You are on page 1of 17

munologi Pemeriksaan imunologi yang dilakukan di Laboratorium Klinik Bio Medika meliputi pemeriksaan serologi khususnya pada penyakit

infeksi, kelainan tulang/rematik dan petanda tulang. Pemeriksaan serologi adalah pemeriksaan yang menggunakan serum seperti pemeriksaan pada dugaan demam dengue. Demam dengue dapat merupakan infeksi pertama kali yang disebut infeksi primer dan dikenal sebagai demam dengue, serta infeksi kedua kali yang disebut infeksi sekunder yang dapat menimbulkan penyakit demam berdarah yang dikenal sebagai dengue haemorragic fever (DHF) yang dapat mengalami renjatan dan berakhir dengan kematian. Pada demam dengue, pemeriksaan serologi yang tersedia adalah pemeriksaan antigen NS-1, IgA-anti dengue, antibodi dengue IgG dan IgM. Pemeriksaan antigen NS-1 dengue dapat dilakukan pada hari pertama sampai hari kesembilan dari demam baik pada infeksi primer maupun infeksi sekunder, sehingga antigen NS-1 ini merupakan pemeriksaan dini untuk mengetahui adanya infeksi dengan virus dengue. Pada infeksi primer didapatkan kadar antibodi IgM setelah hari ke 4 - 5 demam dan antibodi IgG akan timbul setelah hari ke 14 demam dan bertahan dalam jangka waktu yang lama. Pada infeksi sekunder, antibodi IgG akan timbul lebih dahulu yaitu 1 2 hari setelah gejala demam timbul dan antibodi IgM akan timbul pada setelah hari ke 5 10 demam. Selain itu dikenal juga pemeriksaan antibodi dengue IgA yang merupakan pertanda serologi infeksi yang aktif. Kadar antibodi dengue IgA lebih tinggi pada infeksi akut yang akan mengalami renjatan dibanding dengan penderita infeksi primer/sekunder sehingga dapat dikatakan kadar IgA berkorelasi dengan beratnya penyakit. Pemeriksaan serologi tersebut di atas mempunyai hasil yang sangat bervariasi tergantung pada respon imun penderita. Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan yang bertujuan mengetahui adanya demam tifoid yang disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A,B,C. Pemeriksaan Widal sering menunjukkan reaksi silang dengan kuman usus sehingga pemeriksaan ini tidak bersifat spesifik. Untuk mendeteksi infeksi dengan Salmonella typhi yang spesifik dapat diperiksa Salmonella typhi IgM. Pada infeksi lambung yang disebabkan oleh kuman Helicobacter pylori yang dapat menyebabkan radang, tukak pada lambung dan dapat menimbulkan keganasan. Oleh karena itu, adanya infeksi dengan kuman Helicobacter pylori dapat diketahui dengan pemeriksaan antibodi terhadap H.pylori IgG-IgM.

Penyakit infeksi lain yang banyak di Indonesia adalah infeksi dengan parasit Entamoeba histolityca yang dapat menyebabkan perdarahan usus bahkan dapat menimbulkan kerusakan dinding usus (perforasi). Pasien yang diduga pernah mengalami infeksi dengan parasit tersebut dapat diketahui dengan pemeriksaan antibodi terhadap amoeba golongan IgG. Terhadap penyakit tuberculosis (TBC), khususnya yang telah menyebar di dalam tubuh dapat diketahui dengan pemeriksaan antibodi terhadap kuman tuberculosis. Untuk penyakit syphilis yang disebabkan oleh Treponema pallidum dapat dilakukan pemeriksaan VDRL/TPHA. VDRL adalah pemeriksaan yang tidak spesifik tetapi cukup sensitif untuk penyakit syphilis. Tetapi pada beberapa penyakit seperti TBC, kusta, frambusia dapat menimbulkan hasil positif palsu. Sedangkan syphilis stadium dini dan syphilis stadium lanjut sering menghasilkan reaksi negatif palsu. Untuk membuktikan seseorang pernah kontak dengan kuman Treponema pallidum dilakukan pemeriksaan serologi TPHA yang menguji adanya antibodi spesifik terhadap kuman Treponema pallidum. C-reactive protein (CRP) adalah protein yang dihasilkan oleh hati pada proses kerusakan jaringan dan peradangan. Kadarnya akan meningkat di dalam darah 6 10 jam setelah peradangan akut atau kerusakan jaringan dan mencapai puncak 24 72 jam. Peningkatan kadar CRP dapat terjadi pada arthritis rheumatoid, infeksi akut, infark jantung, dan keganasan. Kadar CRP akan menjadi normal 3 hari setelah kerusakan jaringan membaik. Makin tinggi kadar CRP, maka makin luas proses peradangan atau kerusakan jaringan. Pemeriksaan CRP lebih dini menunjukkan hasil yang abnormal dibanding dengan pemeriksaan laju endap darah. hsCRP adalah uji yang sangat sensitif untuk deteksi risiko kelainan kardiovaskuler dan penyakit pembuluh darah tepi. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersamaan dengan profil lipid. Dalam kepustakaan dikatakan, sepertiga dari pasien yang mendapat serangan jantung menunjukkan kadar kolesterol dan tekanan darah yang normal tetapi hsCRP sudah menunjukkan peningkatan sehingga peningkatan dari hsCRP menunjukkan adanya risiko tinggi untuk timbulnya penyakit pembuluh darah koroner dan stroke. Pada angina pectoris, hsCRP tidak meningkat. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya inflamasi/peradangan pada proses arterosklerosis, khususnya pada arteri koroneria. Rheumatoid Arthritic Factor (RAF) adalah pemeriksaan penyaring untuk mendeteksi adanya antibodi golongan IgM, IgG atau IgA yang terdapat dalam serum pada penderita arthritis rheumatoid. Pemeriksaan ini berhasil positif pada 53 94% pasien dengan arthritis rheumatoid. Selain itu, RAF bisa didapatkan pada bermacam-macam penyakit jaringan ikat

seperti lupus erythematosus, sklerodema, dermatomiositis serta pada penyakit TBC, leukemia, hepatitis, sirosis hati, sipilis dan usia lanjut. Bakteri -hemolytic Streptococcus mengeluarkan enzim yang disebut streptolysin-O yang mampu merusak/melisiskan eritrosit. Streptolysin-O ini bersifat sebagai antigen dan merangsang tubuh untuk membentuk antibodi antistreptolysin-O (ASO). Kadar ASO yang tinggi di dalam darah berarti terdapat infeksi dengan kuman Streptococcus yang menghasilkan ASO seperti pada demam rematik, penyakit glomerulonephritis akut. Peningkatan kadar ASO menandakan adanya infeksi akut 1 2 minggu sebelumnya dan mencapai puncak 3 4 minggu dan dapat bertahan sampai berbulan-bulan. Petanda tumor umumnya diperiksa dari darah. Kegunaan dari petanda tumor untuk deteksi kanker. Petanda tumor ini dipakai untuk menyaring dan membantu menegakkan diagnosis untuk kanker, mengikuti perjalanan penyakit dan ingin mengetahui adanya kekambuhan (relapse). Umumnya pemeriksaan petanda tumor tidak dapat diperiksa secara tunggal untuk mendeteksi adanya kanker, harus dengan menggunakan beberapa petanda tumor. Alpha fetoprotein (AFP) adalah glikoprotein yang dihasilkan oleh kantung telur yang akan menjadi sel hati pada janin. Ternyata protein ini dapat dijumpai pada 70 95% pasien dengan kanker hati primer dan juga dapat dijumpai pada kanker testis. Pada seminoma yang lanjut, peningkatan AFP biasanya disertai dengan human Chorionic Gonadotropin (hCG). Kadar AFP tidak ada hubungan dengan besarnya tumor, pertumbuhan tumor, dan derajat keganasan. Kadar AFP sangat tinggi pada kasus dengan keganasan hati primer sedangkan pada metastasis tumor ganas ke hati (keganasan hati sekunder) kadar AFP kurang dari 350 400 IU/mL. Pemeriksaan AFP ini selain diperiksa di dalam serum, dapat juga diperiksakan pada cairan ketuban untuk mengetahui adanya spinabifida, ancephalia, atresia oesophagus atau kehamilan ganda. Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah protein yang dihasilkan oleh epitel saluran cerna janin yang juga dapat diekstraksi dari tumor saluran cerna orang dewasa. Pemeriksaan CEA ini bertujuan untuk mengetahui adanya kanker usus besar, khususnya ardenocarcinoma. Pemeriksaan CEA merupakan uji laboratorium yang tidak spesifik karena 70% kasus didapatkan peningkatan CEA pada kanker usus besar dan pankreas. Peningkatan kadar CEA dapat pula dijumpai pada keganasan oesophagus, lambung, usus halus, dubur, kanker payudara, kanker serviks, sirosis hati, pneumonia, pankreatitis akut, gagal ginjal, penyakit inflamasi dan trauma pasca operasi. Yang penting diketahui bahwa kadar CEA dapat meningkat pada perokok. Cancer antigen 72-4 atau dikenal dengan Ca 72-4 adalah mucine-like,

tumor associated glycoprotein TAG 72 di dalam serum. Antibodi ini meningkat pada keadaan jinak seperti pankreatitis, sirosis hati, penyakit paru, kelainan ginekologi, kelainan ovarium, kelainan payudara dan saluran cerna. Pada keadaan tersebut spesifisitas sebesar 98%. Peningkatan Ca 72-4 mempunyai arti diagnostik yang tinggi untuk kelainan jinak tersebut. Pada keganasan lambung, ovarium dan kanker usus besar mempunyai arti diagnostik yang tinggi. Pada kanker lambung, uji diagnostik Ca 72-4 mempunyai nilai sensitifitas 28 80% ; pada kanker ovarium, sensitifitas 47 80% ; sedangkan pada kanker usus besar, sensitifitasnya 20 41%. Pemeriksaan petanda tumor ini dipakai untuk menegakkan diagnosis, bila diperlukan harus digunakan lebih dari 1 petanda tumor. Selain itu pemeriksaan Ca 72-4 juga dipakai pada pasca operasi dan pada waktu relapse. Cancer antigen 19-9 (Ca 19-9) adalah antigen kanker yang dideteksi untuk membantu menegakkan diagnosis, keganasan pankreas, saluran hepatobiliar, lambung dan usus besar. Kadar Ca 19-9 meningkat pada 70 75% kanker pankreas dan 60 65% kanker hepatobiliar. Pada peningkatan ringan, kadar Ca 19-9 dapat dijumpai pada radang seperti pankreatitis, sirosis hati, radang usus besar. Cancer antigen 12-5 (Ca 12-5) dipakai untuk indikator kanker ovarium epitel non-musinous. Kadar Ca 12-5 meningkat pada kanker ovarium dan dipakai untuk mengikuti hasil pengobatan 3 minggu pasca kemoterapi. Human chorionic gonadotropin (HCG) adalah hormon yang dihasilkan plasenta, didapatkan pada darah dan urin wanita hamil 14 26 hari setelah konsepsi. Kadar HCG tertinggi pada minggu ke 8 kehamilan. HCG tidak didapatkan pada wanita yang tidak hamil, pada kematian janin dan 3 4 hari pasca melahirkan. HCG meningkat pada keganasan seperti mola hidatidosa, koreonepitelioma, koreocarcinoma dari testis. Cancer antigen 15-3 (Ca 15-3) dipakai untuk mengidentifikasi kanker payudara dan monitoring hasil pengobatan. Pemeriksaan petanda tumor ini akan lebih sensitif bila digunakan bersama CEA. Kadar Ca 15-3 meningkat pada keganasan payudara, ovarium, paru, pankreas dan prostat. Prostat Spesific Antigen (PSA) dipakai untuk diagnosis kanker prostat. Dahulu kala pemeriksaan kanker prostat dilakukan pemeriksaan aktifitas prostatic acid phosphatase (PAP), diikuti dengan pemeriksaan colok dubur. Tetapi aktifitas PAP yang tinggi disertai dengan pembesaran kelenjar prostat selalu sudah terjadi metastasis. Untuk pemeriksaan dini kanker prostat dipakai pemeriksaan PSA. Kadar PSA dapat meningkat pada hipertrofi prostat jinak dan lebih tinggi lagi pada kanker prostat. Kadar PSA meningkat setelah colok dubur atau bedah prostat. Pemeriksaan PSA disarankan untuk pemeriksaan rutin pada pria usia lebih

dari 40 thn. Total PSA (tPSA) terdiri dari PSA bebas dan PSA kompleks. Kadar PSA total dipakai untuk mendapatkan persen (%) PSA bebas. Neuron Specific Enolase (NSE) dipakai untuk menilai hasil pengobatan dan perjalanan penyakit, keganasan small cell bronchial carcinoma, neuroblastoma, dan seminoma. Kadar NSE tidak mempunyai hubungan dengan adanya metastasis, tapi memiliki korelasi yang baik terhadap stadium perjalanan penyakit. Peningkatan ringan kadar NSE dapat dijumpai pada penyakit paru jinak dan penyakit pada otak. Squamous cell carcinoma (SCC) antigen diperoleh dari jaringan karsinoma sel skuamosa dari serviks utri. Pemeriksaan SCC bertujuan untuk menilai prognosis, kekambuhan dan monitoring penyakit. Umumnya SCC meningkat pada keganasan sel squamosa seperti faring, laring, palatum, lidah dan leher. Cyfra 21-1 dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis kelainan paru yang jinak seperti pneumonia, sarcoidosis, TBC, bronchitis kronik, asma, dan emfisema. Kadarnya juga meningkat pada kelainan hati dan gagal ginjal. Kadar cyfra 21-1 lebih dari 30 ng/ml didapatkan pada primary bronchial carcinoma. Triidothyronine (T3) adalah hormon tiroid yang ada dalam darah dengan kadar yang sedikit yang mempunyai kerja yang singkat dan bersifat lebih kuat daripada tiroksin (T4). T3 disekresikan atas pengaruh thyroid stimulating hormone (TSH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise dan thyroidreleasing hormone (TRH) yang dihasilkan oleh hipotalamus. T3 didalam aliran darah terikat dengan thyroxine binding globulin (TBG) sebanyak 38 80%, prealbumin 9 27% dan albumin 11 35%. Sisanya sebanyak 0.2 0.8% ada dalam bentuk bebas yang disebut free T3. Free T3 meningkat lebih tinggi daripada free T4 pada penyakit graves dan adenoma toxic. Free T3 dipakai untuk monitoring pasien yang menggunakan obat anti-tiroid, karena pada pengobatan tersebut, produksi T3 berkurang dan T4 dikonversi menjadi T3. Selain itu, kadar free T3 diprediksi untuk menentukan beratnya kelainan tiroid. Thyroxine (T4) di dalam aliran darah ada dalam bentuk free T4 dan yang terikat dengan protein. Protein pengikat T4 adalah TBG sebanyak 75%, albumin 10% dan prealbumin 15% dari T4 total. Sebagian kecil yaitu 0.03% dari T4 ada dalam bentuk bebas yang disebut free T4. Free T4 ini merupakan suatu uji laboratorium yang paling baik untuk mengetahui adanya disfungsi dari kelenjar tiroid. Thyroid stimulating hormone (TSH) adalah hormon yang dihasilkan oleh hipofisa interior. TSH berfungsi merangsang produksi hormon tiroid seperti T4 dan T3 melalui receptornya yang ada di permukaan sel thyroid. Sintesis dari TSH ini dipengaruhi oleh thyrotropin releasing hormone

(TRH) yang dihasilkan oleh hypothalamus bila didapatkan kadar hormon tiroid yang rendah di dalam darah. Bila kadar T3 dan T4 meningkat, produksi TSH akan ditekan sehingga akan terjadi penurunan kadar T3 dan T4. Sebagaimana diketahui, hormon tiroid di dalam aliran darah terikat pada protein yang disebut thyroxin binding protein. Banyaknya thyroxin binding protein yang tidak mengikat hormon tiroid merupakan ukuran dari TUptake. Sebagaimana diketahui T4 didalam aliran darah terikat pada beberapa protein seperti yang telah disebutkan diatas. Selain itu T4 dapat meningkat pada kehamilan, pengobatan dengan estrogen, hepatitis kronik aktif, sirosis bilier atau kelainan bawaan pada tempat pengikatan T4. Pada keadaan ini , peningkatan T4 seolah-olah menunjukkan gangguan fungsi tiroid yang berlebihan, yang sebenarnya peningkatan itu bersifat palsu. Oleh karena itu, untuk mengetahui fungsi tiroid yang baik dapat diperiksa dengan FTI. Pemeriksaan kadar T3, T4, FTI, Free T3, Free T4, dan TSH dapat dilakukan dengan metoda ELISA. Anti-thyroglobulin antibody adalah autoantibodi terhadap tiroglobulin dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Pada penyakit autoimmune tiroid akan dihasilkan antibodi tiroid yang akan berikatan dengan tiroglobulin yang menimbulkan reaksi radang daripada kelenjar tiroid. Pada tirotoxikosis, titer anti-thyroid antibody dapat mencapai 1/1600 dan pada thyroiditis Hashimoto lebih dari 1/5000. Pada keadaan tertentu seperti kanker tiroid dan penyakit rheumatoid, titer anti-thyroglobulin antibody dapat meningkat. Luteinizing hormone (LH) adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa anterior yang kerjanya bersamaan dengan Follicle Stimulating Hormone (FSH) yang menyebabkan terjadinya ovulasi. Setelah ovulasi, LH membantu merangsang timbulnya corpus luteum yang menghasilkan progesteron. Selain itu, LH juga merangsang produksi testosteron bersamaan dengan FSH akan mempengaruhi pematangan spermatozoa. Oleh karena itu, pemeriksaan LH dipakai untuk mengetahui infertilitas baik pada pria maupun wanita. Kadarnya yang sangat tinggi didapatkan pada disfungsi kelenjar gonad seperti testis dan ovarium, dan kadarnya rendah dikaitkan dengan kelainan pada hipotalamus dan hipofisa. Prolaktin adalah hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisa anterior yang kerjanya pada kelenjar payudara saat menyusui, serta merangsang dan mempertahankan laktasi pada saat melahirkan. Bila ibu tidak menyusui, kadar prolaktin serum menurun menjadi normal. Kadar prolaktin dalam darah menurun pada pertumbuhan tumor hipofisa dan pada penggunaan bromocriptine yang mengakibatkan penurunan kadar prolaktin serum dan mengurangi pertumbuhan tumor hipofisa.

Pemeriksaan kadar prolaktin dipakai untuk monitoring pasca bedah, pasca kemoterapi dan pasca radiasi pada keganasan kelenjar yang menghasilkan prolaktin. Estradiol (E2) mempunyai sifat lebih kuat daripada estrone (E1) dan estriol (E3). Pemeriksaan estradiol dipakai untuk mengetahui kelainan kelenjar gonad, juga dipakai untuk mengevaluasi siklus haid dan masa fertilisasi pada wanita. Pada pria, estradiol meningkat pada keganasan tumor testis dan tumor adrenal, sedangkan wanita pada tumor ovarium. Progesteron adalah hormon primer yang dihasilkan oleh corpus luteum dari ovarium dan dalam jumlah yang kecil diproduksi oleh korteks adrenal. Kadar progesteronemencapai puncak pada fase lutheal dari siklus haid selama 4 5 hari dan selama kehamilan. Pemeriksaan serum progesteron berguna untuk konfirmasi ovulasi, masalah infertilitas dan untuk mengetahui fungsi plasenta pada kehamilan. Testosteron adalah hormon seks pada pria yang dihasilkan oleh testis dan kelenjar adrenal. Pada wanita, hormon ini selain dihasilkan ovarium, juga dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Pemeriksaan testosteron serum untuk menegakkan diagnosis male sexual precocity sebelum usia 10 thn dan infertilitas pada pria. Kadar testosteron serum tertinggi pada pagi hari. Kadar rendah didapatkan pada hipogonadism primer dan sekunder. Insulin-like Growth Factor 1 (IGF-1) adalah faktor pertumbuhan yang mempunyai fungsi sangat kompleks. Faktor pertumbuhan IGF-1 merupakan perantara terhadap hormon pertumbuhan, memicu pengambilan asam amino, sintesis protein dan utilisasi penggunaan glukosa. Faktor pertumbuhan ini diproduksi oleh hati yang membantu kerja dari fungsi endokrin. Kadar IGF-1 dalam serum meningkat pada saat pertumbuhan dan menurun setelah dewasa. Kortisol adalah hormon golongan glikokortikoid yang dihasilkan oleh korteks adrenal atas pengaruh adrenocorticotropic hormone (ACTH). Hormon ini mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak ; sebagai anti inflamasi ; mempertahankan tekanan darah ; memperlambat kerja insulin dan memicu terjadinya glikogenesis di hati. Kadar kortisol di dalam darah dipengaruhi oleh waktu pengambilan, pada pagi hari kadarnya lebih tinggi dan rendah pada sore hari. Pemeriksaan kadar kortisol bertujuan untuk mengetahui fungsi korteks adrenal. Transferin adalah protein yang tergolong dalam fraksi beta globulin yang dihasilkan oleh hati. Transferin berfungsi mengangkut besi dari dinding usus atau cadangan besi ke sumsum tulang untuk pembentukan prekursor eritrosit dan limfosit. Kadar transferin ini meningkat bila didapatkan defisiensi besi dan menurun pada infeksi menahun, peradangan, penyakit kanker, penyakit ginjal dengan proteinuria dan

penyakit kelainan hati. Fosfatase asam adalah enzim yang dihasilkan terutama oleh kelenjar prostat dan didapatkan dalam kadar tinggi di dalam semen. Selain itu, enzim ini didapatkan pula dalam sumsum tulang, eritrosit, limpa dan hati. Sepertiga sampai seperempat dari kadar fosfatase asam total dihasilkan oleh kelenjar prostat yang disebut sebagai fosfatase asam prostat yang merupakan isoenzim fosfatase asam. Kadar fosfatase asam dan fosfatase asam prostat ini meningkat terutama pada kanker prostat, sedangkan kadarnya pada hipertrofi prostat jinak normal. Setelah prostatic massage atau extensive palpation dapat meningkatkan kadar fosfatase asam. Untuk menentukan adanya kanker prostat lebih baik dilakukan pengukuran kadar Prostate Spesific Antigen (PSA). Beta crosslaps adalah pemeriksaan yang dipakai untuk monitoring pasien dengan pengobatan yang menghambat resorbsi tulang seperti pada penggunaan biphosphonate, Hormone Replacement Therapy (HRT) dan pada wanita post menopausal. Total Procollagen type 1 amino-terminal propeptide (P1NP) dipakai untuk monitoring pengobatan penderita dengan osteoporosis, pada wanita post menopausal dan penyakit Paget pada tulang. N-MID Osteocalcin adalah pemeriksaan yang dipakai untuk mengontrol hasil pengobatan yang menghambat resorbsi tulang seperti pada kasus dengan osteoporosis atau dengan hiperkalsemi. Di Laboratorium Klinik Bio Medika, pemeriksaan serologi dilakukan dengan menggunakan metoda rapid test, reaksi aglutinasi dan immunochromatography dan pada pemeriksaan imunologi digunakan metoda Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) dengan metoda Chemiluminescent Microparticle Immunoassay (CMIA) dan Electrochemiluminescence Immmunoassay (ECLIA).

antigen /antigen/ (ant-jen) any substance capable of inducing a specific immune response and of reacting with the products of that response, i.e., with specific antibody or specifically sensitized T lymphocytes, or both. Abbreviated Ag.antigenic blood-group antigens erythrocyte surface antigens whose antigenic differences determine blood groups. cancer antigen 125 (CA 125) a surface glycoprotein associated with mllerian epithelial tissue; elevated serum levels are often associated with epithelial ovarian carcinomas, particularly with nonmucinous tumors, but are also seen in some other malignant and various benign pelvic disorders. capsular antigen one found in the capsule of a microorganism.

carcinoembryonic antigen (CEA) a cancer-specific glycoprotein antigen of colon carcinoma, also present in many adenocarcinomas of endodermal origin and in normal gastrointestinal tissues of human embryos. CD antigen any of a number of cell surface markers expressed by leukocytes and used to distinguish cell lineages, developmental stages, and functional subsets; such markers can be identified by monoclonal antibodies. class I antigens major histocompatibility antigens found on every cell except erythrocytes, recognized during graft rejection, and involved in MHC restriction. class II antigens major histocompatibility antigens found only on immunocompetent cells, primarily B lymphocytes and macrophages. common acute lymphoblastic leukemia antigen (CALLA) a tumor-associated antigen occurring on lymphoblasts in about 80 per cent of patients with acute lymphoblastic leukemia (ALL) and in 4050 per cent of patients with blastic phase chronic myelogenous leukemia (CML). complete antigen one which both stimulates an immune response and reacts with the products of that response. conjugated antigen one produced by coupling a hapten to a protein carrier molecule through covalent bonds; when it induces immunization, the resultant immune response is directed against both the hapten and the carrier. D antigen a red cell antigen of the Rh blood group system, important in the development of isoimmunization in Rh-negative persons exposed to the blood of Rhpositive persons. E antigen a red cell antigen of the Rh blood group system. flagellar antigen H antigen. Forssman antigen a heterogenetic antigen inducing the production of antisheep hemolysin, occurring in various unrelated species, mainly in the organs but not in the erythrocytes (guinea pig, horse), but sometimes only in the erythrocytes (sheep), and occasionally in both (chicken). H antigen 1. a bacterial flagellar antigen important in the serological classification of enteric bacilli. 2. the precursor of the A and B blood group antigens; normal type O individuals lack the enzyme to convert it to A or B antigens. hepatitis B core antigen (HBcAg) an antigen of the DNA core of the hepatitis B virus, indicating the presence of replicating hepatitis B virus. hepatitis B e antigen (HBeAg) an antigen of hepatitis B virus sometimes present in the blood during acute infection, usually disappearing afterward but sometimes persisting in chronic disease. hepatitis B surface antigen (HBsAg) a surface coat lipoprotein antigen of the hepatitis B virus, peaking with the first appearance of clinical disease symptoms. Tests for serum HBsAg are used in the diagnosis of acute or chronic hepatitis B and in testing blood products for infectivity. heterogenetic antigen heterophile a.

heterologous antigen an antigen that reacts with an antibody that is not the one that induced its formation. heterophil antigen , heterophile antigen an antigen common to more than one species and whose species distribution is unrelated to its phylogenetic distribution (viz., Forssman antigen, lens protein, certain caseins, etc.). histocompatibility antigens genetically determined isoantigens found on the surface of nucleated cells of most tissues, which incite an immune response when grafted onto a genetically different individual and thus determine compatibility of tissues in transplantation. HLA antigens human leukocyte antigens. homologous antigen 1. the antigen inducing antibody formation. 2. isoantigen. human leukocyte antigens histocompatibility antigens (glycoproteins) on the surface of nucleated cells (including circulating and tissue cells) determined by a region on chromosome 6 bearing several genetic loci, designated HLA-A, -B, -C, -DP, -DQ, -DR, -MB, -MT, and -Te. They are important in cross-matching procedures and are partially responsible for the rejection of transplanted tissues when donor and recipient HLA antigens do not match. H-Y antigen a histocompatibility antigen of the cell membrane, determined by a locus on the Y chromosome; it is a mediator of testicular organization (hence, sexual differentiation) in the male. Ia antigens one of the histocompatibility antigens governed by the I region of the major histocompatibility complex, located principally on B lymphocytes, macrophages, accessory cells, and granulocyte precursors. Inv group antigens Km a's. isogeneic antigen an antigen carried by an individual which is capable of eliciting an immune response in genetically different individuals of the same species, but not in an individual bearing it. K antigen a bacterial capsular antigen, a surface antigen external to the cell wall. Km antigens the three alloantigens found in the constant region of the light chains of immunoglobulins. Ly antigens , Lyt antigens antigenic cell-surface markers of subpopulations of T lymphocytes, classified as Ly 1, 2, and 3; they are associated with helper and suppressor activities of T lymphocytes. mumps skin test antigen a sterile suspension of mumps virus; used as a dermal reactivity indicator. O antigen one occurring in the lipopolysaccharide layer of the wall of gram-negative bacteria. oncofetal antigen carcinoembryonic a.

organ-specific antigen any antigen occurring only in a particular organ and serving to distinguish it from other organs; it may be limited to an organ of a single species or be characteristic of the same organ in many species. partial antigen hapten. private antigens antigens of the low frequency blood groups, probably differing from ordinary blood group systems only in their incidence. prostate-specific antigen (PSA) an endopeptidase secreted by the epithelial cells of the prostate gland; serum levels are elevated in benign prostatic hyperplasia and prostate cancer. public antigens antigens of the high frequency blood groups, so called because they are found in almost all persons tested. self-antigen autoantigen. T antigen 1. tumor antigen, any of several coded for by the viral genome, and associated with transformation of infected cells by certain DNA tumor viruses. 2. see CD a. 3. an antigen present on human erythrocytes that is exposed by treatment with neuraminadase or contact with certain bacteria. T-dependent antigen one requiring the presence of helper cells to stimulate antibody production by B cells. T-independent antigen one able to trigger B cells to produce antibodies without the presence of T cells. tumor antigen 1. T a. (1). 2. tumor-specific a. tumor-associated antigen a new antigen acquired by a tumor cell line in the process of neoplastic transformation. tumor-specific antigen (TSA) cell-surface antigens of tumors that elicit a specific immune response in the host. Vi antigen a K antigen of Salmonella typhi originally thought responsible for virulence. Dorland's Medical Dictionary for Health Consumers. 2007 by Saunders, an imprint of Elsevier, Inc. All rights reserved.

tumor antigen n. Any of several antigens present in tumors induced by certain types of adenoviruses and papovaviruses or in cells transformed in vitro by those viruses. Also called neoantigen, T antigen.

The American Heritage Medical Dictionary Copyright 2007, 2004 by Houghton Mifflin Company. Published by Houghton Mifflin Company. All rights reserved.

antigen [ant-jen] any substance capable, under appropriate conditions, of inducing a specific IMMUNE RESPONSE and reacting with the products of that response; that is, with specific ANTIBODY or specifically sensitized T LYMPHOCYTES, or both. Antigens may be soluble substances, such as toxins and foreign proteins, or particulates, such as bacteria and tissue cells; however, only the portion of the protein or polysaccharide molecule known as the antigenicDETERMINANT combines with antibody or a specific receptor on a lymphocyte. Abbreviated Ag. See also IMMUNITY. adj., adj antigenic. allogeneic antigen one occurring in some but not all individuals of the same species, e.g., histocompatibility antigens and human blood group antigens; called also isoantigen. antigen-antibody reaction the reversible binding of antigen to homologous antibody by the formation of weak bonds between antigenic determinants on antigen molecules and antigen binding sites on immunoglobulin molecules. blood-group a's erythrocyte surface antigens whose antigenic differences determine BLOOD GROUPS. cancer antigen 125 (CA 125) a GLYCOPROTEIN antigen found in normal adult tissues such as the epithelium of the fallopian tubes, the endometrium, the endocervix, the pleura, and the peritoneum. Elevated levels are seen in association with epithelial ovarian carcinomas, particularly nonmucinous tumors, as well as with some other malignancies, various benign pelvic disorders, tuberculosis, and cirrhosis. carcinoembryonic antigen (CEA) an oncofetal glycoprotein antigen originally thought to be specific for adenocarcinoma of the colon, but now known to be found in many other cancers and some nonmalignant conditions. Its primary use is in monitoring the response of patients to cancer treatment. CD antigen any of a number of cell-surface MARKERS expressed by leukocytes and used to distinguish cell lineages, developmental stages, and functional subsets. Such markers can be identified by specificmonoclonal ANTIBODIES and are numbered CD1, CD2, CD3, etc. (for cluster designation, according to how their specificity characteristics group together when analyzed by computer). CD4 antigen an antigen on the surface of helper T CELLS; the normal range of helper cells is 800 to 1200 per cubic mm of blood. The human immunodeficiency VIRUS binds to this antigen and infects and kills T CELLSbearing this antigen, thus gradually

destroying the body's ability to resist infection. CD4 can be administered in a soluble form to increase the amount of it in the circulation and interfere with the ability of HIV to affect CD4 antigens on the cell. class I a's major histocompatibility ANTIGENS found on virtually every cell, human erythrocytes being the only notable exception; they are the classic histocompatibility antigens recognized during graft REJECTION. class II a's major histocompatibility ANTIGENS found only on immunocompetent cells, primarily B lymphocytes and macrophages. conjugated antigen antigen produced by coupling a hapten to a protein carrier molecule through covalent bonds; when it induces immunization, the resultant immune response is directed against both the hapten and the carrier. cross-reacting antigen 1. one that combines with antibody produced in response to a different but related antigen, owing to similarity of antigenic determinants. 2. identical antigens in two bacterial strains, so that antibody produced against one strain will react with the other. extractable nuclear a's ENA; protein antigens, not containing DNA, that are extractable from cell nuclei in phosphate-buffered saline; anti-ENA antibodies are a component of the antinuclear antibodies occurring in systemic lupus erythematosus and other connective tissue diseases. flagellar antigen H antigen. Forssman antigen a heterogenetic ANTIGEN discovered in guinea pig tissues, capable of lysing sheep erythrocytes in the presence of complement. It is found usually in animal organs but occasionally in blood, and induces formation of an antibody (Forssman antibody, a type of heterophile antibody) only when combined with protein or hog serum. Davidsohn's Differential Test was historically used to differentiate between the heterophile sheep agglutinins in human serum that were due to Forssman antigen and those due to infectious mononucleosis; this is based upon the fact that boiled guinea pig kidney will absorb heterophile sheep cell agglutinins produced by Forssman antigen, but not those produced by infectious mononucleosis. H antigen (Ger. Hauch, film), the antigen that occurs in the FLAGELLA of motile bacteria.

hepatitis B core antigen (HBcAg) a core protein antigen of the hepatitis B virus present inside complete virions (Dane particles) and in the nuclei of infected hepatic cells, indicating the presence of reproducing hepatitis B virus. The antigen is not present in the blood of infected individuals, but antibodies against it appear during the acute infection; they do not protect against reinfection. hepatitis B e antigen (HBeAg) an antigen of hepatitis B virus sometimes present in the blood during acute infection, usually disappearing afterward but sometimes persisting in chronic disease. Anti-HBe antibodies appear transiently during convalescence; they do not protect against reinfection. hepatitis B surface antigen (HBsAg) one present in the serum of those infected with HEPATITIS B, consisting of the surface coat lipoprotein of the hepatitis B virus. Tests for serum HbsAg are used in the diagnosis of hepatitis B and in testing blood products for infectivity. heterogeneic antigen xenogeneic antigen. heterogenetic antigen (heterophil antigen) (heterophile antigen) one capable of stimulating the production of antibodies that react with tissues from other animals or even plants. histocompatibility a's genetically determined isoantigens present on the cell membranes of nucleated cells of most tissues, which incite an immune response when grafted onto a genetically disparate individual and thus determine the compatibility of tissues in transplantation. Major histocompatibility antigens are those that belong to the major histocompatibility COMPLEX, which in humans contains the HLA ANTIGENS. Minor histocompatibility antigens are those that can cause delayed tissue rejection. HLA a's (human leukocyte a's) see HLA ANTIGENS. H-Y antigen a minor histocompatibility ANTIGEN present in all tissues of normal males and coded for by a structural gene on the short arm of the Y chromosome; it is thought to promote the differentiation of indifferent gonads into testes, thus determining male sex. isogeneic antigen an antigen carried by an individual which is capable of eliciting an immune response in genetically different individuals of the same species, but not in an individual bearing it. K antigen a bacterial capsular antigen, a surface antigen external to the cell wall. lymphogranuloma venereum antigen a sterile suspension of Chlamydia lymphogranulomatis; used as a dermal reactivity indicator.

M antigen a type-specific antigen that appears to be located primarily in the cell wall and is associated with virulence of Streptococcus pyogenes. mumps skin test antigen a sterile suspension of mumps virus; used as a dermal reactivity indicator. nuclear a's the components of cell nuclei with which antinuclear antibodies react. O antigen (Ger. ohne Hauch, without film), the antigen that occurs in the bodies of bacteria. oncofetal antigen a gene product that is expressed during fetal development, but repressed in specialized tissues of the adult and that is also produced by certain cancers. In the neoplastic transformation, the cells dedifferentiate and these genes can be derepressed so that the embryonic antigens reappear. Examples are alphafetoprotein and carcinoembryonic antigen. organ-specific antigen any antigen that occurs exclusively in a particular organ and serves to distinguish it from other organs. Two types of organ specificity have been proposed: (1) first-order or tissue specificity is attributed to the presence of an antigen characteristic of a particular organ in a single species; (2) second-order organ specificity is attributed to an antigen characteristic of the same organ in many, even unrelated, species. partial antigen an antigen that does not produce antibody formation, but gives specific precipitation when mixed with the antibacterial immune serum. pollen antigen the essential polypeptides of the pollen of plants extracted with a suitable menstruum, used in diagnosis, prophylaxis, and desensitization in hay fever. antigen presentation the presentation of ingested antigens on the surface of macrophages in close proximity to histocompatibility ANTIGENS. Some populations of T LYMPHOCYTES can only be triggered by antigens that are presented in this way. Thus macrophages play a role in inducing cell-mediated immunity. private a's antigens of the low-frequency blood groups, so called because they are found only in members of a single kindred. prostate-specific antigen (prostatic specific antigen) an antigen that is elevated in all patients with prostatic cancer and in some with an inflamed prostate gland. public a's antigens of the high-frequency blood groups, so called because they are found in many persons.

self antigen an AUTOANTIGEN, a normal constituent of the body against which antibodies are formed inAUTOIMMUNE DISEASE. sequestered a's the cellular constituents of tissue (e.g., the lens of the eye and the thyroid) sequestered anatomically from the lymphoreticular system during embryonic development and thus thought not to be recognized as self. Should such tissue be exposed to the lymphoreticular system during adult life, an autoimmune response would be elicited. somatic a's antigens, usually cell surface antigens, of the body of a bacterial cell, in contrast to flagellar or capsular antigens. T antigen 1. any of several antigens, coded for by the viral genome, associated with transformation of infected cells by certain DNA tumor viruses. Called also tumor antigen. 2. an antigen present on human ERYTHROCYTES that is exposed by treatment with NEURAMINIDASE or contact with certain bacteria. see CD a. T-dependent antigen one that requires the presence of helper T cells to stimulate antibody production by B cells; most antigens are T-dependent. T-independent antigen an antigen that can trigger B LYMPHOCYTES to produce antibodies without the participation of T LYMPHOCYTES. See also T-dependent antigen. tumor antigen T antigen (def. 1). tumor-specific antigen. tumor-specific antigen (TSA) any cell-surface antigen of a tumor that does not occur on normal cells of the same origin. V antigen (Vi antigen) an antigen contained in the sheath of a bacterium, as Salmonella typhosa (the typhoid bacillus), and thought to contribute to its virulence. xenogeneic antigen an antigen common to members of one species but not to members of other species; called also heterogeneic antigen.

Miller-Keane Encyclopedia and Dictionary of Medicine, Nursing, and Allied Health, Seventh Edition. 2003 by Saunders, an imprint of Elsevier, Inc. All rights reserved.

You might also like