You are on page 1of 12

ASKEP DHF BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Masalah kesehatan sangat erat hubungannya dengan lingkungan sehingga tidak menut up kemungkinan seseorang menderita penyakit akibat pengaruh lingkungan. Dengue hemoragic fever atau demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabka n oleh virus dengue, yang masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. (Christatie, 1995). Kasus demam berdarah mulai merebak sejak tahun 2003. Jumlah penderita merambat n aik, mencapai puncaknya pada bulan Februari dan Maret. Sepanjang Januari Maret, di seluruh Indonesia terdapat 51.996 orang terserang DBD, dari jumlah itu 603 pe nderita meninggal dunia. (Internet, 2004, Depkes RI). Vektor utama dengue di Indonesia adalah nyamuk aedes aegypti. Vektor ini bersara ng di bejana-bejana yang berisi air jernih, yang menyerang seperti bak mandi, dr um penampung air, kaleng bekas dan lain-lain. Ini dapat terjadi akibat kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk kehidupan sehari-hari dan sanitasi yang k urang baik. Daerah yang sering terjangkit DHF adalah wilayah yang ada penduduknya terserang DHF dan jarak rumahnya berdekatan, karena jarak terbang nyamuk ini + 40-100 mete r. Oleh karena itu perawat sebagai tenaga kesehatan memiliki tanggung jawab dalam p enanganan DHF dengan cara memberikan asuhan keperawatan yang optimal dan memberi kan penyuluhan tentang pencegahan, penularan dan pemberantasan nyamuk. Berdasarkan hal tersebut di atas penulis merasa tertarik untuk dapat lebih menda lami tentang penyakit DHF, agar menjadi bekal dalam memberikan asuhan keperawata n yang tepat kepada pasien yang menderita DHF, sehingga dapat mengurangi penderi taan dan kematian akibat penyakit DHF. B. TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah : 1. Untuk memperdalam pengertian dan pemahaman tentang penyakit DHF sehingga dapat memberikan asuhan secara tepat dan benar. 2. Untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan ke perawatan pada pasien dengan DHF. 3. Mengaplikasikan teori yang telah diterima sehingga memperoleh pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan DHF. C. METODE PENULISAN Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah : 1. Studi kepustakaan Penulisan menggunakan beberapa literatur yang digunakan sebagai referensi. 2. Metode pengamatan kasus Dengan cara melakukan pengamatan langsung pada pasien dengan DHF dan menerapkan rencana asuhan yang sesuai dengan masalah yang dialami. D. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan terdiri dari lima bab antara lain Bab I merupakan pendahul uan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistema tika penulisan. Bab II merupakan tinjauan teoritis terdiri dari konsep dasar med ik yang berisikan definisi, anatomi fisiologi darah, klasifikasi DHF, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, test diagnostik, komplikasi, terapi dan penatal aksanaan medik. Konsep asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa kepe rawatan, intervensi keperawatan dan discharge planning, patoflowdiagram. Bab III pengamatan kasus, diawali dengan ringkasan kasus dan dilanjutkan dengan pengkaj ian. Bab IV pembahasan kasus, Bab V kesimpulan dan diakhiri dengan daftar pustak a.

BAB II TINJAUAN TEORITIS E. KONSEP DASAR MEDIK 1. Definisi Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigita n nyamuk aides aegypti. (Christantie, 1995). Demam berdarah adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari perta ma. (Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, 1999). 2. Anatomi Fisiologi Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi sangat penting dalam tubuh yaitu fungsi transportasi darah mempunyai dua komponen yaitu membaw a dan menghantar nutrien dan O2 dari susu, paru-paru kepada sel di seluruh tubuh dan mengangkut sisa-sisa metabolisme ke organ pembuangan. Peran penting dilakuk an oleh darah yaitu pengatur suhu tubuh karena dengan cara konduksi darah membaw a panas tubuh dari pusat produksi panas untuk didistribusikan ke seluruh tubuh d an permukaan tubuh, yang pada akhirnya diatur pelepasannya dalam upaya homeostas is suhu. Jumlah darah manusia bervariasi tergantung dari berat badan seseorang. Rata-rata jumlah darah 70 cc/kg, pada orang gemuk angka tersebut makin kecil. Ba gian padat darah merupakan 45% dari seluruh volume darah, 55% adalah plasma yang merupakan komponen cairan darah. Sel darah merah (eritrosit) Sel ini berbentuk bulat pipih dengan cekungan di tengahnya tidak mempunyai inti sel, diameter 7 mikron, sifat kenyal eritrosit dibuat di dalam sumsum tulang. Di dalam sumsum tulang masih berinti, inti dilepaskan sesaat sebelum keluar. Prose s pembentukannya diperlukan zat besi, vitamin B12, asam folat, rantai globin yan g merupakan senyawa protein. Proses pematangan sel eritrosit diperlukan hormon e ritropoetin yang dibuat di ginjal. Umur peredarannya 105-120 hari. Kemudian diha ncurkan di organ limpa dan melepaskan zat besi di pigmen bilirubin. Zat besi dig unakan untuk proses sintesa sel eritrosit baru. Sedangkan pigmen bilirubin di da lam hati akan mengalami proses konjugasi kimiawi menjadi empedu dan keluar bersa ma cairan empedu ke dalam usus. Jumlah normal eritrosit pada laki-laki 5,5 juta sel/mm3 dan pada wanita 4,8 juta sel/mm3 darah. Di dalam sel eritrosit didapat h emoglobin, yang adalah suatu senyawa kimiawi yang terdiri atas molekul hem yang mempunyai ion Fe, yang berkaitan dengan rantai globin. Hemoglobin berperan menga ngkut oksigen (O2). Jumlah hemoglobin pada laki-laki 14-16 g% dan pada wanita 1 2-14 g%. Sel darah putih (leukosit) Fungsi sel darah putih adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara menghancurkan antigen yang masuk ada 5 jenis leukosit yakni neutrofil, eritrosit, basofil, li mfosit, monosit. Leukosit sebagai bala tentara pertahanan mempunyai kekhasan leufosil bersama-sam a dengan sistem makrofag jaringan yaitu : hepar, limpa, sumsum tulang, alveoli, paru, mikroglia otak, kelenjar getah bening. Mereka semua melakukan fagositosis terhadap kuman yang masuk jumlah normalnya 5.000-9.000 /m3 darah. Keping darah (trombosit) Trombosit bukan merupakan sel melainkan berbentuk keping-keping yang merupakan b agian-bagian kecil dari sel besar. Yang membuatnya yaitu megakaryosit. Trombosit dibuat di sumsum tulang, paru-paru dan limpa. Ukurannya kecil sekitar 2-4 mikro n. Umur peredarannya 10 hari. Trombosit mempunyai kemampuan untuk melakukan :

1) Daya aglutinasi (membeku dan menggumpal) 2) Daya adhesi (saling melekat) 3) Daya agregasi (berkelompok). Jumlah trombosit di dalam tubuh antara 150.000-400.000 keping/mm3 darah. Fungsi trombosit sebagai hemostasis (penghentian aliran darah/ perdarahan) dan pembekua n darah. Trombosit mempunyai 2 zat yaitu prostaglandin dan tromboxan yang segera dikeluarkan bila ada kerusakan dinding pembuluh darah atau kebocoran. Zat ini j uga menimbulkan efek vasokonstriksi pembuluh darah sehingga aliran darah berkura ng dan membantu proses pembekuan darah. Plasma darah Plasma terdiri dari 91-92% air yang berperan sebagai medium transport, dan 7-9% terdiri dari zat padat (protein seperti albumin, globulin, fibrinogen, juga unsu r natrium, kalsium, fosfor besi, asam amino, kolesterol, glukosa dan berbagai en zim).

3. Klasifikasi DHF DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit (menurut WHO, 1986), yaitu : a. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdara han spontan, uji tourniquet (+), trombositopenia dan hemokonsentrasi. b. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain. c. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, hipotensi, gelisah, sianosis. 4. Etiologi Penyebabnya adalah virus dengue, vektornya nyamuk aedes aegypti. 5. Cara Penularan Terdapat tiga faktor yang memegang peran pada penularan infeksi dengue yaitu man usia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalu i gigitan nyamuk aedes aegypti.

6. Patofisiologi Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh maka akan terjadi viremia yang ditanda i dengan demam, sakit kepala, muntah, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemia pada tenggorokan, ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem retikuloen dotelial seperti pembesaran getah bening, hati dan limpa. Pelepasan zat anafilat oksin, histamin dan serotonin serta aktivasi sistem kalikrein menyebabkan pening katan permeabilitas kapiler sehingga cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler dan akibatnya terjadi pengurangan volume plasma, penurunan tekanan darah, hemok onsentrasi dan hipoproteinemia, efusi dan renjatan (syok). Pada renjatan berat v olume plasma berkurang sampai 30% atau lebih. Bila terjadi hipovolemik akibat kehilangan plasma dan tidak diatasi dengan seger a maka akan kekurangan O2, asidosis metabolik dan kematian. Keluhan yang paling sering ditemukan adalah perdarahan di bawah kulit berupa ptekie. Perdarahan pada DHF umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan gangguan sistem koagulasi. 7. Tanda dan Gejala a. Gejala viremia 1) Sindrom trias Demam tinggi 2-7 hari. Nyeri/pegal seluruh tubuh. Ruam, mulai hari ke-3/ke-5 selama 3-4 hari, diawali pada dada, abdomen, anggota gerak, muka, seluruh badan. 2) Anorexia, mual, muntah, lemah, rasa tidak nyaman pada epigastrik. b. Tanda-tanda perdarahan : 1) Ptekie 2) Ekimosis, perdarahan sub konjungtiva 3) Epistaksis, perdarahan gusi 4) Hematemesis, melena, hematuri 5) Uji tourniquet/rumple leed test (+). c. Tanda-tanda syok Nadi cepat, halus, kulit lembab dan dingin, TD menurun, gelisah, lemah, sianosis perifer. 8. Test Diagnostik a. Trombositopenia. Penurunan jumlah trombosit < 100.000/mm3 atau < 1-2 tro mbosit LPb. b. Leukosit pada awal menurun/normal, pada fase syok meningkat. c. Hematokrit meningkat > 20% indikator renjatan. d. Protein plasma menurun e. IgM dengue (terdeteksi pada hari ke-5, meningkat sampai ke-3, menghilang sesudah 60-90 hari). f. IgG dengue (pada infeksi primer terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi sekunder hari ke-2). g. Hiponatremia (pada kasus berat) h. Kelainan pembekuan darah/clotting faktor menurun i. SGOT/SGPT meningkat j. AGD asidosis metabolik k. Thorax foto : pleura effusion. l. USG : hepatomegali, splenomegali. 9. Komplikasi a. Pleura effusion, karena meningkatnya permeabilitas dinding kapiler menye babkan cairan intravaskuler berpindah ke ekstravaskuler dan menempati rongga ple ura. b. Perdarahan hebat, karena infeksi virus dengue menyebabkan depresi sumsum tulang. c. DSS. 10. Therapy dan Penatalaksanaan Medik

a. Tirah baring b. Diit : makanan lunak c. Pemberian minum 2-3 liter/hari. d. Beri cairan elektrolit secara IV. Jika syok diberikan IV 10-20 ml/kgBB b olus + plasma (NS, RL, DSW: NS = 1:2 / 1:1, plasma) kemudian bila syok menetap b eri O2 dan cek Ht, bila Ht meningkat bolus plasma 5% 10-20 ml/kg (boleh ulang), bila Ht tetap tinjau ulang Ht. e. Bila Ht > 35% transfusi darah lengkap segar (10 ml/kgBB). f. Monitor hasil laboratorium : Ht, trombosit, Hb. g. Pemberian antipiretik dan antibiotik. Bila klien DSS berikan antibiotika , antikoagulan, kortikosteroid, cairan IV. Bila terdapat renjatan yang berat ber ikan plasma. F. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Pre-Operasi a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan Kebersihan lingkungan rumah, tempat air, bak, barang-barang bekas, pakai an banyak bergantungan. Adanya riwayat demam. Ada suspect DHF di lingkungan tempat tinggal. b. Pola nutrisi metabolik Mual, muntah, anoreksia, demam, nyeri epigastrik. c. Pola eliminasi Apakah ada hematuri, melena. d. e. f. Pola aktivitas dan latihan Kelemahan fisik Nyeri otot dan sendi Pegal-pegal seluruh badan Klien bedrest. Pola tidur dan istirahat Sulit tidur karena nyeri di seluruh tubuh. Pola persepsi kognitif dan sensori. Keluhan nyeri/pegal pada sendi, bola mata. Nyeri epigastrium.

2. Diagnosa Keperawatan a. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus dengue. b. Resiko tinggi kurang volume cairan berhubungan dengan peningkatan permea bilitas kapiler. c. Resiko tinggi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang akibat anoreksia, mual, muntah. d. Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia. e. Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan akibat dari peningkatan permeabilitas kapiler. f. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. 3. Perencanaan Keperawatan a. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus dengue. HYD : Suhu tubuh dalam batas normal (36 37 oC). Klien mengatakan tidak demam lagi. Intervensi : Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam. R/ Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum klien. Berikan kompres hangat. R/ Membantu menurunkan suhu tubuh dengan cara konduksi. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringa t. R/ Membantu menurunkan suhu tubuh dengan cara konveksi.

Anjurkan klien untuk bedrest. R/ Untuk mengurangi penggunaan energi. Anjurkan klien untuk banyak minum 2-2,5 liter/24 jam. R/ Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang adekuat. Observasi dan catat intake output. R/ Mendeteksi adanya ketidakseimbangan cairan tubuh. Kolaborasi dengan medik (dokter) untuk pemberian therapi cairan IV dan a ntipiretik. R/ Pemberian cairan IV untuk mempertahankan status hidrasi yang adekuat, an tipiretik membantu menurunkan suhu tubuh. b. Risiko tinggi kurang volume cairan berhubungan dengan peningkatan permea bilitas kapiler. HYD : Tidak terjadi kekurangan volume cairan yang ditandai dengan : TTV dalam batas normal (TD: 100/70 mmHg-120/80 mmHg, Nadi : 60-100 x/m. Trombosit 150.000 - 450.000/mm3, Ht 42 - 53%. Intervensi : Observasi keadaan umum klien (lemah, pucat, takikardia). R/ Deteksi dini terhadap adanya perubahan status kesehatan. Beri banyak minum 2-3 liter/24 jam bila tidak ada kontraindikasi. R/ Untuk mempertahankan volume cairan yang adekuat. Observasi adanya tanda-tanda syok. R/ Adanya tanda-tanda syok merupakan indikasi kekurangan volume cairan. Monitor intake-output. R/ Mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh. Observasi adanya tanda-tanda dehidrasi. R/ Deteksi dini terhadap kekurangan volume cairan. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan IV. R/ Membantu mempertahankan volume cairan intravaskuler. c. Risiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan int ake yang kurang akibat anoreksia, mual, muntah. HYD : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi. Klien mampu menghabiskan makan sesuai porsi yang diberikan. Klien tidak mengeluh mual dan muntah, nafsu makan meningkat. Intervensi : Kaji kebiasaan makan klien di rumah. R/ Untuk mengetahui pola makan klien. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering. R/ Mengurangi resiko terjadinya muntah. Berikan makanan dalam keadaan hangat. R/ Mencegah mual dan meningkatkan selera makan. Ajarkan dan anjurkan klien untuk melakukan tehnik relaksasi (nafas dalam ) bila ada mual. R/ Tehnik napas dalam dapat merelaksasi otot-otot diafragma sehingga dapat mengurangi mual. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antiemetik. R/ Antiemetik dapat mengurangi mual. d. Risiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia. HYD : Perdarahan tidak terjadi dalam masa perawatan, dengan kriteria : Trombosit 150.000/uL 450.000/uL, Ht 42 53%. Tidak ada perdarahan seperti ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hema temesis, melena, hematuri. Intervensi : Kaji integritas kulit, membran mukosa, turgor kulit, ekskoriasi. R/ Deteksi dini adanya perdarahan. Anjurkan klien agar menjaga permukaan kulit tetap kering dan bersih.

R/ R/ unakan R/ aan. R/ R/ rahan.

Anjurkan klien untuk menjaga agar tidak terbentur. Mencegah terjadinya resiko injury (perdarahan). Anjurkan klien untuk tidak menyikat gigi, tapi kumur-kumur, bila perlu g sikap gigi dengan bulu yang sangat lembut. Menggosok gigi dengan bulu yang sangat lembut mencegah terjadinya perluk Monitor laboratorium (Hb, Ht, Trombosit). Anjurkan klien untuk banyak istirahat. Aktifitas klien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perda

e. Resiko tinggi terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan peningkatan pe rmeabilitas kapiler, perdarahan. HYD : Tidak terjadi syok hipovolemik, klien menunjukkan tanda-tanda keseimbang an cairan yang adekuat selama perawatan dengan kriteria : Tanda-tanda vital stabil (S : 36 37 oC, N : 60-100 x/menit, TD: 100/70 m mHg 120/80 mmHg, RR : 12-20 x/menit). Kulit teraba hangat dan tidak ada sianosis. Intake dan output seimbang. Turgor kulit baik, membran mukosa lembab. Hb > 12 mg%, Ht : 42 53 %. Pengisapan kapiler baik (< 3 detik). Intervensi : Monitor keadaan umum klien. R/ Mendeteksi sedini mungkin terjadi tanda-tanda pre syok/ syok sehingga da pat segera ditangani. Observasi tanda-tanda vital setiap 2-3 jam serta pengisian kapiler, memb ran mukosa, turgor kulit. R/ Tanda-tanda vital dalam batas normal menandakan keadaan umum klien baik. Perawat perlu terus memantau tanda-tanda vital untuk memastikan tidak terjadi p resyok/syok. Monitor tanda-tanda perdarahan seperti perdarahan gusi, epistaksis, ptek ie. R/ Perdarahan yang cepat diketahui dapat segera diatasi, sehingga klien tid ak sampai ke tahap syok hipovolemik. Anjurkan keluarga/klien untuk segera melapor jika ada tanda-tanda perdar ahan. R/ Keterlibatan keluarga untuk segera melaporkan jika terjadi perdarahan p ada klien sangat membantu tim perawatan untuk segera melaporkan jika terjadi per darahan pada klien. Monitor intake output, catat dan ukur perdarahan yang terjadi dan produk si urine. R/ Pengukuran dan pencatatan sangat penting untuk mengetahui jumlah perdara han yang dialami klien, serta untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh. Pasang infus, beri therapi cairan intravena jika terjadi perdarahan (kol aborasi dengan dokter). R/ Pemberian cairan intravena sangat diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh yang hebat yaitu untuk mengatasi syok hipovolemik. Cek Hb, Ht, trombosit. R/ Untuk mengetahui kebocoran pembuluh darah yang dialami klien dan merupak an acuan untuk melakukan tindakan lebih lanjut terhadap perdarahan tersebut. Perhatikan keluhan klien seperti mata berkunang-kunang, pusing, lemak, e kstremitas dingin, sesak nafas. R/ Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh perdarahan tersebut pada klien s ehingga tim kesehatan lebih waspada. Berikan transfusi sesuai dengan program dokter. R/ Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang hilang. Bila terjadi tanda-tanda syok hipovolemik, baringkan klien terlentang at

au posisi datar. R/ Untuk menghindari kondisi yang lebih buruk. Berikan therapi oksigen sesuai dengan kebutuhan. R/ Pemberian O2 akan membantu oksigenasi jaringan, karena dengan terjadinya perdarahan hebat maka suplai O2 ke jaringan terganggu. f. Keterbatasan aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik. HYD : Klien akan beraktivitas secara normal 5 hari perawatan, dengan kriteria : Klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti, mandi, eliminasi, da n lain-lain. Klien berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai tingkat kemampua n. Intervensi : Kaji tingkat ketergantungan klien. R/ Untuk mengetahui hal-hal yang tidak mampu dilakukan oleh klien sehubunga n dengan kelemahan fisiknya. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan tingkat keterbat asan klien seperti makan, mandi, eliminasi. R/ Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh klien dalam keadaan lemah dan p erawat mempunyai tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari klien tanpa membuat klien ketergantungan perawat. Beri penjelasan tentang hal-hal yang dapat membantu dan meningkatkan kek uatan fisik klien. R/ Dengan penjelasan yang diberikan pada klien maka klien termotivasi untuk kooperatif selama perawatan terutama terhadap tindakan yang dapat mengakibatkan kekuatan fisiknya seperti klien mau menghabiskan porsi makannya. Letakkan barang-barang pada tempat yang mudah terjangkau oleh klien. R/ Membantu klien memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa orang lain. Dekatkan bel di dekat klien. R/ Agar klien dapat segera meminta bantuan perawat saat membutuhkannya. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi. R/ 4. Discharge Planning a. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang vektor penyebab dan cara berkem bang biaknya. Vektor penyebabnya adalah nyamuk aedes aegypti, biasa menggigit pa da siang hari, hidup di air bersih dan tergenang, tempat gelap atau semak-semak. b. Jelaskan tanda dan gejala awal DHF yaitu demam tinggi 2-7 hari, mual, mu ntah, pegal-pegal seluruh tubuh. c. Jelaskan pada klien dan keluarga untuk segera datang ke pelayanan keseha tan terdekat bila ada tanda-tanda penyakit DHF. d. Jelaskan tentang tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh keluarga untuk menghindari DHF, yaitu : Memelihara lingkungan tetap bersih dan cukup sinar matahari. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yaitu dengan : Menutup dan menguras tempat penampungan air setiap minggu agar bebas dari jentik nyamuk aedes aegypti. Membakar, mengubur atau membuang kaleng bekas, botol bekas, tempurung dan sampah lain yang digenangi air sehingga tidak menjadi tempat perindukan nyamuk aedes a egypti. Rapihkan halaman dan jangan biarkan semak-semak oleh halaman tak terurus. Bersihkan selokan agar dapat mengalir dengan lancar. Bersihkan bak mandi setiap minggu. Tidak membiarkan baju-baju tergantung. Lakukan penyemprotan nyamuk (fogging) bila perlu serta penggunaan abate.

C. Patoflowdiagram

BAB III PENGAMATAN KASUS Tn. Y, usia 16 tahun, agama Katholik, belum menikah, masukRSUD A Djemme Masamba melalui UGD tanggal 18-05-2011, dirawat di Ruang Melati 2 dengan diagnosa medik Febris, diagnosa saat pengkajian DHF. Keadaan saat masuk : keadaan umum tampak s edang, kesadaran composmentis. Keluhan utama saat masuk : panas sejak 6 hari yan g lalu, ada mual, sakit kepala, badan linu-linu, ada bintik-bintik merah di bada n dan kedua kaki. Saat pengkajian tanggal 20-10-2011 pukul 07.30, keadaan umum tampak sakit sedang , kesadaran CM, terpasang infus RL 4 jam/kolf pada lengan kiri. Keluhan : mual s udah berkurang, nafsu makan sudah ada, suhu 36oC, nadi 80 x/menit kuat dan terat ur, TD. 110/80 mmHg, P. 20 x/menit. Hasil Laboratorium tanggal 18-10-2011 Hb : 15,2 mg/dl

Ht : 45% Leukosit : 4.100 Trombosit : 87.000 LED : 4 Protein : 7,2 Albumin : 3,9 Bilirubin total : 0,5 SGOT : 215 SGPT : 134 Gama GT : 51 Dengue IgG : positif Dengue IgM : positif Hasil laboratorium tanggal 19-10-2011 Hb : 14,9 mg/dl Ht : 43% Trombosit : 103.000 Leukosit : 4.300 Klien mendapat therapi Acran Ac 2x1 tab, panadol 1 tab kalau perlu. Adapun masalah keperawatan yang terdapat pada klien adalah : 1. Resti nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual. 2. Resti kurangnya volume cairan tubuh b.d peningkatan permeabilitas kapile r. 3. Resti perdarahan b.d trombositopenia.

BAB IV PEMBAHASAN KASUS Setelah melakukan pengkajian pada Tn. Y dan membandingkan dengan teori, penulis

mencoba mengemukakan gambaran tinjauan kepustakaan dengan asuhan keperawatan yan g diberikan pada klien dengan DHF. A. Pengkajian Menurut teori, DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aedes aegypti ini sesuai dengan ha sil laboratorium yang didapat pada pasien dimana Dengue IgG dan Dengue IgM posit if. Pada teori tanda dan gejala yang muncul : demam, nyeri/pegal seluruh tubuh, anoreksia, mual, muntah, badan lemah, rasa tidak nyaman pada epigastrik, adanya petechie. Tanda dan gejala yang muncul pada Tn. Y adalah demam, kepala pusing, m ual, linu-linu pada sendi, adanya bintik-bintik merah pada badan dan kedua kaki. Ini sesuai dengan tanda dan gejala pada DHF derajat I. B. Diagnosa Keperawatan dan Perencanaan Diagnosa keperawatan yang ada pada teori sebagian ada pada Tn. Y seperti : Resti nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual. Resti kurangnya volume cairan b.d peningkatan permeabilitas kapiler. Resti perdarahan b.d trombositopenia. Pada teori juga terdapat diagnosa : Hipertermi b.d infeksi virus dengue. Resti terjadinya syok hipovolemik b.d perdarahan akibat dari peningkatan permeabilitas kapiler. Keterbatasan aktivitas b.d kelemahan fisik. Diagnosa ini tidak diangkat karena saat pengkajian klien sudah tidak panas sejak 2 hari yang lalu dan sudah mendapat obat antipiretik (panadol). Klien juga suda h mampu melakukan aktivitas secara mandiri dan tidak terdapat tanda-tanda syok h ipovolemik. C. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang ditemukan pad a pasien ini disesuaikan dengan konsep dan kondisi pasien. Tindakan keperawatan dan pelaksanaan medik dapat diberikan pada pasien tanpa adanya hambatan karena a danya kerjasama yang baik antara pasien dan perawat. Mengingat waktu yang diberikan untuk melakukan pengamatan kasus cukup singkat na mun diharapkan dengan adanya asuhan keperawatan yang menyeluruh berkesinambungan , dimana perawat ruangan melanjutkan pemberian asuhan keperawatan, tujuan akhir dan hasil yang diharapkan dapat dicapai dan pasien kembali sehat.

BAB V KESIMPULAN DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti, dimana virus ini dapat menyeran g semua manusia tanpa adanya golongan umum dan status. Untuk mencegah terjadinya demam berdarah dengue, pemerintah juga sudah mencanangkan program Jumat .. Selain itu juga diharapkan masyarakat untuk menjaga pola hidup sehat dengan pemb erantasan sarang nyamuk dengan menggunakan cara 3M, yaitu : 1. Menguras bak mandi seminggu sekali. 2. Menutup rapat tempat penyimpanan air. 3. Mengubur kaleng bekas, pecahan botol, dan lainnya yang dapat menampung a ir. Selain itu juga pemeliharaan kebersihan lingkungan sekitar rumah, jangan biarkan baju bergantungan, dan lakukan penyemprotan insektisida. Apabila seseorang terk ena DHF, yang perlu diperhatikan adalah pemberian cairan guna mempertahankan kes eimbangan cairan dan elektrolit tubuh dan mencegah dehidrasi dan syok hipovolemi k. Perawat memegang peranan penting dalam membantu menangani DHF, dengan cara membe rikan asuhan keperawatan secara optimal melalui pendekatan proses keperawatan, m emberikan informasi berupa penyuluhan DHF dan cara penanggulangannya untuk mengu rangi angka kesakitan penderita DHF.

DAFTAR PUSTAKA Christantie Effendy. Perawatan Pasien DHF. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sri Rezeki H. Hadinegoro dan Hindira Irwin Satari. Demam Berdarah Dengue. FKUI. Jakarta. 1999. Sylvia A. Price. Orraine M. Wilson. Patofisiologi. Edisi 4. 1994. Jakarta : EGC.

You might also like