You are on page 1of 30

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

Harga diri rendah adalah penilaian individu tentng nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri ( Keliat, Budi, Anna, 2005)

Pengertian

1. Etiologi Gangguan

harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi secara:
a.

1) Pada klien yang dirawat dapat terjadi HDR, karena privacy yang kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemeriksaan alat yang tidak sopan (pencukuran kumis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal). 2) Harapan akan sturktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat atau sakit atau penyakit. 3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai tindakan tanpa persetujuan.

Situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, diceraikan suami, putus sbapaklah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuau terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).

Psikodinamika

b.

Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat, klien ini mempunyai cara berfikir yang negative. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negative terhadap dirinya.

Konsep diri dipelajari melalui kontak social dan pengalaman pribadi individu berhubungan dengan orang lain, dan interaksi dengan dunia luar dirinya, konsep diri berkembang terus mulai dari bayi hingga lanjut usia. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.

Proses perjalanan penyakit

Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dari menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan, sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima lingkungan.

Coopersmith dalam buku Stuart dan Sundeen menyatakan ada 4 hal yang dapat meningkatkan harga diri anak, yaitu:
a. b. c. d. Memberi kesempatan untuk berhasil; Menanamkan idealisme; Mendukung aspirasi atau ide; Membantu membentuk koping.

Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

Perilaku kekerasan yang ditujukan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. b. Isolasi sosial. c. Waham.
a.

Komplikasi

Asuhan Keperawatan

1.

A. Faktor yang mempengaruhi citra tubuh:

Faktor predisposisi

a. Kehilangan/ kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fisiologi); b. Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat penyakit; c. Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh; d. Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi.

B.

Faktor yang mempengaruhi harga diri:


a. Penolakan; b. Kurang penghargaan; c. Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti, terlalu dituntut; d. Persaingan antar saudara; e. Kesalahan dan kegagalan berulang; f. Tidak mampu mencapai standar.

2.

a) Trauma

Faktor Presipitasi Masalah spesifik dengan konsep diri adalah situasi yang membuat individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi seperti penganiayaan seksual dan psikologis pada masa anak-anak atau merasa terancam atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan.

3.

Manifestasi klinis
a) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan penyakit, misalnya malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapatkan terapi sinar pada kanker. b) Rasa bersalah terhadap diri sendiri (misalnya ini tidak akan terjadi jika saya segera kerumah sakit), menyalahkan, mengejek, dan mengkritik diri sendiri. c) Merendahkan martabat, misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.

Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri, klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri. e) Percaya diri kurang, klien sukar dalam mengambil keputusan misalnya tentang memilih alternatif tindakan. f) Mencederai diri akibat harga diri yang rendah disetai harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
d)

Isolasi Sosial
Harga Diri Rendah

Gangguan Pohon masalah Tubuh Citra

Harga diri rendah b. Isolasi sosial c. Gangguan citra tubuh


a.

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan : Harga diri rendah a. Tujuan umum Klien memiliki konsep diri yang positif. b. Tujuan khusus TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat. Kriteria Evaluasi: Setelah kali interaksi klien menunjukan ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

Perencanaan Keperawatan

Rencana Tindakan: 1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik:

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal. b. Perkenalkan diri dengan sopan. c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien. d. Jelaskan tujuan pertemuan. e. Jujur dan menepati janji. f. Tunjukan sikap empati dan menerikam klien apa adanya. g. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki. Kriteria Evaluasi: Setelah kali interaksi klien menyebutkan:
1) Aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien. 2) Aspek positif keluarga. 3) Aspek positif lingkungan klien.

Rencana Tindakan: 1) Diskusikan dengan klien tentang:


a) Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan. b) Kemampuan yang dimiliki klien.
2)

Bersama klien buat daftar tentang:


a) Aspek positif klien, keluarga, lingkungan. b) Kemampuan yang dimiliki klien. c) Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian negative.

TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan. Kriteria Evaluasi: Setelah kali interaksi klien menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan. Rencana Tindakan: 1) Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan. 2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya.

TUK 4 : Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Kriteria Evaluasi: Setelah kali interaksi klien membuat rencana kegiatan harian. Rencana Tindakan: 1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien. a) Kegiatan mandiri. b) Kegiatan dengan bantuan. 2) Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien. 3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.

TUK 5 : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat. Kriteria Evaluasi: Setelah kali interaksi klien melakukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat. Rencana Tindakan: 1) Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan. 2) Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien. 3) Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien. 4) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang.

TUK 6 : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada. Kriteria Evaluasi: Setelah kali interaksi klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga. Rencana Tindakan: 1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah. 2) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat. 3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah.

Adapun strategi pelaksanaan tindakan keperawatan untuk klien dengan harga diri rendah yaitu:

SP I pasein: 1) Membina hubungan saling percaya 2) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien. 3) Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan. 4) Melatih pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien. 5) Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih. 6) Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien. 7) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

SP II pasien : 1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2) Melatih kemampuan kedua 3) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu : a. Evaluasi proses formatif Aktifitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus di laksanakan segera setelah perencanaan keperawatan di laksanakan untuk membantu ke efektifan terhadap tindakan. Evaluasi formatif terus menerus di laksanakan sampai tujuan yang telah di tentukan tercapai.

Evaluasi Keperawatan

b. Evaluasi hasil sumatif Fokus evaluasi hasil adalah perubahan atau perilaku atau status kesehatan klien pada akhir tindakan keperawatan klien. Tipe evaluasi ini di laksanakan pada akhir tindakan secara paripurna. Adapun metode pelaksanaan evaluasi sumatif terdiri dari interview akhir pelayanan, pertemuan akhir pelayanan, dan pertanyaan kepada klien dan keluarga. Evaluasi sumatif bisa menjadi suatu metode dalam memonitor kualitas dan efisiensi tindakaan yang telah diberikan.

Untuk mengevaluasi intervensi keperawatan pada klien dengan konsep diri yang maladaptif. a. Klien dapat berinteraksi dengan lingkungan secara optimal b. Klien memiliki konsep diri yang positif.

You might also like