. gram = .. N = ... N = ... cm3 = .. A = .. detik

Petunjuk praktikum kimia fisika

1. Tuliskan reaksi elektrolisis larutan CuSO4 dengan elektrode Cu 2. Tuliskan reaksi yang terjadi pada titrasi larutan CuSO4 pada percobaan ini. Daftar Pustaka Atkins, P.W. 1986. Physical Chemistry. 3rd edition. Oxford: Oxford University Press Castelan, G.W. 1983. Physical Chemistry. 3rd edition. Amsterdam: Addison Wesley Publishing Company Day, R.A. Jr and Underwood,A.L. , 1986, Kimia Analisis Quantitatif, Jakarta:Erlangga. Laidler, Keith, J., dan Meisler, John H. 1982. Physical Chemistry. California: The Benjamin/Cuming Publishing Company, Inc Percobaan 4 PENENTUAN BERAT MOLEKUL POLIMER A. Tujuan Percobaan. Menentukan berat molekul polimer secara viskosimetri. B. Dasar Teori. Berat molekul polimer dapat dihubungkan dengan viskositas larutan polimer. Hubungan tersebut dapat digambarkan oleh persamaan berikut: . (1)

[ ] =
keterangan: [] sp

c 0

lim

sp
c

= KM a

= viskositas intrinsik = viskositas spesifik = - 1 atau

0
= t t0 o = viskositas larutan polimer = viskositas pelarut murni 1 - 1

Petunjuk praktikum kimia fisika

t t0 M

= waktu alir larutan polimer antara 2 tanda pada viskosimeter = waktu alir pelarut murni antara 2 tanda pada viskosimeter. = berat molekul polimer.

A & K = tetapan, yang harganya tergantung jenis polimer dan pelarutnya. Dengan cara mengalurkan grafik antara sp/C versus C diperoleh intercept [] . Kemudian dengan memasukan nilai viskositas intrinsik ke dalam persamaan (1) di atas, berat molekul polimer dapat ditentukan. [] C

Petunjuk praktikum kimia fisika

sp/C

C. Alat yang digunakan. Labu ukur (250ml, 100 ml, 25 ml) Pipet (5 ml, 10 ml) Viskosimeter Brookfield Gelas kimia

D. Bahan yang digunakan. Polimer (polistirena) Toluena Polivinil alkohol Aquadest Alkohol (95%) atau aseton

E. Rangkaian Alat.

Viskosimeter Brookfield

Petunjuk praktikum kimia fisika

F. Langkah Kerja Penentuan BM menggunakan viskosimeter Brookfield. 1. Timbang 2.5 gram polistirena (polivinil alkohol) dan masukan dalam labu ukur 100 ml, larutkan sedikit demi sedikit dengan toluena (aquadest) sampai 250 ml (= C). 2. Masukkan 250 ml toluena (aquadest) dalam sample container. Ukur viskositasnya berkali-kali sampai diperoleh nilai yanng konstan (3 4 kali) 3. Bilas sample container yang baru dipakai dengan larutan yang akan diukur waktu alirnya. Larutan yang diukur waktu alirnya adalah larutan dengan konsentrasi 0,125C; 0,25C; 0,5C; dan C. 4. Untuk setiap pengukuran masukkan 200 ml larutan dalam sample container. Pengukuran dimulai dari larutan yang paling encer.

G. Data Pengamatan. Penentuan BM menggunakan viskosimeter brookfield. Konsentrasi larutan 0C 0,125 C 0,25 C 0,5 C C H. Analisis Data. 1. Buatlah kurva sp/C sebagai fungsi C. 2. Hitunglah viskositas intrinsik 3. Hitunglah berat molekul polimer, untuk larutan polistirena dalam toluena (dalam satuan g/ml) pada suhu 25 0C adalah K = 1,18 . 10-2 dan a = 0,72. Untuk larutan polivinilalkohol dalam air (dalam satuan g/ml) pada suhu 30 0C adalah K = 15,6 . 10-2, a = 0,76. I. Pertanyaan. 1. Bagaimanakah struktur kimia polistirena atau polivinil alkohol. 2. Berdasarkan berat molekulnya, hitung berapa satuan (monomer) terdapat dalam molekul itu. 1 viskositas 2 3 viskositas rata-rata

Petunjuk praktikum kimia fisika

Percobaan 5 PENENTUAN TEGANGAN PERMUKAAN CAIRAN CARA CINCIN DU NOUY A. Tujuan Percobaan 1. Menentukan tegangan permukaan cairan tunggal dan atau larutan B. Dasar Teori Molekul pada permukaan mengalami tarikan ke dalam rongga cairan, karena gaya tarik-menarik di dalam rongga cairan lebih besar daripada gaya tarik oleh uap molekul yang ada di atas permukaan. Akibat tarikan ini, maka permukaan cenderung mengkerut untuk mencapai luas sekecil mungkin sehingga mempunyai tegangan permukaan. Tegangan permukaan didefinisikan sebagai gaya tiap satuan panjang yang bekerja pada permukaan, atau sebagai energi per satuan luas yang diperlukan untuk memperluas permukaan tiap satu satuan luas pada suhu, tekanan, dan komposisi tetap. Selain tegangan permukaan untuk sistem cair-uap, dikenal pula tegangan antarmuka
i

untuk dua cairan yang tak saling campur. Faktor-faktor yang mempengaruhi

antara lain suhu, tekanan, dan konsentrasi larutan. Cara cincin Du Nouy Cara ini didasarkan atas penentuan gaya yang diperlukan untuk menarik cincin Pt dari permukaan cairan. Cincin digantungkan pada neraca torsi, kemudian ditarik dari cairan dengan memutar kawat torsi. Gaya yang diperlukan secara ideal adalah: F = 4 R (1) dimana R = jari-jari cincin. Keliling 2 R harus dikalikan 2 mengingat ada batas dalam dan batas luar antara cairan dan kawat. Perlakuan ini berlaku untuk cairan dengan sudut kontak = 0. Dalam kenyataan ada sebagian yang terangkat sebelum permukaan cairan terpecahkan, sehingga persamaan (1) memerlukan faktor koreksi, , yang merupakan fungsi dari R3/V dan R/r. dimana, V = volume cairan yang terangkat, r= jarijari kawat, dan R = jari-jari cincin. Dengan mempertimbangkan faktor koreksi, tegangan permukaan diberikan oleh persamaan:

Petunjuk praktikum kimia fisika

. (2)
= F 4R

(3)

( a ) 2 = 4b 2
a = 0.725 b = 0.09075 m-1det2

1 F +C 2 R 4R( 1 2 )

c = 0.04534 1.679 (r/R) r = jari-jari kawat yang digunakan untuk membuat cincin R = jari-jari rata-rata lingkaran cincin (keliling cincin) 1 = massa jenis cairan yang ada di bawah 2 = massa jenis cairan yang ada di atas Biasanya untuk meyakinkan bahwa sudut kontak memang nol, digunakan cincin yang terbuat dari kawat platina. C. Alat yang digunakan Tensiometer Du Nouy Cincin platina Termometer 100 0C Gelas kimia 50 mL Gelas ukur 50 mL D. Bahan yang digunakan Aseton, alkohol, benzena, kloroform, dll Larutan NaCl Larutan MgCl2 75 mL 1M 50 mL 1buah 1buah 1 buah 5 buah 1 buah

E. Langkah Kerja 1

Petunjuk praktikum kimia fisika

1. Gunakan pinset untuk memegang cincin. Jangan sekali-kali memegang/menjepit cincin dengan pinset pada bagian yang melingkar. 2. Bersihkan cincin dengan mencelupkannya ke dalam alkohol, kemudian dibakar sebentar dengan pembakar bunsen. 3. Gantungkan cincin pada lengan torsi. 4. Cairan yang hendak ditentukan -nya ditempatkan dalam sebuah gelas kimia (d 4,5 cm) dan diletakkan di atas penyangga cuplikan. Penyangga ini harus harus pada kedudukan sedemikian rupa sehingga kalau diturunkan dapatmencapai permukaan. 5. Naikkan penyangga cuplikan sampai cincin tercelup sedalam 0,5 cm dari permukaan, atau dari antarmuka untuk penentuan
i

6. Atur lengan torsi, sehingga lengan menunjuk angka nol(0) pada piringan skala. Cincin harus tetap tercelup di dalam cairan selama pengerjaan ini. 7. Turunkan penyangga cuplikan perlahan-lahan sehingga cincin berada tepat pada permukaan cairan. 8. Putar lengan torsi perlahan-lahan sampai cincin terlepas dari permukaan cairan. 9. Jenis tugas yang dapat diberikan: a. Dua cairan yang saling larut dan campurannya sebanyak 50 mL masingmasing dengan komposisi 25% volume A, 50% volume A, dan 75% volume A. b. Sistem padat-cair yang membentuk larutan homogen dengan konsentrasi 1M; 0,5M; 0,25M; 0,1M

F. Data Pengamatan Catat besar sudut torsi untuk masing-masing cairan G. Analisis Data. 1. Tentukan tegangan permukaan cairan menggunakan tegangan permukaan air murni dengan menggunakan persamaan dimana = tegangan

= 0 0

Petunjuk praktikum kimia fisika

permukaan cairan, dan


0

= tegangan permukaan air, = besar sudut putar cairan, yang

= besar sudut putar air murni.


i

2. Tentukan tegangan permukaan zat murni dan larutannya serta ditugaskan. 3. bandingkan dengan nilai literatur untuk zat murni. H. Pertanyaan. 1. Mengapa
i

lebih kecil daripada cairan-cairan murninya?

2. Jelaskan cara lain untuk penentuan dengan prinsip yang sama seperti cara cincin Du Nouy 3. Bagaimana pengaruh suhu pada tegangan permukaan? Daftar Pustaka Castelan, G.W. 1983. Physical Chemistry. 3rd edition. Amsterdam: Addison Wesley Publishing Company Daniels et all., 1970, Experimental Physical Chemistry, 7th Ed., New York: McGraw Hill Atkins, P. 2001. Physical Chemistry. 3rd edition. Great Britain: Oxford University Press

You might also like