You are on page 1of 8

PRAKTIKUM 2.

3
I. Judul : Mengukur Transpirasi dengan Potometer : II. Tujuan

1. Dapat mengukur laju transpirasi melalui permukaan daun dengan potometer 2. Mengetahui faktor lingkungan yang mempengaruhi transpirasi III. Landasan Teori: Pengangkutan garam mineral dari akar ke daun terutama lewat xilem dan kecepatannya dipengaruhi olek kecepatan transpirasi. transpirasi itu pada hakekatnya sama dengan penguapan, akan tetapi istilah penguapan tidak hanya digunakan untuk makhluk hidup (Dwidjoseputro, 1980). Proses kehilangan air pada tumbuhan ini disebut dengan transpirasi. transpirasi berbeda dengan penguapan atau evaporasi karena berlangsung pada jaringan hidup dan dipengaruhi oleh fisiologis tumbuhan yang biasanya berhubungan dengan kehilangan air dalam stomata, kutikula, dan lentisel. Kehilangan air karena transpirasi terjadi diseluruh permukaan tanaman yang langsung bersentuhan dengan atmosfer luar. Kemungkinan kehilangan air dari bagian tanaman yang lain sangat kecil jika dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata (Lakitan 2008). Terjadinya transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dalam maupun faktor luar. Adapun faktor-faktor lingkungan (faktor luar) yang mempengaruhi transpirasi adalah: 1. Kelembaban Kelembaban yang rebdah akan membuat perbedaan potensial air antara isisel dan udara menjadi besar, sehingga mempercepat penyerapan dan difusi uap airke udara luar. Apabila stomata dalam keadaan terbuka maka kecepatan difusi dari uap air keluar bergantung pada besarnya perbadaan tekanan uap air yang ada di dalam rongga-rongga antar sel dengan tekanan ua[ air di atmoster. Jika uap air rendah, maka kecepatan difusi dari uap air dalam keluar akan bertambah besar begitu pula sebaliknya. 2. Suhu Kenaikan suhu mempercepat transpirasi karena mempercepat evaporasi dari permukaan sel mesofil. disisi lain kenaikan suhu akan menurunkan kelembaban. 3. Cahaya Cahaya tidak selalu berbentuk cahaya langsung tetapi dapat pula mempengaruhi transpirasi melelui pengaruhnya terhadap buka tutupnya stomata, dengan mekanisme tertentu.

4. Kecepatan angin Angin akan memindahkan uap air dari permukaan daun sehingga menurunkan kelembaban, mempercepat penguapan. bila angin kencang terus menerus transpirasi berkurang akibat stomata tertutup. 5. Kandungan air tanah Jika kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah kedalam akar menjadi lebih lambat. Hal pni untuk meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut. Faktor dari dalam yang dapat mempengeruhi proses transpirasi antara lain: 1. Besar kecilnya daun 2. Tebal tipisnya daun 3. Permukaan daun berlapis lilim atau tidak 4. Banyak sedikitnya bulu di permukaan daun 5. Banyak sedikitnya stomata Meskipun tumbuhan kehilangan air, transpirasi bermanfaat bagi tumbuhan karena: 1. Menyebabkan terjadinya daya isap daun sehingga terjadi transport air di batang. 2. Membantu penyerapan air dan zat hara oleh akar. 3. Mengurangi air yang terserap berlebih. 4. Mempertahankan temperatur yang sesuai untuk daun. 5. Mengatur fotosintesis dengan membuka menutupnya stomata. Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari. mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi terjadi pengauapan air dan penguapan akan membantu suhu tanaman. Selain itu, melalui proses ytranspirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan fotosintesis untuk menjamin kelangsungan hidupnya.akan tetapi jika transpirasi berlebihan akan merugikan tumbuhan karena tumbuhan akan layu bahkan mati. Mekanisme transpirasi dapat terjadi dengan cara air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar bergerak menurut gradien potensial air melelui xilem. air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam

kolom berlanjut akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian atas. Laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya, suhu, aliran udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah. Alat untuk mengukur kecepatan penguapan air melalui daun adalah potometer. Potometer adalah alat untuk mengukur kecepatan penguapan air melalui daun secara kuantitatif Hasil pengukuran secara teliti dapat dinyatakan dalam ml/cm/detik, yaitu jumlah penguapan dari tiap permukaan daun luas 1 cm tiap detik. Dengan alat ini dapat ditanamkan suatu konsep tentang fungsi hutan yang penuh dengan tanaman yang rimbun dalam memengaruhi musim di suatu daerah. Alat ini dapat menunjukkan setiap kedudukan air pada pipa kapiler berskala sebagai akibat adanya penguapan air dari daun setiap waktu tertentu. Volum air yang menguap dari daun sama dengan volum ruang pada pipa kapiler yang ditinggalkan air.

IV. Alat dan Bahan: Alat: 1. Potometer 2. Timbangan 3. Kertas HVs 4. Pisau 5. Silet 6. Gunting 7. Ember besar 8. Spite Bahan: 1. Vaselin 2. Eosin 3. Tumbuhan pacar air (Impatients sp.)

V. Prosedur Kerja 1. Membuka tutup karet reservoir (A) dari potometer, kemudian membenamkannya ke dalam air 2. Memotong cabang Impatiens sp. yang hampir sama besar dengan pipa karet (B) di dalam air, kemudian masukkan ke dalam pipa karet (B) dari potometer 3. Mengangkat potometer yang telah berisi air dan tanaman kemudian masukkan serbuk eosin melalui bagian reservoir (A)

4. Menjaga perangkat percobaan ini agar tidak ada gelembung udara, dengan cara melapisi bagian pipa karet (A) dan tutup reservoir (B) dengan vaselin 5. Mencatat volume air yang diuapkan setiap 5 menit dengan cara memperhatikan gerakan air pada pipa kapiler berskala (C), pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali. 6. Mengerjakan pengamatan pada tempat teduh, tempat yang terkena sinar matahari langsung dan tempat berangin (diberi kipas angin) 7. Setelah selesai melakukan seluruh kegiatan diatas kemudian menghitung luas daun dengan menggunakan metode gravimetri dan menghitung laju transpirasi Impatiens sp. dalam ml air/jam/cm2.

Gambar prosedur kerja:

Gambar 1: membenamkan potometer ke dalam air

Gambar 2: memotong cabang Impatiens sp.

Gambar 3: memasukkan cabang Impatiens sp. ke dalam pipa karet (B)

Gambar 4: memasukkan eosin melalui bagian reservoir (A)

Gambar 5: mengoleskan vaselin pada pipa karet (B)

Gambar 6: diletakkan di tempat yang teduh

Gambar 7: diletakkan di tempat yang berangin

Gambar 8: diletakkan di tempat yang terkena sinar matahari langsung

V. Hasil Pengamatan

Tabel hasil pengamatan: Pergerakan eosin (mL) No. Perlakuan 5 menit 1 Diletakkan di tempat teduh Diletakkan di dekat kipas Diletakkan di tempat terkena cahaya matahari langsung : 0,05 Waktu 10 menit 0,06 15 menit 0,05 Volume total air yang menguap

Laju transpirasi (mL/jam/cm2)

0,16/0,25 0,16 166,32 0,05/0,25 0,01 0,02 0,02 0,05 166,32 0,02 0,02 0,02 0,06 0,06/0,25
= = =

0,038 0,012

0,001

166,32

VI. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan percobaan laju transpirasi yang diletakkan pada 3 tempat yang berbeda, diperoleh data laju transpirasi tanaman pacar air (Impatiens sp.) dari yang tertinggi ke terendah adalah 0,038 (diletakkan di tempat teduh); 0,012 (diletakkan di dekat kipas); dan 0,06 (diletakkan di tempat yang terkena cahaya matahari langsung). Laju transpirasi menandakan bahwa telah terjadi penguapan air pada daun tanaman. Pengukuran laju transpirasi dilakukan dengan terlebih dahulu mengukur volume air yang menguap pada tanaman ketika diberikan tiga perlakuan berbeda. Langkah yang dilakukan adalah dengan memperhatikan laju pergerakan eosin pada pipa kapiler fotometer. Setelah volume air yang menguap diketahui (0,16 mL pada tempat teduh, 0,05 mL pada tempat dekat kipas, dan 0,06 mL pada tempat terkena cahaya matahari langsung) maka diukurlah laju transpirasi tanaman dengan membagi volume dengan waktu transpirasi (15 menit = 0,25 jam). Selanjutnya, hasil yang diperoleh dibagi lagi dengan luas permukaan daun yang dihitung dengan metode gravimetric (Luas daun = 15,4 cm x 10,8 cm = 166,32 cm2).

Perbedaan laju transpirasi ketika diletakkan pada tiga tempat yang berbeda mengindikasikan bahwa faktor lingkungan sangat mempengaruhi proses transpirasi pada tanaman. Berdasarkan teori, seharusnya urutan laju transpirasi tanaman akibat pengaruh faktor lingkungan dari yang tertinggi ke yang terendah adalah (1) tanaman yang diletakkan di tempat yang terkena cahaya matahari langsung (2) tanaman yang diletakkan dekat kipas (3) tanaman yang diletakkan di tempat teduh. Tanaman yang diletakkan di tempat yang terkena cahaya matahari langsung memiliki laju transpirasi tertinggi akibat kenaikan suhu yang terjadi sehingga air pada daun tanaman lebih cepat menguap. Tanaman yang diletakkan di dekat kipas juga memiliki laju transpirasi yang tinggi karena angin akan memindahkan uap air di permukaan daun sehingga menurunkan kelembaban dan mempercepat terjadinya penguapan. Namun, dalam percobaan yang dilakukan telah terjadi penyimpangan data dari teori yang seharusnya. Tanaman yang diletakkan di tempat teduh justru memiliki laju transpirasi paling tinggi disusul kemudian tanaman yang diletakkan di tempat berangin, dan terakhir tanaman yang diletakkan di tempat yang terkena cahaya matahari langsung. Penyimpangan terjadi kemungkinan diakibatkan oleh beberapa faktor, di antaranya: 1. Adanya cahaya lampu neon yang memiliki kapasitas energi tinggi sehingga mempercepat proses transpirasi tanaman pacar air (Impatiens sp.) walaupun diletakkan pada tempat teduh 2. Laju transpirasi tanaman pacar air (Impatiens sp.) yang diletakkan dekat kipas lebih rendah daripada di tempat teduh kemungkinan disebabkan karena kondisi lingkungan yang lembab akibat cuaca mendung sehingga laju transpirasi menurun 3. Laju transpirasi tanaman pacar air (Impatiens sp.) di tempat yang terkena cahaya matahari langsung menjadi paling rendah kemungkinan juga disebabkan karena kondisi lingkungan yang lembab akibat cuaca mendung sehingga laju transpirasi menurun

VII. Simpulan Berdasarkan pembahasan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa laju transpirasi tertinggi terjadi pada tanaman yang diletakkan di tempat teduh. Hal ini kemungkinan disebabkan karena faktor lingkungan yang mempengaruhi transpirasi, yaitu cahaya. Ketika

pelaksanaan praktikum, cuaca dalam keadaan mendung sehingga intensitas cahaya rendah dan suhu lembab sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan teori seharusnya.

VIII. Daftar Pustaka : Sarna, dkk. 1999. Buku Ajar Fisiologi Tumbuhan. Singaraja: STKIP Singaraja Sumardika, I Nengah dan Setiawan, I.G.A.N. 2009. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Singaraja: Undiksha Salisbury, Frank B dan Cleon W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB

You might also like