You are on page 1of 12

LAPORAN PENDAHULUAN KETERAMPILAN DASAR DALAM KEPERAWATAN DENGAN MASALAH MOBILISASI

Disusun Oleh: Nama NIM : Nurhikmah : N1.11.028

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO PROGRAM PROFESI SEMARANG 2011

LAPORAN PENDAHULUAN KETERAMPILAN DASAR DALAM KEPERAWATAN DENGAN MASALAH MOBILISASI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat (Wahit, 2007, hlm.220). Mobilisasi merupakan suatu pergerakan yang merupakan aspek kehidupan manusia yang digunakan untuk menunjukkan pertahanan diri dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (Potter dan Perry, 2010, hlm.468). Sedangkan imobilitas atau imobilisasi merupakan ketidakmampuan untuk bergerak bebas yang disebabkan oleh kondisi dimana gerakan terganggu atau dibatasi secara terapeutik (Potter dan perry, 2006 dalam Asmadi, 2009, hlm.125). 2. a. Faktor faktor yang mempengaruhi mobilisasi (Alimul Hidayat, 2006, Gaya hidup

hlm.174) Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang karena gaya hidup berdampak pada perlaku atau kebiasaan sehari-hari. b. Proses penyakit atau cedera Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat mempengaruhi fungsi sistem tubuh. c. d. Kebudayaan Tingkat energi Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan. Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Oleh karena itu, agar seseorang dapat melakukan mobilitas dengan baik, maka diibutuhkan energi yang cukup.

e.

Usia dan status perkembangan

Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia. 3. 174) a. 1) Jenis-jenis mobilitas Mobilitas penuh Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang. 2) Mobilitas sebagian Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasasn jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua yaitu: a) Mobilitas sebagian temporer Merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal, contohnua adalah adanya dislokasi pada sendi dan tulang. b) Mobilitas sebagian permanen Merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang,poliomielitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik. Jenis jenis mobilitas dan imobilitas (Alimul Hidayat, 2006, hlm.173-

b. 1)

Jenis-jenis mobilitas (Alimul Hidayat, 2006, hlm.175) Imobilitas fisik Merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan untuk mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien dengan hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan. 2) Imbilitas intelektual Merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit. 3) emosional Imobilitas emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam Merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara menyesuaikan diri. Contohnya, keadaan seseorang yang mengalami stress berat yang dapat disebabkan karena bedah amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai. 4) Imobilitas sosial Merupakan keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.

4. a.

Tingkatan imobilitas (Wahit, 2007, hlm.224-225) Imobilitas komplet Imobilitas ini dilakukan pada individu yang mengalami gangguan tingkat kesadaran. b. Imobilitas parsial Imobilitas ini dilakukan pada klien yang mengalami fraktur, misalnya fraktur ekstremitas bawah (kaki). c. Imobilitas karena alasan pengobatan Imobilitas ini dilakukan pada individuyang menderita gangguan pernafasan (misal sesak nafas), atau pada penyakit jantung.

5. a.

Perubahan sistem tubuh akibat imobilisasi (Alimul Hidayat, 2006, Perubahan metabolisme

hlm.175-177) Imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal, mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnnya kecepatan metabolisme dalam tubuh sehingga menurunkan kecepatan basal metabolic rate (BMR) yang menyebabkan berkurangnya energi untuk perbaikan sel-sel tubuh (Alimul Hidayat, 2006, hlm.175). Selain itu, bedrest yang terus-menerus juga akan menurunkan aktivitas pankreas dimana insulin yang diproduksi tidak cukup untuk menoleransi glukosa, sehingga menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam serum. Efek tersebut dapat kembali normal setelah pasien melakukan aktivitas. Selama imobilisasi juga terjadi peningkatan ekskresi nitrogen yang negatif. Kondisi ini akan mengubah osmolalitas plasma dan akan menyebabkan terjadinya perpindahan cairan intervaskuler akan keluar ke ruang interstitial pada bagian tubuh yang rendah sehingga terjadilah edema (Asmadi, 2009, hlm.127). b. imobilitas Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari konsentrasi serum berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh (Alimul Hidayat, 2006, hlm.176). c. Gangguan pengubahan zat gizi Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan protein dan kalori dapat megakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel menurun, dimana sel tidak lagi menerima glukosa, asam amino, dan oksigen dalam jumlah yang cukup untuk melaksanakan aktivitas metabolisme. d. Gangguan fungsi gastrointestinal Hal ini disebabakan karena imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna,sehingga penurunan jumlah masukan yang cukup dapat menyebabkan keluhan seperti perut kembung, mual dan nyeri lambung yang dapat menyebabkan gangguan proses eliminasi.

e.

Perubahan sistem pernafasan

Akibat imobilitas, kadar haemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya lemah otot yang dapat mengakibatkan proses metabolisme terganggu. f. 1) Perubahan kardiovaskuler Penurunan kardiak reserve Imobilisasi mengakibatkan pengaruh simpatis atau sistem adrenergik lebih besar dari pada sistem kolinerik atau sistem vagal. Hal ini menyebabkan peningkatan denyut jantung yang menyebabkan waktu pengisian diastolik memendek dan terjadi penurunan kapasitas jantung untuk merespons terhadap kebutuhan metabolisme tubuh (kozier,dkk, 1995 dalam Asmadi, 2009, hlm.125). 2) Peningkatan beban kerja jantung Pada kondisi bedrest yang lama, jantung bekerja lebih keras dan kurang efesien,disertai urah kardiak yang turun selanjutnya akan menurunkan efisiensi jantung dan meningkatkan beban kerja jantung (Asmadi, 2009, hlm.125) 3) Hipotensi ortostatik Terjadinya hipotensi ortostatik dapat disebabkan oleh menurunnya kemampuan saraf otonom (Alimul Hidayat, 2006, hlm.177). Hipotensi ortostatik merupakan turunnya tekanan 15 mmHg atau lebih ktika pasien bangkit dari tidur atau pada saat duduk untuk berdiri (Asmadi, 2009, hlm.126). 4) Phlebotrombosis Kejadian phlebotrombosis lebih sering terjadi pada pasien yang mengalami paralisis dibandingkan bukan paralisis. Hal ini disebabkan adanya perubahan hemodinamik, statik venous dan disertai gangguan pembekuan darah (Asmadi, 2009, hlm.126) g. 1) Perubahan sistem muskuloskeletal Gangguan muskular Menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot ditandai dengan menurunnya stabilitas. Kondisi berkurangnya massa otot dapat menyebabkan atrofi pada otot. 2) Gangguan skeletal

Misalnya terjadinya kontraktur sendi dan osteoporosis. Kontraktur merupakan kondisi yang abnormal dengan kriteria adanya fleksi dan fiksasi yang disebabkan atrofi dan memendeknya otot. h. Perubahan sistem integumen Adanya penurunan elastisistas kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas dan terjadinya iskemia serta nekrosis jaringan superfisial dengan adanya luka dekubitus sebagai akibat tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun ke jaringan. i. Perubahan eliminasi Mungkin disebabkan penurunan jumlah urin yang disebabkan oleh kurangnya asupan dan penurunan curah jantung sehingga aliran darah renal dan urin berkurang. j. Perubahan perilaku Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya rasa bermusuhan, bingung, emas, emosional tinggi, depresi, perubahan siklus tidur dan menurunnya mekanisme koping. 6. a. Penatalaksanaan (Alimul Hidayat, 2006, hlm.181-182) Pengaturan posisi dengan cara mempertahankan posisi dalam postur tubuh yang benar. Cara ini dapat dilakukan dengan membuat sebuah jadwal tentang perubahan posisi selamkurang lebih setengah jam. Pelaksanaannya dilakukan secara bertahapagar kemampuan kekuatan otot dan ketahanan dapat meningkat secara berangsur-angsur. b. Ambulasi dini merupakan saah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, berdiri di samping tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan seterusnya. Kegiatan ini dapat dilakukan secara berangsur-angsur. c. d. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri untuk melatih Latihan isotonik dan isometrik. Latihan ini juga dapat kekuatan dan ketahanan serta kemampuan sendi agar mudah bergerak. digunakan untuk melatih kekuatan dan ketahanan otot dengan cara mengangkat beban yang ringan, kemudian beban yang berat. Latihan isotonik (dynamic exercise) dapat dilakukan dengan rentang gerak (ROM)

secara aktif, sedangkan latihan isometrik (static exercise) dapat dilakukan dengan meningkatkan curah jantung ringan dan nadi. e. Latihan ROM, baik secara aktif maupun pasif. ROM merupakan tindakan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan pada otot. B. KONSEP ASKEP 1. a. Pengkajian keperawatan (Alimul Hidayat, 2006, hlm.178-180) Riwayat keperawatan sekarang Pengkajian riwayat pasien saai ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadinya keluhan atau gangguan dalam mobilitas dan imobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, daerah terganggunya mobilitas dan imobilitas,dan lama terjadinya gangguan mobilitas. b. Riwayat keperawatan penyakit yang pernah diderita Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan moblitas, misalnya adanya riwayat penyakit sistem neurologis (kecelakaan cerebrovaskuler, trauma kepala, peningkatan tekanan intrakranial, cedera medulla spinalis, dan lain-lain). Riwayat penyakit sistem kardiovaskuler (infark miokard, gagal jantung kongestif). Riwayat penyakit sistem muskuloskeletal (osteoporosis, fraktur, artritis). Riwayat penyakitistek pernafasan (penyakit paru obstruksi menahun, pneumonia). Riwayat pemakaian obat (seperti sedative, hipnotik, depresan sistem saraf pusat). c. Kemampuan fungsi motorik Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan kaki kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan atau spastis. d. Kemampuan mobilitas Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun dan berpindah tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut:

Tingkat aktivitas/mobilitas Tingkat 0 Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4

Kategori Mampu merawat diri sendiri secara penuh Memerlukan penggunaan alat Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain,dan peralatan Sangat bergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan

e.

Kemampuan rentang gerak

Pengkajian rentang gerak (range of motion-ROM) dilakukanpada daerah bahu, siku,lengan, panggul, dan kaki. Gerak sendi Bahu Abduksi: Gerakan lengan kelateral dari posisi samping atas Kepala: Telapak tangan menghadap ke posisi yang paling jauh Siku Fleksi: Angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas menujubahu Pergelangan tangan Fleksi: Tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan bawah Ekstensi: Luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi Hiperekstensi: Tekukjari-jari tangan ke arah belakang sejauh mungkin. Abduksi: Tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika telapak tangan menghadap ke atas. Adduksi: Tekuk pergelangan tangan ke arah kelingking, telapak tangan menghadap ke atas Tangan dan jari Fleksi: Buat kepalan tangan Ekstensi:Luruskan jari Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin Abduksi: Kembangkan jari tangan Adduksi: Rapatkan jari-jari tangan f. Perubahan intoleransi aktivitas Derajat rentang normal 180

150

80-90 80-90 70-90 0-20 30-50

90 90 90 20 20

Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada sistem pernafasan antara lain suara nafas, analisa gas darah, gerakan dinding thoeak, adanya mukus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi. Pengkajian intoleransi aktivitas terhadap perubahan sistm kardiovaskuler seperti nasddi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya trombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi g. Kekuatan otot dan gangguan koordinasi Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan: Skala
0

1 2 3 4 5

Presentasi Kekuatan Normal 0 10 25 50 75 100

Karakteristik Paralisis sempurna. Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat dipalpasi atau dilihat. Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan. Gerakan yang normal melawan gravitasi Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal. Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan tahanan penuh.

h.

Perubahan psikologis

Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan mobilitas dan imobilitas antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping dan lain-lain. 2. a. 1) Diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan Hambatan mobilitas fisik Penurunan kekuatan dan daya tahan Yang berhubungan dengan: tubuh, sekunder akibat (penyakit sistem saraf, distrofi otot, paralisis parsial, defisit sensorik, gangguan muskuloskeletal, fraktur). 2) Edema

3) infus) 4) 5) 6) 7) 8) Kriteria hasil:

Peralatan eksternal (gips, bidai, slang Insufisiensi kekuatan dan daya tahan Kelelahan Nyeri Kelemahan otot Gaya berjalan yang abnormal,

tubuh untuk bergerak dengan (prostesis,kruk, walker)

sekunder akibat (osteomielitis, defisiensi skeletal kongenital) Klien akan mengungkapkan bertambahnya kekuatan dan daya tahan ekstremitas Intervensi: 1) Kaji faktor peyebab, misal trauma (robekan kartilago, fraktur, amputasi), prosedur pembedahan (perbaikan letak sendi, reduksi fraktur, bedah vaskuler) 2) Tingkatkan mobilitas dan pergerakan yang optimal 3) Instruksikan klien untuk melakukan latihan ROM aktif pada ekstremitas yang sehat sedikitnya ROM empat pada kali sehari, jika yang memungkinkan. Lakukan pasif ekstremitas

sakit.Lakukan latihan secara perlahan guna memberi kesempatan otot untuk rileks, sokong ekstremitas yang berada diatas dan dibawah persendian untuk mencegah ketegangan pada persendian dan jaringan. 4) Posisikan tubuh yang sejajar untuk mencegah komplikasi 5) Pertahankan kesejajaran tubuh yang baik pada saat menggunakan alat bantu (misal: gips, traksi, dan lain-lain). 6) Lakukan mobilisasi yang progresif a) Bantu klien bangkit ke posisi duduk secara perlahan. b) Beri kesempatan klien menggantungkan tungkainya di sisi tempat tidur selama beberapa menit sebelum berdiri. c) Lanjutkan dengan ambulasi dengan atau tanpa alat bantu

DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, Aziz. 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia; aplikasi konsep dan proses keperawatan. Jakarta: Salemba medika. Asmadi, 2009. Teknik prosedural keperawatan; konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba medika. Wahit, Iqbal M. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia; teori dan aplikasi. Jakarta: EGC. Potter dan Perry. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan keperwatan konsep, proses dan praktik. Jakarta: EGC

You might also like