You are on page 1of 7

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Kasus (Masalah Utama) Harga diri rendah: kronik/situasional

2. Proses Terjadinya Masalah a. Pengertian Konsep diri di definisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang diriya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak terbentuk sejak lahir namun dipelajari. (Stuart & Sundeen, 2006). Konsep diri terdiri dari komponen-komponen berikut ini: Gambaran diri Ideal diri Harga diri Peran Identitas pribadi

Rentang Respon Konsep Diri RENTANG RESPON KONSEP DIRI Respon Adaptif Aktualisasi diri depersonalisasi konsep diri (+) HDR Respon Maladaptif kacau identitas

Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri. Harga diri rendah juga merupakan evaluasi diri dan perasaan diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung maupun tidak langsung diekspresikan. Sementara gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan negative terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999).

Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara: Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubugan kerja dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privacy yang kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan pemeriksaan perianal dll.), harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena di rawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama

b. Faktor Predisposisi Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak realistis.

c. Faktor Presipitasi Stressor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti : 1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam. 2. Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jeis transisi peran : Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan.

d. Tanda dan Gejala Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri) Gangguan hubungan social (menarik diri) Kurang percaya diri (sukar mengambil keputusan) Mencederai diri Rasa bersalah Adanya penolakan Marah, sedih, dan menangis Tidak ada kontak mata, sering menunduk Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul

e. Penyebab Harga Diri Rendah Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999). Salah satu penyebab harga diri rendah yaitu berduka disfungsional. Berduka disfungsional merupakan pemanjangan atau ketidaksuksesan dalam menggunakan respon intelektual dan emosional oleh individu dalam melalui proses modifikasi konsep diri berdasarkan persepsi kehilangan. Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri. Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah. Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima penghargaan dari orang lain.

f. Akibat Harga Diri Rendah Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi social: menarik diri. Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.

3. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji Masalah Keperawatan Harga diri Data Subjektif Data Objektif Klien tampak: Ekspresi wajah kosong Klien tampak lebih suka sendiri Bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan Ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup Tidak ada kontak mata Suara pelan dan tidak jelas Menangis Menarik diri

rendah: Klien mengungkapkan: Tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi Enggan berbicara dengan orang lain Malu bertemu dan berhadapan orang lain Dirinya tidak lagi berguna Tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri Mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.

kronik / situasional

4. Diagnosa Keperawatan Harga diri rendah: kronik / situasional

5. Rencana Tindakan Keperawatan Tujuan Umum: Klien dapat meningkatkan harga diri dan aspek positif yang dimilikinya Tujuan Khusus: Tuk 1. Membina dan menjalin hubungan saling percaya 1.1 bina hubungan saling percaya 1.2 salam terapeutik 1.3 perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi 1.4 ciptakan lingkungan yang tenang

1.5 buat kontrak yang jelas 1.6 beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang penyakit yang diderita 1.7 mendengarkan klien dengan penuh perhatian 1.8 katakan pada klien bahwa ia adalah seorang yang berharga dan bertanggung jawab, serta mampu menolong dirinya sendiri.

Tuk 2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki 2.1 diskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif, seperti kegiatan di rumah, adanya keluarga, dan lingkungan terdekat pasien 2.2 beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan penilaian negatif setiap kali bertemu

Tuk 3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan 3.1 diskusikan kemampuan yang masih dapat digunakan klien 3.2 bantu klien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan klien 3.3 perlihatkan respon yang kondusif dan jadilah pendengar yang aktif

Tuk 4. Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan sesuai kemampuan 4.1 diskusikan dengan klien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan dilakukan sehari-hari 4.2 bantu klien menetapkan aktivitas mana yang dapat dilakukan secara mandiri, mana yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga, dan apa saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat klien. Berikan contoh pelaksanaan aktivitas yang dapat dilakukan klien. Susun bersama klien dan buat daftar aktifitas atau kegiatan sehari-hari klien. Tuk 5. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah di pilih, sesuai kemampuan 5.1 mendiskusikan urutan kegiatan yang akan di lakukan 5.2 memperagakan beberapa aktivitas yang akan dilakukan 5.3 memberi reinforcemen yang sesuai setiap kemajuan klien

Tuk 6. Merecanakan kegiatan yang sudah dilatihnya 6.1 Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihnya 6.2 Memberi reinforcemen 6.3 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan aktivitas 6.4 Susun daftar aktifitas yang sudah dilatihkan bersama klien dan keluarga 6.5 Beri kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan kegiatan 6.6 Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan klien

DAFTAR PUSTAKA

Azis R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: RSJD dr. Amino Gondoutomo. Boyd MA, Hihart MA. 1998. Psychiatric Nursing: Contemporary Practice. Philadelphia: Lipincott-Raven Publisher. Keliat BA. 1999. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. Stuart GW, Sundeen SJ. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC. Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 1. Bandung: RSJP Bandung.

You might also like