You are on page 1of 23

BAB I PENDAHULUAN A.

Anatomi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid terletak di leher, antara fasia koli media dan fasia prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terletak trakea, esofagus, pembuluh darah besar, dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea sambil melingkarinya dua pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Arteri karotis komunis, arteri jugularis interna, dan nervus vagus terletak bersama di dalam sarung tertutup do laterodorsal tiroid. Nervus rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum masuk laring. Nervus frenikus dan trunkus simpatikus tidak masuk ke dalam ruang antara fasia media dan prevertebralis.

B. Fisiologi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin. Bentuk aktif hormon ini adalah triiodotironin yang sebagian besar berasal dari konversi hormon tiroksin di perifer, dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh kelenjar tiroid. Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid (Thyroid Stimulating Hormon) yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Kelenjar ini secara langsung dipengaruhi dan diatur aktivitasnya oleh kadar hormon tiroid dalam sirkulasi, yang bertindak sebagai umpan balik negatif terhadap lobus anterior hipofisis dan terhadap sekresi hormon pelepas tirotropin dari hipothalamus. Hormon tiroid mempunyai pangaruh yang bermacam-macam terhadap jaringan tubuh yang berhubungan dengan metabolisme sel. Kelenjar tiroid juga mengeluarkan kalsitonin dari sel parafolikuler. Kalsitonin adalah polipeptida yang menurunkan kadar kalsium serum, mungkin melalui pengaruhnya terhadap tulang.

Hormon tiroid memang suatu hormon yang dibutuhkan oleh hampir semua proses tubuh termasuk proses metabolisme, sehingga perubahan hiper atau hipotiroidisme berpengaruh atas berbagai peristiwa. Efek metaboliknya antara lain adalah termoregulasi, metabolisme protein, metabolisme karbohidrat, metabolisme lemak, dan vitamin A.

Status tiroid seseorang ditentukan oleh kecukupan sel atas hormon tiroid dan bukan kadar normal hormon tiroid dalam darah. Ada beberapa prinsip faal dasar yang perlu diingat kembali. Pertama

bahwa hormon yang aktif adalah free-hormon. Kedua bahwa metabolisme sel didasarkan adanya free T3 bukan free T4. ketiga bahwa distribusi enzim deyodinasi I, II, dan III (DI, DII, DIII) di berbagai organ tubuh berbeda, dimana DI banyak ditemukan di hepar, ginjal, dan tiroid. DII utamanya di otak, hipofisis dan DIII hampir seluruhnya di jaringan fetal (otak, plasenta). Hanya DI yang direm oleh PTU.

BAB II ASKEP HIPOTIROIDISME A. Definisi

Hipotiroidisme adalah satu keadaan penyakit disebabkan oleh kurang penghasilan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid.

Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tirod kurang aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormone tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema. Hipotiroidism terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah. Kelainan ini kadangkadang disebut miksedema.

B. Epidemiologi

Sebelum Perang Dunia II banyak penyelidik di Indonesia menemukan kretin. Abu Hanifah menemukan di daerah Kuantan 0,15% kretin di antara 50.000 penduduk. Pfister (1928) menemukan pada suku Alas 17 kretin, 57 kretinoid dan 11 kasus yang meragukan dari 12.000 penduduk; jumlah semuanya meliputi 0,73%. Eerland (1932) menemukan 126 kretin di Kediri dan banyak kretinoid, sedangkan Noosten (1935) menemukan juga kretin di Bali.

C. Klasifikasi dan Penyebab

Secara klinis dikenal 3 hipotiroidisme, yaitu :

1. Hipotiroidisme sentral, karena kerusakan hipofisis atau hypothalamus 2. Hipotiroidisme primer apabila yang rusak kelenjar tiroid 3. Karena sebab lain, seperti farmakologis, defisiensi yodium, kelebihan yodium, dan resistensi perifer.

Yang paling banyak ditemukan adalah hipotiroidisme primer. Oleh karena itu, umumnya diagnosis ditegakkan berdasar atas TSH meningkat dan fT4 turun. Manifestasi klinis hipotiroidisme tidak tergantung pada sebabnya.

Namun, pada Buku Ilmu Kesehatan Anak, hipotiroidisme terbagi atas 2 berdasarkan penyebabnya, yaitu : 1. Bawaan (kretinisme) a. Agenesis atau disgenesis kelenjar tiroidea. b. Kelainan hormogonesis ~ Kelainan bawaan enzim (inborn error) ~ Defisiensi yodium (kretinisme endemik) ~ Pemakaian obat-obat anti tiroid oleh ibu hamil (maternal)

2. Didapat Biasanya disebut hipotiroidisme juvenilis. Pada keadaan ini terjadi atrofi kelenjar yang sebelumnya normal. Panyebabnya adalah a. Idiopatik (autoimunisasi) b. Tiroidektomi c. Tiroiditis (Hashimoto, dan lain-lain) d. Pemakaian obat anti-tiroid e. Kelainan hipofisis. f. Defisiensi spesifik TSH

D. Patofisiologi

Patofisiologi hipotiroidisme didasarkan atas masing-masing penyebab yang dapat menyebabkan hipotiroidisme, yaitu :

a. Hipotiroidisme sentral (HS) Apabila gangguan faal tiroid terjadi karena adanya kegagalan hipofisis, maka disebut hipotiroidisme sekunder, sedangkan apabila kegagalan terletak di hipothalamus disebut hipotiroidisme tertier. 50% HS terjadi karena tumor hipofisis. Keluhan klinis tidak hanya karena desakan tumor, gangguan visus, sakit kepala, tetapi juga karena produksi hormon yang berlebih (ACTH penyakit Cushing, hormon pertumbuhan akromegali, prolaktin galaktorea pada wanita dan impotensi pada pria). Urutan kegagalan hormon akibat desakan tumor hipofisis lobus anterior adalah gonadotropin, ACTH, hormon hipofisis lain, dan TSH.

b. Hipotiroidisme Primer (HP)

Hipogenesis atau agenesis kelenjar tiroid. Hormon berkurang akibat anatomi kelenjar. Jarang ditemukan, tetapi merupakan etiologi terbanyak dari hipotiroidisme kongenital di negara barat. Umumnya ditemukan pada program skrining massal. Kerusakan tiroid dapat terjadi karena, 1. Operasi, 2. Radiasi, 3. Tiroiditis autoimun, 4. Karsinoma, 5. Tiroiditis subakut, 6. Dishormogenesis, dan 7. Atrofi Pascaoperasi. Strumektomi dapat parsial (hemistrumektomi atau lebih kecil), subtotal atau total. Tanpa kelainan lain, strumektomi parsial jarang menyebabkan hipotiroidisme. Strumektomi subtotal M. Graves sering menjadi hipotiroidisme dan 40% mengalaminya dalam 10 tahun, baik karena jumlah jaringan dibuang tetapi juga akibat proses autoimun yang mendasarinya. Pascaradiasi. Pemberian RAI (Radioactive iodine) pada hipertiroidisme menyebabkan lebih dari 40-50% pasien menjadi hipotiroidisme dalam 10 tahun. Tetapi pemberian RAI pada nodus toksik hanya menyebabkan hipotiroidisme sebesar <5%. Juga dapat terjadi pada radiasi eksternal di usia <20 tahun : 52% 20 tahun dan 67% 26 tahun pascaradiasi, namun tergantung juga dari dosis radiasi.

Tiroiditis autoimun. Disini terjadi inflamasi akibat proses autoimun, di mana berperan antibodi antitiroid, yaitu antibodi terhadap fraksi tiroglobulin (antibodi-antitiroglobulin, Atg-Ab). Kerusakan yang luas dapat menyebabkan hipotiroidisme. Faktor predisposisi meliputi toksin, yodium, hormon (estrogen meningkatkan respon imun, androgen dan supresi kortikosteroid), stres mengubah interaksi sistem imun dengan neuroendokrin. Pada kasus tiroiditis-atrofis gejala klinisnya mencolok. Hipotiroidisme yang terjadi akibat tiroiditis Hashimoto tidak permanen. Tiroiditis Subakut. (De Quervain) Nyeri di kelenjar/sekitar, demam, menggigil. Etiologi yaitu virus. Akibat nekrosis jaringan, hormon merembes masuk sirkulasi dan terjadi tirotoksikosis (bukan hipertiroidisme). Penyembuhan didahului dengan hipotiroidisme sepintas. Dishormogenesis. Ada defek pada enzim yang berperan pada langkah-langkah proses hormogenesis. Keadaan ini diturunkan, bersifat resesif. Apabila defek berat maka kasus sudah dapat ditemukan pada skrining hipotiroidisme neonatal, namun pada defek ringan, baru pada usia lanjut. Karsinoma. Kerusakan tiroid karena karsinoma primer atau sekunder, amat jarang. Hipotiroidisme sepintas. Hipotiroidisme sepintas (transient) adalah keadaan hipotiroidisme yang cepat menghilang. Kasus ini sering dijumpai. Misalnya pasca pengobatan RAI, pasca tiroidektomi subtotalis. Pada tahun pertama pasca operasi morbus Graves, 40% kasus mengalami hipotiroidisme ringan dengan TSH naik sedikit. Sesudah setahun banyak kasus pulih kembali, sehingga jangan tergesa-gesa memberi substitusi. Pada neonatus di daerah dengan defisiensi yodium keadaan ini banyak ditemukan, dan mereka beresiko mengalami gangguan perkembangan saraf.

E. Pengaruh Obat Farmakologis

Dosis OAT (Obat Anti Tiroid) berlebihan menyebabkan hipotiroidisme. Dapat juga terjadi pada pemberian litium karbonat pada pasien psikosis. Hati-hatilah menggunakan fenitoin dan fenobarbital sebab meningkatkan metabolisme tiroksin di hepar. Kelompok kolestiramin dan kolestipol dapat mengikat hormon tiroid di usus. Defisiensi yodium berat serta kelebihan yodium kronis menyebabkan hipotiroidisme dan gondok, tetapi sebaliknya kelebihan akut menyebabkan IIT (iodine induced thyrotoxcisos). Bahan farmakologis yang menghambat sintesis hormon tiroid yaitu tionamid (MTU, PTU, karbimazol), perklorat, sulfonamid, yodida dan yang meningkatkan katabolisme atau penghancuran hormon tiroid yaitu fenitoin, fenobarbital, yang menghambat jalur enterohepatik hormon tiroid yaitu kolestipol dan kolestiramin.

Kelenjar tiroid bekerja di bawah pengaruh kelenjar hipofisis, tempat diproduksi hormon tirotropik. Hormon ini mengatur produksi hormon tiroid yaitu tiroksin dan tri-iodotironin. Kedua hormon tersebut dibentuk dari monoiodo-tirosin dan diiodo-tirosin. Untuk ini diperlukan yodium. T3 dan T4 diperlukan dalam proses metabolik di dalam badan, lebih-lebih pada pemakaian oksigen. Selain itu ia merangsang sintesis protein dan mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak dan vitamin. Hormon ini juga diperlukan untuk mengolah karoten menjadi vitamin A. Untuk pertumbuhan badan, hormon ini sangat dibutuhkan, tetapi harus bekerja sama dengan growth hormone

F. Gejala Klinis

Pada bayi baru lahir gejala sering belum jelas. Baru sesudah beberapa minggu gejala lebih menonjol. Ikterus fisiologis biasanya lebih lama, kurang mau minum, sering tersedak, aktifitas kurang, lidah yang besar dan sering menderita kesukaran pada pernafasan. Bayi dengan kelainan ini jarang menangis, banyak tidur dan kelihatan sembab. Biasanya ada obstipasi, abdomen besar dan ada hernia umbilikalis. Suhu tubuh rndah, nadi lambat dan kulitnya kering dan dingin. Sering ditemukan anemia. Pada umur 3-6 bulan gejala makin jelas. Sekarang mulai kelihatan pertumbuhan dan perkembangan lambat (retardasi mental dan fisis). Sesudah melewati masa bayi, anak akan kelihatan pendek, anggota gerak pendek dan kepala kelihatan besar. Ubun-ubun besar terbuka lebar. Jarak antara kedua mata (hipertelorisme). Mulut sering terbuka dan tampak lidah membesar dan menebal. Pertumbuhan gigi terlambat dan gigi lekas rusak. Tangan agak lebar dan jari pendek. Kulit kering tanpa keringat. Warna kulit kekuning-kuningan yang disebabkan oleh karotenemia. Miksedema tampak jelas pada kelopak mata, punggung tangan dan genitalia eksterna.

Otot-otot biasanya hipotonik. Retardasi mental makin jelas. Suara biasanya parau dan biasanya tidak dapat berbicara. Makin tua, anak makin terlambat dalam pertumbuhan dan perkembangan. Pematangan alat kelamin terlambat atau sama sekali tidak terjadi. Gejala hipotiroidisme dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu yang bersifat umum karena kekurangan hormon tiroid di jaringan, dan yang spesifik disebabkan karena penyakit dasarnya.

Keluhan utama yaitu kurang energi, manifestasinya sebagai lesu, lamban bicara, mudah lupa, obstipasi. Metabolisme rendah menyebabkan bradikardia, tidak tahan dingin, berat badan naik dan anoreksia. Kelainan psikologis meliputi depresi, meskipun nervositas dan agitasi dapat terjadi. Kelainan reproduksi yaitu oligomenorea, infertil, aterosklerosis meningkat. Semua tanda

di atas akan hilang dengan pengobatan. Ada tambahan keluhan spesifik, terutama pada tipe sentral. Pada tumor hipofisis mungkin ada gangguan visus, sakit kepala, dan muntah. Sedangkan dari gagalnya fungsi hormon tropiknya, misalnya karena ACTH kurang, dapat terjadi kegagalan faal korteks adrenal dan sebagainya.

G. Menegakkan Diagnosis

Sebaiknya diagnosis ditegakkan selengkap mungkin : diagnosis klinis-subklinis, primer-sentral, kalau mungkin etiologinya. Karena sebagian besar etiologi hipotiroidisme adalah HP, kemungkinan HP kecil apabila dijumpai TSH normal. Pada wanita hamil (termasuk pengguna kontrasepsi oral) karena perubahan pada TBG, memeriksa TSH, fT4 dan fT3 merupakan langkah tepat. Kadang fT4 wanita hamil agak naik sehingga memeriksa fT3 masih relevan.

Apabila memungkinkan wanita hamil dengan hipotiroidisme diperiksa juga antibodi (anti-TgAb, anti-AM-Ab). Indeks diagnostik Billewicz, analog dengan indeks Wayne dan New Castle pada hipertiroidisme, juga tersedia untuk memisahkan antara eutiroidisme dan hipotiroidisme. Interpretasi skor : bukan hipotiroidisme kalau skor < -30, diagnostik apabila skor > 25 dan meragukan apabila skor antara -29 dan +24 dan dibutuhkan pemeriksaan konfirmasi.

H. Pengobatan/Terapi

Pada pengobatan hipotiroidisme yang perlu diperhatikan adalah dosis awal dan cara menaikkan dosis tiroksin. Tujuan pengobatan hipotiroidisme adalah : a. Meringankan keluhan dan gejala b. Menormalkan metabolism c. Menormalkan TSH (bukan mensupresi) d. Membuat T3 (dan T4) normal e. Menghindarkan komplikasi dan resiko

Beberapa prinsip dapat digunakan dalam melaksanakan substitusi, yaitu makin berat hipotiroidisme makin rendah dosis awal dan makin landai peningkatan dosis, dan geriatri dengan angina pektoris, CHF, gangguan irama, dosis harus hati-hati. Prinsip substitusi adalah mengganti kekurangan produksi hoemon tiroid endogen pasien. Indikator kecukupan optimal sel ialah kadar TSH normal. Dosis supresi tidak dianjurkan, sebab ada risiko gangguan jantung dan densitas mineral. Tersedia L-tiroksin (T4), L-triodotironin (T3) maupun pulvus tiroid. Pulvus tidak digunakan lagi karena efeknya sulit diramalkan. T3 tidak digunakan sebagai substitusi karena waktu paruhnya pendek hingga perlu diberikan beberapa kali sehari. Obat oral terbaik adalah T4 Tiroksin dianjurkan diminum pagi hari dalam keadaan perut kosong dan tidak bersama bahan lain yang mengganggu serapan dari usus. Contohnya pada penyakit sindrom malabsorbsi, short bowel syndrome, sirosis, obat (sukralfat, aluminium hidroksida, kolestiramin, sulfas ferosus, kalsium karbonat).

TIROIDITIS HASHIMOTO ( Struma Limfomatis)

Tiroditis hasimoto mungkin merupakan penyebab hipotiroidisme tersering, juga disebut tiroditis otoimun, terjadi akibat adanya otoantibodi yang merusak jaringan kelenjar tirod. Hal ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal. Penyebab tiroiditis otoimun tidak diketahui, tetapi tampaknya terdapat kecenderungan genetik untuk mengidap penyakit ini.

I. Diagnosa A. Keluhan pokok

Kadang-kadang disertai hipertiroid,lalu diikuti hipotiroid. B. Tanda penting Pembesaran kelenjar tiroid C. Pemeriksaan Laboratorium T3 dan T4 meningkat pada fase akut dan menurun setelah menjadi kronis.

Tiroid autoantibodi(antibodi tiroglobulin dan antibodi mikrosomal) biasa positif. D. Pemeriksaan khusus 1 Hipotiroidisme 1. Penyakit Addison 2. Diabtes mellitus 3. Serosis biliaris 4. Vitiligo

II. PENATALAKSANAAN A. Terapi umum 1. Istirahat 2. Diet 3. Medikamentosa Obat pertama - Levotiroksin 0,1 - 0,15 mg/hr bila terjadi hipotiroid atau struma terlalu besar. - Obat alternatif

G. Pengkajian Keperawatan

Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak mungkin informasi antara lain

1. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama. 2. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti a. Pola makan b. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur). c. Pola aktivitas. 3. Tempt tinggal klien sekarang dan pada waktu balita. 4. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh; a. Sistem pulmonari b. Sistem pencernaan c. Sistem kardiovaslkuler d. Sistem muskuloskeletal e. Sistem neurologik dan Emosi/psikologis f. Sistem reproduksi g. Metabolik 5. Pemeriksaart fisik mencakup a. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat. b. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun:

c. Perbesaran jantung d. Disritmia dan hipotensi e. Parastesia dan reflek tendon menurun 6. Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri 7. Pemeriksaan penunjang mencakup; pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum; pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal).

H. Diagnosa dan Intervensi

1. Intoleran aktivitas berhubungan dengan. kelelahan dan penurunan proses kognitif. Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian Intervensi Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditelerir. Rasional : Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat.

Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah. Rasional : Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri. Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress. Rasional : Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien. Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktititas Rasional : Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang.

2. Perubahan suhu tubuh Tujuan : Pemeliharaan suhu tubuh yang normal Intervensi Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut. Rasional : Meminimalkan kehilangan panas Hndari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya, bantal pemanas, selimut listrik atau penghangat). Rasional : Mengurangi risiko vasodilatasi perifer dan kolaps vaskuler. Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu normal pasien. Rasional : Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan dimulainya koma miksedema Lindungi terhadap pajanan hawa. dingin dan hembusan angin. Rasional : Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dan menurunkan lebih lanjut kehilangan panas. .

3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal Tujuan : Pemulihan fungsi usus yang normal. Intervensi

Dorong peningkatan asupan cairan Rasional : Meminimalkan kehilangan panas Berikan makanan yang kaya akan serat Rasional : Meningkatkan massa feses dan frekuensi buang air besar Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air Rasional : Untuk peningkatan asupan cairan kepada pasien agar . feses tidak keras Pantau fungsi usus Rasional : Memungkinkan deteksi konstipasi dan pemulihan kepada pola defekasi yang normal. Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan. Rasional : Meningkatkan evakuasi feses Kolaborasi : untuk pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan. Rasional : Untuk mengencerkan fees.

4. Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi penggantian tiroid seumur hidup Tujuan : Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang diresepkar, Intervensi Jelaskan dasar pemikiran untuk terapi penggantian hormon tiroid. Rasional : Memberikan rasional penggunaan terapi penggantian hormon tiroid seperti yang diresepkan, kepada pasien Uraikan efek pengobatan yang dikehendaki pada pasien Rasional : Mendorong pasien untuk mengenali perbaikan status fisik dan kesehatan yang akan terjadi pada terapi hormon tiroid. Bantu pasien menyusun jadwal dan cheklist untuk memastikan pelaksanaan sendiri terapi penggantian hormon tiroid. Rasional : Memastikan bahwa obat yang; digunakan seperti yang diresepkan.

Uraikan tanda-tanda dan gejala pemberian obat dengan dosis yang berlebihan dan kurang. Rasional : Berfungsi sebagai pengecekan bagi pasien untuk menentukan apakah tujuan terapi terpenuhi. Jelaskan perlunya tindak lanjut jangka panjang kepada pasien dan keluarganya. Rasional : Meningkatkan kemungkinan bahwa keadaan hipo atau hipertiroidisme akan dapat dideteksi dan diobati.

5. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi Tujuan Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal. Intervensi Pantau frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas darah arterial Rasional : Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan selanjutnya dan mengevaluasi efektifitas intervensi. Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk Rasional : Mencegah aktifitas dan meningkatkan pernapasan yang adekuat. Berikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati Rasional : Pasien hipotiroidisme sangat rentan terhadap gangguan pernapasan akibat gangguan obat golongan hipnotik-sedatif. Pelihara saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jika diperlukan. Rasional : Penggunaan saluran napas artifisial dan dukungan ventilasi mungkin diperlukan jika terjadi depresi pernapasan

6. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan. Tujuan Perbaikan proses berpikir. Intervensi Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya. Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas yang, tidak bersifat mengancam. Rasional : Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap stres. Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental merupakan akibat dan proses penyakit . . Rasional : Meyakinkan pasien dan keluarga tentang penyebab perubahan kognitif dan bahwa hasil akhir yang positif dimungkinkan jika dilakukan terapi yang tepat

7. Miksedema dan koma miksedema Tujuan Tidak ada komplikasi. Intervensi Pantau pasien akan; adanya peningkatan keparahan tanda dan gejala hipertiroidisme. 1) Penurunan tingkat kesadaran ; demensia 2) Penurunan tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi 3) pernapasan, suhu tubuh, denyut nadi) 4) Peningkatan kesulitan dalam membangunkan dan menyadarkan pasien. Rasional : Hipotiroidisme berat jika tidak: ditangani akan menyebabkan miksedema, koma miksedema dan pelambatan seluruh sistem tubuh Dukung dengan ventilasi jika terjadi depresi dalam kegagalan pernapasan

Rasional : Dukungan ventilasi diperlukan untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat dan pemeliharaan saluran napas. Berikan obat (misalnya, hormon tiroksin) seperti yang diresepkan dengan sangat hati-hati. Rasional : Metabolisme yang lambat dan aterosklerosis pada miksedema dapat mengakibatkan serangan angina pada saat pemberian tiroksin Balik dan ubah posisi tubuh pasien dengan interval waktu tertentu. Rasional : Meminimalkan resiko yang berkaitan dengan imobilitas. Hindari penggunaan obat-obat golongan hipnotik, sedatif dan analgetik. Rasional : Perubahan pada metabolisme obat-obat ini sangat meningkatkan risiko jika diberikan pada keadaan miksedema

http://amrilaril.blogspot.com/2010/12/askep-hipotiroidisme.html

Asuhan Keperawatan Hipotiroid 1. Definisi Hipotiroidime merujuk pada kondisi yang dikarakteristikakan oleh tak disekresikannya hormon-hormon tiroid. Ini dimanifestasikan dengan pelambatan semua fungsi tubuh dan mental secara umum (Barbara:568). Hipotiroidime merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjdai akibat kadar hormon tiroid dibawah nilai optimal (Brunner&Suddarth:1299). Hipotiroid adalah penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh akan hormon-hormon tiroid . (Hotma Rumahorbo S.kep,1999) 2. Tipe Ada beberapa tipe hipotiroidime : a. Hipotiroidime primer (tiroidal) Hipotiroidime primer (tiroidal) ini mengacu kepada difungsi kelenjer tiroid itu sendiri. Lebih dari 95% penderita hipotiroidime mengalami hipotiroidime tipe ini. b. Hipotiroidime sentral (hipotiroidime sekunder/pituitaria) Adalah disfungsi tiroide yang disebabkan oleh kelenjer hipofisis, hipolatamus, atau keduanya. c. Hipotiroidime tertier (hipotalamus) Ditimbulkan oleh kelainan hipotalamus yang mengakibatkan sekresi TSH tidak adikuat aktibat penurunan stimulasi TRH. d. Kretinisme Adalah difisiensi tiroid yang diderita saat lahir. Pada keadaan ini, ibu mungkin juga menderita difisiensi tiroid.

e. Miksedema Adalah penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan supkutan dan intersisial lainnya. Meskipun meksedema terjadi pada hipotiroidime yang sudah berlangsung lama dan bera, istilah tersebut hanya dapat digunakan untuk menyatakan gejala ekstrim pada hipotiroidime yang berat (Brunner&Suddarth:1300). 3. Etiologi Penyebab hipotiroidime yang paling sering ditemukan pada orang dewasa adalah tiroiditis otoimun (tiroiditis hashimoto), dimana sistem imun menyerang kelenjer tiroid. Gejala hipertiroidime dan kemudian dapat diikuti oleh gejala hipotiroidime dan miksedema. Hipotiroidime juga sering terjadi pada pasien dengan riwayat hipertiroidime yang mengalami terapi radioiodium, pembedahan, atau preparat antitiroid. Kejadian ini paling sering ditemukan pada wanita lanjut usia. Terapi radiasi untuk penanganan kanker kepala dan leher kini semakin sering menjadi penyebab hipotiroidime pada lansia laki-laki. Karena itu, pemeriksaan fungsi tiroid diajurkan bagi semua pasien yang menjalani terapi tersebut (Brunner&Suddarth:1300). Penyebab hipotiroidime yang lain : a. Tiroidtis limfositik kronik (tiroiditis hashimoto) b. Atrofi kelenjer tiroid yang menyertai proses penuaan c. Terapi untuk hipertiroidime: 1) Lodium redioaktif 2) tiroidektomi d. Obat-obatan: 1) Litium 2) Senyawa iodium e. Radiasi pada kepala dan leher untuk penanganan kenker kepala dan leher, limfoma f. Penyakit infiltratif pada tiroid (amiloidosis,skleroderma) g. Defisiensi dan kelebihan iodium (Brunner&Suddarth:1300) 4. Tanda dan gejala Tanda dan Gejala lain nya : rasa capek intoleransi trhadap dingin kulit terasa kering bicara lamban muka seperti bengkak rambut alis mata lateral rontok dimensia dispnea suara serak otot lembek depresi obtipasi edema ekstremitas kesemutan pendenagaran kurang anoreksia nervositas

kuku mudah patah nyeri otot menorrahgia nyeri sendi angina pektoris dismenore eksolfamos Tanda klinik kulit kering gerak lamban edema wajah kulit dingin fase relaksasi refleks acchilles menurun biacara lamban lidah tebal suara serak kulit pucat otot lembek, kurang kuat obesitas endema ferifer bradikardi suhu rendah 5.Manifestasi Klinis Edema periorbita wajah seperti bulan ( moon face ) wajah kasar suara serak pembesaran leher lidah tebal sensitifitas terhadap opioid dan transkuilizer meningkat ekspresi wajah kosong, lemah haluan urine menurun anemi mudah berdarah 6. Patofisiologi Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.( Hotma

Rumahorbo,1999) 7. Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan T3 dan T4 serum Jika kadar TSH meningkat, maka T3 dan T4 menurun sehingga terjadi hipotiroid 2. Pemeriksaan TSH Diproduksi kelenjar hipofise merangsang kelenjar tiroid untuk membuat dan mengeluarkan hormon tiroid. Saat kadar hormon tiroid menurun, maka TSH akan menurun. Pemeriksaan TSH menggunakan uji sensitif merupakan scirining awal yang direkomendasikan saat dicurigai penyakit tiroid. Dengan mengetahui kadar TSH, maka dapat dibedakan anatara pasien hipotiroid,hipertiroid dan orang normal. Pada dasar nya TSH nrmal dapat menyingkirkan penyakit tiroid primer. Kadar TSH meningkat sehingga terjadi hipotiroid. 3. Pemeriksaan USG dan scan tiroid Memberikan informasi yang tepat tentang ukuran serta bentuk kelenjar tiroid dan nodul. (Hotma Rumahorbo, 1999) 8. Pentalaksanaan Tujuan primer penatalaksaan hipotioidisme adalah memulihkan metabolisme pasien kembali kepada keadaan metabolik normal dengan cara mengganti hormon yang hilang. Levotiroksin sintetik (Synthroid atau Levothroid) merupakan preparat terpilih untuk pengobatan hipotiroidisme dan supresi penyakit goiter nontoksik. Yang perlu diperhatikan adalah : a. Dosis awal b. Cara menaikan dosis tiroksin Tujuan pengobatannya : a. Meringankan keluhan dan gejala b. Menormalkan metabolisme c. Menormalkan TSH d. Membuat T3 dan T4 normal e. Menghindari komplikasi dan resiko Beberapa prinsip dapat digunakan dalam melaksakanan subsitusi: a. Makin berat hipotiroidisme, makin rendah dosisi awal dan makin landai meningkatan dosis. b. Geriatri dengan angina pektoris, CHF, gangguan irama, dosis harus hati-hati. Tiroksin dianjurkan minum pagi hari dalam keadaan peru kosong dan tidak bersama bahan lain yang menggangu serapan usus. Contohnya pada penyakit sindrom malabsorsi, short bowel sindrome, sirosis, obat (sukralfat, alluminium hidroksida, kolestiramin, formula kedele, sulfat, ferosus, kalsium kalbronat dll) ( Aru W. sudoyo:1939). Penatalaksanaan medis umum lainnya : a. Farmakoligi: - Penggantian hormon tiroid seperti natrium levotiroksin(synthoroid), natrium liotironin (cytomel). b. Diet rendah kalori (Barbara Endang:569) ASUHAN KEPERAWATAN HIPOTIROID 1. PENGKAJIAN

a. Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, dll. b. Keluhan utama : sesak nafas, sulit menelan, pembengkakan pada leher, pasien nampak gelisah, tidak mau makan c. Riwayat kesehatan sekarang : - rasa capek - intoleransi terhadap dingin - kulit terasa kering - bicara lamban - dimensia - dispnea - suara serak - sulit menelan - gangguan haid : menorrhagia dan amenore - rambut rontok dan menipis - kulit tebal karena penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan sub cutan - pasien sering mengeluh dingin walaupun dalam keadaan hangat d. riwayat kesehatan dahulu : - riwayat hipertiroidime yang mengalami terapi radioiodium - riwayat pembedahan atau preparat antitiroid - riwayat Penyakit infiltratif pada tiroid - riwayat kekurangan iodium e. riwayat kesehatan keluarga : - tidak ada anggota keluarga yang sakit. f. Pemeriksaan fisik: 1. Sistem integumen seperti kulit dingin, pucat , kering, bersisik dan menebal,pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal, rambut kering, kasar, rambut rontok dan pertumbuhannya rontok. 2. Sistem pulmonari seperti hipoventilasi, pleural efusi, dispnea 3. Sistem kardiovaskular seperti bradikardi, disritmia, pembesaran jantung, toleransi terhadap aktifitas menurun, hipotensi. 4. Metabolik seperti penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi terhadap dingin. 5. Sistem muskuloskeletal seperti nyeri otot, kontraksi dan reaksasi otot yang melambat. 6. Sistem neurologi seperti fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbatabata, gangguan memori, perhatian kurang, letargi atau somnolen, bingung, hilang pendengaran, parastesia, penurunan refleks tendom. 7. Gastrointestinal seperti aanoreksia, peningkatan berat badan, obstipasi, distensi abdomen. 8. Sistem reproduksi, pada wanita: perubahan menstruasi seperti amenore atau masa menstruasi yang memanjang, infertilitas, onovulasi dan penurunan libido. Pada pria: penurunan libidi dan impotensia. 9. Psikologis dan emosional ; apatis, igitasi, depresi, paranoid, menarik diri, perilaku maniak(Hetma:52). g. Pemeriksaan Penunjang : - T3 dan T4 serum Jika kadar TSH meningkat, maka T3 dan T4 menurun sehingga terjadi hipotiroid

- Pemeriksaan TSH Saat kadar hormon tiroid menurun, maka TSH akan menurun. Pemeriksaan TSH menggunakan uji sensitif merupakan scirining awal yang direkomendasikan saat dicurigai penyakit tiroid. Dengan mengetahui kadar TSH, maka dapat dibedakan anatara pasien hipotiroid,hipertiroid dan orang normal. Pada dasar nya TSH nrmal dapat menyingkirkan penyakit tiroid. Kadar TSH meningkat sehingga terjadi hipotiroid. - Pemeriksaan USG Memberikan informasi yang tepat tentang ukuran serta bentuk kelenjar tiroid dan nodul. h. Analisa data: 1. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) b.d gangguan transmisi impus sensorik sebagai akibat oftalmopati Data yang didapat : fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-bata, gangguan memori, perhatian kurang, letargi atau somnolen, bingung, hilang pendengaran, parastesia, penurunan refleks tendom. 2. Penurunan curah jantung b.d penurunan volume sekuncup sebagai akibat bradikardi, hipotensi. Data yang didapat : bradikardi Disritmia Pembesaran jantung Hipotensi 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan kebutuhan metabolisme, napsu makan menurun. Data yang didapat : anoreksia Obtipasi Distensi abdomen Hemoglobin menurun Dingin,pucat,kering,bersisik dan menebal Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal 4. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan tenaga/ kelelahan, ekspansi paru yang menurun, dispnea. Data yang didapat : hipoventilasi Dispnea Efusi pleural

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) b.d gangguan transmisi impus sensorik sebagai akibat oftalmopati 2. Penurunan curah jantung b.d penurunan volume sekuncup sebagai akibat bradikardi, hipoventilasi. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan kebutuhan metabolisme: napsu makan menurun. 3. INTERVENSI Dx 1. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) b.d gangguan transmisi impus sensorik

sebagai akibat oftalmopati Tujuan : klien tidak mnegalami penurunan visus yang lebih buruk dan tidak terjadi trauma/cedera pada mata Intervensi ; 1. Anjurkan pada klien bila tidur dengan posisi elevasi kepala 2. Basahi mata dengan borwater steril 3. Jika ada photophobia, anjurkan klien mengguanakan kacamata rayben 4. Jika klien tidak dapat menutup mata rapat pada saat tidur, gunakan plester non alergi 5. Berikan obat-obatan steroid sesuai program. Pada kasus-kasus yang berat, biasanya dokter memberikan oabat-obat untuk mengurangi edema seperti steroid dan diuretik. Dx 2. Penurunan curah jantung b.d penurunan volume sekuncup sebagai akibat bradikardi, hipoventilasi. Tujuan : fungsi kardiovaskuler tetap optimal ditandai dengan tekanan darah,irama jantung dalam batas normal. Intervensi : 1. Pantau tekanan darah, denyut dan irama jantung setiap 2 jam untuk mengindikasi kemungkinan terjadinya gangguan hemodinamik jantung seperti hipotensi, penurunan haluaran urine dan perubahan status mental. 2. Anjurkan klien untuk memberitahu perawat segera bila klien mengalami nyeri dada, karena pada klien dengan hipotiroid kronik dapat berkembang arteiosklerosis arteri koronaria. 3. Kolaboras pemberian obat-obatan untuk mengurangi gejal-gejal. Oabat yang sering diguanakn adalah levotyroxine sodium. Observasi dengan ketat adanya nyeri dada dan dispnea. Pada dosis awal pemebrian obat biasanya dokter memberikan dosis minimal yang ditingkatkan secara bertahap setiap 2 3 minggu sampai diemukan dosis yang tepat untuk pemeliharaan. 4. Ajarkan kepada klien dan keluarga cara pengguaan obat serta tanda-tanda yang harus diwaspai bila terjadi hipertiroid akiabt penggunaan oabt yang berlebihan. Dx 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan kebutuhan metabolisme: napsu makan menurun. Tujuan : nutrisi klien dapat terpenuhi dengan kriteria : berat badan bertambah,tekstur kulit baik. Intervensi : 1. Dorong peningkatan asupan cairan 2. Berikan makanan yang kaya akan serat 3. Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air. 4. Pantau fungsi usus 5. Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan. 6. Kolaborasi : untuk pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan 4. IMPLEMENTASI Pelaksanaan keperawatan merupakan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah dirumuskan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dengan menggunakan keselamatan, keamanan dan kenyamanan pasien. Dalam melaksanakan keperawatan, haruslah dilibatkan tim kesehatan lain dalam tindakan kolaborasi yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan serta berdasarkan atas ketentuan rumah sakit.

5. EVALUASI tingkat keberhasilan dari asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dari rumusan seluruh rencana keperawatan serta impelementasinya, maka pada tahap evaluasi ini akan difokuskan pada : 1. Apakah jalan nafas pasien efektif? 2.Apakah pasien telah mengerti tentang proses penyakitnya serta tindakan perawatan dan pengobatannya? 3. Apakah kebutuhan nutrisi pasien telah terpenuhi? 4. apakah tekanan darah, detak dan irama jantung pasien normal? 5. apakah integritas kulit pasien baik?
http://luviony.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-hipotiroid.html

You might also like