You are on page 1of 7

TUGAS KULIAH PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Oleh : Nama NIM : Rizal Maula Muhammad : 08/269242/TP/09262

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011

Food Safety Dan Kaitannya Dengan Perdagangan Internasional


Pengertian Food Safety Menurut Winiati (2002), Food Safety dapat diartikan sebagai kondisi dari upaya yang diperlukan untuk mencegah makanan dari kemungkinan pencemaran biologi, kimia, dan bahan lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Berdasarkan World Health Organization (2002), definisi food safety adalah jaminan bahwa makanan bukan merupakan penyebab kerusakan bagi konsumen pada saat dipersiapkan atau dimakan (dalam Robertson, et al., 2004). Beberapa faktor negatif yang mempengaruhi food safety yaitu : a. Bertambahnya angka terhadap terjadinya foodborne illness. b. Timbulnya keadaan baru yang serius mengenai bahayanya rantai makanan. c. Globalisasi mengenai perkembangan makanan. d. Kesempatan baru dari kontaminasi kimia. e. Kebutuhan akan prosedur penilaian bahaya yang tepat dari teknologi yang baru.

Berdasarkan definisi diatas, food safety dapat didefinisikan sebagai sistem keamanan pangan yang dikembangkan secara khusus untuk memberikan jaminan bagi konsumen, bahwa makanan yang dikonsumsi tidak akan merusak kesehatan. Pada saat ini food safety menjadi masalah utama dalam kesehatan umum sejak meningkatkan angka foodborne illness. Food safety bekerja berdasarkan dari pengawasan makanan yang meyakinkan bahwa makanan bukanlah penyebab dari food illness (Robertson, et al., 2004).

Pentingnya Food Safety Dalam Kontek Perdagangan Internasional Keamanan pangan merupakan syarat penting yang harus melekat pada pangan yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Pangan yang bermutu dan aman dapat dihasilkan dari dapur rumah tangga maupun dari industri pangan. Oleh karena itu industri pangan adalah salah satu faktor penentu beredarnya pangan yang memenuhi standar mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Keamanan pangan selalu menjadi pertimbangan pokok dalam perdagangan, baik perdagangan nasional maupun perdagangan

internasional. Di seluruh dunia kesadaran dalam hal keamanan pangan semakin meningkat. Pangan semakin penting dan vital peranannya dalam perdagangan dunia. Dalam modul ini akan dibahas berbagai aturan yang melingkupi aspek keamanan pangan, analisis bahaya keamanan pangan dan berbagai peluang untuk menguranginya. Sebagian besar pemerintah berbagai negara di dunia

menggunakan deretan usaha atau langkah pengendalian kontaminan pangan melalui inspeksi, registrasi, analisa produk akhir, untuk

menentukan apakah suatu perusahaan pangan memproduksi produk pangan yang aman. Masalah utama yang dihadapi adalah tingginya biaya yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang dihadapi dalam

melakukan pengendalian. Salah satu sistem baru bagi penjaminan (assuring) keamanan pangan disampaikan tahun 1971 dalam suatu National Conference on Food Protection dengan judul The Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) System. HACCP adalah suatu sistem yang dianggap rasional dan efektif dalam penjaminan keamanan pangan dari sejak dipanen sampai dikonsumsi. HACCP adalah suatu sistem yang mampu mengidentifikasi hazard (ancaman) yang spesifik seperti misalnya, biologi, kimia, serta sifat fisik yang merugikan yang dapat berpengaruh terhadap keamanan

pangan dan dilengkapi dengan langkah-langkah pencegahan untuk mengendalikan ancaman (hazard) tersebut. Untuk mencegah terjadinya kasus keracunan makanan yang semakin marak terjadi diperlukan sistem keamanan pangan terpadu yang melibatkan tiga jejaring, yaitu : Food Intelligence yang mengkaji risiko keamanan pangan, Food Safety Control yang mengawasi keamanan pangan, dan Food Safety Promotion yang mengkomunikasikan keamanan pangan. Food Intelligence adalah jejaring yang menghimpun informasi kegiatan pengkajian risiko keamanan pangan dari lembaga terkait (data surveilan, inspeksi, riset keamanan pangan, dsb). Food Safety

Control adalah jejaring kerja sama antarlembaga dalam kegiatan yang terkait dengan pengawasan keamanan pangan (standardisasi dan legislasi pangan, inspeksi dan sertifikasi pangan, pengujian laboratorium, ekspor-impor, dan sebagainya). Food Safety Promotion adalah jejaring keamanan pangan, meliputi pengembangan bahan promosi (poster, brosur) dan kegiatan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan keamanan pangan untuk industri pangan, pengawas keamanan pangan, dan konsumen. Salah satu contoh perdagangan internasional yaitu perdagangan bilateral antara negara Indonesia dengan Jerman. Salah satu komoditas yang diperdagangkan oleh kedua negara tersebut adalah Teh. Menurut Komite Teh International (ITC), Jerman adalah konsumen teh nomor tiga terbesar di Eropa setelah Inggris dan Polandia. Pasar Teh Jerman adalah 9,5% dari total pasar Uni Eropa pada tahun 2008. Antara tahun 2004 dan 2008 konsumen teh Jerman naik sekitar 2,3% atau sekitar 24.000 ton pada tahun 2009. Rata-rata konsumsi teh per kepala di Jerman antara tahun 2004 dan 2008 adalah 0.29 kg (ITC, 2009). Jerman adalah negara EU eksportir teh paling besar sebesar 24% dari total ekspor teh EU dengan nilai 141 Juta Euro / 27 ribu ton pada tahun 2008. Jerman mengalami peningkatan ekspor diatas rata-rata

ekspor

Eropa.

Dibandingkan

dengan

Inggris,

Jerman

mengalami

perkembangan ekspor baik volume maupun nilai. Antara 2003 dan 2007 nilai ekspor Jerman naik 7% per tahun. Tujuan utama ekspor teh Jerman adalah Perancis, Belanda dan Rusia. Secara umum importir teh organik tidak mengkhususkan hanya mengimport teh organik tetapi juga adalah importir teh konvensional. Sebagian besar pedagang organik di EU adalah dari Jerman dan di Inggris. Sebelumnya pedagang besar kurang memiliki perhatian terhadap produk organik, hanya saja karena perkembangan pasar yang signifikant sehingga para trading besar juga sudah mulai ikut bermain pada produk organik. Biasanya perusahaan dagang juga memiliki industri pengolahan teh. Sertifikasi UTZ dan Reinforest merupakan jenis sertifikasi yang telah diakui oleh pedagang-pedagang besar dan memegang peranan penting dalam pembentukan jalur mata rantai mulai dari produsen dan eksportir di negara produsen sampai importir dan industir pengolahan sampai toko eceran di negara-negara Uni Eropa. Di negara EU, produk teh yang bersertifikasi seperti sertifikasi organik, Fair-trade, UTZ, reinforest, dan sebagainnya di jual melalui jalur tradisional baik melalui pengecer mainstream atau pengecer organik. Pasar teh yang membutuhkan sertifikat fair-trade dan organik atau kombinasi keduanya masih terbatas, walau pun pasar produk yang berlabel tersebut mengalami perkembangan yang bagus di Jerman. Di samping itu ada juga supermarket atau toko yang

mengkhususkan menjual teh organik. Banyak supermarket yang memiliki industri pengoalahn teh sendiri. Bahkan beberapa diantaranya memiliki brand organik sendiri. Kondisi Import teh Jerman antara 2004 dan 2008 dan

pertumbuhan nilai rata-rata per tahun serta Negara asal sebagai berikut :

Untuk memastikan bahwa minuman teh tersebut sesuai standar internasional, sejumlah lembaga internasional seperti Rainforest Alliance atau UTZ Certificate dan National Reference Group telah aktif melakukan sertifikasi teh di Indonesia sejak 2008. Lembaga-lembaga tersebut secara khusus menyasar perusahaan-perusahaan teh yang berorientasi ekspor. Sedangkan standar yang disasar adalah menyangkut persoalan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Sertifikasi teh telah menjadi tren dan tuntutan global. Artinya, jika ingin produk tehnya diterima di pasar internasional, mau tidak mau seluruh produsen teh dunia harus mengikuti tuntutan konsumen tersebut. Di Indonesia, dalam rangka memenuhi tuntutan konsumen global itu, Dewan Teh Indonesia (DTI) bersama National

Reference Group telah meluncurkan sertifikasi teh nasional yang diberi nama Sertifikat Teh Lestari (Sustainable Certificate). Sementara itu, terkait dengan rendahnya harga teh Indonesia di pasaran, Rachmat menjelaskan rendahnya harga pucuk teh petani terkait dengan mutu produk yang belum optimal, karena pengelolaan sistem panen tidak standar. Standar petik itu idealnya tiga daun pucuk, tetapi untuk mendapatkan berat yang lebih, pemetik rata-rata mengambil hingga enam daun, sehingga kualitasnya menjadi turun. Akibat kualitas yang rendah itu, harga teh Indonesia di pasar ekspor juga rendah sekitar USD 1,7 per kg kering dibanding rata-rata harga teh negara lain, seperti India, China dan Vietnam yang sudah di atas USD 2 per kg kering. Untuk itulah, jelasnya, saat ini DTI berupaya melakukan sertifikasi kebun sesuai dengan standar yang diminta pasar ekspor sehingga nantinya harga pucuk teh Indonesia dapat naik.

Referensi http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&q ual=high&fname=/jiunkpe/s1/hotl/2009/jiunkpe-ns-s1-2009-3340504815094-safety_management-chapter2.pdf http://www.bsn.go.id/news_detail.php?news_id=1264 http://networkedblogs.com/8D9em http://networkedblogs.com/8D9Ez http://itpchamburg.de/pdf/Market_survey/Market%20Brief%20Tea_201 0.pdf http://www.rainforest-alliance.org/certification-verification

You might also like