You are on page 1of 17

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Mual (nausea) dan muntah (Emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala gejala ini kurang lebih terjadi enam minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih sepuluh minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 80% primi gravida dan 40 60% multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh Fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita hamil dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai empat bulan. Jika pekerjaan sehari hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut Hyperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit. (Prawirohardjo, 2002). Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50 70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual - mual dan 44% mengalami muntah muntah. Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya menurun drastis, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut Hyperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di

rumah

sakit.

Perbandingan

insidensi

Hyperemesis

gravidarum

4 : 1000 kehamilan. (Sastrawinata, 2004). Diduga 50% sampai 80% ibu hamil mengalami mual dan muntah dan kira kira 5% dari ibu hamil membutuhkan penanganan untuk penggantian cairan dan koreksi ketidakseimbangan elektrolit. Mual dan muntah khas kehamilan terjadi selama trimester pertama dan paling sering disebabkan oleh peningkatan jumlah HCG. Mual juga dihubungkan dengan perubahan dalam indra penciuman dan perasaan Hyperemesis berlebihan pada awal kehamilan. (Walsh, vomitus hamil, 2007) yang yang

gravidarum tidak

didefinisikan terkendali

sebagai masa

atau

selama

menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan. Insiden kondisi ini sekitar 3,5 per 1000 kelahiran. Walaupun kebanyakan kasus hilang dan hilang seiring perjalanan waktu, satu dari setiap 1000 wanita hamil akan menjalani rawat inap. Hyperemesis gravidarum umumnya hilang dengan sendirinya (self-limiting), tetapi penyembuhan berjalan lambat dan relaps sering umum terjadi. Kondisi ini sering terjadi diantara wanita primigravida dan cenderung terjadi lagi pada kehamilan berikutnya. (Lowdermilk, 2004)

B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi Hyperemesis gravidarum? 2. Bagaimana etiologi Hyperemesis gravidarum? 3. Bagaimana patofisiologi Hyperemesis gravidarum? 4. Bagaimana gejala dan tanda Hyperemesis gravidarum? 5. Bagaimana cara untuk menentukan diagnosis Hyperemesis gravidarum? 6. Bagaimana pencegahan Hyperemesis gravidarum? 7. Bagaimana penatalaksanaan Hyperemesis gravidarum?

C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui definisi Hyperemesis gravidarum. 2. Untuk mengetahui etiologi Hyperemesis gravidarum. 3. Untuk mengetahui patofisiologi Hyperemesis gravidarum. 4. Untuk mengetahui gejala dan tanda Hyperemesis gravidarum. 5. Untuk mengetahui diagnosis Hyperemesis gravidarum. 6. Untuk mengetahui pencegahan Hyperemesis gravidarum. 7. Untuk mengetahui penatalaksanaan Hyperemesis gravidarum.

D. Manfaat Penulisan 1. Dapat mengetahui definisi Hyperemesis gravidarum. 2. Dapat mengetahui etiologi Hyperemesis gravidarum. 3. Dapat mengetahui patofisiologi Hyperemesis gravidarum. 4. Dapat mengetahui gejala dan tanda Hyperemesis gravidarum. 5. Dapat mengetahui diagnosis Hyperemesis gravidarum. 6. Dapat mengetahui pencegahan Hyperemesis gravidarum. 7. Dapat mengetahui penatalaksanaan Hyperemesis gravidarum.

E. Metode Penulisan Dalam penulisan makalah ini menggunakan metode pustaka.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. (Arif, 1999). Hyperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari hari dan bahkan membahayakan hidupnya. (Manuaba, 2001). Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut Hyperemesis gravidarum. (Sastrawinata, 2004). Hyperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan. (Lowdermilk, 2004). Hyperemesis gravidarum adalah suatu keadaan (biasanya pada hamil muda) dimana penderita mengalami mual- muntah yang berlebihan, sedemikian rupa sehingga mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan. (Achadiat, 2004)

B. Etiologi Penyebab Hyperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat zat lain akibat inanisi. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut :

1. Faktor predisposisi: a. Primigravida. b. Overdistensi rahim : hidramnion, kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa. 2. Faktor organik: a. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal. b. Perubahan metabolik akibat hamil. c. Resistensi yang menurun dari pihak ibu. d. Alergi. 3. Faktor psikologis : a. Rumah tangga yang retak. b. Hamil yang tidak diinginkan. c. Takut terhadap kehamilan dan persalinan. d. Takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu. e. Kehilangan pekerjaan.

C.

Patofisiologi Hyperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. 1. Hyperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan

karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. 2. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah dan khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat menyebabkan

hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang

3. Kekurangan

kalium

sebagai

akibat

dari

muntah

dan

bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. 4. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-Weiss) dengan akibat perdarahan gastro intestinal.

D.

Gejala dan Tanda Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan Hyperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai Hyperemesis gravidarum. Hyperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi: 1. Tingkatan I a. Muntah terus menerus sehingga menimbulkan : 1) 2) 3) 4) Dehidrasi : turgor kulit turun Nafsu makan berkurang Berat badan turun Mata cekung dan lidah kering

b. Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esofagus. c. Nadi meningkat dan tekanan darah turun. d. Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit. e. Tampak lemah dan lemas 2. Tingkatan II a. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya : 1) 2) 3) Turgor kulit makin turun Lidah kering dan kotor Mata tampak cekung dan sedikit ikteris

b.

Kardiovaskuler 1) 2) 3) 4) Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit Nadi kecil karena volume darah turun Suhu badan meningkat Tekanan darah turun

c.

Liver Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus

d.

Ginjal Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan : 1) 2) 3) Oliguria Anuria Terdapat timbunan benda keton aseton. Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan

e. Kadang kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa lambung pada sindrom mallory weiss. 3. Tingkatan III a. b. c. Keadaan umum lebih parah Muntah berhenti Sindrom mallory weiss

d. Keadaan kesadaran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma e. Terdapat ensefalopati werniche : 1) 2) 3) f. Nistagmus Diplopia Gangguan mental

Kardiovaskuler Nadi kecil, meningkat tekanan darah menurun, dan temperatur

g. Gastrointestinal

1) 2)

Ikterus semakin berat Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam

h. Ginjal Oliguria semakin parah dan menjadi anuria

E.

Diagnosis Diagnosis Hyperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah. Hyperemesis gravidarum yang terus menerus dapat

menyebabkan kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera diberikan.

F.

Pencegahan Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi Hyperemesis gravidarum dengan cara: 1. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan

sebagai suatu proses yang fisiologik. 2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan. 3. Menganjurkan mengubah makan sehari hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering. 4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan dengan teh hangat.

5. makanan

yang

berminyak

dan

berbau

lemak

sebaiknya

dihindarkan. 6. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin. 7. Defekasi teratur. 8. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.

G.

Penatalaksanaan Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak

mengurang maka diperlukan: 1. Obat obatan a) Sedativa : phenobarbital b) Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B kompleks c) Anti histamin : Dramamin, avomin d) Anti emetik (pada keadan lebih berat) : Disiklomin

hidrokhloride atau khlorpromasin Penanganan Hyperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit. 2. Isolasi a) Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. b) Catat cairan yang keluar masuk. c) Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. d) Tidak diberikan makanan/minuman dan selama 24 jam. Kadang kadang dengan isolasi saja gejala gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan. 3. Terapi psikologik

a) Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan. b) Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan. c) Kurangi pekerjaan sera menghilangkan masalah dan konflik 4. Cairan parenteral a) Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5% dalam cairan fisiologis (2 3 liter/hari). b) Dapat ditambah kalium, dan vitamin (vitamin B kompleks, Vitamin C). c) Bila kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena. d) Bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik 5. Menghentikan kehamilan Bila pegobatan tidak berhasil, bahkan gejala semakin berat hingga timbul ikterus, delirium, koma, takikardia, anuria, dan perdarahan retina, pertimbangan abortus terapeutik.

BAB III ANALISIS KEPROFESIAN (KEWENANGAN, STANDAR PROFESI) Sesuai dengan Kepmenkes 900/ Menkes/ SK/ VII/ 2002 tentang registrasi dan praktik bidan, pasal 16 ayat 1 tentang pelayanan kebidanan pada ibu, bidan mempunyai wewenang untuk memberikan pertolongan pada kehamilan abnormal pada ibu hamil dengan Hyperemesis

gravidarum tingkat I. Hyperemesis gravidarum tingkat I, meliputi muntah terus menerus sehingga menimbulkan berbagai komplikasi, epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esofagus, nadi meningkat dan tekanan darah turun, frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit, tampak lemah dan lemas, namun keadaan belum berkembang sampai kondisi dehidrasi. Jika ditemui ibu hamil yang mempunyai masalah Hyperemesis gravidarum dengan tanda dan gejala semakin berat seperti frekuensi nadi semakin meningkat, suhu badan semakin meningkat, tekanan darah menurun, ikterus, oligouria, terdapat bau aseton pada udara

pernafasannya, bahkan hingga kesadaran pasien menurun dan muntah berhenti, maka perlu dilakukan rujukan segera ke rumah sakit. Sesuai dengan Kepmenkes RI No. 938/ Menkes/ SK/ VIII/ 2007 tentang standar asuhan kebidanan, pada standar II tentang perumusan diagnosa atau masalah kebidanan, bidan harus mampu menganalisa, menginterpretasikan, serta menegakkan diagnosa yang tepat sesuai nomenklatur kebidanan dan kondisi klien. Jika ditemui klien dengan temuan tanda gejala Hyperemesis gravidarum bidan harus dapat menegakkan diagnosa dengan tepat dimanakah tingkatan Hypermesis gravidarum yang dialami klien. Dalam hal ini bidan harus mengetahui batasan kewenangannya untuk memberikan intervensi. Bidan hanya berwenang dalam menangani kasus Hyperemesis gravidarum tingkat I, selebihnya harus melakukan rujukan.

Pada standar III asuhan kebidanan, bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah yang ditegakkan. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien. Dilanjutkan dengan standar IV yaitu implementasi dan standar V evaluasi, dilaksanakan secara komprehensif, efektif, efisien, dan aman berdasarkan evidence based dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa batasan

kewenangan bidan pada Hyperemesis gravidarum tingkat I, dengan upaya promotif dan preventif memberikan edukasi tentang pola makan, diit, tingkah laku yang diduga menjadi determinan dari Hyperemesis gravidarum, sebab etiologi dari Hyperemesis gravidarum ini belum diketahui secara pasti. Dalam hal ini bidan berperan dalam memberikan pertolongan pada Hypermesis gravidarum dengan pengaturan diet makanan bagi ibu hamil, terapi edukasi tentang kehamilan, serta mencegah agar Hyperemesis gravidarum yang masih bisa diatasi dengan pengaturan diet makanan tidak menjadi semakin parah. Namun, dalam hal ini prinsip terpenting bagi seorang bidan adalah mencegah Emesis gravidarum agar tidak berkembang menjadi Hyperemesis gravidarum. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan pengaturan diet dan pola makan. Bila Hyperemesis gravidarum tidak dapat ditangani dan semakin parah maka perlu mengambil keputusan segera untuk melakukan rujukan.

BAB IV ASUHAN TERFOKUS/ APLIKASI ASUHAN Bidan memberikan asuhan secara komprehensif, serta

mengidentifikasi masalah- masalah yang mungkin terjadi sehubungan dengan kondisi klien untuk melakukan upaya pencegahan. Bidan memberikan asuhan baik melalui upaya promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif. Aplikasi asuhan kebidanan dengan Hypermesis gravidarum dilakukan dengan penanganan seperti: 1. Edukasi tentang kehamilan Memberikan pengetahuan pada ibu dan keluarga bahwa mual muntah pada awal kehamilan atau trimester I merupakan hal yang wajar terjadi dalam kehamilan. Keluahan ini pada umumnya akan hilang setelah umur kehamilan 16 minggu, yaitu setelah plasenta berfungsi dengan baik. Selama mual muntah tersebut tidak mengganggu aktivitas sehari hari dan asupan nutrisi kepada janin hal ini masih dianggap normal. Namun, jika keadaan mual muntah tetap berlanjut dan tidak dapat diatasi dapat menjadi suatu keabnormalan yang membutuhkan intervensi khusus. 2. Pengaturan diet Pengaturan diet bagi ibu hamil dengan Hyperemesis gravidarum khususnya tingkat I yaitu dengan makan makanan yang mengandung kadar glukosa tinggi, tingkatkan asupan sayur dan buah, serta hindari makanan yang berminyak dan berbau menyengat. Rekomendasi umum yang dapat dipilih adalah makan makanan lunak dan manis, tinggi karbohidrat, rendah lemak, menghindari makanan berbau menyengat, dan tidak mengkonsumsi tablet besi (Mesics, 2008). 3. Pengaturan pola makan

Pengaturan pola makan bagi ibu hamil dengan Hyperemesis gravidarum ringan dilakukan dengan cara makan dengan porsi kecil tapi sering. Biasakan setelah bangun pagi sebelum beraktivitas untuk mengonsumsi roti atau biskuit dengan teh hangat. Sebaiknya makanan disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin. Keluhan mual dan muntah ini dapat diminimalisasi dengan makan porsi kecil tapi sering dan berhenti sebelum kenyang dan menghindari makanan yang mungkin akan memicu atau memperparah gejala (Williams, 2006). 4. Perubahan tingkah laku Perubahan tingkah laku yang direkomendasikan untuk pasien yang menderita hiperemesis gravidarum yaitu untuk meningkatkan waktu istirahat, jalan-jalan mencari udara segar, menghindari gerak yang tiba-tiba, menghindari menggosok gigi segera setelah makan, dan berdiri sesaat setelah makan akan mengurangi muntah (Mesics, 2008) Menghindari bau sangat penting dilakukan. Terlalu sensitif terhadap bau terjadi pada kehamilan, kemungkinan karena peningkatan hormon estrogen. Bau yang menusuk hidung umumnya adalah bau makanan tapi kadang-kadang juga bau parfum atau bahan kimia. Meminimalkan bau dan peningkatan udara segar adalah kunci untuk menghindari mual (Mesics, 2008). Apabila dengan cara pengaturan diit, pola makan, dan perubahan tingkah laku dilakukan evaluasi dan tidak menunjukkan perkembangan kondisi klien harus direncanakan dengan asuhan yang lain.

Sebelumnya harus kita identifikasi komplikasi yang mungkin terjadi untuk melakukan upaya pencegahan. Komplikasi yang mungkin terjadi dalam kasus Hyperemesis gravidarum adalah dehidrasi, sehingga kita harus memastikan tercukupinya kebutuhan cairan oleh tubuh klien. 5. Penggunaan akupresure dan jahe Murphy dan Chez (2000, dalam Williams, 2006) mengkaji terapi-terapi alternatif antara lain penggunaan akupuntur pada titik P6 dan bubuk

jahe yang diberikan 250 mg 3-4 kali sehari. Smith, et al. (2006) juga menyatakan terapi alternatif yang biasa digunakan adalah penggunaan jahe, peppermint, dan daun raspberry. Jahe memiliki keuntungan sebagai sebuah terapi alternatif untuk penatalaksanaan variasi mual dan muntah dalam kehamilan. Dosis yang biasa digunakan untuk jahe adalah 1-2 gr/hari peroral 3-4 dibagi perdosis selama 3 minggu. Namun penggunaan terapi ini harus dilakukan dan diawasi oleh ahli yang terampil, kompeten dibidangnya dan memerhatikan kondisikondisi khusus pada klien yang dimungkinkan menjadi kontraindikasi untuk terapi ini. 6. Pemijatan Terapi pemijatan juga berperan untuk meningkatkan serotonin dan dopamine dan menurunkan kadar kortisol, dapat membantu secara umum untuk relaksasi dan penurunan stress. Pemijatan taktil dengan lembut, lambat dapat dilakukan pada tangan dan kaki atau pada seluruh tubuh (Mesics, 2008). Mesics (2008) juga menyebutkan bahwa pemijatan taktil dapat membantu untuk meningkatkan relaksasi, melapangkan pikiran dan memberikan pemikiran kepada ibu bahwa tubuhnya dapat berfungsi kembali. Pemijatan taktil merupakan terapi alternatif dan saling melengkapi untuk hiperemesis gravidarum. 7. Memberikan terapi Vitamin B complex

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Mual (nausea) dan muntah (Emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. 2. Hyperemesis gravidarum adalah suatu keadaan (biasanya pada hamil muda) dimana penderita mengalami mual- muntah yang berlebihan, sedemikian rupa sehingga mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan. (Achadiat, 2004) 3. Bidan berperan dalam memberikan pertolongan pada Hypermesis gravidarum dengan pengaturan diet makanan bagi ibu hamil, terapi edukasi tentang kehamilan, serta mencegah agar Hyperemesis gravidarum yang masih bisa diatasi dengan pengaturan diet makanan tidak menjadi semakin parah. Namun, dalam hal ini prinsip terpenting bagi seorang bidan adalah mencegah Emesis gravidarum gravidarum. 4. Aplikasi asuhan kebidanan dengan Hypermesis gravidarum dilakukan dengan penanganan seperti terapi edukasi kehamilan, pengaturan diet, pengaturan pola makan, perubahan tingkah laku, penggunaan akupresure dan jahe, pemijatan, dan terapi vitamin B complex. agar tidak berkembang menjadi Hyperemesis

B. Saran 1. Ibu hamil dengan mual muntah yang berlebihan selama tahap awal kehamilan sebaiknya segera dibawa ke pelayanan kesehatan agar dapat segera diatasi dan tidak berlanjut menjadi semakin parah.

2. Tenaga

kesehatan

khususnya

bidan

harus

mempunyai

pengetahuan dan kompeten dalam mengenali gejala dan tanda Hyperemesis gravidarum, serta sejauh mana intervensi dalam pencegahan dan penatalaksanaannya. 3. Bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanan dengan

Hyperemesis gravidarum sebaiknya sesuai dengan kewenangan dan kompetensi yang dimiliki bidan.

You might also like