You are on page 1of 11

Obstruksi ileus A. DEFINISI Obstruksi Illeus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus.

(Selvia A Price, Patologi) B. ETIOLOGI Penyebab terjadinya Obstruksi Illeus, antara lain : Kondisi traumatic, terutama setelah fraktur iga dan fraktur tulang belakang. Perlekatan karena pembedahan sebelumnya, sekitar 50 % terjadi pada usia pertengahan dan orang tua Tumor ganas Volvulus (usus yang terpelintir), paling sering terjadi pada pria tua dan biasanya mengenai kolon sigmoid Hernia inguinalis atau femoralis Benda asing, sering terjadi pada bayi dan anak Kelainan konginetal

C. TANDA DAN GEJALA Gejala gejala penting dari obstruksi Illeus adalah : Nyeri daerah umbilicus Muntah, sering terjadi bila obstruksi pada usus halus bagian atas Konstipasi absolut dan peregangan abdomen D. PATOFISIOLOGI Volvulus yang menjadi penyebab obstruksi illeus secara progesif akan teregang oleh cairan dan gas akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke darah. Oleh karena sekitar 8 literr cairan diekskresi ke dalam

saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorbsi mengakibatkan penimbunan di intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang, cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok-hipotensi, penurunan curah jantung, penurunan perfusi jaringan dan asiidosis metabolic. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan penurunan absorbsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek local peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permebialitas akibat nekrsosis, distensi absorbsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik. E. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Laboratorium Peningkatan kadar Haemoglobin (indikasi dari dehidrasi), leukositosis, peningkatan PCO2 / asidosis metabolik 2. Rontgen abdomen 3. Sigmoidescopy 4. Colonoscopy 5. Radiogram barium F. PENATALAKSANAAN 1. Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit 2. Intubasi dan dekompresi untuk menghilangkan peregangan dan muntah 3. Pembedahan G. PENGKAJIAN 1. Identitas klien 2. Aktifitas / istirahat Lemah, gelisah 3. Sirkulasi Takikardia, berkeringat

4. Eliminasi Perubahan warna urine dan feces, distensi abdomen 5. Makanan / cairan Mual / muntah, nyeri epigastrium 6. Nyeri / kenyamanan Adanya insisi pembedahan 7. Pernafasan Peningkatan frekuensi pernafasan, pernafasan tertekan ditandai oleh nafas pendek, dangkal 8. Laboratorium Antara lain : Hb/Ht, leukosit, trombisit, elektrolit, AGD H. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Pola nafas tidak efektif 2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan 3. Gangguan integritas kulit. Pendahuluan Ileus Paralitik adalah istilah gawat abdomen atau gawat perut menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada obstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga perut maupun saluran cerna, infeksi, obstruksi atau strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis. Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut. Ileus Paralitik adalah obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson.

Di Indonesia ileus obstruksi paling sering disebabkan oleh hernia inkarserata, sedangkan ileus paralitik sering disebabkan oleh peritonitis. Keduanya membutuhkan tindakan operatif. Ileus lebih sering terjadi pada obstruksi usus halus daripada usus besar. Keduanya memiliki cara penanganan yang agak berbeda dengan tujuan yang berbeda pula. Obstruksi usus halus yang dibiarkan dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi usus dan memicu iskemia, nekrosis, perforasi dan kematian, sehingga penanganan obstruksi usus halus lebih ditujukan pada dekompresi dan menghilangkan penyebab untuk mencegah kematian. Obstruksi kolon sering disebabkan oleh neoplasma atau kelainan anatomic seperti volvulus, hernia inkarserata, striktur atau obstipasi. Penanganan obstruksi kolon lebih kompleks karena masalahnya tidak bisa hilang dengan sekali operasi saja. Terkadang cukup sulit untuk menentukan jenis operasi kolon karena diperlukan diagnosis yang tepat tentang penyebab dan letak anatominya. Pada kasus keganasan kolon, penanganan pasien tidak hanya berhenti setelah operasi kolostomi, tetapi membutuhkan radiasi dan sitostatika lebih lanjut. Hal ini yang menyebabkan manajemen obstruksi kolon begitu rumit dan kompleks daripada obstruksi usus halus. Mengingat penanganan ileus dibedakan menjadi operatif dan konservatif, maka hal ini sangat berpengaruh pada mortalitas ileus. Operasi juga sangat ditentukan oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang sesuai, skills, dan kemampuan ekonomi pasien. Hal-hal yang dapat berpengaruh pada faktor-faktor tersebut juga akan mempengaruhi pola manajemen pasien ileus yang akhirnya berpengaruh pada mortalitas ileus. Faktor-faktor tersebut juga berpengaruh dengan sangat berbeda dari satu daerah terhadap daerah lainnya sehingga menarik untuk diteliti mortalitas ileus pada pasien yang mengalami operasi dengan pasien yang ditangani secara konservatif. B. Definisi 1. Ileus adalah gangguan pasase isi usus. 2. Ileus Paralitik adalah hilangnya peristaltik usus sementara. C. Klasifikasi 1. Ileus Mekanik 1.1 Lokasi Obstruksi 1.1.1 Letak Tinggi : Duodenum-Jejunum 1.1.2 Letak Tengah : Ileum Terminal 1.1.3 Letak Rendah : Colon-Sigmoid-rectum 1.2 Stadium 1.2.1 Parsial : menyumbat lumen sebagian 1.2.2 Simple/Komplit: menyumbat lumen total 1.2.3 Strangulasi: Simple dengan jepitan vasa 6 2. Ileus Neurogenik 2.1 Adinamik : Ileus Paralitik

2.2 Dinamik : Ileus Spastik 3. Ileus Vaskuler : Intestinal ischemia 6 D. Etiologi Ileus Paralitik 1. Pembedahan Abdomen 2. Trauma abdomen : Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus 3. Infeksi: peritonitis, appendicitis, diverticulitis 4. Pneumonia 5. Sepsis 6. Serangan Jantung 7. Ketidakseimbangan elektrolit, khususnya natrium 8. Kelainan metabolik yang mempengaruhi fungsi otot 9. Obat-obatan: Narkotika, Antihipertensi 10. Mesenteric ischemia E. Patofisiologi Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utama adalah obstruksi paralitik di mana peristaltik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang. Perubahan patofisiologi utama pada obstruksi usus adalah lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari ke sepuluh. Tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penyempitan ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok-hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan lingkaran setan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan bakteriemia. Pada obstruksi mekanik simple, hambatan pasase muncul tanpa disertai gangguan vaskuler dan neurologik. Makanan dan cairan yang ditelan, sekresi usus, dan udara terkumpul dalam jumlah yang banyak jika obstruksinya komplit. Bagian usus proksimal distensi, dan bagian distal kolaps. Fungsi sekresi dan absorpsi membrane mukosa usus menurun, dan dinding usus menjadi edema dan kongesti. Distensi intestinal yang berat, dengan sendirinya secara terus menerus dan progresif akan mengacaukan peristaltik dan fungsi sekresi mukosa dan meningkatkan resiko dehidrasi, iskemia, nekrosis, perforasi, peritonitis, dan kematian F. Diagnosa Ileus

Perut kembung (distensi) Muntah, bisa disertai diare, tak bisa buang air besar Dapat disertai demam Keadaan umum pasien sakit ringan sampai berat, bisa disertai penurunan. kesadaran, syok Pada colok dubur: rektum tidak kolaps.tidak ada kontraksi Ileus paralitik ditegakkan dengan auskultasi abdomen berupa silent abdomen yaitu bising usus menghilang. Pada gambaran foto polos abdomen didapatkan pelebaran udara usus halus atau besar tanpa air-fluid level. G. Pemeriksaan Penunjang - Amilase-lipase - Kadar gula darah. - Kalium serum. - Analisis gas darah. Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis, tetapi sangat membantu memberikan penilaian berat ringannya dan membantu dalam resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal. Selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase sering didapatkan. Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi hanya terjadi pada 38% - 50% obstruksi strangulasi dibandingkan 27% - 44% pada obstruksi non strangulata. Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosis bila ada tanda tanda shock, dehidrasi dan ketosis. - Foto abdomen 3 posisi Tampak dilatasi usus menyeluruh dari gaster sampai rektum. Penebalan dinding usus halus yang dilatasi memberikan gambaran herring bone appearance (gambaran seperti tulang ikan), karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta dan gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak di tepi abdomen. Tampak gambaran air fluid level pendekpendek berbentuk seperti tangga yang disebut step ladder appearance di usus halus dan air fluid level panjang-panjang di kolon. H. Penanganan Ileus 1. Konservatif Penderita dirawat di rumah sakit. Penderita dipuasakan Kontrol status airway, breathing and circulation. Dekompresi dengan nasogastric tube. Intravenous fluids and electrolyte Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan. 2. Farmakologis Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob. Analgesik apabila nyeri. 3. Operatif

Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai dengan peritonitis. Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric untuk mencegah sepsis sekunder atau rupture usus. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil explorasi melalui laparotomi. I. Diagnosis Banding Ileus obstruktif J. Komplikasi 1. Nekrosis usus 2. Perforasi usus 3. Sepsis 4. Syok-dehidrasi 5. Abses 6. Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi 7. Pneumonia aspirasi dari proses muntah 8. Gangguan elektrolit 9. Meninggal K. Prognosis Saat operasi, prognosis tergantung kondisi klinik pasien sebelumnya. Setelah pembedahan dekompresi, prognosisnya tergantung dari penyakit yang mendasarinya. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi strangulasi atau komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35% atau 40%.3 Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan cepat.

Terapi apendiks

Terapi Apendisitis perforasi Persiapan prabedah : Pemasangan sonde lambung dan tindakan dekompresi. Rehidrasi. penurunan suhu tubuh. Antibiotic dengan spectrum luas, dosis cukup, diberikan secara intravena. Apendisitis dengan penyulit peritonitis umum Umumnya klien dalam kondisi buruk. Tampak septis dan dalam kondisi hipovolemik serta hipertensi. Hipovolemik akibat puasa lama, muntah dan pemusatan cairan di daerah proses radang,

seperti udem organ intraperitoneal, dinding abdomen dan pengumpulan cairan dalam rongga usus dan rongga peritoneal. Persiapan prabedah: 1. Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi 2. Pemasangan kateter untuk control produksi urin. 3. Rehidrasi 4. Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena. 5. Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil untuk membuka pembuluh pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai.
Terapi hernia Pengobatan Benjolan hernia mungkin dapat didorong kembali, namun sewaktu-waktu akan keluar lagi. Benjolan itu biasanya lebih nyata ketika tekanan intra-abdomen meningkat seperti saat mengangkat beban, membungkuk dan batuk. Hernia yang tidak parah umumnya tidak memerlukan operasi. Kebanyakan hernia di perut bisa didorong kembali ke rongga perut. Dengan istirahat dan terapi fisik sekitar 75% hernia hilang sendiri. Pada kondisi yang lebih parah, hernia dapat menyebabkan darurat medis bila jaringan yang terjebak dalam kantung kehilangan suplai darah dan mati (mengakibatkan gangren). Dalam hal ini harus segera dilakukan operasi. Setelah operasi, biasanya jarang sekali terjadi kekambuhan (hanya 1-3%). Pencegahan Langkah pertama untuk mencegah hernia adalah mengetahui penyebabnya. Hernia yang timbul akibat kelainan bawaan dan efek penuaan tidak dapat dicegah. Hernia bisa muncul bila otot dinding tipis yang menyekat/ membungkus organ mendapatkan tekanan melebihi kapasitasnya.

Gunakan teknik mengangkat yang benar. Selalu gunakan kaki Anda, bukan otot punggung Anda, untuk mengangkat. Pakailah dukungan penahan ketika melakukan kegiatan mengangkat berat. Sampaikan kesulitan buang air kecil ke dokter Anda. Kesulitan buang air kronis dapat menyebabkan hernia. Penyebab sulit buang air kecil perlu ditentukan dan diobati oleh dokter Anda. Turunkan berat badan jika Anda kelebihan berat badan. Hindari sembelit dengan banyak makan serat, banyak minum, dan segera ke kamar kecil bila kebelet

Berolahraga secara teratur. Berhentilah merokok. Oksigenasi buruk akibat merokok dapat menyebabkan kerusakan otot dan kelemahan otot yang menjadi sasaran utama perkembangan hernia.

Price, S.A. 1994. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC. Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal Pemberian obat-obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis. Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah. Paralitik .Terapi umum 1.Istirahat Dirawat di ruangan gawat darurat Segera pasang sonde lambung (NGT) Selang rectal Pasang kateter 2.Diet

Pasien puasa Nutrisi perenteral total sampai ada bising usus atau mulai flatus

3.Medikamentosa Obat pertama :


Prostigmin 3 x 1 sampai IV untuk memacu mobilitas usus Antibiotik

You might also like