You are on page 1of 27

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecemasan (ansietas) merupakan hal yang akrab dalam hidup manusia. Ansietas bukanlah hal yang aneh karena setiap orang pasti pernah mengalami ansietas dengan berbagai variannya. Ansietas sangat berhubungan dengan perasaan tidak pasti dan ketidakberdayaan sebagai hasil penilaian terhadap suatu objek atau keadaan. Keadaan emosi ini dialami secara subjektif, bahkan terkadang objeknya tidak jelas. Artinya, seseorang dapat saja menjadi cemas, namun sumber atau sesuatu yang dicemaskan tersebut tidak tampak nyata. Ansietas ini dapat terlihat dalam hubungan interpersonal.

Ansietas dapat menjadi suatu kekuatan motivasi untuk pertumbuhan dan perkembangan pada individu yang bersangkutan (Corey 2005). Dapat pula ansietas menjadi suatu beban berat yang menyebabkan individu tersebut hidupnya selalu di bawah bayang-bayang ansietas yang terus berkepanjangan. Ansietas berkaitan dengan stres. Oleh karena ansietas timbul dengan sebagai respons terhadap stres, baik stres fisiologi maupun psikologis. Artinya, ansietas terjadi ketika seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun psikologis. Stres merupakan bagian yang tidak dapat terelakan dalam hidup manusia. Meskipun demikian, stres bukanlah merupakan suatu yang patologis.

Terlihat jelas bahwa ansietas ini mempunyai dampak terhadap kehidupan seseorang, baik dampak positif maupun dampak negatif. Apalagi bila ansietas ini
KONSEP KECEMASAN (ANSIETAS) 1

dialami oleh klien yang dirawat di rumah sakit. Berbagai situasi dan kondisi akan membuatnya semakin cemas. Oleh karenanya perawat sebagai tenaga kesehatan profesional tidak boleh mengabaikan aspek emosi ini dalam memberikan asuhan keperawatan.

B. Tujuan Umum :

Agar diharapkan kita mampu menghindari terjadinya kecemasan pada diri kita. Khusus Untuk : memahami dan mengetahui tentang pengertian konsep

kecemasan. Untuk menambah pengetahuan kita tentang tingkatan-tingkatan

kecemasan. Untuk membantu menyelesaikan dalam proses masalah kecemasan.

KONSEP KECEMASAN (ANSIETAS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kecemasan (ansietas) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus ansietas (Comer, 1992). Ansietas merupakan alat peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada individu.

Gangguan Ansietas adalah sekelompok kondisi yang memberi gambaran penting tentang ansietas yang berlebihan, disertai respons perilaku, emosional, dan fisiologis. Individu yang mengalami gangguan ansietas dapat
3 KONSEP KECEMASAN (ANSIETAS)

memperlihatkan perlikau yang tidak lazim seperti panik tanpa alasan, takut yang tidak beralasan terhadap objek atau kondisi kehidupan, melakukan tindakan berulang-ulang tanpa dapat dikendalikan, mengalami kembali peristiwa yang traumatik, atau rasa khawatir yang tidak dapat dijelaskan atau berlebihan. Pada kesempatan yang jarang terjadi, banyak orang memperlihatkan salah satu dari perilaku yang tidak lazim tersebut sebagai respons normal terhadap ansietas. Perbedaan antara respons ansietas yang tidak lazim ini dengan gangguan ansietas ialah bahwa respons ansietas cukup berat sehingga bisa mengganggu kinerja individu, kehidupan keluarga, dan gangguan sosial.

Banyak individu yang mengalami gangguan ansietas merasa takut mereka akan menjadi gila karena perilaku mereka yang tidak lazim atau mereka mengalami serangan jantung karena respons fisiologis seperti palpitasi, berkeringat, dan kesulitan bernafas. Mereka merasa bahwa mereka tidak memiliki kendali atas respons yang tidak lazim tersebut dan sangat menginginkan respons itu berhenti. Individu yang mengalami gangguan ansietas tidak psikotik pada kenyataannya, mereka melakukan fungsi dalam batas-batas realitas dan menyadari penuh bahwa episode aneh yang mereka alami itu tidak normal. Sebaliknya, individu yang psikotik seperti skizofrenia, tidak menyadari bahwa perilaku mereka yang tidak lazim itu berbeda dari perilaku yang normal.

Ansietas memiliki 2 aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan, yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas dialami, dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap ansietas. Ansietas dapat dilihat dalam rentang ringan, sedang, berat sampai panik. Setiap tingkat menyebabkan perubahan fisiologis dan emosional pada individu.

A. Klasifikasi tingkat kecemasan


KONSEP KECEMASAN (ANSIETAS) 4

RENTANG RESPONS CEMAS Adaptif < > Maladaptif

X_______________X_______________X______________X______________X Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Menurut Peplau ada empat tingkat kecemasan, yaitu ringan, berat, sedang dan panik
1. Cemas ringan

berhubungan

dengan

ketegangan

akan

peristiwa

kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lapangan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati serta waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan perhubungan dan kreativitas. Contohnya adalah seseorang yang menghadapi ujian akhir, pasangan dewasa yang akan memasuki jenjang pernikahan, individu yang tiba-tiba dikejar anjing menggonggong. Respon cemas ringan seperti sesekali bernafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibi bergetar, lapang persepsi meluas, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, tidak dapat duduk dengan tenang dan tremor halus pada tangan.

2. Cemas sedang : pada tingkat ini lapang persepsi terhadap masalah

menurun. Individu lebih berfokus pada hal-hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain. Contohnya adalah pasangan suami istri yang akan menghadapi kelahiran bayi pertama dengan risiko tinggi. Respon cemas sedang seperti sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut
KONSEP KECEMASAN (ANSIETAS) 5

kering, anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur dan perasaan tidak enak.

3. Cemas berat

: pada cemas berat lapang persepsi sangat sempit. cenderung hanya memikirkan hal yang kecil saja dan

Seseorang

mengabaikan hal yang penting. Seseorang tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan lebih banyak pengarahan atau tuntunan. Contohnya adalah individu yang mengalami kehilangan harta benda dan orang yang dicintai karena bencana alam. Respons kecemasan berat seperti napas pendek, nadi dan tekanan darah meingkat, berkeringat dan sakit kepala, pengalihan kabur, ketegangan, tidak mampu menyelesaikan masalah, verbalisasi cepat, dan perasaan ancaman meningkat.

4. Panik

: pada tahap ini lahan persepsi telah terganggu sehingga

individu tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apaapa, walaupun telah diberi pengarahan. Contohnya adalah individu dengan kepribadian pecah/depersonalisasi. Respons panik seperti napas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat, tidak dapat berpikir logis, mengamuk, marah, ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali, dan persepsi kacau.

B. Teori Kecemasan

Kecemasan merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh dengan tekanan. Stres dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi ancaman terhadap suatu harapan yang mencetuskan cemas. Hasilnya adalah bekerja untuk melegakan tingkah laku (Rawlins, at al, 1993). Stress dapat berbentuk psikologis, sosial atau fisik.
KONSEP KECEMASAN (ANSIETAS) 6

Beberapa teori memberikan kontribusi terhadap kemungkinan faktor etiologi dalam pengembangan kecemasan. Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut : 1. Teori psikoanalitik Kecemasan dapat timbul secara otomatis akibat dari stimulus internal dan eksternal yang berlebihan. Akibat stimulus (internal dan eksternal) yang berlebihan sehingga melampaui kemampuan individu untuk menanganinnya. Ada dua tipe kecemasan yaitu kecemasan primer dan kecemasan primer. Kecemasan primer Penyebab kecemasan primer adalah keadaan ketegangan atau dorongan yang diakibatkan oleh faktor eksternal. Kecemasan subsekuen Freud menjelaskan bila terjadi kecemasan maka posisi ego sebagai pengembang dan superego berada pada kondisi bahaya. 2. Teori Interpersonal Sullivan mengemukakan bahwa kecemasan timbul akibat ketidakmampuan untuk berhubungan interpersonal dan sebagai akibat penolakan. Kecemasan bisa dirasakan bila individu mempunyai kepekaan lingkungan. 3. Teori Perilaku Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan merupakan hasil frustasi akibat berbagai hal yang memengaruhi individu dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Kecemasan dapat juga timbul melalui konflik antara dua pilihan yang saling berlawanan dan individu harus memilih salah satu. Konflik menimbulkan kecemasan dan kecemasan akan meningkatkan persepsi terhadap konflik dengan timbulnya perasaan ketidakberdayaan. Konflik muncul dari dua kecenderungan yaitu approach dan avoidance. Approach merupakan kecenderungan untuk melakukan atau menggerakkan sesuatu. Avoidance adalah kebalikannya yaitu tidak melakukan atau menggerakkan sesuatu melalui sesuatu.
KONSEP KECEMASAN (ANSIETAS) 7

4.

Teori Keluarga Studi pada keluarga dan epidemologi memperlihatkan bahwa kecemasan selalu ada pada tiap-tiap keluarga dalam berbagai bentuk dan sifatnya heterogen.

5.

Teori Biologik Teori ini menjelaskan bahwa individu yang sering mengalami kecemasan mempunyai masalah dengan proses neurotransmiter. Mekanisme koping juga dapat terganggu karena pengaruh toksik, defisiensi nutrisi, menurunnya suplai darah, perubahan hormon dan sebab fisik lainnya. Kelelahan dapat meningkatkan iritabilitas dan perasaan cemas.

C. Gangguan-gangguan Kecemasan Phobia, panik, gangguan kecemasan menyeluruh, Stress pasca trauma dan gangguan obsesif-kompulsif merupakan gangguan yang berpusat pada kecemasan. Pada kali ini akan dibahas mengenai gangguan kecemasan. Gangguan-gangguan kecemasan itu meliputi: 1. Gangguan Phobia. Phobia adalah ketakutan terhadap suatu benda atau kejadian atau situasi tertentu yang sedemikian besarnya sehingga orang akan selalu berusaha menghindarkan diri. Phobia biasanya dihubungkan dengan berbagai rangsangan, termasuk ketinggian suatu tempat, daerah yang terlalu terbuka atau sebaliknya, keramaian, kesendirian, sakit, badai, darah, bakteri, kegelapan, penyakit, penghinaan, ular hewan dan api. Psikoanalitik memandang phobia sebagai reaksi terhadap kecemasan yang dialihkan. Mereka mengasumsikan bahwa ketakutan secara tidak sadar dialihkan dari pengalaman pertama yang membangkitkan kecemasan
KONSEP KECEMASAN (ANSIETAS) 8

kepada obyek yang kurang membahayakan. Sebaliknya ahli psikologi perilaku berasumsi bahwa kecemasan mengandung phobia, ketakutan dapat muncul berdasarkan penciptaan suatu responden ketika rangsangan netral sebelumnya kecemasan. Penderita phobia mungkin saja meniru perlakuan orang lain .atau dia akan melakukan perilaku tertentu yang khusus, karena taktik tersebut dapat memberinya kepuasan, dan cara ini sering secara berulang-ulang dilakukan. Phobia ini dibagi dalam tiga macam, yaitu: Phobia simple, sumbernya adalah binatang, ketinggian, tempat tertutup, dan darah. Phobia sosial, menyerupai kecemasan social, yaitu kecemasan yang tidak rasional karena adanya orang lain. Agoraphobia, yaitu ketakutan yang berpusat pada tempat-tempat umum 2. Ganguan Panik. Menurut para ilmuan perilaku, pembentukan panik adalah sama dengan pembentukan Phobia, yaitu dengan kondisioning responden. Datangnya serangan panik ini biasanya secara mendadak, tidak dapat dijelaskan, dan tidak dapat dikendalikan. Para penderita ini biasanya sangat mudah merasa cemas, dan cenderung mudah khawatir. Seseorang dengan ciri gangguan ini biasanya sudah dapat memperlihatkan perasaan panik hanya dengan tekanan yang kecil. Dengan kecemasan yang selalu timbul sebagian besar penderita melaporkan keluhan sukar tidur, dan konsentrasi. Dengan adanya ketegangan dan kelelahan terus menerus individu menjadi kurang berfungsi secara maksimal dan semakin membuat individu cemas, mudah tersinggung, dan tidak jarang mengarah pada depresi. dihubungkan dengan obyek-obyek yang menimbulkan

KONSEP KECEMASAN (ANSIETAS)

Kriteria dari penderita panik adalah apabila dalam tiga minggu terdapat sekurang-kurangnya tiga kali serangan panik dan individu tersebut tidak dalam keadaan kerja fisik yang berat, atau dalam situasi yang mengancam kehidupan. Para pengidap gangguan ini biasanya akan mengkonsumsi minuman yang beralkohol, menelan obat-obatan, dan secara sadar selalu menghindari situasai yang kiranya akan menimbulkan penyakitnya ini sebagai usaha untuk menenangkan diri. 3. Gangguan Kecemasan Menyeluruh. Gangguan ini memiliki kriteria diagnosis, diantaranya yaitu: Kecemasan yang menyeluruh dan menetap, yang ditandai oleh: ketegangan motorik hiperaktif syaraf otonomik rasa khawatir berlebihan tentang hal yang akan datang kewaspadaan yang berlebihan Suasana perasaan cemas berlangsung selama paling sedikit satu bulan.

Tidak disebabkan oleh gangguan-gangguan jiwa lainnya. Menurut aliran Psikoanalitik penyebab dari gangguan kecemasan menyeluruh ini adalah konflik antara id dan ego yang tidak disadari, semantara menurut teori belajar disebabkan karena kondisioning klasik dari rangsangan luar, dan menurut kognitif-behavioral lebih memfokuskan pada kontrol dan ketidakberdayaan.

4. Stress Pasca Trauma. Gangguan mental ini ditandai dengan kecemasan yang kaut dan berulang setelah pengalaman yang traumatic, yaitu kejadian yang mengancam keselamatan jiwa. Misalnya pemerkosaan, bencana alam, kecelakaan dan lain-lain. Reaksi penderita traumatik adalah berupa ketakutan yang hebat,mudah terkejut, tidak berdaya, cemas, depresi, mati rasa, dan lain-lain. KejadianKONSEP KECEMASAN (ANSIETAS) 10

kejadian yang menyebabkan individu mengingat pada hal yang traumatic adalah: Ingat kembali dalam bentuk bayangan. Sering bermimpi buruk tentang hal yang ytraumatik. Merasakan seolah-olah kejadian berlangsung kembali. Timbul reaksi fisiologis ketika dihadapkan pada hal yan mengingatkan kejadian traumatik. Distress ketika dihadapka pada hal yang mengingatkan traumatic.

Akibatnya individu akan berusaha untuk menghindari hal yang berhubungan dengan trauma serta menunjukkan gejala yang tak mampu berespons atau menghadapi masalahnya. Gejala yang dilakukan individu biasanya: Berusaha menghindari pikiran, percakapan, dan perasaan yang mengingatkan. Menghindari aktivitas, tempat, dan orang yang mengingatkan. Tidak mampu mengingat hal penting dari kejadian. Menurunnya aktivitas secra mencolok. Merasa tersisish dari orang lain. Emosinya terbatas. Memandang masa depan suram.

Selama mengalami stress pascatrauma indivudu akan mengalami gejalagejala seperti sulit tidur, sulit konsentrasi, sering terkejut dan lain-lain. Namun tidak semua korban kejadian traumatuk mengalami stress pasca trauma. Treatment yang diberikan pada penderita stress pasca trauma adalah melalui terapi kelompok, maka dengan cara ini diharapkan penderita mendapatkan support dari teman-temannya. 5. Gangguan Obsesif-kompulsif.

KONSEP KECEMASAN (ANSIETAS)

11

Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak kedalam pikiran. Obsesi merupakan perasaan was-was, keraguan tentang apa yang dikerjakan, misalnya katika mau tidur berulang-ulang melihat apakah pintu dan jendela sudak dikunci baik-baik. Sementara istilah kompulsif menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan sesuatu. Dan pikiran obsesif sering membawa dampak munculnya tindakan kompulsi. Kompulsi ialah suatu tindakan yang dilakukan berulang-ulang, misalnya sering mengatur barangbarang tertentu dalam posisi tertentu. Persamaan antara obsesi dan kompulsi adalah sebagai berikut: Suatu pikiran atau dorongan kuat mendesak kedalam alam bawah sadar secara terus menerus. Timbul perasaan takut yang hebat dan penderita berusaha untuk menghilangkan pikiran atau dorongan itu. Dirasakan sebagai hal yang asing, tidak disukai, tidak dapat diterima, dan tidak dapat ditekan. Penderita tetap sadar, tetap mengenal wajar dan tidak wajar rasional dan tidak rasional walaupun obsesi atau kompulsi sangat hebat. Penderita merasakan suatu kebutuhan yang besar atau melawan obsesi atau kompulsi. Pada gangguan jenis obsesif-kompulsif ini individu yang mengalaminya akan berusaha menghilangkan kecemasannya dengan merangkai pemikiran dan perbuatan yang dilakukan berulang-ulang. Penderita menyadari bahwa pikiran dan perbuatannya tersebut tidak dapat diterima nalar dan logika yang sehat, tidak pada tempatnya atau tidak sesuai dengan keadaan, tetapi ia tidak dapat menghilangkannya dan tidak mengerti mengapa mempunyai dorongan yang begitu kuat untuk berfikir dan berbuat

KONSEP KECEMASAN (ANSIETAS)

12

demikian, apabila tidak melakukannya maka akan mengalami atau timbul kecemasan yang hebat. D. 2 macam stresor dalam kecemasan: 1. Stresor Predisposisi Stresor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa:

Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konsep diri yang terganggu. Frustasi akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realistis sehingga akan menimbulkan kecemasan. Gangguan fisik. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan.

2. Stresor presipitasi Stresor persipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan. Stresor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi 2 bagian: Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi:
Sumber internal

: meliputi kegagalan mekanisme fisiologis

sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misal hamil). Sumber eksternal : meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
KONSEP KECEMASAN (ANSIETAS) 13

Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal. Yaitu: Sumber internal : Kesulitan dalam berhubungan interpersonal , penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

E. Penilaian Terhadap Stresor Pemahaman tentang kecemasan memerlukan integrasi pengetahuan dari berbagai sudut pandang. Diketahui bahwa stresor yang dialami akan menimbulkan kecemasan, dipengaruhi oleh banyak faktor yang membutuhkan penanganan multifaktor. F. Respon Kecemasan Secara langsung kecemasan dapat diekspresikan melalui respons fisiologis dan psikologis dan secara tidak langsung melalui pengembangan mekanisme koping sebagai pertahanan melawan kecemasan. 1. Respons fisiologis : secara fisiologis respon tubuh terhadap kecemasan adalah dengan mengaktifkan sistem saraf otonom (simpatis maupun parasimpatis). Sistem saraf simpatis akan mengaktivasi proses tubuh, sedangkan sistem saraf parasimpatis akan meminimalkan respons tubuh. Reaksi tubuh terhadap stres (kecemasan) adalah fliht atau flight. Pada respons fisiologis efek terhadap kecemasan antara lain napas menjadi lebih dalam, nadi meningkat, dan tekanan darah meningkat.
2. Respons psikologis : Kecemasan dapat memengaruhi aspek interpersonal

maupun personal. Kecemasan tinggi akan memengaruhi koordinasi dan gerak


KONSEP KECEMASAN (ANSIETAS) 14

refleks. Kesulitan mendengarkan akan mengganggu hubungan dengan orang lain. Kecemasan dapat membuat individu menarik diri dan menurunkan keterlibatan dengan orang lain.

3. Respon kognitif

: kecemasan dapat memengaruhi kemampuan berpikir baik

proses pikir maupun isi pikir, diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunnya lapangan persepsi, bingung.

4. Respon afektif

: secara afektif klien akan mengekspresikan dalam bentuk

kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan. G. Sumber dan Mekanisme Koping Individu dapat menanggulangi stres dan kecemasan dengan menggunakan atau mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan interpersonal. Sumber koping di antaranya adalah aset ekonomi, kemampuan memecahkan masalah, dukungan sosial budaya yang diyakini. Dengan integrasi sumber-sumber koping tersebut individu dapat mengadopsi strategi koping yang efektif. Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan faktor utama yang membuat klien berprilaku patologis atau tidak. Bila individu sedang mengalami kecemasan ia akan mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasa digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain. Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat, dan panik membutuhkan banyak energi. Mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis:

KONSEP KECEMASAN (ANSIETAS)

15

1. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stres dengan menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan. 2. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri sendiri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. G. Gejala Kecemasan Penderita yang mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala yang khas dan terbagi dalam beberapa fase, yaitu : Fase 1 Keadan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mempersiapkan diri untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase ini tubuh merasakan tidak enak sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan nor adrenalin. Oleh karena itu, maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di otot dan kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Dalam persiapannya untuk berjuang, menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok agonis dan antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah dapat dilihat pada jari-jari tangan (Wilkie, 1985). Pada fase ini kecemasan merupakan mekanisme peningkatan

KONSEP KECEMASAN (ANSIETAS)

16

dari sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf fungsinya mulai gagal mengolah informasi yang ada secara benar (Asdie, 1988). Fase 2 Disamping gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot, gangguan tidur dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak ada motifasi diri (Wilkie, 1985). Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah menangis tanpa sebab, yang beberapa saat kemudian menjadi tertawa. Mudah menangis yang berkaitan dengan stres mudah diketahui. Akan tetapi kadang-kadang dari cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda adanya gangguan kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan motivasi diri bisa terlihat pada keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia berdiam diri saja beberapa lama dengan hanya melihat barang yang jatuh tanpa berbuat sesuatu (Asdie, 1988). Fase 3 Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap saja berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-gejala yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi kaitannya dengan stres, gejala kecemasan pada fase tiga umumnya berupa perubahan dalam tingkah laku dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya dengan stres. Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti. intoleransi dengan rangsang sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang sebelumnya telah mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap sesuatu yang sepintas terlihat sebagai gangguan kepribadian (Asdie, 1988).

H. Cara Mengatasi Cemas atau Gangguan Kecemasan

KONSEP KECEMASAN (ANSIETAS)

17

1. Yang paling mendasar adalah bagaimana cara anda merespon kondisi yang

sedang anda pikirkan (akan terjadi) atau sedang anda benar-benar anda.

hadapi

(sedang dialami). Semakin tenang menghadapinya, semakin tinggi rasa nyaman 2. Penuhi hati anda dengan keyakinan bahwa anda adalah orang baik. Anda adalah disayangi orang banyak. Anda kuat. Dengan bukti bahwa anda survive (selamat) dengan jalan kehidupan anda selama ini. 3. Tanamkan dalam lubuk hati anda yang paling dalam bahwa Tuhan Yang Maha Penolong akan menolong anda. Meski anda dalam kondisi seterpuruk/sehancur apa pun. Yakinlah bahwa dia akan membantu anda minimal membantu anda tetap hidup.
4. Bila berhubungan dengan perlakuan orang lain terhadap anda, ubah

paradigma/pola pandang anda, ganti dengan lebih baik. Ganti pola gambarnya dengan pola gambar lain yang menyenangkan anda.
5. Beranikan diri untuk bahagia

BAB III Aplikasi Kasus


Seorang mahasiswa S1, wakil ketua kelas, sebut saja namanya Ikhsan, membuat teman-teman sekelasnya terheran-heran. Pasalnya, Ikhsan yang aktif,
KONSEP KECEMASAN (ANSIETAS) 18

senang bercanda, dan memiliki postur tubuh seperti atlet itu ternyata memiliki kecemasan yang irasional, hanya karena mendengar kata kecoak. Dengan muka tegang ia sibuk menutup telinga dengan saputangan tebal ketika teman-temannya bicara tentang kecoak. Ironis kedengarannya. Kenyataannya, keadaan seperti ini benar-benar dialami oleh sebagian dari kita, meski dengan intensitas dan objek yang berbeda-beda. Kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi negatif. Baik bersifat rasional maupun irasional ini merupakan persoalan tersendiri bagi yang mengalaminya. Oleh sebab itu, kita perlu memiliki keterampilan untuk mengatasinya. Perihal rasa cemas, semua orang mengetahui dan pernah merasakannya. Namun, untuk menjelaskan apa itu kecemasan kita mungkin memiliki jawaban yang berbeda-beda. Dalam Psikologi, ada yang menjelaskan bahwa kecemasan merupakan ketakutan yang tidak realistis, suatu perasaan terancam ketika merespon sesuatu yang sebenarnya tidak sungguh-sungguh mengancam. Ini berbeda dengan ketakutan, yang bersifat realistis, benar-benar karena sesuatu yang menakutkan. Untuk menghindari pengertian antara cemas dan takut (juga dengan nervous dan tegang) yang pada dasarnya tidak terlalu jelas perbedaannya. Menurut Calhoun & Acocella (1990) kecemasan merupakan suatu perasaan takut (realistis maupun tidak), disertai peningkatan gejolak fisiologis. Sigmun Freud dengan teori psikodinamikanya menjelaskan, kecemasan yang tidak realistis (seperti halnya kecemasan karena kecoak), merupakan gejala dari rasa takut yang lebih mendalam. Biasanya berhubungan dengan alam bawah sadar yang berkaitan dengan dorongan seksual atau agresif, yang menerobos kontrol ego menuntut pemuasan, dan akhirnya menimbulkan ketakutan luar biasa pada diri individu.
KONSEP KECEMASAN (ANSIETAS) 19

Lain halnya penjelasan dari aliran perilaku (behaviorism) dengan tokoh-tokoh Watson, Skinner, dll. Kecemasan yang realistis maupun yang tidak realistis menurut mereka merupakan hasil pengondisian respon. Contohnya, seorang anak mengenal kecoak bersamaan dengan peristiwa lain yang mengerikan (misalnya ia terkunci di kamar mandi dan menemukan gerombolan kecoak di saluran pembuangan). Hasilnya, ia mempelajari dan merespon kecoak sebagai makhluk yang mengerikan. Hal ini dapat terbawa hingga dewasa. Kecemasan mempunyai tiga komponen, yaitu emosional, kognitif, dan fisiologis. Dalam komponen emosional, individu mengalami perasaan takut yang intens dan disadari. Dalam komponen kognitif, peningkatan rasa takut akan mengacaukan kemampuan individu untuk berpikir jernih. Dalam komponen fisiologis, tubuh merespon ketakutan dengan memobilisasi diri untuk bertindak, baik dikehendaki ataupun tidak. Respon fisiologis ini merupakan hasil kerja sistem saraf otonom yang mengendalikan berbagai otot dan kelenjar tubuh.Respon fisiologis ketika terjadi kecemasan antara lain detak jantung meningkat, irama napas lebih cepat, pupil mata melebar, proses pencernaan terhenti, pembuluh darah menyempit, tekanan darah naik, kelenjar adrenalin dalam darah meningkat. Itu semua menyebabkan individu menjadi tegang dan siap melakukan tindakan menyerang atau melarikan diri dari situasi yang ada. Kecemasan, bila terjadi dalam level sedang dan dalam keadaan memang ada hal yang harus ditakuti (misalnya sedang menghadapi wawancara kerja), merupakan hal normal. Akan menjadi masalah bila kecemasan terlalu tinggi dan tidak sesuai dengan situasi yang ada (tidak realistis). Kecemasan semacam ini akan memerosotkan sumber daya fisik dan fisiologis kita. Lebih jauh lagi, dapat mengurangi rasa berharga, merasa kecil, dan tidak berdaya. Menganalisis Kecemasan

KONSEP KECEMASAN (ANSIETAS)

20

Pola kecemasan berbeda-beda antara orang yang satu dengan yang lain. Perbedaan itu antara lain dalam hal penyebab yang memicu kecemasan (anteseden), keadaan cemas itu sendiri (tingkat kecemasan, gejala), dan konsekuensi yang ada setelah terjadi kecemasan. Untuk mengendalikan kecemasan, terlebih dahulu kita perlu melakukan analisis terhadap kecemasan tersebut. Pertama, kita tentukan apa yang membuat kita cemas: Karena melihat kecoak? Karena harus mengalahkan orang lain dalam suatu hal (kompetisi)? Atau karena menghadapi soal-soal ujian? Bila kecemasan itu karena kecoak, perlu dipastikan apakah bulunya yang membuat cemas? Atau baunya? Dalam situasi seperti apa kecemasan terhadap kecoak itu muncul: Kalau melihat? Kalau mendengar kata kecoak? Kalau melihat di kamar? Hanya kalau malam atau sembarang waktu? Kedua, kita menentukan penyebab internal (dari dalam diri), yakni dengan memeriksa kecemasan itu sendiri: Apakah yang kita pikirkan dan kita rasakan saat terjadi pengalaman kecemasan itu? Bila kecemasan karena kecoak, perlu diperiksa: Apakah bayangan kecoak bergerombol muncul kembali setiap kali melihat kecoak? Apakah kecoak itu membangkitkan rasa muak yang luar biasa? Ataukah kecoak mengingatkan pada peristiwa mengerikan? Ketiga, kita mendeskripsikan konsekuensi dari kecemasan itu. Apa yang kita lakukan dengan mengalami kecemasan? Bila cemas karena kecoak, perlu dideskripsikan respon apa yang terjadi setelah timbul kecemasan: Apakah kita lari, bersembunyi, atau menghindar? Seperti apa akibatnya terhadap tubuh, terhadap perasaan, dan terhadap pikiran (kognisi)?
KONSEP KECEMASAN (ANSIETAS) 21

Mengelola Kecemasan Setelah melakukan analisis, kita dapat menentukan tindakan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasinya. Perencanaan lingkungan Berbagai stimulus (objek, orang, situasi) yang membuat kita mengalami kecemasan bukanlah hal yang harus kita hadapi. Kita berhak menghindari stimulus-stimulus tersebut. Bila takut kecoak, kita dapat menghindarinya di rumah dengan cara membasminya. Di luar rumah, kita dapat menghindari kecoak dengan cara sebisanya menghindari tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang kecoak. Namun, tidak semua stimulus yang membuat cemas dapat kita hindari begitu saja. Pendek kata, menghindar merupakan cara yang paling umum dipilih dalam perencanaan lingkungan. Namun, cara menghindarinya perlu kita pikirkan, agar hal lain yang lebih penting tidak dikorbankan. Relabeling dan self-talk Bila kita tidak dapat mengindari stimulus yang membuat kita cemas, cara lain yang dapat dilakukan adalah mengurangi pemicu internal, yakni di dalam diri kita sendiri. Biasanya berupa pikiran dan ungkapan-ungkapan negatif yang diikuti dengan emosi negatif. Dalam kasus kecemasan terhadap kecoak, bila semula kita menganggap kecoak sebagai monster yang mengerikan, ganti dengan pikiran bahwa kecoak hanya seekor serangga yang tidak berbahaya. Kita dapat mengatakan pada diri sendiri, Aku pasti dapat menghadapi kecoak karena nyatanya kecoak hanyalah serangga yang tidak berbahaya seperti jangkrik.

KONSEP KECEMASAN (ANSIETAS)

22

Kita tidak perlu menyatakan sesuatu yang terlalu optimistis, cukup yang realistis. Relabeling dan self-talk ini dapat menghambat respon cemas yang biasanya terjadi secara otomatis. Desensitisasi Desensitisasi adalah usaha menghilangkan komplek emosi.Respon cemas sedapat mungkin harus diubah agar kita tidak lagi mengalami emosi negatif bila mendapat provokasi stimulus yang membuat cemas. Cara yang sangat efektif adalah desensitisasi. Desensitisasi terdiri dari dua langkah: rileksasi dan secara bertahap mengalami stimulus yang membuat cemas. Rileksasi dilakukan dengan cara melemaskan seluruh otot tubuh, mulai dari kepala hingga ujung kaki. Latihan ini untuk setiap bagian tubuh disertai mengatur pernapasan perut (napas panjang). Pernapasan panjang dimulai terlebih dahulu sebelum melemaskan bagian-bagian otot tubuh. Setelah dicapai keadaan rileks, selanjutnya mulai berlatih menghadapi stimulus yang membuat kita cemas. Hal ini dapat dengan cara membayangkan (dapat dilakukan dengan gambar) maupun sungguh-sungguh menghadapinya. Tampilan stimulus, misalnya kecoak, diperlihatkan dalam keadaan yang paling tidak mencemaskan (misalnya hanya tampak sedikit sayapnya di balik bunga). Setelah berhasil, secara bertahap stimulus ditampilkan dalam keadaan yang sedikit mencemaskan, misalnya satu sisi sayap kecoak tampak di balik bunga). Demikian seterusnya. Kombinasi rileksasi dan latihan menghadapi stimulus ini dilakukan hingga seseorang benar-benar tidak lagi cemas menghadapi stimulus itu apa adanya. Dalam kasus yang dialami Ikhsan tersebut sebuah ansietas atau kecemasan yang merupakan perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi.

KONSEP KECEMASAN (ANSIETAS)

23

Teori Dalam Keperawatan

Menurut Teori King ditinjau dari adanya hubungan komunikasi yang baik antara Ikhsan dengan perawat yang dilihat dari tiga sistem, yaitu sistem personal dimana ia menyadari ada yang salah pada dirinya sehingga menimbulkan perbedaan perilaku terhadap dirinya sendiri. Sistem Interpersonal dimana ia menimbulkan perilaku yang berbeda dengan yang lainnya pada saat berinteraksi, sedangkan pada sistem sosial ia dinilai terlalu berlebihan pada apa yang dirasakannya sehingga menimbulkan prasangka ketidakmampuan terhadap dirinya untuk bersosialisasi.

Menurut Teori Florence Nightingale ada faktor yang mempengaruhi terjadinya ansietas atau kecemasan yang dirasakan oleh Ikhsan, yaitu Faktor Lingkungan dimana faktor lingkungan tersebut terbagi dalam 3 aspek ialah lingkungan fisik, psikologis, dan sosial. Dalam lingkungan fisik, dimana ia berada dilingkungan kampus yang ruangannya lembab dan sedikit adanya ventilasi udara sehingga menyebabkan banyak serangga (kecoak). Lingkungan psikologis, saat ia mendengarkan teman-temannya membicarakan tentang kecoak yang ada dikelasnya membuat pikirannya kacau sehingga menimbulkan kecemasan. Sedangkan, pada aspek lingkungan sosial yang dapat dilihat adalah kurang sadarnya akan menjaga kebersihan kelas oleh seluruh mahasiswa.

Menurut Teori Peplau faktor yang mempengaruhi kecemasan pada diri Ikhsan dipengaruhi oleh 4 tingkatan ansietas:
1.

Cemas ringan, dimana pada tingkat ini Ikhsan sesekali bernafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, tidak dapat duduk dengan tenang dan tremor halus pada tangan.

KONSEP KECEMASAN (ANSIETAS)

24

2.

Cemas sedang, pada tingkat ini Ikhsan sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, gelisah, susah tidur dan perasaan tidak enak.

3.

Cemas berat, dimana pada tingkat tersebut Ikhsan akan mengalami dan perasaan ancaman meningkat napas pendek, nadi dan tekanan darah meingkat, berkeringat dan sakit kepala, pengalihan kabur, ketegangan dan perasaan ancaman meningkat.

4.

Panik, dalam tingkat ini ikhsan akan mengalami napas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat, tidak dapat berpikir logis, mengamuk, marah, ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali, dan persepsi kacau.

KONSEP KECEMASAN (ANSIETAS)

25

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Kecemasan pada dasarnya adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Apalagi pada saat ini banyak sekali masalah yang timbul. Ada empat tingkat kecemasan yaitu cemas ringan, berat, sedang dan panik. Dan ada beberapa teori memberikan kontribusi terhadap kemungkinan faktor etiologi dalam pengembangan kecemasan. Teori-teori tersebut adalah teori psikoanalitik, teori interpersonal, teori perilaku, teori keluarga, dan teori biologik. Adapula gangguan-gangguan kecemasan yaitu gangguan pobia, gangguan panik, gangguan kecemasan menyeluruh, stress pasca trauma dan gangguan obsesifkompulsif. Dalam kecemasan yang secara langsung diekspresikan melalu respon fisiologis dan psikologis sedangkan secara tidak langsung melalui mekanisme koping sebagai pertahanan melawan kecemasan. Gejala kecemasan pada dasarnya mengalami fase-fase yaitu pada fase pertama tubuh
KONSEP KECEMASAN (ANSIETAS) 26

mempersiapkan diri untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya), fase ke dua tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak ada motifasi diri, dan fase ke tiga umumnya berupa perubahan dalam tingkah laku dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya dengan stres.

B. Saran

Untuk meghindari gangguan kecemasan (ansietas) kita harus selalu yakin akan diri kita sendiri. Selanjutnya sebagai peran perawat, kita harus mempunyai tujuan agar klien bisa menurunkan kecemasannya.

KONSEP KECEMASAN (ANSIETAS)

27

You might also like