You are on page 1of 2

DIAGNOSIS Diagnosis abses paru ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, penampakan radiologis, laboratorium, dan mikrobiologis

1. Gejala Klinis Abses paru dapat bersifat akut juga kronik. Gejala pada minggu pertama dapat berupa gejala prodromal ditandai dengan demam, sesak napas, malaise, anoreksia, penurunan berat badan, dan batuk produktif. Batuk disertai produksi sputum kental yang berbau busuk (terutama apabila disertai infeksi kuman anaerob). Kira-kira 50-60% penderita menunjukan gejala batuk produktif yang disertai bau busuk. Gejala lain adalah batuk darah, nyeri dada, dan sianosis. 2. Pemeriksaan Fisik Dapat dijumpai keadaan normal ataupun dapat dijumpai kelainan apabila terdapat pneumonia, atelektasis, ataupun efusi pleura seperti terdapat ronkhi dan suara napas melemah.Bunyi napas tambahan amorfik atau succusion splash dapat dijumpai apabila terdapat kaviti yang besar. 3. Gambaran Radiologis Foto Thoraks Gambaran radiologis cukup khas untuk abses paru yaitu dijumpai kaviti berbentuk bulat atau oval dengan dinding tebal dengan gambaran air-fluid level didalam kaviti tersebut. Pada pengambilan foto thoraks pada posisi berbaring air-fluid level dapat tidak jelas terlihat. Abses paru yang bersifat emboli septic biasanya terdapat pada lobus bawah paru, multiple, dan terdapat bercak infiltrate serta infiltrate berkavitas berbentuk bulat. CT Scan Thoraks Pada CT Scan Toraks didapatkan pula gambaran air fluid level serta didapatkan lesi relative bundar dengan kaviti berdinding tebal, tidak teratur dan terletak didalam jaringan paru sehingga bronkus tidak terlihat tertekan atau berpindah letak. Gambaran empiema akan mendorong bronkus karena letak empiema ada di dalam rongga pleura. 4. Pemeriksaan Mikrobiologis Pewarnaan gram sputum dapat digunakan untuk memperoleh informasi sementara mengenai jenis kuman abses paru, namun didalam orofaring didapatkan banyak flora komensal sehingga dapat mempengaruhi hasil pemerikasaan sputum. Biakan kuman

dapat pula dilakukan dan dilihat jumlah kuman yang tumbuh untuk membedakannya dengan flora komensal. Biakan kuman anaerob perlu dilakukan dengan media khusus, tetapi hal ini tidak dapat dilakukan pada sputum karena flora anaerob pada sputum tidak bersifat pathogen. Sumber biakan lebih baik bila didapatkan langsung dari aspirat transtrakeal atau cairan pleura bila terdapat komplikasi empiema. Bahan pemeriksaan juga dapat diperoleh dengan cara aspirasi paru perkutaneus dari abses paru yang dilakukan dengan panduan CT Scan, USG, atau fluoroskopi. Pemeriksaan terhadap mikobakterium, Legoinella, ataupun jamur perlu dilakukan apabila terdapat indikasi atau gejala klinis yang mendukung, apalagi bila pengobatan awal yang diberikan tidak memberikan hasil yang baik. Abses paru yang disebabkan oleh amuba terdapat gejala yang mendukung seperti sputum yang berwarna tengguli dan terjadi kelainan hepar. 5. Bronkoskopi Bronkoskopi dengan biopsy sikatan yang terlindung bilasan bronkus merupakan cara diagnostic yang paling baik dengan akurasi diagnostic bakteriologi melebihi 80%. Cara ini hendaknya dilakukan pada pasien AIDS sebelum dimulai pengobatan karena banyaknya kuman yang terlibat dan sulit diprediksi secara klinis. Selain itu 10-25% penyebab abses paru pada dewasa adalah karsinoma bronkogenik dan 60% diantaranya dapat didiagnosis dengan menggunakan bronkoskopi. 6. Aspirasi Jarum Halus Cara ini mempunyai akurasi tinggi untuk diagnosis bakteriologi, dengan spesifisitas melebihi aspirasi transtrakeal.

You might also like