You are on page 1of 30

Asuransi Syariah

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dunia perasuransian saat ini telah menjadi gaya hidup bagi sekelompok masyarakat yang sadar akan pentingnya nilai keamanan (proteksi) pada kekayaan, harta benda, kesehatan, dan nilai ekonomi dari jiwa seseorang. Pemahaman ini menambah kehidupan daftar ini keinginan manusia untuk merespon dapat dengan perangkat bantu yang

menanggulangi berbagai masalah yang dipastikan akan muncul dengan prediksi waktu yang tidak pasti. Dua hal yang paradiksional terjadi dalam kehidupan manusia, pertama kepastian adanya berbagai masalah yang membawa kerugian (loss) dan yang kedua ketidakpastian kapan munculnya masalah tersebut. Kondisi semacam ini dapat diantisipasi melalui model usaha seperti bidang asuransi. Salah satu tujuan utama adanya model asuransi adalah memberikan rasa aman terhadap peserta di dalam merespon kerugian yang akan diderita. Fenomena usaha perasuransian di Indonesia sudah dikenal sejak lama. Baru pada paruh awal tahun 90-an di Indonesia dikenalkan model perasuransian yang operasionalnya didasarkan pada syariah. Sampai saat ini sudah banyak perusahaan asuransi yang beroperasi sesuai dengan syariah, seperti Asuransi Takaful, MAA Insurance, Asuransi Mubarakah, Tri Pakarta Syariah, Bumi Putera Syariah, Jasindo Syariah, dll. Secara konseptual, asuransi syariah memadukan antara dua orientasi yang berbeda, yaitu social oriented dan economic oriented. Orientasi sosial ditujukan sebagai manifestasi dari semangat taawun (tolong menolong), saling membantu

Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |1

Asuransi Syariah (tanashur), dan saling menanggung (takaful). Di samping itu, asuransi syariah juga dibekali dengan semangat ekonomi dan bisnis. Semangat ekonomi dan bisnis tersebut termanifestasi dari adanya orientasi ekonomi (economic oriented). Dalam orientasi ini, asuransi syariah dituntut untuk memberikan penampilan sebagai perusahaan yang dapat menghasilkan keuntungan (profit). Berdasarkan konsep asuransi syariah tersebut, secara operasional perusahaan asuransi syariah dituntut untuk mewujudkan nilai social (social value) dan nilai ekonomi (economic value) secara terpadu dalam bingkai manajemen organisasi perusahaan yang modern. Sekilas terjadi perbedaan yang mencolok antara asuransi konvensional (non syariah) dengan asuransi syariah. Asuransi konvensional lebih banyak mengedepankan nilai-nilai ekonomi-bisnis dibanding dengan nilai-nilai sosial. Hal ini dikarenakan oleh sifat dasar asuransi konvensional yang mengadopsi pemikiran kapitalis dengan pencapaian keuntungan (profit) yang sebesar-besarnya sebagai landasan operasionalnya. Perusahaan asuransi konvensional sejak awal mentahbiskan diri sebagai perusahaan yang bergerak dengan mengusung semangat untuk mendapatkan keuntungan bagi perusahaan (pemegang saham). Begitu pula dengan para peserta asuransi yang ikut bergabung dalam sebuah perusahaan asuransi konvensional dari awal sudah berpikir untuk mendapatkan keuntungan yang sebesarbesarnya dari perusahaan. Kondisi tersebut akan diminimalisasi oleh model asuransi syariah dengan memberikan muatan penyeimbang dalam bentuk penerapan fungsi sosial pada tingkat operasional. Bahkan fungsi sosial tersebut merupakan landasan utama dari asuransi syariah. Penerapan fungsi sosial dalam perusahaan asuransi syariah terlihat dengan adanya model rekening tabarru. Rekening tabarru adalah rekening yang bersumber Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |2

Asuransi Syariah dari hasil pembayaran premi peserta yang sejak awal diniatkan untuk membantu dan menolong peserta yang lain jika mengalami musibah atau kerugian. B. Maksud dan Tujuan Adapun maksud dari pembuatan makalah mengenai Asuransi Syariah ini adalah untuk memenuhi tugas pembuatan serta penyajian makalah pada Mata Kuliah Fiqh Kontemporer, dengan demikian indikator materi perkuliahan pun tercapai. Sedangkan tujuannya adalah agar mahasiswa mampu memahami pengertian Asuransi Syariah, serta praktik asuransi Syariah yang ada di Indonesia.

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Asuransi Menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 1992, yang dimaksud dengan asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri pada tertanggung, dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian pada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Dalam Ensiklopedia Indonesia disebutkan bahwa asuransi ialah jaminan atau pertanggungan kantor yang diberikan kepada oleh yang penanggung (biasanya asuransi)

Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |3

Asuransi Syariah tertanggung untuk risiko kerugian sebagai yang ditetapkan dalam surat perjanjian (polis) bila terjadi kebakaran, kecurian, kerusakan, dan sebagainya ataupun mengenai kehilangan jiwa (kematian) atau kecelakaan lainnya, dengan yang tertanggung membayar premi sebanyak yang ditentukan kepada penanggung tiap-tiap bulan. Secara umum ada dua pengertian mengenai asuransi, yaitu : a) Auransi adalah sebuah akad yang mengharuskan harta sebagai perusahaan asuransi (muammin) untuk memberikan kepada nasabah/kliennya (muamman) sejumlah konsekuensi dari akad itu, baik itu berbentuk imbalan, gaji, atau ganti rugi barang dalam bentuk apapun ketika terjadi bencana maupun kecelakaan atau terbuktinya sebuah bahaya sebagaimana tertera dalam akad (transaksi), sebagai imbalan uang (premi) yang dibayarkan secara rutin dan berkala atau secara kontan dari nasabah/kliennya tersebut (muamman) kepada perusahaan asuransi (muammin). b) Suatu persetujuan dimana pihak yang menjamin berjanji kepada pihak yang dijamin untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas akan terjadi. A. Abbas Salim memberi pengertian, bahwa asuransi ialah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai (substitusi) kerugiankerugian besar yang belum pasti. B. Sejarah Asuransi Konsep asuransi sebenarnya sudah dikenal sejak jaman sebelum masehi dimana manusia pada masa itu telah menyelamatkan jiwanya dari berbagai ancaman, antara lain Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |4

Asuransi Syariah kekurangan bahan makanan. Salah satu cerita mengenai kekurangan bahan makanan terjadi pada jaman Mesir Kuno semasa Raja Firaun berkuasa. Suatu hari sang raja bermimpi yang diartikan oleh Nabi Yusuf bahwa selama 7 tahun negeri Mesir akan mengalami panen yang berlimpah dan kemudian diikuti oleh masa paceklik selama 7 tahun berikutnya. Untuk berjaga-jaga terhadap bencana kelaparan tersebut Raja Firaun mengikuti saran Nabi Yusuf dengan menyisihkan sebagian dari hasil panen pada 7 tahun pertama sebagai cadangan bahan makanan pada masa paceklik. Dengan demikian pada masa 7 tahun paceklik rakyat Mesir terhindar dari risiko bencana kelaparan hebat yang melanda seluruh negeri. Pada tahun 2000 sebelum masehi para saudagar dan aktor di Italia membentuk Collegia Tennirium, yaitu semacam lembaga asuransi yang bertujuan membantu para janda dan anak-anak yatim dari para anggota yang meninggal. Perkumpulan serupa yaitu Collegia Nititum, kemudian berdiri dengan beranggotakan para budak belian yang diperbanatukan pada ketentaraan kerajaan Roma (Rahman, Afzalur). Konsep auransi sangat berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat primitif yang berkelompok. Dalam masyarakat primitif, orang hidup bersama dalam keluarga besar atau suku dimana kebutuhan-kebutuhannya dipenuhi dan dilindungi melalui kerjasama dan saling membantu. Oleh karena itu mereka merasa tidak memerlukan suatu asuransi karena semua resiko sepenuhnya dilindungi oleh masyarakat. Pada waktu keluarga atau suku berubah menjadi kehidupan yang berpindah-pindah secara teori keluarga tersebut mulai menghadapi berbagai macam bahaya tanpa adanya perlindungan dari keluarga maupun sukunya. Saat itulah mulai dirasakan perlunya perlindungan terhadap ancaman tersebut sebagai unsur awal munculnya asuransi. Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |5

Asuransi Syariah Kemudian pada tahun 1668 M di Coffee House London berdirilah Lloyd of London sebagai cikal bakal asuransi konvensional. Sumber hukum asuransi adalah hukum positif, hukum alami dan contoh yang ada sebelumnya sebagaimana kebudayaan. Asuransi membawa misi ekonomi sekaligus sosial dengan adanya premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi dengan jaminan adanya transfer of risk, yaitu pengalihan (transfer) Asuransi resiko sebagai dari tertanggung kepada penanggung. resiko dimana mekanisme pemindahan

individu atau business memindahkan sebagian ketidakpastian sebagai imbalan pembayaran premi. Definisi resiko disini adalah ketidakpastian terjadi atau tidaknya suatu kerugian (the uncertainty of loss). Asuransi di Indonesia berawal pada masa penjajahan Belanda, terkait dengan keberhasilan perusahaan dari negeri tersebut di sektor perkebunan dan perdagangan di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan jaminan terhadap keberlangsungan usahanya, tentu diperlukan adanya asuransi. Perkembangan industri asuransi di Indonesia sempat vakum selama masa penjajahan Jepang.

C. Macam-macam Asuransi Di Indonesia ini kita kenal ada bermacam-macam

asuransi dan sebagai contoh dikemukakan di bawah ini, diantaranya : 1. Asuransi Beasiswa Asuransi beasiswa mempunyai dasar dwiguna. Pertama jangka pertanggungan dapat 5-20 tahun, disesuaikan

Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |6

Asuransi Syariah dengan usia dan rencana sekolah anak; kedua, jika ayah (tertanggung) meninggal dunia sebelum habis kontrak, pertanggungan menjadi bebas premi sampai habis kontrak polisnya. Tetapi jika anak yang ditanggung meninggal, maka alternatifnya ialah mengganti dengan anak yang lainnya, mengubah kontrak pada bentuk lainnya, menerima uang secara tunai, bila polisnya telah berjalan tiga tahun lebih, atau membatalkan perjanjian (sebelum tiga tahun belum ada harga tunai). 2. Asuransi Dwiguna Asuransi dwiguna dapat diambil dalam jangka 10-15-2530 tahun dan mempunya dua guna : a. Perlindungan meninggal bagi hidup bagi dunia keluarga, dalam bilamana waktu

tertanggung b.

jangka

pertanggungan. Tabungan tetap tertanggung, pada akhir bilamana jangka tertanggung pertanggungan. 3. Asuransi Jiwa Asuransi Jiwa adalah asuransi yang bertujuan

menanggung orang terhadap kerugian finansial yang tidak terduga yang disebabkan seseorang meninggal terlalu cepat atau hidupnya terlalu lama. Jadi ada dua hal yang menjadi tujuan asuransi jiwa ini, yaitu menjamin biaya hidup anak atau keluarga yang ditinggalkan, bila pemegang polis meninggal dunia atau untuk memenuhi keperluan hidupnya dan keluarganya, bila ditakdirkan usianya lanjut sesudah masa kontrak berakhir. 4. Asuransi Kebakaran Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |7

Asuransi Syariah Asuransi kebakaran bertujuan untuk mengganti kerugian yang disebabkan oleh kebakaran. Dalam hal ini pihak perusahaan asuransi menjamin risiko yang terjadi karena kebakaran. Oleh karena itu perlu dibuat suatu kontrak (perjanjian) antara pemegang polis (pembeli asuransi) dengan perusahaan asuransi. Perjanjian dibuat sedemikian rupa, agar kedua belah pihak tidak merasa dirugikan.

D. Tujuan dan Fungsi Asuransi Asuransi mempunyai tujuan sebagai berikut: Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko

kerugian yang diderita satu pihak. Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan pengamanan dan pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan banyak tenaga, waktu dan biaya. Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang jumlahnya tertentu dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian yang timbul yang jumlahnya tidak tentu dan tidak pasti. Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan jaminan perlindungan atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang. Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi akan dikembalikan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk asuransi jiwa. Menutup Loss of Earning Power seseorang atau badan usaha pada saat ia tidak dapat berfungsi (bekerja). Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |8

Asuransi Syariah Ditinjau dari beberapa sudut, maka asuransi mempunyai tujuan dan teknik pemecahan yang bermacam-macam, antara lain: 1. Dari segi Ekonomi, maka : Tujuannya : mengurangi ketidak pastian dari hasil usaha yang dilakukan oleh seseorang atau perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan. Tekniknya : dengan cara mengalihkan risiko pada pihak lain dan pihak lain mengkombinasikan sejumlah risiko yang cukup dengan besar, lebih sehingga tepat dapat diperkirakan besarnya

kemungkinan terjadinya kerugian. 2. Dari segi Hukum, maka : Tujuannya : memindahkan risiko yang dihadapi oleh suatu obyek atau suatu kegiatan bisnis kepada pihak lain. Tekniknya : melalui pembayaran premi oleh tertanggung kepada penanggung dalam kontrak ganti rugi (polis asuransi), maka risiko beralih kepada penanggung. 3. Dari segi Tata Niaga, maka : Tujuannya : membagi risiko yang dihadapi kepada semua peserta program asuransi. Tekniknya : memindahkan risiko dari individu / perusahaan ke lembaga keuangan yang bergerak dalam pengelolaan risiko (perusahaan asuransi), yang akan membagi risiko kepada seluruh peserta asuransi yang ditanganinya. 4. Dari segi Kemasyarakatan, maka : Tujuannya : menanggung kerugian secara bersama-sama antar semua peserta program asuransi. Tekniknya : semua anggota kelompok (kelompok anggota) program asuransi memberikan kontribusinya Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |9

Asuransi Syariah (berupa premi )untuk menyantuni kerugian yang diderita oleh seorang / beberapa orang anggotanya. 5. Dari segi Matematis, maka : Tujuannya : meramalkan besarnya kemungkinan terjadinya risiko dan hasil ramalan itu dipakai dasar untuk membagi risiko kepada semua peserta (sekelompok peserta) program asuransi. Tekniknya : menghitung besarnya kemungkinan berdasarkan teori kemungkinan ("Probability Theory"), yang dilakukan oleh aktuaris maupun oleh underwriter. Fungsi utama dari asuransi adalah sebagai mekanisme untuk mengalihkan risiko (risk transfer mechanism), yaitu mengalihkan risiko dari satu pihak (tertanggung) kepada pihak lain (penanggung). Pengalihan risiko ini tidak berarti menghilangkan kemungkinan misfortune, melainkan pihak penanggung menyediakan pengamanan finansial (financial security) serta ketenangan (peace of mind) bagi tertanggung. Sebagai imbalannya, tertanggung membayarkan premi dalam jumlah yang sangat kecil bila dibandingkan dengan potensi kerugian yang mungkin dideritanya (Morton:1999).

E. Hukum Asuransi Ada empat perbedaan pendapat dikalangan ulama dan cendekiawan muslim mengenai hukum asuransi, yaitu : 1. Mengharamkan asuransi dengan segala macam dan bentuknya sekarang ini, termasuk asuransi jiwa

Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |10

Asuransi Syariah Pendapat ini dikemukakan oleh Sayyid Sabiq, Abdullah alQalqili (mufti Yordania), Yusuf Qardhawi, dan Muhammad Bakhil al-Muthi (mufti Mesir). kemukakan ialah : a. b. c. d. Asuransi sama dengan judi. Asuransi mengandung unsur-unsur tidak pasti. Asuransi mengandung riba/rente. Asuransi polis, mengandung apabila pemerasan, bisa karena tidak melanjutkan Alasan-alasan yang mereka

pemegang dikurangi. e. f. g.

preminya, akan hilang premi yang sudah dibayar atau Premi-premi yang sudah dibayar akan diputar Asuransi termasuk jual-beli atau tukar-menukar Hidup dan mati manusia dijadikan obyek bisnis,

dalam praktik riba. mata uang tidak tunai. dan sama halnya dengan mendahului takdir Allah.

2. Asuransi diperbolehkan dalam praktik seperti sekarang Pendapat kedua ini dikemukakan oleh Abd. Wahab Khallaf, Mustafa Ahmad Zarqa (guru besar Hukum Islam pada Fakultas Syariah Universitas Syiria), Muhammad Yusuf Musa (guru besar Hukum Islam pada Universitas Cairo Mesir), dan Abd. Rahman Isa (pengarang kitab al-Muamalah al-Haditsah wa Ahkamuha). Mereka beralasan : a. b. pihak. Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |11 Tidak ada nash (Alquran dan Sunnah) yang Ada kesepakatan dan kerelaan kedua belah

melarang asuransi.

Asuransi Syariah c. d. umum, Saling menguntungkan kedua belah pihak. Asuransi sebab dapat menanggulangi yang kepentingan terkumpul premi-premi

dapat/diinvestasikan untuk proyek-proyek yang produktif dan pembangunan. e. f. g. Asuransi termasuk akad mudharabah (bagi hasil). Asuransi termasuk koperasi (Syirkah

Taawuniyah). Asuransi dianalogikan (qiyaskan) dengan sistem pensiun, seperti taspen. 3. Asuransi yang bersifat sosial diperbolehkan dan yang bersifat komersial diharamkan Pendapat ketiga ini dianut anata lain oleh Muhammad Abu Zahrah (guru besar Hukum Islam pada Universitas Cairo). Alasan kelompok ketiga ini sama dengan kelompok pertama dalam asuransi yang bersifat komersial (haram) dan sama pula dengan alasan kelompok kedua, dalam asuransi yang bersifat sosial (boleh). 4. Asuransi dianggap syubhat Alasan yang mengatakan syubhat adalah karena tidak ada dalil yang tegas menjelaskan haram atau tidak haramnya asuransi itu.

F. Asuransi Syariah 1. Pengertian Asuransi Syariah Asuransi Syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang, melalui investasi Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |12

Asuransi Syariah dalam bentuk aset dan / atau Tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Asuransi Syariah adalah sebuah sistem di mana para peserta mendonasikan sebagian atau seluruh kontribusi/premi yang mereka bayar yang digunakan untuk membayar klaim atas musibah yang dialami oleh peserta yang lain. 2. Sejarah Asuransi Syariah Pada jaman Nabi Muhammad SAW, konsep asuransi syariah sudah dikenal dengan sebutan Al-Aqila. Saat itu suku arab terdiri atas berbagai suku besar dan suku kecil. Sebagaimana kita ketahui, Rasulullah adalah keturunan suku Quraisy, salah satu suku yang terbesar. Menurut dictionary of islam, yang ditulis Thomas Patrick, jika ada salah satu anggota suku yang terbunuh oleh anggota suku lainnya, sebagai kompensasi, keluarga terdekat dari si pembunuh akan membayar sejumlah uang, darah atau diyat kepada pewaris Qurban. Alaql adalah denda, sedangkan makna alaqil adalah orang yang menbayar denda. Beberapa ketentuan system Aqilah yang merupakan bagian dari asuransi sosial dituangkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam piagam madina yang merupakan konstitusi pertama setelah Nabi hijrah ke Madina. Dalam pasal 3 Konstitusi Madinah, Rasullulah membuat ketentuan mengenai penyelamatan jiwa para tawanan. Ketentuan tersebut menyatakan bahwa jika tawanan tertahan oleh musuh karena perang, pihak

Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |13

Asuransi Syariah tawanan harus membayar tebusan pada musuh untuk membebaskannya. 3. Dalil mengenai Asuransi Syariah Alquran tidak menyebutkan secara tegas ayat yang menjelaskan tentang praktik asuransi syariah seperti yang ada pada saat ini. Hal ini terindikasi begitu dengan tidak masih munculnya istilah asuransi atau altamin secara nyata dalam Alquran. Walaupun Alquran mengakomodir ayat-ayat yang mempunyai muatan nilainilai dasar yang ada dalam praktik asuransi, seperti nilai dasar tolong menolong, kerja sama, atau semangat untuk melakukan proteksi terhadap peristiwa kerugian (peril) di masa mendatang. Diantara ayat-ayat Alquran yang mempunyai muatan nilai-nilai yang ada dalam praktik asuransi adalah : a) Surat al-Maidah [5]: 2 : Tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)

kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksaNya. (QS. al-Maidah [5]: 2) Ayat ini memuat perintah (amr) tolong menolong antar sesama manusia. Dalam bisnis asuransi, nilai ini terlihat dalam praktik kerelaan anggota (nasabah) perusahaan asuransi untuk menyisihkan dananya agar Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |14

Asuransi Syariah digunakan sebagai dana sosial (tabarru). Dana sosial ini berbentuk rekening tabarru pada perusahaan asuransi dan difungsikan untuk menolong salah satu anggota (nasabah) yang sedang mengalami musibah (peril). b) Surat al-Baqarah [2]: 185 : ... Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu (QS. al-Baqarah [2]: 185) Dalam ayat tersebut, Allah menjelaskan bahwa kemudahan adalah sesuatu yang dikehendaki oleh-Nya, dan sebaliknya kesukaran adlah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh-Nya. Maka dari itu, manusia dituntun oleh Allah SWT. agar dalam setiap langkah kehidupannya selalu dalam bingkai kemudahan dan tidak mempersulit diri sendiri. Dalam konteks bisnis asuransi, ayat tersebut dapat dipahami bahwa dengan adanya lembaga asuransi, seseorang dapat memudahkan untuk menyiapkan dan merencanakan kehidupannya di masa mendatang dan dapat melindungi kepentingan ekonominya dari sebuah kerugian yang tidak disengaja. 4. Konsep Asuransi Syariah Dalam Asuransi Syariah ada istilah Tabarru yang merupakan sumbangan (dalam definisi Islam = Hibah - Dana Kebajikan). Ada beberapa perbedaan istilah antara Asuransi Syariah dengan asuransi konvensional. Pada Asuransi Syariah peserta asuransi melakukan risk sharing (berbagi risiko) dengan peserta yang lainnya. Sementara pada asuransi konvensional, para peserta

Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |15

Asuransi Syariah melakukan risk transfer (transfer risiko) kepada perusahaan asuransi. Maka, jika nasabah Asuransi Syariah mengajukan klaim, dana klaim berasal dari rekening tabarru (kebajikan) seluruh peserta. Berbeda dengan klaim asuransi konvensional yang berasal dari perusahaan asuransinya. 5. Prinsip-prinsip Dasar Asuransi Syariah a. Asuransi syariah harus dibangun atas dasar taawun (kerja sama), tolong menolong, saling menjamin, tidak berorientasi bisnis, atau keuntungan materi semata. b. c. kembali. d. dengan Asuransi syariah tidak bersifat muawadhah, Sumbangan Kalau Setiap niat (tabarru) sama dengan hibah tetapi tabarru atau mudharabah. (pemberian), oleh karena itu haram hukumnya ditarik terjadi anggota membantu peristiwa yang demi maka diselesaikan uangnya prinsip menurut syariat. menyetor menegakkan menurut jumlah yang telah ditentukan, harus disertai ukhuwah. Kemudian dari uang yang terkumpul itu diambillah sejumlah uang guna membantu orang yang sangat memerlukan. e. sejumlah Tidak kecil dibenarkan uangnya seseorang dengan tujuan menyetorkan supaya ia

mendapat imbalan yang berlipat bila terkena suatu musibah. Akan tetapi ia diberi uang jamaah sebagai ganti atas kerugian itu menurut izin yang diberikan oleh jamaah. f. Apabila uang itu akan dikembangkan, maka harus dijalankan menurut aturan syari. 6. Ciri-ciri Asuransi Syariah a. Akad asuransi syariah adalah bersifat tabarru, sumbangan yang telah diberikan tidak boleh Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |16

Asuransi Syariah ditarik kembali. Atau jika tidak tabarru, maka andil yang dibayarkan akan berupa tabungan yang akan diterima jika terjadi peristiwa, atau akan diambil jika akad berhenti sesuai dengan kesepakatan, dengan tidak kurang dan tidak lebih. Atau jika lebih maka kelebihan itu adalah keuntungan hasil mudharabah bukan riba. b. pihak. Akad Karena asuransi pihak ini bukan ketika akad mulzim (perjanjian yang wajib dilaksanakan) bagi kedua belah anggota memberikana sumbangan tidak bertujuan untuk mendapat imbalan, dan kalau ada imbalan, sesungguhnya imbalan tersebut didapat melalui izin yang diberikan oleh jamaah (seluruh peserta asuransi atau pengurus yang ditunjuk bersama). c. Dalam asuransi syariah tidak ada pihak yang lebih kuat karena semua keputusan dan aturan-aturan diambil mennurut izin jamaah. d. riba. e. Asuransi syariah bernuansa kekeluargaan yang kental. Akad asuransi syariah bersih dari gharar dan

7. Manfaat Asuransi Syariah a. Tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa sepenanggungan diantara anggota. b. Implementasi dari anjuran Rasulullah SAW. agar umat Islam saling tolong menolong. c. Jauh dari bentuk-bentuk muamalat yang dilarang syariat d. Secara pihak. umum dapat memberikan perlindunganperlindungan dari risiko kerugian yang diderita satu

Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |17

Asuransi Syariah e. Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan memberikan f. Pemerataan pengamanan perlindungan biaya, yaitu dan yang pengawasan memakan hanya untuk banyak dengan

tenaga, waktu, dan biaya. cukup mengeluarkan biaya yang jumlahnya tertentu, dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian yang timbul yang jumlahnya tidak tertentu dan tidak pasti. g. Sebagai tabungan, karena jumlahnya yang dibayar pada pihak asuransi akan dikembalikan saat terjadi peristiwa atau berhentinya akad.

G. Perbedaan Asuransi Syariah Dengan Konvensional Konsep dasar asuransi syariah adalah tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan (al birri wat taqwa). Konsep tersebut sebagai landasan yang diterapkan dalam setiap perjanjian transaksi bisnis dalam wujud tolong menolong (akad takafuli) yang menjadikan semua peserta sebagai keluarga besar yang saling menanggung satu sama lain di dalam menghadapi resiko, yang kita kenal sebagai sharing of risk, sebagaimana firman Allah SWT yang memerintahkan kepada kita untuk taawun (tolong menolong) yang berbentuk al birri wat taqwa (kebaikan dan ketakwaan) dan melarang taawun dalam bentuk al itsmi wal udwan (dosa dan permusuhan). Firman Allah dalam surat al-Baqarah 188, 'Dan janganlah kalian memakan harta di antara kamu sekalian dengan jalan yang bathil, dan janganlah kalian bawa urusan harta itu kepada hakim yang dengan maksud kalian hendak memakan sebagian harta orang lain dengan jalan dosa, padahal kamu tahu." Hadist Nabi Muhammad SAW, "Mukmin terhadap mukmin yang lain Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |18

Asuransi Syariah seperti suatu bangunan memperkuat satu sama lain," Dan "Orang-orang mukmin dalam kecintaan dan kasih sayang mereka seperti satu badan. Apabila satu anggota badan menderita sakit, maka seluruh badan merasakannya. Dalam transfer of asuransi risk konvensional, yaitu asuransi merupakan risiko dari

pemindahan

peserta/tertanggung ke perusahaan/ penanggung sehingga terjadi pula transfer of fund yaitu pemindahan dana dari tertanggung kepada penanggung. Sebagai konsekwensi maka kepemilikan dana pun berpindah, dana peserta menjadi milik perusahaan ausransi. Beberapa perbedaan asuransi syariah dengan asuransi konvensional, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Akad (Perjanjian) Akad dalam praktek muamalah menjadi dasar yang menentukan sah atau tidaknya suatu kegiatan transaksi secara syariah. Hal tersebut menjadi sangat menentukan di dalam praktek asuransi syariah. Akad antara perusahaan dengan peserta harus jelas, menggunakan akad jual beli (tadabuli) atau tolong menolong (takaful). Akad pada asuransi konvensional didasarkan pada akad tadabuli atau perjanjian jual beli. Syarat sahnya suatu perjanjian jual beli didasarkan atas adanya penjual, pembeli, harga, dan barang yang diperjual-belikan. Sementara itu di dalam perjanjian yang diterapkan dalam asuransi konvensional hanya memenuhi persyaratan adanya penjual, pembeli dan barang yang diperjual-belikan. Sedangkan untuk harga tidak dapat dijelaskan secara kuantitas, berapa besar premi yang harus dibayarkan oleh peserta asuransi Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |19

Asuransi Syariah untuk mendapatkan sejumlah uang pertanggungan. Karena hanya Allah yang tahu kapan kita meninggal. Perusahaan akan membayarkan uang pertanggunggan sesuai dengan perjanjian, akan tetapi jumlah premi yang akan disetorkan oleh peserta tidak jelas tergantung usia. Jika peserta dipanjangkan usia maka perusahaan akan untung namun apabila peserta baru sekali membayar ditakdirkan meninggal maka perusahaan akan rugi. Dengan demikian menurut pandangan syariah terjadi cacat karena ketidakjelasan (gharar) dalam hal berapa besar yang akan dibayarkan oleh pemegang polis (pada produk saving) atau berapa besar yang akan diterima pemegang polis (pada produk non-saving). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, seorang ulama salaf ternama dalam kitabnya "Majmu Fatwa" menyatakan bahwa akad dalam Islam dibangun atas dasar mewujudkan keadilan dan menjauhkan penganiayaan. Harta seorang muslim yang lain tidak halal, kecuali dipindahkan haknya kepada yang disukainya. Keadilan dapat diketahui dengan akalnya, seperti pembeli wajib menyatakan harganya dan penjual menyerahkan barang jualannya kepada pembeli. Dilarang menipu, berkhianat, dan jika berhutang harus dilunasi. Jika kita mengadakan suatu perjanjian dalam suatu transaksi bisnis secara tidak tunai maka kita wajib melakukan hal-hal berikut: I% Menuliskan bentuk perjanjian (seperti adanya SP dan polis). I% Bentuk perjanjian harus jelas dimengerti oleh pihak-pihak yang bertransaksi (akad tadabuli atau akad takafuli). I% Adanya saksi dari kedua belah pihak. I% Para saksi harus cakap dan bersedia secara hukum jika suatu saat diminta kewajibannya. (Penulis

Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |20

Asuransi Syariah simpulkan dari firman Allah SWT, surat al-Baqarah ayat 282). 2. Gharar (Ketidakjelasan) Definisi gharar menurut Madzhab Syafii adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam pandangan kita dan akibat yang paling kita takuti. Gharar/ketidakjelasan konvensional, dikarenakan itu terjadi pada asuransi waktu

tidak

adanya

batas

pembayaran premi yang didasarkan atas usia tertanggung, sementara kita sepakat bahwa usia seseorang berada di tangan Yang Mahakuasa. membayar materi. Jika baru sekali seorang tertanggung untung premi Jika ditakdirkan meninggal, dipanjangkan

perusahaan akan rugi sementara pihak tertanggung merasa secara tertanggung usianya, perusahaan akan untung dan tertanggung merasa rugi secara financial. Dengan kata lain kedua belah pihak tidak mengetahui seberapa lama masing-masing pihak menjalankan transaksi tersebut. Ketidakjelasan jangka waktu pembayaran dan jumlah pembayaran mengakibatkan ketidaklengkapan suatu rukun akad, yang kita kenal sebagai gharar. Para ulama berpendapat bahwa perjanjian jual beli/akad tadabuli tersebut cacat secara hukum. Pada asuransi syariah akad tadabuli diganti dengan akad takafuli, yaitu suatu niat tolong-menolong sesama peserta apabila ada yang ditakdirkan mendapat musibah. Mekanisme ini oleh para ulama dianggap paling selamat, karena kita menghindari larangan Allah dalam praktik muamalah yang gharar.

Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |21

Asuransi Syariah Pada akad asuransi konvensional dana peserta menjadi milik perusahaan asuransi (transfer of fund). Sedangkan dalam asuransi syariah, dana yang terkumpul adalah milik peserta (shahibul mal) dan perusahaan asuransi syariah (mudharib) perusahaan. 3. Tabarru dan Tabungan Tabarru berasal dari kata tabarraa-yatabarra-tabarrawan, yang artinya sumbangan disebut atau derma. Orang yang Niat menyumbang mutabarri (dermawan). tidak bisa mengklaim menjadi milik

bertabbaru bermaksud memberikan dana kebajikan secara ikhlas untuk tujuan saling membantu satu sama lain sesama peserta asuransi syariah, ketika di antaranya ada yang mendapat musibah. Oleh karena itu dana tabarru disimpan dalam rekening khusus. Apabila ada yang tertimpa musibah, dana klaim yang diberikan adalah dari rekening tabarru yang sudah diniatkan oleh sesama peserta untuk saling menolong. Menyisihkan harta untuk tujuan membantu orang yang terkena musibah sangat dianjurkan dalam agama Islam, dan akan mendapat balasan yang sangat besar di hadapan Allah, sebagaimana digambarkan dalam hadist Nabi SAW,"Barang siapa memenuhi hajat saudaranya maka Allah akan memenuhi hajatnya."(HR Bukhari Muslim dan Abu Daud). Untuk produk asuransi jiwa syariah yang mengandung unsur saving maka dana yang dititipkan oleh peserta (premi) selain terdiri dari unsur dana tabarru terdapat pula unsur dana tabungan yang digunakan Sementara sebagai investasi dana pada investasi oleh perusahaan.

Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |22

Asuransi Syariah asuransi kerugian syariah menggunakan dana tabarru karena tidak ada unsur saving. Hasil dari investasi akan dibagikan kepada peserta sesuai dengan akad awal. Jika peserta mengundurkan diri maka dana tabungan beserta hasilnya akan dikembalikan kepada peserta secara penuh. 4. Maisir (Judi) Allah SWT berfirman dalam surat al-Maidah ayat 90,"Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya khamar, maisir, berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatanperbuatan itu agar kamu mendapatkan keberuntungan." Prof. Mustafa Ahmad Zarqa berkata bahwa dalam asuransi konvensional terdapat unsur gharar yang pada gilirannya menimbulkan qimar. Sedangkan al qimar sama dengan al maisir. Muhammad Fadli Yusuf menjelaskan unsur maisir dalam asuransi konvensional karena adanya unsur gharar, periode preminya terutama dalam kasus asuransi jiwa. Apabila pemegang polis asuransi jiwa meninggal dunia sebelum akhir polis sebagian, asuransinya dan telah membayar maka ahliwaris akan menerima

sejumlah uang tertentu. Pemegang polistidak mengetahui dari mana dan bagaimana cara perusahaan asuransi konvensional membayarkan uang pertanggungannya. Hal ini dipandang karena keuntungan yang diperoleh berasal dari keberanian mengambil risiko oleh perusahaan yang bersangkutan. Muhammad Fadli Yusuf mengatakan, tetapi apabila pemegang polis mengambil asuransi itu tidak dapat disebut judi. Yang boleh disebut judi jika perusahaan asuransi mengandalkan banyak/sedikitnya klaim yang dibayar. Sebab keuntungan perusahaan asuransi sangat Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |23

Asuransi Syariah dipengaruhi oleh banyak /sedikitnya klaim yang

dibayarkannya. 5. Riba Dalam hal riba, semua asuransi konvensional

menginvestasikan dananya dengan bunga, yang berarti selalu melibatkan diri dalam riba. Hal demikian juga dilakukan saat perhitungan kepada peserta, dilakukan dengan menghitung keuntungan di depan. Investasi asuransi konvensional mengacu pada peraturan pemerintah yaitu investasi wajib dilakukan pada jenis investasi yang aman dan menguntungkan serta memiliki likuiditas yang sesuai dengan kewajiban yang harus dipenuhi. Begitu pula dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 424/KMK.6/2003 Tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Semua jenis investasi yang diatur dalam peraturan pemerintah dan KMK dilakukan berdasarkan sistem bunga. Asuransi syariah menyimpan dananya di bnak yang berdasarkan syariat Islam dengan sistem mudharabah. Untuk berbagai bentuk investasi lainnya didasarkan atas petunjuk Dewan Pengawas Syariah. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imron ayat 130,"Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan riba yang memang riba itu bersifat berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapatkan keberuntungan." Hadist, "Rasulullah mengutuk pemakaian riba, pemberi makan riba, penulisnya dan saksinya seraya bersabda kepada mereka semua sama."(HR Muslim) 6. Dana Hangus

Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |24

Asuransi Syariah Ketidakadilan yang terjadi pada asuransi konvensional ketika seorang peserta karena diri suatu sebab masa tertentu reversing terpaksa mengundurkan sebelum

period. Sementara ia telah beberapa kali membayar premi atau telah membayar sejumlah uang premi. Karena kondisi tersebut maka dana yang telah dibayarkan tersebut menjadi hangus. Demikian juga pada asuransi non-saving atau asuransi kerugian jika habis masa kontrak dan tidak terjadi klaim, maka premi yang dibayarkan akan hangus dan menjadi milik perusahaan. Kebijakan dana hangus yang diterapkan oleh asuransi konvensional akan menimbulkan ketidakadilan dan merugikan peserta asuransi terutama bagi mereka yang tidak mampu melanjutkan karena suatu hal. Di satu sisi peserta tidak punya dana untuk melanjutkan, sedangkan jika ia tidak melanjutkan dana yang sudah masuk akan hangus. Kondisi ini mengakibatkan posisi yang dizalimi. Prinsip muamalah melarang kita saling menzalimi, laa dharaa wala dhirara ( tidak ada yang merugikan dan dirugikan). Asuransi syariah dalam mekanismenya tidak mengenal dana hangus, karena nilai tunai telah diberlakukan sejak awal peserta masuk asuransi. Bagi peserta yang baru masuk karena satu dan lain hal mengundurkan diri maka dana/premi yang sebelumnya dimasukkan dapat diambil kembali kecuali sebagian kecil dana yang dniatkan sebagai dana tabarru (dana kebajikan). Hal yang sama berlaku pula pada asuransi kerugian. Jika selama dan selesai masa kontrak tidak terjadi klaim, maka asuransi syariah akan membagikan sebagian dana/premi tersebut dengan pola bagi hasil 60:40 atau 70:30 sesuai kesepakatan si awal Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |25

Asuransi Syariah perjanjian (akad). Jadi premi yang dibayarkan pada awal tahun masih dapat dikembalikan sebagian ke peserta (tidak hangus). Jumlahnya sangat tergantung dari hasil investasinya. 7. Konsep Taawun Dalam Asuransi Syariah Sebagian para ahli syariah meyamakan sistem asuransi syariah dengan sistem aqilah pada zaman Rasulullah SAW. Dr. Satria Effendi M.Zein dalam makalahnya mendefinisikan takaful dengan at takmin, at taawun atau at takaful (asuransi bersifat tolong menolong), yang dikelola oleh suatu badan, dan terjadi kesepakatan dari anggota untuk bersama -sama memikul suatu kerugian atau penderitaan yang mungkin terjadi pada anggotanya. Untuk kepentingan itu masing-masing anggota membayar iuran berkala (premi). Dana yang terkumpul akan terus dikembangkan,

sehingga hasilnya dapat dipergunakan untuk kepentingan di atas, bukan untuk kepentingan badan pengelola (asuransi syariah). Dengan demikian badan tersebut tidak dengan sengaja mengeruk keuntungan untuk dirinya sendiri. Disini sifat yang paling menonjol adalah tolong-menolong seperti yang diajarkan Islam. 8. Dewan Pengawas Syariah Pada asuransi syariah seluruh aktivitas kegiatannya diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang merupakan bagian dari Dewan Syariah Nasional (DSN), baik dari segi operational perusahaan, investasi maupun SDM. Kedudukan DPS dalam Struktur oraganisasi perusahaan setara dengan dewan komisaris. Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |26

Asuransi Syariah Itulah beberapa hal yang membedakan asuransi syariah dengan asuransi konvensional. Apabila dilihat dari sisi perbedaannya, baik dari sisi ekonomi, kemanuasiaan atau syariahnya, maka sistem asuransi syariah adalah yang terbaik dari seluruh sistem asuransi yang ada.

Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |27

Asuransi Syariah

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan 1. Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan pihak penanggung mengikatkan premi diri pada untuk tertanggung, dengan menerima asuransi

memberikan penggantian pada tertanggung. 2. Di Indonesia ini telah di kenal ada bermacam-macam asuransi misalnya asuransi beasiswa, asuransi dwiguna, asuransi jiwa, dan asuransi kebakaran. 3. Asuransi mempunyai tujuan sebagai perlindungan dari risiko-risiko meningkatkan kerugian efisiensi, yang diderita satu biaya, pihak, sebagai pemerataan

tabungan, menutup Loss of Earning Power seseorang atau badan usaha pada saat ia tidak dapat berfungsi (bekerja). 4. Ada empat perbedaan pendapat dikalangan ulama dan cendekiawan muslim mengenai hukum asuransi, yaitu : a. b. c. d. a. b. c. Mengharamkan asuransi dengan segala macam Asuransi diperbolehkan dalam praktik seperti dan bentuknya sekarang ini, termasuk asuransi jiwa. sekarang. Asuransi yang bersifat sosial diperbolehkan dan Asuransi dianggap syubhat. Harus dibangun atas dasar taawun (kerja sama), Asuransi syariah tidak bersifat muawadhah. Sumbangan (tabarru) sama dengan hibah yang bersifat komersial diharamkan. 5. Prinsip-prinsip Dasar Asuransi Syariah tolong menolong.

(pemberian).

Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |28

Asuransi Syariah d. Uang yang diberikan harus diniatkan tolong-

menolong 6. Perbedaan asuransi syariah dengan konvensional terletak pada Akad (Perjanjian), gharar (Ketidakjelasan), tabarru dan tabungan, maisir (Judi), riba, dana hangus, konsep taawun dalam asuransi syariah, dewan pengawas syariah. B. Saran Tak ada gading yang tak retak, seperti itu pula dengan makalah yang penyusun buat yang masih jauh dari sempurna. Penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dipenulisan selanjutnya bisa lebih baik lagi.

Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |29

Asuransi Syariah

DAFTAR PUSTAKA
A. Abbas Salim, Drs. 1989. Dasar-dasar Asuransi. Jakarta : Rajawali Pers. Ensiklopedia Indonesia. 1980. Ikhtiar Baru dan Heave. Jakarta. Masjfuk, Zuhdi Raf. 1994. Massail Fiqiyah. Jakarta : Haji MASAGUNG. http://mediaasuransi.blogspot.com/2008/03/pengertian-dansejarah-asuransi.html http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=1626

Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |30

You might also like